Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 17 No. 2 Januari 2017: 118–137


p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280
118 DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i2.661

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Indonesia


dengan Model Sistem Dinamik
Prediction of Fuel Supply and Consumption in Indonesia with System Dynamics
Model

Ana Fitriyatus Sa’adaha,∗, Akhmad Fauzib , Bambang Juandab


a Biro Perencanaan Kementerian ESDM
b Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

[diterima: 13 September 2016 — disetujui: 18 Juli 2017 — terbit daring: 5 Januari 2018]

Abstract
This study contributes to the existing literature of oil industries in Indonesia by examining fuel supply and consumption
in Indonesia. The objectives of this research were to predict fuel supply and consumption in Indonesia in the future. The
model formed in this research was system dynamic. The simulation result showed that until 2016, fuel oil supply can
meet the fuel oil consumption. From 2017 to 2025, fuel oil supply cannot meet domestic fuel oil consumption. In 2025,
fuel oil supply is estimated up to 651.092 million barrel and fuel oil consumption is up to 719.048 million barrel.
Keywords: Fuel; System Dynamic; Simulation

Abstrak
Penelitian ini memperkaya kajian industri perminyakan di Indonesia dengan menganalisis penyediaan dan
konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan penyediaan dan
konsumsi BBM masa mendatang. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sistem dinamik.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa sampai tahun 2016 penyediaan BBM dapat memenuhi kebutuhan BBM.
Pada tahun 2017 sampai 2025, penyediaan BBM tidak dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Pada
tahun 2025, diperkirakan penyediaan BBM mencapai 651.092 juta barel dan konsumsi BBM mencapai 719.048
juta barel.
Kata kunci: Bahan Bakar Minyak; Sistem Dinamik; Peramalan

Kode Klasifikasi JEL: Q41; Q47

Pendahuluan Sedangkan dari sisi penawaran, energi merupa-


kan faktor kunci bagi proses produksi di samping
Energi merupakan sektor yang strategis dan mem- modal, tenaga kerja, dan material lainnya. Di sini,
punyai peranan penting dalam pencapaian tujuan energi merupakan input penting bagi bergeraknya
sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangun- roda perekonomian suatu negara.
an berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi
Sektor energi mempunyai peranan penting da-
kegiatan ekonomi nasional. Menurut Chontanawat
lam perekonomian nasional. Selain untuk meme-
et al. (2006), peranan energi terhadap perekonomian
nuhi kebutuhan energi nasional, sektor energi juga
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan dan
mempunyai peran sebagai sumber devisa negara,
penawaran. Dari sisi permintaan, energi merupa-
terutama dari minyak dan gas bumi (migas). Ta-
kan salah satu produk yang langsung dikonsumsi
hun 2014, penerimaan sektor Energi dan Sumber
oleh konsumen demi memaksimalkan utilitasnya.
Daya Mineral (ESDM) yang berasal dari sektor mi-
gas, baik penerimaan yang berasal dari pajak, non-
∗ Alamat Korespondensi: Perumahan Bella Casa Blok I3/7, pajak, dan penerimaan lain-lain, mencapai Rp320,25
Jl. Tole Iskandar No. 1 Depok Jawa Barat 16412. E-mail: ana. triliun atau mencapai 69% dari total penerimaan
fitriyatus@gmail.com. negara di sektor ESDM yang mencapai Rp464,25
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 119

triliun (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine- lakukan impor minyak mentah dan BBM untuk
ral/KESDM, 2015a). Penerimaan negara dari sektor memenuhi konsumsi BBM Indonesia. Produksi mi-
ESDM selalu mengalami kenaikan rata-rata sebesar nyak bumi yang mengalami penurunan di bawah
13,19% dari tahun 2010 sampai 2014. 1 juta barel per hari dan pesatnya pertumbuhan
Kebutuhan energi Indonesia dari tahun ke tahun konsumsi BBM di dalam negeri mengakibatkan
mengalami peningkatan seiring dengan meningkat- Indonesia menjadi net importer minyak. Indonesia
nya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk tetap mengekspor minyak bumi tetapi dalam jum-
Indonesia. Rata-rata peningkatan kebutuhan energi lah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
tiap tahunnya sebesar 36 juta barrel oil equivalent jumlah impornya. Rasio ketergantungan impor mi-
(BOE) dari tahun 2000 sampai 2014. Sementara ca- nyak mentah dan BBM Indonesia sudah mencapai
dangan energi tidak terbarukan, seperti minyak 37% tahun 2013 dan diperkirakan meningkat di ma-
bumi, gas bumi, dan batu bara semakin menipis. sa mendatang jika tidak ada penambahan produksi
Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementeri- minyak mentah domestik.
an ESDM Tahun 2015–2019, cadangan minyak bumi Indonesia masih menghadapi berbagai persoal-
Indonesia sebesar 3,6 miliar barel diperkirakan a- an dalam mencapai target pembangunan bidang
kan habis dalam 13 tahun mendatang. Penyediaan energi sampai saat ini. Ketergantungan terhadap
energi primer di Indonesia mengalami peningkat- energi fosil, terutama minyak bumi, dalam peme-
an yang cukup signifikan dari tahun 2003 sekitar nuhan konsumsi energi di dalam negeri masih ting-
157,08 juta tonnes oil equivalent (TOE) menjadi seki- gi. Kebijakan subsidi yang mengakibatkan harga
tar 228,22 juta TOE (dengan biomassa) pada tahun energi menjadi murah dan masyarakat cenderung
2013, atau meningkat rata-rata sebesar 3,8% per boros dalam menggunakan energi, menyebabkan
tahun. Penyediaan energi primer di Indonesia saat tingginya konsumsi energi fosil. Di sisi lain, penu-
ini masih didominasi oleh minyak, yang meliputi runan cadangan energi fosil Indonesia yang terus
minyak bumi dan bahan bakar minyak (BBM). terjadi dan belum dapat diimbangi dengan pene-
Pada tahun 2013, total konsumsi energi Indone- muan cadangan baru. Infrastruktur energi yang
sia sebesar 0,8 TOE/kapital, dengan bauran energi tersedia masih terbatas sehingga membatasi akses
nasional 46% untuk minyak bumi, 31% untuk batu masyarakat terhadap energi. Hal ini menyebabkan
bara, 18% untuk gas bumi, dan 5% untuk energi Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di
baru terbarukan (KESDM, 2015a). Dapat dikatakan pasar energi global karena sebagian dari konsumsi
bahwa Indonesia masih sangat tergantung pada energi terutama produk minyak bumi, dipenuhi
energi tidak terbarukan, terutama minyak bumi. dari impor.
Konsumsi BBM Indonesia dari tahun 2000 sampai Terkait harga minyak dunia yang saat ini menga-
2014 cenderung mengalami tren kenaikan, semen- lami penurunan, tentunya berdampak pada pereko-
tara produksi minyak bumi Indonesia cenderung nomian nasional, khususnya industri minyak bumi
mengalami tren penurunan. Tiap tahunnya dari dalam negeri. Harga minyak dunia yang berkisar
cadangan minyak bumi dapat diproduksi sebesar 50US$/barel (status Mei 2016) akan berdampak pa-
276,92 juta barel per tahun sampai 13 tahun menda- da perusahaan minyak yang harus menanggung
tang, sementara konsumsi BBM tahun 2014 sebesar ganti rugi karena biaya produksi yang lebih tinggi
396,21 juta barel. Sehingga terdapat selisih sebesar dibandingkan harga jual. Penurunan harga minyak
119,29 juta barel, yang selisih tersebut ditutupi de- dunia juga berdampak pada pendapatan negara,
ngan melakukan impor BBM dan minyak mentah. sehingga pendapatan negara dari sektor migas juga
Rata-rata kenaikan konsumsi BBM dari tahun 2000 ikut menurun. Namun, di sisi lain biaya pemerintah
sampai 2014 sebesar 5,78 ribu barel/tahun, sementa- untuk mengimpor minyak juga berkurang. Dam-
ra produksi minyak bumi mengalami penurunan pak penurunan harga minyak yang terus-menerus,
dengan rata-rata 16,39 ribu barel/tahun dari tahun mengakibatkan penurunan realisasi penerimaaan
2000 sampai 2014. pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Be-
Pada tahun 2014, gap antara produksi minyak lanja Negara (APBN) dari pajak penghasilan (PPh)
bumi dengan konsumsi BBM sebesar 108,32 ribu minyak dan gas.
barel. Produksi minyak bumi Indonesia tidak cu- Dengan demikian, BBM merupakan energi yang
kup untuk memenuhi konsumsi BBM yang selalu paling dominan di Indonesia. Masalah ketersedi-
meningkat. Sehingga, dengan adanya selisih anta- aan energi, khususnya BBM, sangat penting bagi
ra konsumsi dan produksi, maka pemerintah me- Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
120 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 1: Produksi Minyak Bumi dan Konsumsi BBM Indonesia (Ribu Barel)
Sumber: KESDM (2015b), diolah

dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan sumsi energi dapat dipandang sebagai penyebab
kata lain, diperlukan suatu kondisi yang senantiasa dari pertumbuhan ekonomi (Stern, 2003).
mempertahankan keseimbangan antara pertum- Menurut Fauzi (2006), sumber daya energi meru-
buhan ekonomi dengan ketersediaan BBM sebagai pakan sumber daya yang digunakan untuk meng-
salah satu prasyarat untuk mewujudkan pemba- gerakkan energi melalui proses transformasi panas
ngunan ekonomi yang lebih maju dan berkelanjut- maupun transformasi energi lainnya. Berdasarkan
an. Oleh karena itu, sangat penting untuk melaku- ketersediaannya, sumber energi dibagi dua yai-
kan suatu kajian yang menganalisis penyediaan dan tu, energi fosil yang tidak dapat diperbarui (non-
konsumsi BBM Indonesia. Penelitian ini dilakukan renewable energy) seperti minyak bumi, gas bumi,
untuk mengetahui perkembangan penyediaan dan batu bara, uranium, dan sebagainya; serta energi
konsumsi BBM Indonesia serta melakukan pera- yang dapat diperbarui (renewable energy) seperti pa-
malan terhadap penyediaan dan konsumsi BBM nas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin,
Indonesia pada masa mendatang. dan sebagainya. Bila dilihat berdasarkan nilai ko-
mersial, maka sumber energi terdiri atas energi
komersial, non-komersial, dan energi baru. Energi
Tinjauan Literatur komersial adalah energi yang sudah dapat dipakai
dan dapat diperdagangkan dalam skala ekonomis,
Energi dan Pertumbuhan Ekonomi sementara energi non-komersial adalah energi yang
Energi merupakan faktor produksi yang esensial sudah dipakai dan dapat diperdagangkan tetapi
dalam proses produksi. Semua produksi melibat- tidak dalam skala ekonomisnya, misalnya tenaga
kan transformasi atau pergerakan material melalui surya dan tenaga angin. Energi baru adalah ener-
beberapa tahapan yang mana keseluruhan proses gi yang sudah dipakai tetapi sangat terbatas dan
tersebut memerlukan energi. Energi tidak hanya sedang dalam tahap pengembangan (pilot project).
dipandang sebagai barang konsumsi semata, na- Energi ini belum dapat diperdagangkan karena be-
mun juga sebagai input yang penting bagi pengem- lum mencapai skala ekonomis, misalnya tenaga
bangan serta kemajuan teknologi yang berperan samudera dan biomassa.
signifikan bagi pembangunan ekonomi. Substitu- Dalam pandangan teori pertumbuhan neoklasik
si sarana produksi serta berbagai bentuk barang misalnya, sebagian besar penelitian mengeksplorasi
modal lainnya dengan tenaga kerja, begitu juga kemungkinan adanya substitusi atau komplemen-
sebaliknya, merupakan bagian yang integral dari ter antara energi dan faktor input lainnya, serta
proses pembangunan ekonomi yang kesemuanya interaksinya dalam memengaruhi produktivitas.
membutuhkan input energi. Oleh karenanya, kon- Menurut pandangan neoklasik ini, kontribusi ener-
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 121

gi terhadap perekonomian relatif dilihat dari biaya Konstan. Dengan menggunakan data PDB Atas
produksinya. Di lain pihak, pandangan para ahli Dasar Harga Konstan, maka pertumbuhan PDB
ekonomi ekologi menyatakan bahwa energi meru- mencerminkan pertumbuhan secara riil nilai tam-
pakan kebutuhan mendasar bagi produksi. Dengan bah yang dihasilkan perekonomian dalam periode
menerapkan hukum termodinamika, perekonomi- tertentu dengan referensi tahun tertentu.
an dipandang sebagai subsistem yang terbuka dari Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, konsum-
ekosistem global. Sedangkan, teori neoklasik dipan- si energi juga meningkat. Konsumsi energi Indo-
dang under estimate terhadap peranan energi dalam nesia didominasi oleh energi fosil terutama BBM.
aktivitas ekonomi. Konsumsi energi final terdiri dari berbagai sektor,
Dalam pendekatan mainstream ilmu ekonomi ne- yaitu sektor industri, rumah tangga, transportasi,
oklasik, kuantitas ketersediaan energi terhadap eko- komersial, dan lainnya. Intensitas konsumsi ener-
nomi pada berbagai tahun diperlakukan sebagai gi final per kapita Indonesai meningkat dari 2,51
endogenous, melalui pembatasan dengan batasan pada tahun 2000 menjadi 3,90 pada tahun 2014
biofisik seperti tekanan pada penyimpanan minyak (KESDM, 2015b). Peningkatan intensitas konsumsi
dan keterbatasan ekonomi seperti jumlah ekstraksi energi final per kapita tersebut dipengaruhi oleh
terpasang, penyulingan, dan kapasitas pembang- semakin meingkatnya jumlah penduduk Indonesia.
kit, serta kemungkinan percepatan dan efisiensi Energi di Indonesia terbukti memiliki peran yang
dalam proses ini dapat diproses. Namun demikian, sangat penting dalam pembangunan nasional. Pe-
pendekatan analisis ini kurang digunakan untuk ranan energi, terutama migas, dapat dilihat dalam
menganalisis peranan energi sebagai pengendali neraca perdagangan dan APBN. Migas memberi
pertumbuhan produksi dan ekonomi (Stern, 2003). sumbangan sangat berarti dalam penerimaan rutin.
Para ekonom ekologi berargumen bahwa peng- Ketika terjadi oil boom tahun 1970-an, 60–80% pe-
gunaan energi untuk menghasilkan input-input nerimaan pemerintah dari total pendapatan pajak
antara, seperti bahan bakar, meningkat ketika ku- langsung didominasi oleh komponen pajak migas.
alitas sumber daya seperti penyimpanan minyak Dominasi migas terus berlangsung sampai sekitar
menurun. Oleh karena itu, biaya energi meningkat tahun 1980-an, setelah itu mengalami penurunan.
sebagai representasi dari peningkatan kelangkaan Demikian juga halnya dengan proporsi penerima-
dalam nilai penggunaannya (Cleveland dan Stern, an pemerintah dari ekspor migas mencapai angka
1993). Jika perekonomian dapat direpresentasikan tertinggi tahun 1981–1982, yaitu sekitar 80% dari
sebagai model input-output, sehingga tidak ada total penerimaan ekspor nasional. Karena itu, pe-
substitusi antara faktor produksi, maka faktor pe- ran energi di Indonesia layak disebut sebagai engine
ngetahuan dalam faktor produksi dapat diabaikan. of growth. Hal ini semakin dipertegas oleh tingkat
Ini tidak berarti bahwa penggunaan energi dan ilmu pertumbuhan ekonomi sebesar 7% tahun 1989–1990
pengetahuan dalam mendapatkan dan memanfaat- (Yusgiantoro, 2000).
kannya harus diabaikan. Perhitungan akurat untuk Selain penerimaan pemerintah, penerimaan eks-
seluruh penggunaan energi dalam mendukung pro- por, dan neraca pembayaran, komponen ekonomi
duksi final adalah penting. Tetapi kontribusi penge- makro lainnya yang sangat memengaruhi pemba-
tahuan terhadap produksi tidak dapat diasumsikan ngunan ekonomi adalah konsumsi energi nasional.
proporsional terhadap biaya energi. Melalui ilmu Sebagai contoh, permintaan energi pada sektor in-
Termodinamika, yang menempatkan batasan terha- dustri manufaktur untuk mengoperasikan sarana
dap substitusi, derajat substitusi aktual antara stok produksi seperti mesin-mesin dapat dikatakan sa-
kapital memasukkan pengetahuan dan energi me- ngat tinggi. Namun di samping tingginya biaya
rupakan sebuah pertanyaan secara empiris (Stern, energi yang harus dikeluarkan, energi juga memili-
2003). ki output yang dihasilkan bersama faktor produksi
Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat di- lainnya. Jadi dalam hal ini energi juga dapat dipan-
artikan sebagai kemampuan suatu negara untuk dang sebagai sarana akumulasi modal pembangun-
memproduksi lebih banyak barang dan jasa dari an (Yusgiantoro, 2000).
satu tahun ke tahun berikutnya. Konsep pertum-
buhan ekonomi diperoleh dari perhitungan Produk Bahan Bakar Minyak
Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Data PDB yang
digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuh- Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang
an ekonomi adalah data PDB Atas Dasar Harga berasal dari dalam bumi berbentuk cair yang dapat
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
122 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

digunakan sebagai bahan baku industri maupun lah mencampur dengan bahan aditif sesuai dengan
sebagai bahan bakar (Departemen Energi dan Sum- yang diinginkan.
ber Daya Mineral/DESDM, 2009). Minyak bumi Minyak mentah dapat digunakan sebagai ba-
secara kimiawi terdiri dari senyawa kompleks de- han bakar setelah melalui proses penyulingan dan
ngan unsur utama atom Hidrogen (H) dan Karbon pengolahan yang disebut refinery, yaitu proses re-
(C), sehingga disebut juga senyawa hidrokarbon kayasa kimia yang sangat kompleks. Proses dasar
(CxHy). Berat jenis minyak dinyatakan dalam satu- pengilangan minyak adalah distilasi (penyulingan)
an derajat °API. Semakin besar °API, maka minyak dan cracking (pemecahan). Produk-produk yang
akan semakin ringan. Dari nilai °API akan diketa- dapat dihasilkan dari kilang minyak bumi antara
hui kategorinya yaitu minyak ringan, minyak berat, lain:
atau kondensat (gas). • Petroleum Gas (LPG), digunakan untuk pema-
Minyak bumi berasal dari organisme tumbuhan nasan dan memasak;
dan hewan berukuran sangat kecil (plankton) yang • Naphtha, sebagai bahan intermediet lanjut un-
mati dan terkubur di lautan purba jutaan tahun lalu. tuk pembuatan bensin;
Kemudian, tertimbun pasir dan lumpur di dasar • Bensin (gasoline), digunakan untuk bahan ba-
laut sehingga membentuk lapisan yang kaya zat kar kendaraan bermotor. Nilai mutu jenis BBM
organik dan akhirnya membentuk batuan endapan bensin ini dihitung berdasarkan nilai Randon
(sedimentary rock). Proses ini akan terus berulang, Octane Number (RON). Berdasarkan RON terse-
yakni satu lapisan akan menutupi lapisan sebe- but maka BBM bensin dibedakan menjadi tiga
lumnya selama jutaan tahun. Karena tekanan dan jenis yaitu:
temperatur yang tinggi, endapan plankton tersebut – Premium (RON 88) merupakan bahan ba-
menjadi zat organik yang kaya akan hidrokarbon kar minyak jenis distilat berwarna keku-
(minyak dan gas bumi). ningan yang jernih. Warna kuning terse-
Untuk mengambil minyak bumi dari dalam bumi but akibat adanya zat pewarna tambahan
perlu dilakukan pengeboran. Setelah pengeboran (dye). Premium sering juga disebut motor
sumur eksplorasi menemukan minyak bumi, maka gasoline atau petrol;
selanjutnya dibuat sumur di beberapa tempat di – Pertamax (RON 92) merupakan bahan
sekitarnya untuk memastikan apakah minyak bu- bakar untuk kendaraan yang mempersya-
mi yang ada ekonomis untuk dikembangkan. Jika ratkan penggunaan bahan bakar beroktan
menguntungkan untuk dikembangkan, maka di- tinggi dan tanpa timbal (unleaded);
bor sumur pengembangan (development well) untuk – Pertamax Plus (RON 95) merupakan ba-
mengambil minyak bumi sebanyak mungkin. han bakar yang telah memenuhi standar
Minyak mentah merupakan campuran yang ter- performance International World Wide Fuel
susun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di da- Charter (WWFC). Pertamax plus dituju-
lam kilang minyak, minyak mentah akan mengala- kan untuk kendaraan yang berteknologi
mi sejumlah proses yang akan memisahkan kom- mutakhir yang mempersyaratkan peng-
ponen hidrokarbon dan mengubah struktur dan gunaan bahan bakar beroktan tinggi dan
komposisinya sehingga diperoleh produk yang ber- ramah lingkungan;
manfaat untuk bahan bakar minyak, bahan baku • Avgas, digunakan untuk bahan bakar pesawat
industri, dan macam-macam produk lainnya. Ki- terbang mesin propeler;
lang minyak merupakan fasilitas industri dengan • Avtur, digunakan untuk bahan bakar pesawat
berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendu- terbang mesin turbin;
kungnya. • Minyak tanah (kerosin), digunakan untuk
Tahapan paling umum untuk memisahkan mi- membuat avtur bahan bakar pesawat terbang
nyak bumi menjadi bermacam-macam komponen (jet), bahan bakar traktor, dan memasak;
(fraksi) dilakukan dengan pemanasan dalam tang- • Minyak diesel (gas oil), digunakan untuk bahan
ki tinggi bertingkat, lalu di setiap tingkat ”uap” bakar mesin diesel dan pemanas;
minyak itu mengembun dan menjadi ”produk mi- • Minyak bakar (fuel oil), digunakan untuk bahan
nyak” sesuai dengan tingkatannya. Pemisahan ini bakar pada industri;
didasarkan pada perbedaan titik didih masing- • Minyak pelumas, digunakan untuk minyak
masing komponen. Setelah keluar minyak dari pelumas mesin, gemuk, dan minyak pelumas
masing-masing tingkatan, proses selanjutnya ada- lainnya;
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 123

• Residu dari minyak dapat digunakan untuk di masa depan. Tahapan simulasi meliputi penyu-
aspal, tar, coke, dan lilin. sunan konsep, pembuatan model, simulasi, dan
validasi hasil simulasi.
Sistem Dinamik Menurut Hartisari (2007), simulasi yang meng-
gunakan model dinamik dapat memberikan penje-
Sistem dinamik didefinisikan sebagai sebuah bi- lasan tentang proses yang terjadi dalam sistem dan
dang untuk memahami bagaimana sesuatu berubah prediksi hasil dari berbagai skenario. Berdasarkan
menurut waktu. Menurut Hartrisari (2007), sistem hasil simulasi model tersebut, diperoleh solusi un-
dinamik merupakan metode yang dapat menggam- tuk menunjang pengambilan keputusan sehingga
barkan proses, perilaku, dan kompleksitas dalam simulasi model dinamik ini dapat digunakan seba-
sistem. Metodologi sistem dinamik ini telah dan se- gai alat untuk melakukan pendugaan. Keuntungan
dang dikembangkan sejak diperkenalkan pertama penggunaan simulasi antara lain dapat memberikan
kali oleh Jay W. Forester pada 1950-an sebagai sua- jawaban apabila model analitik yang digunakan ti-
tu metode pemecahan masalah-masalah kompleks dak memberikan solusi optimal. Model disimulasi
yang timbul karena ketergantungan sebab akibat da- lebih realistis terhadap sistem nyata karena me-
ri berbagai macam variabel di dalam sistem. Model merlukan asumsi yang lebih sedikit (Siagan (1987)
dinamik merupakan suatu metode pendekatan eks- dalam Nuroniah, 2003).
perimental yang mendasari kenyataan-kenyataan
yang ada dalam suatu sistem untuk mengamati
tingkah laku sistem tersebut (Richardson dan Pugh
(1986) dalam Nuroniah, 2003). Tujuan metodologi Metode
sistem dinamik berdasarkan filosofi sebab-akibat
adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
tentang cara kerja suatu sistem. data deret waktu periode tahun 2000–2014. Data
Sebuah bahasa pemrograman secara numerik da- tersebut diperoleh dari Kementerian ESDM, Kemen-
pat menyatakan model sistem dinamik yang sedang terian Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan data-
dipecahkan. Sistem dinamik dapat diaplikasikan data dari sumber lain yang mendukung penelitian
ke dalam perangkat lunak seperti Vensim, Dyna- ini. Dalam pengolahan data, penulis menggunakan
mo, Simile, Powersim, I-think, dan lain-lain (Buntuan, pendekatan sistem dinamik.
2010). Pemilihan Vensim sebagai perangkat lunak
untuk simulasi model adalah karena kemudahan
dan ketersediaan pada saat penelitian. Pemodelan Model Sistem Dinamik Penyediaan dan
dinamik terdiri dari variabel-variabel yang saling Konsumsi BBM Indonesia
berhubungan. Dengan perangkat lunak tersebut,
model dibuat secara grafis dengan simbol-simbol Pemodelan energi dengan simulasi dinamik bertu-
atas variabel dan hubungannya yang meliputi dua juan untuk melihat kebijakan energi di masa men-
hal, yaitu struktur dan perilaku. Struktur merupa- datang dan dampaknya terhadap ekonomi dan
kan suatu unsur pembentuk fenomena. lingkungan. Metode yang digunakan dalam ana-
Validasi adalah sebuah proses menentukan apa- lisis ini adalah simulasi dinamik dengan melihat
kah model konseptual merefleksikan sistem nyata parameter-parameter yang memengaruhi penyedia-
dengan tepat atau tidak. Validasi adalah penentuan an dan konsumsi BBM di Indonesia, yang kemudian
apakah model konseptual simulasi adalah repre- disimulasikan dengan model dinamik. Setelah pa-
sentasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan rameter yang akan disimulasikan teridentifikasi,
(Simatupang, 2000). Sedangkan simulasi adalah ak- kemudian akan diketahui variabel-variabel yang
tivitas untuk menarik kesimpulan tentang perilaku memengaruhi tiap parameter. Selanjutnya, diran-
sistem dengan mempelajari perilaku model dalam cang suatu model dengan diagram sebab-akibat
beberapa hal yang memiliki kesamaan dengan sis- dari variabel-variabel tiap parameter penyediaan
tem sebenarnya (Gotfried (1984) dalam Nuroniah, dan konsumsi BBM di Indonesia. Variabel untuk
2003). Simulasi merupakan peniruan perilaku suatu simulasi dinamik dalam penelitian ini antara lain
gejala atau proses dengan tujuan untuk memaha- meliputi karakteristik kependudukan, produksi mi-
mi gejala atau proses tersebut, membuat analisis, nyak bumi, penyediaan BBM, impor minyak bumi,
dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut ekspor minyak bumi, dan konsumsi BBM.
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
124 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Pengembangan Model Validasi Model


Validasi model dilakukan dengan membandingkan
Pengembangan model dilakukan sesuai tahapan
tingkah laku model terhadap sistem nyata (quan-
pada pendekatan model dinamik. Permasalahan
titive behavior pattern comparison), yaitu dengan uji
penyediaan dan konsumsi BBM untuk memenuhi
Nilai Tengah Persentase Kesalahan Absolut atau
semua kebutuhan merupakan permasalahan yang
Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Uji MAPE
cukup kompleks dengan banyak variabel yang ter-
adalah salah satu ukuran relatif yang menyang-
kait di dalamnya. Penetapan tujuan dan pembatas-
kut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan
an masalah yang relevan diperlukan dalam mem-
untuk mengetahui kesesuaian data hasil simulasi
bangun model untuk memperjelas lingkup perma-
dengan data aktual. Rumus MAPE sebagai berikut:
salahan. Selain itu, analisis kebutuhan dilakukan
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari pela- 1 |Xm − Xd |
ku sistem. Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhan MAPE = ∗ 100% (1)
n Xd
yang berbeda-beda, tetapi saling berinteraksi satu
sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan dengan Xm adalah data hasil simulasi; Xd adalah
sistem yang ada (Purnomo, 2012). data aktual; dan n adalah periode/banyaknya data.
Setelah tujuan, batasan masalah, dan analisis ke- Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lo-
butuhan ditetapkan, serta variabel-variabel terkait mauro dan Bakshi (1985) dalam Somantri et al., 2005)
teridentifikasi, kemudian dianalisis dan dibentuk adalah:
model mental berupa diagram sebab-akibat (cau- MAPE < 5% : sangat tepat;
sal loop diagram). Pada tahap ini, hubungan antar- 5% < MAPE < 10% : tepat;
variabel sistem tampak jelas. Pada diagram sebab- MAPE > 10% : tidak tepat.
akibat, terdapat tanda panah yang diberi tanda (+)
atau (-), tergantung pada hubungan antar-variabel.
Tanda (+) digunakan untuk menyatakan hubungan
Hasil dan Analisis
yang terjadi antara dua faktor yang berubah dalam
arah yang sama. Sedangkan tanda (-) digunakan ji-
Perkembangan Penyediaan dan Konsum-
ka hubungan yang terjadi antara dua faktor tersebut si BBM
berubah dalam arah berlawanan. Rerata pertumbuhan produksi minyak bumi, penye-
Setelah model mental terbentuk, perancangan diaan BBM, konsumsi BBM, harga minyak dunia,
dan pengembangan diagram kotak panah (stock dan harga BBM periode tahun 2000–2014 disajikan
flow diagram) dilakukan dengan menggunakan pe- pada Tabel 1.
rangkat lunak Vensim. Pada tahap ini, formulasi dan
verifikasi dimensi dilakukan. Formulasi dibuat se- Tabel 1: Rerata Produksi Minyak Bumi, Penyediaan
suai data dan informasi historis/masa lalu, sehingga BBM, Konsumsi BBM, , Harga Minyak Dunia, dan Harga
menggambarkan permasalahan pada model. Veri- BBM (dalam persen per tahun)
fikasi dilakukan dengan melakukan pengecekan
Periode 2000–2014
model terhadap persamaan matematis yang telah
Produksi Minyak Bumi -0,12
dibuat dengan running simulasi, maka dapat dilihat Penyediaan BBM 1,74
bahwa program dan model yang dikonseptualisa- Konsumsi BBM 1,76
sikan dalam diagram alir sudah berjalan dengan Harga Minyak Dunia 10,53
Harga BBM 21,36
baik.
Sumber: KESDM (2015b), diolah
Setelah formulasi dan verifikasi dimensi selesai,
simulasi dapat dilakukan sesuai horizon waktu
yang ditentukan, yaitu pada waktu mulai (start ti- Penyediaan Minyak Mentah
me) adalah tahun 2014 dan waktu berhenti (stop
time) adalah tahun 2025. Untuk melihat perilaku Penyediaan minyak mentah menunjukkan tren
model, beberapa skenario dicoba dalam simula- yang menurun. Cadangan minyak bumi Indonesia
si model. Beberapa skenario diharapkan mampu dari tahun 2000 sampai dengan 2014 mengalami
memperlihatkan kemampuan penyediaan BBM da- penurunan (Gambar 2). Cadangan terbukti (proven)
lam memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. minyak bumi Indonesia tahun 2000 mencapai 5,12
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 125

miliar barel, sedangkan tahun 2014 menurun men- (BBG). Sektor rumah tangga yang banyak meng-
jadi 3,62 miliar barel. Indonesia memiliki cadangan gunakan minyak tanah beralih menggunakan LPG.
potensial minyak bumi mencapai 3,75 miliar barel Sementara untuk fuel oil juga cenderung mengalami
pada 2014 (KESDM, 2015a). penurunan. Avtur dan avgas yang digunakan un-
tuk bahan bakar pesawat mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan pening-
Produksi Minyak Bumi katan jumlah pesawat dan semakin meningkatnya
Selama rentang tahun 2000–2014, produksi minyak penggunaan transportasi udara.
bumi menurun dari 352,88 juta barel menjadi 342,58 BBM dikonsumsi oleh berbagai sektor, di anta-
juta barel. Penurunan produksi minyak bumi Indo- ranya sektor industri, rumah tangga, komersial,
nesia akan berdampak pada meningkatnya impor transportasi, dan sektor lainnya. Dalam Gambar 5
minyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebu- terlihat bahwa konsumsi BBM didominasi oleh sek-
tuhan minyak bumi yang semakin meningkat. tor transportasi. Sektor transportasi menggunakan
BBM jenis avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi-
nyak solar, dan minyak bakar. Sedangkan konsumsi
Penyediaan BBM BBM yang paling sedikit adalah sektor komersial.
Sektor rumah tangga yang hanya mengonsumsi
Penyediaan BBM mengalami peningkatan dari ta- minyak tanah mengalami penurunan yang cukup
hun 2000–2014. Selama rentang tahun tersebut, pe- signifikan, terutama setelah tahun 2008.
nyediaan BBM meningkat sebesar 1,74% per tahun
dari 433,36 juta barel menjadi 544,79 juta barel (Gam-
bar 3). Peningkatan penyediaan BBM disebabkan Peramalan Penyediaan dan Konsumsi
oleh peningkatan impor BBM. Hal ini dikarenakan BBM dengan Simulasi Dinamik
produksi BBM Indonesia tidak mencukupi konsum-
si BBM dalam negeri, sehingga diperlukan impor Deskripsi Sistem
BBM untuk memenuhi kebutuhan BBM Indonesia. Berdasarkan kajian literatur, beberapa pelaku sis-
tem yang berperan dalam penyediaan dan konsum-
Konsumsi BBM si BBM dapat diidentifikasi. Tabel 2 menyajikan
kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem. Pe-
Pertumbuhan rata-rata konsumsi BBM sebesar laku sistem dan kebutuhannya telah disesuaikan
1,76% per tahun dengan rata-rata konsumsi tiap ta- dengan batasan penelitian. Diagram input output
hunnya sebanyak 345,14 juta barel (KESDM, 2015b). dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Secara keseluruhan, selama kurun waktu 15 tahun
ini, konsumsi BBM rata-rata per tahun lebih tinggi
Konseptualisasi Sistem
dibandingkan produksi minyak bumi rata-rata per
tahun. Oleh karena itu, produksi minyak bumi do- Permasalahan penyediaan dan konsumsi BBM un-
mestik belum menutupi konsumsi BBM, sehingga tuk memenuhi kebutuhan masyarakat merupakan
untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah suatu permasalahan sistem yang cukup kompleks
mengimpor minyak mentah dan BBM dari luar dengan melibatkan berbagai komponen variabel
negeri. Konsumsi BBM Indonesia didominasi oleh yang saling berinteraksi dan terintegrasi. Penyedi-
bensin dan minyak solar seperti ditunjukkan pada aan dan konsumsi BBM dipandang sebagai suatu
Gambar 4. masalah dinamika sistem yang berubah sepanjang
Konsumsi bensin dari tahun 2000 sampai 2014 waktu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang juga
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan ben- bersifat dinamik. Sistem penyediaan dan konsumsi
sin digunakan untuk sektor transportasi dengan BBM digambarkan pada diagram sebab-akibat dan
jumlah kendaraan bermotor tiap tahunnya meng- dapat dilihat pada Gambar 7.
alami peningkatan, dengan rata-rata peningkatan Produksi BBM domestik dipengaruhi oleh input
sebesar 14,85% dari tahun 2000 sampai 2014. Untuk minyak mentah untuk kilang. Input minyak mentah
minyak tanah, konsumsi dari tahun 2000 sampai untuk kilang dipengaruhi oleh produksi minyak
2014 mengalami penurunan, terutama setelah tahun mentah, impor minyak mentah, dan ekspor minyak
2008. Penurunan tersebut dikarenakan keberhasilan mentah. Jika input minyak mentah untuk kilang
program konversi minyak tanah ke bahan bakar gas semakin tinggi, maka produksi BBM domestik akan
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
126 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 2: Cadangan Minyak Bumi Indonesia (Miliar Barel)


Sumber: KESDM (2015a), diolah

Gambar 3: Penyediaan BBM di Indonesia


Sumber: KESDM (2015b), diolah

Tabel 2: Pelaku Sistem Teridentifikasi dan Kebutuhannya

No Pelaku Sistem Kebutuhan


1 Pemerintah BBM tersedia dan mencukupi kebutuhan masyarakat
2 Produsen minyak mentah dan BBM Jumlah produksi minyak mentah dan BBM terus meningkat
3 Eksportir minyak mentah dan BBM Jumlah minyak mentah dan BBM yang dapat diekspor terus meningkat
4 Importir minyak mentah dan BBM Jumlah minyak mentah dan BBM yang dibutuhkan meningkat sehingga impor meningkat
5 Masyarakat Kebutuhan BBM terpenuhi
Sumber: Hasil pengolahan penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 127

Gambar 4: Konsumsi BBM per Jenis di Indonesia (Ribu Barel)


Sumber: KESDM (2015b), diolah

Gambar 5: Konsumsi BBM per Sektor di Indonesia (Ribu Barel)


Sumber: KESDM (2015b), diolah

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


128 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 6: Diagram Input Output Sistem Dinamik Penyediaan dan Konsumsi BBM Indonesia
Sumber: Penulis

Gambar 7: Diagram Sebab-Akibat Model Penyediaan dan Konsumsi BBM Indonesia


Sumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 129

meningkat, dan penyediaan BBM untuk memenuhi 8. Laju pertumbuhan konsumsi minyak lainnya
permintaan semakin besar. Produksi BBM domestik sebesar 7,93% per tahun.
dan impor BBM yang meningkat akan meningkat- 9. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia ada-
kan penyediaan BBM. Di sisi lain, semakin besar lah 1,27% per tahun.
jumlah ekspor BBM, maka akan menurunkan pe- 10. Periode analisis simulasi dibatasi untuk perio-
nyediaan BBM. Konsumsi BBM dipengaruhi oleh de tahun 2014 sampai dengan 2025.
konsumsi avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi- Formulasi dilakukan dalam perangkat lunak Ven-
nyak solar, dan minyak lainnya. Konsumsi BBM sim menggunakan diagram kotak panah. Diagram
juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Jika jum- kotak panah lengkap untuk model penyediaan dan
lah penduduk semakin banyak, maka permintaan konsumsi BBM dapat dilihat pada Gambar A1 pa-
BBM akan semakin meningkat, sehingga konsumsi da Lampiran. Persamaan matematis tujuan utama
BBM akan meningkat pula. pemodelan adalah:
Model sistem dinamik yang dikembangkan diba-
Penyediaan BBM = Produksi BBM Domestik
tasi pada hal-hal yang berkaitan dengan penawaran
(produksi) BBM dan permintaan (konsumsi) terha- + Impor BBM − Ekspor BBM
dap BBM bagi kebutuhan masyarakat dan ekspor
BBM. Untuk memudahkan pemodelan, sistem pe- Konsumsi BBM = Konsumsi Avgas
nyediaan dan konsumsi BBM dibagi menjadi dua + Konsumsi Avtur
subsistem utama, yaitu subsistem penawaran dan
+ Konsumsi Bensin
permintaan.
+ Konsumsi Minyak Tanah
+ Konsumsi Minyak Solar
Formulasi Sistem + Konsumsi Minyak Lainnya

Formulasi model adalah perumusan masalah ke da-


lam bentuk matematis yang dapat mewakili sistem Skenario dan Hasil Simulasi
nyata. Formulasi model menghubungkan variabel- Pada pemodelan sistem dinamik penyediaan dan
variabel yang telah diidentifikasi dalam model kon- konsumsi BBM, rancangan model, simulasi, dan
septual. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis dilakukan dengan mengacu pada tujuan
pemodelan penelitian ini adalah: dan skenario pada model. Beberapa skenario yang
1. Konsumsi BBM merupakan total konsumsi fi- digunakan dalam menganalisis penyediaan dan
nal BBM yang merupakan penjumlahan kon- konsumsi BBM beserta hasilnya antara lain:
sumsi avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi-
nyak solar, dan minyak lainnya. 1. Skenario Tanpa Perubahan Komponen
2. Aspek yang dibahas dalam penelitian ini ada-
lah aspek penyediaan dan konsumsi BBM. As- Pada skenario tanpa perubahan komponen, sistem
pek harga BBM, akses terhadap BBM, dan ke- berjalan sesuai formulasi awal atau sesuai dengan
butuhan BBM tidak dibahas dalam pemodelan. kondisi yang berlangsung saat ini. Laju pertum-
3. Laju pertumbuhan kilang minyak adalah 1,57% buhan produksi minyak mentah, impor minyak
per tahun. mentah, dan ekspor minyak mentah berturut-turut
4. Laju produksi minyak mentah, impor minyak adalah -3,8%; 4,57%; dan -4,37% per tahun. Laju
mentah, dan ekspor minyak mentah berturut- pertumbuhan konsumsi avgas adalah -3,55% per
turut adalah -3,8%; 4,57%; dan -4,37% per ta- tahun, laju pertumbuhan konsumsi avtur adalah
hun. 9,17% per tahun, dan laju pertumbuhan konsumsi
5. Laju pertumbuhan impor BBM dan ekspor bensin adalah 6,35% per tahun. Laju pertumbuhan
BBM adalah 6,61% dan -5,15% per tahun. konsumsi minyak tanah adalah -14,30% per tahun,
6. Laju pertumbuhan konsumsi avgas, avtur, dan laju pertumbuhan konsumsi minyak solar adalah
bensin berturut-turut adalah -3,55%; 9,17%; -1,54% per tahun, dan laju pertumbuhan konsumsi
dan 6,35% per tahun. minyak lainnya adalah 7,93% per tahun. Dengan
7. Laju pertumbuhan konsumsi minyak tanah skenario ini, maka pola kecenderungan penyedia-
dan minyak solar adalah -14,3% dan -1,54% an dan konsumsi BBM hasil simulasi dapat dilihat
per tahun. pada Gambar 8.
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
130 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 8: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Pertama


Sumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 131

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari tahun di struktur penemuan dan mempercepat pengaju-
2014 hingga tahun 2025, penyediaan BBM selalu an usulan rencana pengembangan lapangan baru
mengalami peningkatan untuk memenuhi konsum- dari cadangan yang sudah ditemukan; pengupa-
si BBM yang juga selalu mengalami peningkatan. yaan pengembangan atau pemroduksian kembali
Dari hasil simulasi, terlihat bahwa pada tahun 2015 lapangan yang masih berpotensi, baik yang per-
sampai 2016, penyediaan BBM masih memenuhi nah diproduksikan maupun yang belum pernah
kebutuhan dalam negeri. Penyediaan BBM pada diproduksikan; serta pengupayaan pemroduksian
tahun 2014 sebesar 422 juta barel dan pada tahun kembali sumur-sumur yang masih berpotensi, baik
2015 sebesar 438 juta barel. Sedangkan konsumsi yang pernah diproduksikan maupun yang belum
BBM pada tahun 2014 sebesar 415 juta barel dan pernah diproduksikan.
pada tahun 2015 sebesar 436 juta barel. Dengan Dengan skenario ini, maka pola kecenderungan
demikian, konsumsi BBM masih dapat dicukupi penyediaan dan konsumsi BBM hasil simulasi se-
dari penyediaan BBM. Namun demikian, mulai perti ditunjukkan pada Gambar 10. Hasil simulasi
tahun 2017 sampai 2025 penyediaan BBM tidak menunjukkan bahwa dari tahun 2014 hingga 2025,
mencukupi konsumsi BBM seperti pada Gambar penyediaan BBM selalu mengalami peningkatan
9. Penyediaan BBM pada tahun 2014 sebesar 456 untuk memenuhi konsumsi BBM yang juga selalu
juta barel sedangkan konsumsi BBM sebesar 458 mengalami peningkatan. Dari hasil simulasi de-
juta barel. Penyediaan BBM yang tidak mencuku- ngan skenario kedua ini, yakni tahun 2015 sampai
pi kebutuhan dalam negeri, memaksa pemerintah 2025, penyediaan BBM cukup untuk memenuhi
melakukan peningkatan produksi BBM domestik, kebutuhan dalam negeri yang selalu mengalami
impor BBM, serta mengurangi ekspor BBM. peningkatan (Gambar 11). Dengan demikian, pro-
duksi minyak mentah diharapkan semakin mening-
kat, sehingga penyediaan BBM dapat memenuhi
2. Skenario Peningkatan Produksi BBM Domes-
konsumsi BBM. Peningkatan laju produksi minyak
tik
mentah menjadi 1% berdampak sangat signifikan
Produksi BBM domestik dipengaruhi oleh input mi- terhadap penyediaan BBM domestik. Peningkat-
nyak mentah untuk kilang. Input minyak mentah an penyediaan BBM dari peningkatan produksi
untuk kilang merupakan penjumlahan produksi minyak mentah menyebabkan penurunan impor
minyak mentah ditambah impor minyak mentah minyak mentah dan BBM.
dikurangi ekspor minyak mentah. Dengan demi-
kian, produksi BBM domestik dipengaruhi oleh 3. Skenario Pengurangan Konsumsi BBM
laju pertumbuhan produksi minyak mentah, im-
por minyak mentah, dan ekspor minyak mentah. Konsumsi BBM merupakan penjumlahan konsum-
Pada skenario kedua, laju pertumbuhan produksi si avgas, avtur, bensin, minyak tanah, dan minyak
minyak mentah mengalami peningkatan dari -3,8% solar, serta minyak lainnya. Pada skenario ini, la-
menjadi 1%. Hal yang mendasari peningkatan ini ju pertumbuhan konsumsi BBM yang digunakan
adalah adanya Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 untuk sektor transportasi mengalami penurunan
Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak dengan asumsi pembatasan penggunaan jenis BBM
Bumi Nasional dan Peraturan Menteri (Permen) tertentu dan peningkatan penggunaan energi terba-
ESDM No. 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Kebijak- rukan, seperti biofuel dan bahan bakar gas. Asumsi
an Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi laju pertumbuhan konsumsi BBM mengalami penu-
Nasional. Dalam Inpres No. 2 Tahun 2012, Presiden runan 1%. Hal ini sesuai dengan Permen ESDM No.
menginstruksikan kepada Menteri ESDM untuk 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan
mendorong optimalisasi produksi pada lapangan Bahan Bakar Minyak. Dalam peraturan tersebut,
eksisting1 maupun percepatan penemuan cadang- pengendalian penggunaan BBM dilaksanakan seca-
an baru melalui penyempurnaan kebijakan kontrak ra bertahap dengan pembatasan penggunaan jenis
kerja sama dan kebijakan terkait lainnya. Selain itu, BBM tertentu untuk transportasi jalan dan untuk
dalam Permen ESDM No. 6 Tahun 2010, kontraktor transportasi laut.
wajib melakukan penyelesaian kegiatan eksplorasi Dengan skenario ini, maka pola kecenderungan
penyediaan dan konsumsi BBM hasil simulasi dapat
dilihat pada Gambar 12. Hasil simulasi menunjuk-
1 merupakan lapangan yang masih ada dan masih beroperasi. kan bahwa dari tahun 2014 hingga 2025, penyediaan
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
132 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 9: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Pertama


Sumber: Penulis

Gambar 10: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Kedua


Sumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 133

Gambar 11: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Kedua
Sumber: Penulis

BBM selalu mengalami peningkatan untuk meme- bensin berturut-turut adalah -3,05%; 10,80%; dan
nuhi konsumsi BBM yang juga selalu mengalami 6,20%. Laju pertumbuhan konsumsi minyak tanah,
peningkatan. minyak solar, dan minyak lainnya berturut-turut
Dari hasil simulasi dengan skenario ketiga ini, ta- adalah -11,11%; 1,70%; dan 3,43%.
hun 2015 sampai 2025, penyediaan BBM masih me- Pada validasi model penyediaan dan konsumsi
menuhi kebutuhan dalam negeri seperti pada Gam- BBM, variabel yang diuji yaitu penyediaan dan
bar 13. Dengan pembatasan penggunaan BBM, ma- konsumsi BBM. Pada variabel penyediaan BBM,
ka diharapkan dapat mengurangi konsumsi BBM. validasi menunjukkan nilai 4,03%, artinya di bawah
Pengurangan konsumsi BBM sebesar 1% berdam- 5%, sehingga dapat dinyatakan model sangat tepat.
pak sangat signifikan terhadap penyediaan BBM Pada variabel konsumsi BBM, validasi menunjuk-
domestik. Dengan demikian, dengan penurunan kan nilai 2,00%, artinya di bawah 5%, sehingga
konsumsi BBM sebesar 1%, maka penyediaan BBM dapat dinyatakan model sangat tepat. Hasil validasi
masih mencukupi kebutuhan dalam negeri. dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3: Validasi Penyediaan BBM


Validasi Model
Penyediaan BBM (ribu barel)
Validasi model dilakukan dengan membandingkan Tahun Error
Simulasi Nyata
hasil simulasi dengan data aktual yang diperoleh 2011 378.046 402.657 6,11%
dari sistem nyata. Validasi model dilakukan terha- 2012 390.264 413.175 5,55%
dap variabel penyediaan BBM dan konsumsi BBM. 2013 403.421 417.694 3,42%
2014 417.577 421.976 1,04%
Validasi dilakukan dengan menurunkan waktu si- MAPE 4,03%
mulasi menjadi waktu awal adalah tahun 2011 dan Sumber: Hasil pengolahan penulis
waktu akhir adalah tahun 2014, sehingga formulasi
disesuaikan dengan data tahun 2010.
Pada validasi penyediaan BBM, laju pertumbuh-
an produksi minyak mentah, impor minyak mentah, Kesimpulan
dan ekspor minyak mentah berturut-turut adalah
-3,57%; 4,30%; dan -4,26%. Laju pertumbuhan impor Model sistem dinamik penyediaan dan konsumsi
BBM dan ekspor BBM berturut-turut adalah 6,63% BBM yang telah dikembangkan, telah dapat men-
dan -4,27%. Sedangkan pada validasi konsumsi deskripsikan kondisi penyediaan dan konsumsi
BBM, laju pertumbuhan konsumsi avgas, avtur, dan BBM. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sampai
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137
134 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

Gambar 12: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Ketiga


Sumber: Penulis

Gambar 13: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario Ketiga
Sumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 135

Tabel 4: Validasi Konsumsi BBM mengurangi tingkat ketergantungan terhadap BBM


yang bersumber dari impor. Upaya ini dapat dila-
Konsumsi BBM (ribu barel) kukan dengan revitalisasi kilang minyak lama dan
Tahun Error
Simulasi Nyata
2011 371.142 363.827 2,01% pembangunan kilang minyak baru. Upaya untuk
2012 380.224 391.531 2,89% mengurangi ekspor minyak mentah dan BBM perlu
2013 390.412 397.223 1,71% dilakukan untuk menambah penyediaan BBM do-
2014 401.749 396.214 1,40% mestik. Selain itu, dari sisi penyediaan perlu upaya
MAPE 2,00%
Sumber: Hasil pengolahan penulis
untuk konversi BBM ke energi yang terbarukan,
seperti peningkatan penyediaan BBG dan bahan
bakar nabati (BBN). Berbagai upaya dari sisi pe-
tahun 2016 penyediaan BBM dapat memenuhi ke- nyediaan tersebut diharapkan dapat mengu- rangi
butuhan BBM. Sedangkan untuk tahun 2017 sampai ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak
2025, penyediaan BBM tidak dapat memenuhi ke- mentah dan BBM.
butuhan BBM dalam negeri. Hal ini dikarenakan Kedua, dari sisi permintaan, yang mana kebutuh-
peningkatan konsumsi BBM melebihi peningkatan an BBM selalu mengalami peningkatan ditandai
penyediaan BBM. Pada tahun 2025, diperkirakan dengan meningkatnya konsumsi BBM tiap tahun-
penyediaan BBM mencapai 651.092 juta barel dan nya. Dengan demikian, perlu upaya untuk mening-
konsumsi BBM mencapai 719.048 juta barel. katkan efisiensi pemanfaatan BBM, pembatasan
Beberapa skenario penyediaan dan konsumsi penggunaan BBM, dan pengurangan subsidi BBM
BBM antara lain: (1) skenario tanpa perubahan secara bertahap. Dengan adanya pembatasan BBM
komponen; (2) skenario peningkatan produksi BBM dan pengurangan subsidi BBM secara bertahap
domestik; dan (3) skenario pengurangan konsumsi diharapkan masyarakat tidak boros dalam peman-
BBM. Dengan skenario peningkatan produksi BBM faatan BBM. BBM digunakan untuk hal-hal yang
domestik dan pengurangan konsumsi BBM, menun- sifatnya produktif. Selain itu, untuk mengurangi
jukkan bahwa tahun 2014 hingga 2025, penyediaan ketergantungan terhadap BBM perlu upaya pening-
BBM dapat memenuhi konsumsi BBM. katan pemanfaatan energi lain, di antaranya dengan
Di masa yang akan datang, secara keseluruh- penggunaan BBG dan penggunaan biofuel, teruta-
an konsumsi BBM cenderung meningkat. Sejalan ma untuk sektor transportasi.
dengan itu, penyediaan BBM cenderung mengala-
mi peningkatan. Namun peningkatan penyediaan
BBM yang bersumber pada produksi BBM domes- Daftar Pustaka
tik lebih kecil dibandingkan peningkatan konsumsi
[1] Buntuan, I.F. (2010). Simulasi Model Dinamik pada Sis-
BBM. Hal ini menyebabkan impor minyak men- tem Deteksi Dini untuk Manajemen Krisis Pangan. Skripsi.
tah dan BBM cenderung mengalami peningkatan Bogor: Institut Pertanian Bogor.
dalam memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. [2] Chontanawat, J., Hunt, L.C., & Pierse, R. (2006). Causa-
lity between Energy Consumption and GDP. Evidence
from 30 OECD and 78 non-OECD Countries. Surrey Energy
Economics Discussion paper Series SEEDS 113. Surrey, UK:
Rekomendasi Surrey Energy Economics Centre (SEEC) Department of
Economics, University of Surrey. Diakses dari http://www.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah seec.surrey.ac.uk/Research/SEEDS/SEEDS113.pdf. Tanggal
agar persediaan mampu mengimbangi konsumsi akses 8 Januari 2016.
BBM pada masa yang akan datang antara lain ada- [3] Cleveland, C.J., & Stern, D.I. (1993). Productive and excha-
nge scarcity: an empirical analysis of the US forest products
lah pertama, dari sisi penyediaan, yaitu perlu upaya industry. Canadian Journal of Forest Research, 23(8), 1537–1549.
untuk meningkatkan penyediaan BBM. Penyediaan doi: https://doi.org/10.1139/x93-194.
BBM dipengaruhi oleh kapasitas kilang, produksi [4] DESDM. (2009). Minyak dan Gas Bumi dari Proses Pembuatan
minyak mentah domestik, impor minyak mentah hingga Pembentukan. Jakarta: Direktorat Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya
dan BBM, serta ekspor minyak mentah dan BBM. Mineral (DESDM).
Upaya untuk meningkatkan investasi bidang mi- [5] Fauzi, A. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan:
nyak bumi sangat diperlukan terutama dari aspek Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
[6] Hartrisari. (2007). Sistem Dinamik: konsep sistem dan per-
produksi, pengolahan, dan distribusi minyak bu- modelan untuk industri dan lingkungan. Bogor: SEAMEO
mi. Seiring dengan itu, upaya peningkatan jumlah Biotrop.
dan kapasitas kilang minyak perlu dilakukan untuk [7] KESDM. (2015a). Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


136 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...

2015–2019 (Renstra KESDM 2015–2019). Jakarta: Kemente-


rian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Diakses
dari http://www.migas.esdm.go.id/public/images/uploads/
posts/data-to-mail-new-rev-buku-renstra-2015.pdf. Tang-
gal akses 3 Desember 2015.
[8] KESDM. (2015b). Handbook of Energy & Economic
Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian Ener-
gi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Diak-
ses dari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/
content-handbook-of-energy-economic-statistics-of-
indonesia-2015-uwe2cqn.pdf. Tanggal akses 16 Februari
2016.
[9] Nuroniah, S.N. (2003). Penjadwalan Produksi dengan Pen-
dekatan Metode Dinamik (Studi Kasus di PT Goodyear
Indonesia, tbk). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[10] Purnomo, H. (2012). Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelo-
laan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB
Press.
[11] Simatupang, T.M. (2000). Pemodelan Sistem. Klaten: Penerbit
Nindika.
[12] Somantri, A.S., Purwani, E.Y., & Thahrir, R. (2005). Simu-
lasi Model Dinamik Ketersediaan Sagu sebagai Sumber
Karbohidrat Mendukung Ketahanan Pangan Kasus Papua.
Makalah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian.
[13] Stern, D.I. (2003). Economic Growth and Energy. Diakses dari
http://sterndavidi.com/Publications/Growth.pdf. Tanggal
akses 8 Januari 2016.
[14] Yusgiantoro, P. (2000). Ekonomi Energi: Teori dan Praktik.
Jakarta: Pustaka LP3ES.

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137


Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 137

Lampiran

Gambar A1

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Anda mungkin juga menyukai