Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/292137607

Peranan Energi Baru dan Terbarukan Dalam Penyediaan Energi Nasional


Jangka Panjang (Outlook Energi Indonesia 2012)

Conference Paper · September 2013

CITATIONS READS

0 4,133

1 author:

Ira Fitriana
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
19 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Energy System Optimization View project

Perencanaan energi nasional dan daerah View project

All content following this page was uploaded by Ira Fitriana on 28 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Peranan Energi Baru dan Terbarukan Dalam Penyediaan Energi
Nasional Jangka Panjang
(Outlook Energi Indonesia 2012)
Ira Fitriana1
1
Perekayasa Madya Bidang Perencanaan Energi-PTPSE, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan mendorong penggunaan energi secara
nasional. Namun demikian ketersediaan sumber daya energi fosil makin berkurang, oleh
karena itu sangat dibutuhkan dorongan terhadap peranan energi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan energi yang kian meningkat. Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan
energi alternatif yang patut dipertimbangkan mengingat sumber daya EBT selalu tersedia
dan menggunakan teknologi yang terus berkembang. Menurut kebijakan Pemerintah,
peranan EBT akan terus ditingkatkan dalam perencanaan energi nasional hingga dapat
bersaing dengan penggunaan energi fosil. Seluruh sektor pengguna energi seperti sektor
industri, sektor transportasi, sektor rumah tangga mulai mempertimbangkan peralihan
penggunaan EBT dalam jenis bahan bakarnya. Pemanfaatan EBT dapat bersaing dalam
penyediaan energi nasional jika harga energinya dapat bersaing dengan harga energi fosil
lainnya. Dengan adanya target pembangunan ekonomi MP3EI maka diharapkan bahwa
kebutuhan energi masa depan akan tumbuh melampaui trend historikal yang sudah
berlangsung. Disamping itu, tantangan penyediaan energi yang dihadapi akan meningkat
untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan energi yang lebih tinggi. Untuk itu, diharapkan
peranan EBT untuk memenuhi akan terus meningkat.

Kata Kunci: Energi Baru dan Terbarukan (EBT), energi fosil, perencanaan energi, skenario
MP3EI

ABSTRACT
Increasing of economic growth will encourage the use of energy nationally. However, the
availability of fossil energy resources dwindle, therefore much needed boost to the role of
alternative energy to meet growing energy needs. New and Renewable Energy (NRE) is an
alternative energy that should be considered because given the resources available and
the use of renewable energy technology is always evolving. According to government
policy, the role of renewable energy will continue increasing in national energy planning
to be able to compete with fossil energy use. The whole sector energy users such as
industry sector, transportation sector, the household sector began to consider the use of
renewable energy transition in fuel types. Utilization of renewable energy can compete in
the national energy supply if the price of energy can compete with other fossil energy
prices. With a high economic development target (Acceleration and Expansion of
Indonesia Economic Development) according to a non BAU scheme, it can be expected
that energy demand will grow at a much larger rate compared to that of historical trends.
In addition, the challenge to energy supply will increase to meet the higher energy demand
growth.Due to that New and Renewable Energy (NRE)is expected to increase continuosly.

Keywords: New and Renewable Energy (NRE), fossil energy, energy planning, MP3EI
scenario

39
PENDAHULUAN

Penggunaan energi Indonesia mencapai 1.012 juta SBM pada tahun 2010. Secara
historikal dari tahun 2000 hingga tahun 2010 penggunaan energi mengalami peningkatan
dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,1% per tahun. Dalam pemenuhan penggunaan
energi tersebut juga memicu perkembangan penyediaan energi primer yang mengalami
peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,9% per tahun dari 726,7 juta
SBM pada tahun 2000 menjadi 1.177 juta SBM. Peningkatan penyediaan energi sangat
mengandalkan pembangunan infrastruktur energi seperti pembangkit listrik, kilang
minyak, pelabuhan, dsb yang memerlukan pendanaan yang cukup besar. Dengan
menurunnya penyediaan energi fosil, maka sudah sepatutnya penyediaan energi juga sudah
mulai mempertimbangkan penggunaan EBT untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus
meningkat.
Menurut Perpres No.32 tahun 2011 telah ditetapkan program pembangunan
ekonomi yang dijabarkan melalui Program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Melalui program MP3EI ini, percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada
tahun 2025. Pemahaman tersebut harus direfleksikan dalam kebijakan Pemerintah.
Regulasi yang ada seharusnya dapat mendorong partisipasi dunia usaha secara maksimal
untuk membangun berbagai macam industri dan infrastruktur yang diperlukan. Karena itu
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia memerlukan evaluasi terhadap
seluruh kerangka regulasi yang ada, dan kemudian langkah-langkah strategis diambil
untuk merevisi dan merubah regulasi sehingga mendorong partisipasi maksimal yang sehat
dari dunia usaha.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam pengkajian buku Outlook Energi Indonesia 2012 (OEI
2012) ini menggunakan metode optimasi. Dalam memenuhi kebutuhan energi yang jangka
panjang, semua proses energi mencakup seluruh bahan bakar dan teknologi yang
digunakan, diperhitungkan harga energi dan keekonomiannya sehingga diperoleh
optimisasi penyediaan energi berdasarkan total biaya energi yang paling minimum (least
cost). Biaya sistem total dihitung dengan mendiskonto seluruh biaya ke tahun dasar.
Dalam penelitian ini digunakan model Markal yang merupakan metode yang umum
digunakan untuk memproyeksikan perencanaan energi di beberapa negara.
Untuk memperkirakan kebutuhan energi jangka panjang, BPPT telah
mengembangkan BPPT Model for Energy Demand of Indonesia atau disingkat BPPT-
MEDI). Data masukan yang menjadi dasar perhitungan model ini adalah data
perkembangan penduduk dan ekonomi nasional yang kemudian diproyeksikan berdasarkan
data historikal serta informasi terkait perkembangan demografi dan ekonomi secara
nasional. Kebutuhan energi jangka panjang ini dirinci menjadi lima sektor pengguna yaitu
sektor industri, rumah tangga, transportasi, komersial dan sektor lainnya. Selanjutnya data
kebutuhan energi jangka panjang akan menjadi masukan untuk model Markal dalam
memproyeksikan penyediaan energi jangka, atau disebut juga dengan demand driven.

40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Saat Ini
Perkembangan penduduk Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010 mengalami laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 1,5% per tahun. Saat ini penduduk Indonesia menjadi 237
juta jiwa. Berdasarkan data Susenas, 54% penduduk tinggal di perkotaan sedangkan
lainnya di wilayah pedesaan. Banyaknya penduduk di wilayah perkotaan akan mendorong
gaya hidup penduduk yang lebih tinggi karena peralihan teknologi sehingga mendorong
kenaikan kebutuhan energi. Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, perekonomian
Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Laju pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2000 – 2001 adalah sebesar 3,8%, namun pada tahun 2009 – 2010 sudah
terjadi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%.
Pada tahun 2010 penggunaan energi primer masih didominasi oleh pemanfaatan
BBM sebesar 37,6% terhadap total energi primer, kemudian diikuti oleh pemakaian
biomasa, gas bumi, batubara, tenaga air dan panas bumi. Peranan Energi Baru dan
Terbarukan (tenaga air dan panas bumi) masih sangat sedikit yaitu sekitar 4%. Namun
dalam pemanfaatan bahan bakar untuk pembangkit listrik didominasi oleh penggunaan
batubara sebesar 23,96 juta ton atau sebesar 96,32 juta SBM. Penggunaan minyak diesel
juga masih banyak digunakan terutama untuk daerah-daerah terpencil yang
infrastrukturnya masih terbatas dimana selama kurun waktu 10 tahun pemakaiannya
meningkat dengan laju pertumbuhan 8,2% per tahun. Penggunaan gas masih sedikit jika
dibandingkan dengan batubara dan BBM, hal ini disebabkan penggunaan gas lebih
dialokasikan untuk komoditi ekspor yang sudah terikat oleh kontrak. Kapasitas
pembangkit berbasis EBT adalah sebesar 14,9% yang terdiri dari PLTA, PLTP dan PLT
Bayu.

Tabel 1. Potensi sumber daya energi fosil dan EBT


Rasio cadangan
No. Energi Fosil Cadangan Produksi per tahun per produksi

1 Minyak 4 milyar barel 347 juta barel 11 tahun


2 Gas 104,71 TSCF 3212 BSCF 32 tahun
329 juta ton
3 Batubara 21 milyar ton 85 tahun
4 CBM 453 TSCF - -
5 Shale gas 574 TSCF - -

Rasio
Kapasitas
No. Non Energi Fosil Sumber Daya (SD) (KT/SD)
Terpasang (KT)
(%)
1. Hidro 75.670 MW 6.654,29 MW 8.8
2. Panas bumi 29.038 MW 1226 MW 4.2
3. Mini-mikro hidro 769,69 MW 228,98 MW 29.75
4. Biomasa 49.810 MW 1.618,40 MW 3.25
5. Energi surya 4,80 kWh/m2/hari 22,45 MW -
6. Energi angin 3-6 m/detik 1,87 MW -
7. Uranium 3.000 MW*) 30 MW**) 1
Sumber: Ditjen EBTKE
Keterangan : *) hanya di Kalan- Kalimantan Barat
**) non energi, hanya untuk penelitian (riset)

41
Untuk memproyeksikan penyediaan energi jangka panjang perlu dipertimbangkan
sumber daya dan cadangan dari masing-masing jenis bahan bakar yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan energi. Dari Tabel 1 dapat terlihat, cadangan minyak hanya dapat
digunakan 11 tahun lagi, maka selanjutnya impor akan menjadi solusinya. Meskipun
cadangan gas dan batubara masih dapat digunakan untuk beberapa tahun, namun
penggunaan EBT untuk menggantikan energi fosil yang cadangannya terus menurun.
Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa sumberdaya energi baru dan terbarukan sangat
melimpah, namun baru sebagian kecil yang termanfaatkan. Dalam table tersebut belum
dipertimbangkan pemanfaatan biodiesel dan biopremium yang pemakaiannya didorong
dengan adanya Permen mengenai Mandatori Biofuel.
.

Permasalahan Energi Saat Ini

• Kebutuhan BBM terus meningkat terutama pada sektor transportasi yang teknologinya
masih berbasis pada pemanfaatan BBM masih sukar digantikan dengan bahan bakar
lainnya. Ekspor minyak, gas maupun batubara masih harus terpenuhi danterikat dalam
kontrak dalam waktu tertentu, sehingga sulit untuk dialihkan untuk komoditas
domestik. Penambagan masih dilakukan secara ilegal dan tidak termonitor.
• Bahan bakar yang diperjualbelikan secara komersial masih dibawah harga
keekonomiannya, sehingga sektor energi belum secara siknifikan mendongkrak devisa
negeri
• Penggunaaan energi baru dan terbarukan baik dalam energi primer maupun dalam
pembangkit listrik masih relatif rendah karena harga energi EBT masih belum bersaing
dengan energi fosil, rumitnya birokrasi dalam menerapkan teknologi baru, rendahnya
pengetahuan konsumen dalam mengaplikasikan teknologi baru dalam kehidupan
sehari-hari.
• Adanya Permen ESDM nomor 4 tahun 2012 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik
oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi
Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik akan mendorong
meningkatnya pemanfaatan EBT dalam pembangkitan listrik.

Kebutuhan Energi Jangka Panjang


Berdasarkan historikal perkembangan ekonomi, pada skenario dasar diperkirakan
akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7,6% per tahun. Pertumbuhan
ini akan mendorong pertumbuhan kebutuhan energi final selama kurun waktu 2010 hingga
2030 sebesar 5,4% per tahun. Sedangkan pada skenario MP3EI akan mendorong
kebutuhan energi dengan laju pertumbuhan 7,6% per tahun. Dalam kebutuhan energi final
sektor industri mendominasi penggunaan energi final
Sebagai pemasok ekonomi nasional, diharapkan sektor industri terus meningkat
dan mendominasi kebutuhan energi final, kemudian diikuti oleh sektor transportasi sebagai
sektor pendukung kegiatan ekonomi.

42
MP3EI 4,399

2030
Dasar 2,901

2025
MP3EI 2,772
Dasar 2,043
Industri/Industry
Komersial/Commercial
2020

MP3EI 1,834
Dasar 1,636 Lainnya/Others
Rumah Tangga/Household
2015

MP3EI 1,306
Transportasi/Transportation
Dasar 1,270
Total
2010

MP3EI 1,017
Dasar 1,017

0 1000 2000 3000 4000 5000


Juta SBM/million BOE
Gambar 1. Proyeksi total kebutuhan energi final menurut sektor pengguna

Pangsa sektor industri terus meningkat dari 39% pada tahun 2010 menjadi 41% di
tahun 2015 dan menjadi 43% di tahun 2030. Peranan sektor transportasi meningkat dari
24% menjadi 28% di tahun 2015 dan menjadi 35% di tahun 2030. Dengan menyusutnya
penggunaan kayubakar di sektor rumah tangga menyebabkan peranannya terus menurun
dari 31% menjadi 24% (2015) dan menjadi 13% (2030) di skenario dasar. Namun di
skenario MP3EI peranan sektor rumah tangga tahun 2030 menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan skenario Dasar. Hal ini terjadi karena diperkirakan gaya hidup
masyarakat kian meningkat pada skenario MP3EI, sehingga pemakaian kayubakar makin
tertekan.

Penyediaan Energi Jangka Panjang


Total penyediaan energi primer skenario Dasar tahun 2010-2030 meningkat lebih
dari 3 kali lipat dengan laju pertumbuhan rata-rata 5,8% per tahun, dari 1.321 juta SBM
menjadi 4.104 juta SBM. Untuk jangka pendek (hingga tahun 2015), penyediaan energi
primer meningkat dengan pertumbuhan sedikit lebih tinggi, yaitu 6,3% menjadi 1.789 juta
SBM. Hingga tahun 2030, penyediaan energi akan tetap didominasi oleh energi fosil,
dengan pangsa terbesar dimiliki oleh batubara. Sementara itu, peran EBT masih kurang
dari seperlima dari total penyediaan energi.
Pada skenario MP3EI, penyediaan energi mengalami laju pertumbuhan yang lebih
besar (8,0% per tahun) atau meningkat 4,7 kali penyediaan energi tahun 2010. Perbedaan
total penyediaan energi kedua skenario dari tahun ke tahun semakin besar hingga
mencapai separuh dari total penyediaan energi skenario dasar 2030.

43
7000
6,155

6000
EBT / NRE

5000
Kayu Bakar / Firewood
3,943 4,104
4000 Gas / Gas
Juta SBM

3,092
2,593 Minyak / Oil
3000

1,847 2,330 Batubara / Coal


2000
1,321 1,789
Total Dasar / Base Total

1000 1,321
Total MP3EI / MP3EI Total

0
2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 2. Proyeksi total penyediaan energi primer

Net Pasokan Energi


Pada skenario Dasar, net pasokan energi untuk dalam negeri diperkirakan tumbuh
dengan laju rata-rata 5,8%, dimana produksi energi fosil tumbuh 3,0% per tahun dan
produksi EBT 3,9% per tahun. Impor tumbuh dengan laju rata-rata 9,2% per tahun,
sedangkan ekspor energi hanya tumbuh sebesar 1,5%. Pada skenario ini, Indonesia masih
berada pada posisi negara pengekspor energi hingga tahun 2030 dikarenakan ekspor
batubara (komponen ekspor terbesar) terus meningkat hingga tahun 2030 dengan
pertumbuhan rata-rata 3,6% per tahun.

Dasar / Base MP3EI


9000 9000

8000 8000
7000 7000
6000
6000
Juta SBM

5000
Juta SBM

5000
4000
4000
3000
3000
2000
2000
1000
1000
0
0

Produksi Fosil / Fossil Production Produksi EBT / NRE Production


Produksi Fosil / Fossil Production Produksi EBT / NRE Production
Impor / Import Net Pasokan Dalam Negeri / Net Domestic Supply
Impor / Import Net Pasokan Dalam Negeri / Net Domestic Supply
Ekspor / Export Ekspor / Export

Gambar 3. Proyeksi total produksi, ekspor, dan impor energi primer skenario Dasar
dan scenario MP3EI

Pada skenario MP3EI, kondisi negara pengimpor energi akan dialami Indonesia pada
tahun 2028. Hal tersebut disebabkan oleh pesatnya permintaan energi dalam negeri, yang
mengalami pertumbuhan lebih tinggi daripada skenario Dasar (rata-rata 8% per tahun). Di
samping itu, impor energi juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari skenario
Dasar mencapai 11,7% per tahun.

44
800 20%
18.7% 18.6%
717 Sampah / Waste

17.5% Panas Bumi / Geothermal

Rasio Kontribusi EBT / NRE Contribution Ratio


576 Nuklir / Nuclear
600 15%
Juta SBM / Million BOE 13.0% Matahari / Solar

10.7% 436 Hidro / Hydro

400 10% Biomasa / Biomass

Angin / Wind

233 CTL / Coal to Liquid

200 5% BBN / Biofuel


141
CBM / Coal Bed Methane

Total EBT / NRE Total

0 0% Rasio Kontribusi EBT / NRE


2010 2015 2020 2025 2030 Contribution Ratio

Gambar 4. Proyeksi penyediaan EBT dan rasio kontribusi EBT skenario Dasar

Berdasarkan hasil analisa Skenario Dasar, penyediaan EBT meningkat dengan


pertumbuhan lebih dari 8% per tahun sehingga pemanfaatan EBT meningkat lebih dari
empat kali lipat dari 141 juta SBM pada 2010 menjadi 670 juta SBM pada 2030. Pada
2010, sebagian besar dari EBT dipenuhi dari biomasa, diikuti secara berturut turut oleh
hidro atau tenaga air, biofuel, panas bumi, sampah, matahari, dan angin. Namun pada akhir
periode 2030, biofuel untuk sector transportasi menjadi EBT utama, disusul secara berturut
turut oleh panas bumi, hidro, biomasa, nuklir, CBM, CTL, matahari, sampah dan angin.

1200 18.7% 20%


18.6%
17.5%

18.1%
+171 16%
16.7%
900
13.0% 14.4%
Rasio EBT / NRE Ratio
10.7% 12.6% +82 12%
Juta SBM / Million BOE

600
10.7%
+32
8%

300 +8
4%
0

0 0%
2010 2015 2020 2025 2030

Total EBT, Dasar / NRE Total, Base Selisih Dasar-MP3EI / Base-MP3EI Difference
Rasio EBT, Dasar / NRE Ratio, Base Rasio EBT, MP3EI / NRE Ratio, MP3EI

Gambar 5. Perbandingan proyeksi penyediaan EBT skenario Dasar dan MP3EI

Berdasarkan skenario MP3EI pada periode waktu 2010-2030, pertumbuhan


penyediaan ebt lebih pesat dari skenario dasar, yaitu lebih dari 10% per tahun yang
menjadikan penyediaan ebt mencapai 888 juta sbm pada 2030. Meskipun lebih tingginya
pertumbuhan PDB pada skenario ini dapat berdampak pada naiknya kontribusi EBT, tetapi
tidak semua jenis ebt mengalami kenaikan besaran.
Pertumbuhan PDB yang lebih tinggi berdampak pada makin besarnya pertumbuhan
BBN, sehingga pada tahun 2030 pemanfaatan biofuel meningkat dari 233 juta sbm (29%)
pada skenario dasar menjadi 356 juta sbm (38%) pada skenario MP3EI. Namun lebih
tingginya PDB pada skenario ini tidak berdampak terhadap penambahan volume EBT dari

45
CBM, CTL, angin, hidro, matahari, nuklir, panas bumi, dan sampah, meskipun mengalami
perubahan pangsa.

Peranan EBT dalam Pembangkitan Listrik

Kapasitas pembangkit listrik PLN dan non PLN pada tahun 2010 mencapai 33,3
GW secara keseluruhan, selama periode 2010-2030, pada skenario dasar, menunjukkan
bahwa akan terjadi peningkatan kapasitas pembangkitan listrik nasional hingga 5 kali.
pertumbuhan kapasitas pembangkit sesuai skenario dasar terjadi dengan laju rata-rata 8,2%
per tahun menjadi 162 GW (2030). Sesuai skenario MP3EI, kapasitas pembangkit listrik
tersebut akan tumbuh jauh lebih tinggi, sekitar 10%, dimana pada tahun 2030
diproyeksikan akan mencapai 228 GW. Selanjutnya hasil proyeksi kedua skenario tersebut
menunjukkan PLTU batubara selama masa periode studi tetap dominan dibanding dengan
pembangkit jenis lain, dimana pada tahun 2030 mencapai 97,6 GW (skenario dasar) dan
160,7 GW (skenario MP3EI).

Gambar 6. Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional Jangka Panjang

Pada tahun 2015 diprediksi kapasitas pembangkit EBT akan melebihi 9 GW, baik
untuk skenario dasar maupun MP3EI. Selanjutnya selama kurun waktu 2010 s.d. 2030
Pembangkit jenis EBT meningkat hampir 6 kali, yaitu dari 6,6 GW menjadi 39 GW (24%).
Pembangkit jenis EBT tersebut terdiri dari PLTP, PLTA, PLTM, Pembangkit Biomasa,
PLTN, PLTB (angin), PLTS, PLTGB (gasifikasi batubara) serta Pembangkit berbasis
sampah. PLTP dan pembangkit berbasis hidro pada tahun 2025 diprediksi berturut-turut
akan mencapai 10 GW (8%) dan 15,5 GW (13%) , kemudian naik menjadi 12 GW (7%)
dan 18,3 GW (11%) tahun 2030. Khusus PLTN diperkirakan masuk dalam sistem
ketenagalistrikan Jawa-Bali pada tahun 2028 sebesar 2 GW (1%), dan bertambah menjadi
4 GW (2%) pada tahun 2030. Sesuai skenario MP3EI, total kapasitas pembangkit EBT
relative tidak berubah, mengingat adanya kendala seperti biaya investasi dan operasional
yang mahal sehingga kurang dapat bersaing dengan pembangkit jenis lainnya

KESIMPULAN
Lebih dari 82% pasokan energi primer untuk memenuhi kebutuhan energi final
tersebut merupakan energi fosil, sementara pangsa kemampuan pasokan EBT akan
menurun dengan meningkatnya kebutuhan energi final. Peranan pasokan batubara secara
bertahap akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan sektor

46
industri dan akan menjadi sumber energi utama di kemudian hari karena didukung oleh
sumberdaya yang cukup. Namun, ditengah peranan migas yang masih dominan,
kemampuan produksi migas Indonesia cenderung menurun seiring dengan usia lapangan.
Akibatnya, impor minyak bumi dan BBM menjadi solusi yang tidak dapat dihindari
bahkan sekalipun upaya substitusi BBM dengan BBM sintetis (BBN dan CTL) sudah
dilakukan. Akibat tingginya kebutuhan energi final sesuai skenario MP3EI, Indonesia akan
menjadi ‘net importir energi’ mulai tahun 2027, sedangkan skenario Dasar yang diprediksi
Indonesia belum menjadi negara ‘net importir’.
Dengan kondisi sumberdaya, pengelolaan, dan kebijakan EBT saat ini, peranan
EBT hingga tahun 2030 masih terbatas, meskipun sudah dilakukan upaya pemanfaatan
EBT sesuai dengan keekonomiannya. Sesuai Skenario MP3EI pada tahun 2030, kapasitas
PLTP diprediksi mencapai 11,96 GW, kapasitas PLTA mencapai 18,33 GW, kapasitas
PLTU-biomasa sebesar 2,25 GW, kapasitas PLTN 4,00 GW, kapasitas energi terbarukan
lainnya (surya, angin, dan laut) sebanyak 2,39 GW, sedangkan produksi CBM mencapai
730 MMCFD, produksi CTL sebanyak 3,9 juta kiloliter, produksi CTG sebesar 10,33
MMCFD, dan biofuel sebesar 5,73 juta kilo liter (B-100 & E-100). Rendahnya
pemanfaatan EBT karena EBT bersifat site specific, jauh dari pusat beban, adanya
dualisme kepentingan, memerlukan invetasi yang tinggi, terletak pada hutan konservasi,
dan lainnya. Padahal, optimalisasi pemanfaatan EBT selain berdampak terhadap
penurunan laju pertumbuhan emisi global dan lokal (pro-environment), juga berdampak
positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), penyerapan tenaga kerja
(pro-job), dan peningkatan pendapatan masyarakat dengan orientasi pengentasan
kemiskinan (pro-poor).

UCAPAN TERIMAKASIH
Sumber data dan informasi tulisan ini berasal dari Buku Outlook Energi Indonesia
2012 yang ditulis oleh Tim Perencanaan Energi - BPPT, untuk itu disampaikan
terimakasih terutama kepada Tim Perencanaan Energi, Pusat Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Energi, Kedeputian TIEM - BPPT.

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, 2011. Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
BPPT, 2012. Buku Outlook Energi Indonesia 2012, Pengembangan Energi Masa Depan
dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Ketahanan Energi Nasional, TIEM –
BPPT
BPS (2009) Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS (2011) Statistik Indonesia 2011, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
CDIEMR (2011) Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2011, Center
for Data and Information on Energy and Mineral Resources, Ministry of Energy and
Mineral Resources, Jakarta.
Menko Perekonomian (2011) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.
Pertamina (2011) Data Pengembangan Kilang Minyak Indonesia (Permintaan Data BPPT
ke Pertamina).
PLN (2011) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2011-2020, PT
PLN (Persero), Jakarta

47

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai