Anda di halaman 1dari 7

1.

Permasalahan Sumber Daya Mineral dan Energi


Energi sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas perekonomian
Indonesia, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk aktivitas produksi
berbagai sektor perekonomian. Menurut UU No 30 Tahun 2007 tentang Energi,
energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya,
mekanika, kimia dan elektromagnetika. Energi dihasilkan dari sumber energi,
seperti minyak bumi, gas bumi maupun batubara yang nantinya ditransformasikan
menjadi energi final seperti listrik atau BBM dan dapat dinikmati langsung oleh
masyarakat (Nasional, 2016, p. 20). Energi juga dihasilkan dari sumber daya yang
dapat diperbarui (renewable resources) seperti air,matahari,angin,biomassa,dan
panas bumi yang nantinya diubah menjadi energi dalam bentuk lain seperti energi
listrik melalui pembangkit listrik tertentu agar dapat dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia, UUD Tahun 1945 melalui pasal 33 telah mengamanatkan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya demi kemakmuran rakyat.
Indonesia merupakan negara yang masih memanfaatkan energi minyak bumi
sebagai sumber energi utama. Namun dalam beberapa tahun terakhir Indonesia
mengalami permasalahan sumber daya mineral dan energi tanpa solusi yang
memadai.Adapun permasalahan sumber daya mineral dan energi adalah sebagai
berikut.
a. Cadangan Energi Fosil Yang Cenderung Menipis
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), cadangan minyak bumi Indonesia hanya tersedia untuk 9,5 tahun dan
gas bumi untuk 19,9 tahun dengan asumsi tidak ada penemuan baru cadangan
minyak dan gas bumi. Selain itu, ditinjau dari pencapaian produksi rata-rata
minyak dan gas bumi dalam dua tahun terakhir menunjukkan terjadinya
penurunan akibat adanya penurunan performance reservoir secara alami
(natural decline) dan tidak ditemukannya cadangan besar yang dapat
menggantikan cadangan yang terus diproduksi.Artinya,terdapat penurunan dari
segi kuantitas minyak bumi dan dalam jangka waktu tertentu dapat habis
(Kementerian ESDM, 2019).
Minyak dan gas bumi termasuk dalam Sumber Daya Alam (SDA) tak
terbarukan. Minyak dan gas bumi suatu saat dapat habis dan tidak mungkin lagi
untuk diproduksi atau dibentuk ulang. Menurut Kementrian Energi dan
Sumberdaya Mineral (2009) cadangan energi minyak mentah Indonesia hanya
dapat diproduksi atau akan habis dalam kurun waktu 22.99 tahun, gas selama
58.95 tahun dan batubara selama 82.01 tahun.
b. Konsumsi Energi Yang Meningkat dan Cenderung Boros
Dari aspek konsumsi menunjukkan bahwa konsumsi energi Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada periode 2000-2008,
konsumsi energi akhir mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 2.73
persen dari 764.40 Juta SBM menjadi 945.52 Juta SBM. Menurut jenis energi,
konsumsi energi BBM merupakan konsumsi energi tertinggi yang diikuti oleh
biomas, Gas, listrik dan batubara Kementrian Energi Dan Sumberdaya Mineral
(2009). Dengan semakin menipisnya cadangan energi fosil pada satu sisi,
sementara disisi lain konsumsi energi terus mengalami peningkatan menjadi
ancaman terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Pemanfaatan energi
yang boros diperlihatkan oleh elastisitas energi yang tinggi. Nilai elastisitas
energi rata-rata pada periode 1995-2008 sebesar 2.17. Hal ini berarti apabila
pertumbuhan ekonomi (PDB) meningkat sebesar 1 persen maka konsumsi
energi akhir akan meningkat sebesar 2.17 persen. Angka ini mengindikasikan
Indonesia tergolong negara boros energi.
c. Pengembangan Energi Alternatif Yang Cenderung Lambat
Kondisi penggunaan energi fosil seperti minyak bumi pada tahun 2013
mencapai 46 %, gas bumi menyumbang sebesar 18 %, dan batubara sebesar
31%. Sementara penggunaan energi baru terbarukan masih sangat kecil sebesar
5 % (Handbook of Energi & Economic Statistics of Indonesia KESDM,
2014).Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan energi terbarukan di
Indonesia mengalami hambatan yang belum dapat terselesaikan.Padahal
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan potensi energi baru
terbarukan Namun dalam pemanfaatannya menjadi listrik atau sumber energi
lainnya cenderung merupakan hal yang tidak mudah.Terdapat hambatan utama
dalam pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.Hambatan utama
yaitu teknologi,pendanaan,dan ketersediaan bahan baku (biomassa) serta
pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia juga kurang berpihaknya
politik anggaran energi di Indonesia.
d. Permasalahan Penyediaan Energi (Energi Supply)
Penyediaan energi (Energy Supply) pada masa depan merupakan
permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa karena
kesejahteraan manusia dalam kehidupan modern sangat terkait dengan jumlah
dan mutu energi yang dimanfaatkan. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu
negara sedang berkembang, penyediaan energi merupakan faktor yang sangat
penting dalam mendorong pembangunan. Seiring dengan meningkatnya
pembangunan diberbagai sektor, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan
penduduk, kebutuhan akan energi akan terus meningkat.
Pertamina menetapkan bahwa setidaknya Indonesia harus memenuhi stok
sebesar 33% lebih untuk mencukupi kebutuhan BBM hingga akhir tahun 2014.
Namun, kenyataannya tidak semulus yang ditargetkan Pertamina, stok BBM
Indonesia saat ini tersisa sekitar 28% dari target dan oleh karenya pemerintah
bersama Pertamina berusaha keras untuk menekan penggunaan BBM, terutama
premium dan premium bersubsidi untuk menjaga stok agar mencukupi hingga
akhir tahun (Joko Ade Nuryono,2014). Produksi minyak terus menurun
sementara permintaan energi terus tumbuh menyebabkan peningkatan impor
minyak mentah dan produk olahan. Di sisi lain, subsidi BBM relatif tinggi,
disebabkan oleh peningkatan konsumsi domestik, kenaikan harga minyak
internasional dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan valuta
asing lainnya (Rezzy Eko Caraka, Puti Cresti Ekacitta,2014).
Dalam memenuhi kebutuhan energi, penyedian energi nasional dipasok dari
produksi domestik dan impor. Pasokan energi dari produksi domestik sangat
tergantung teknologi dan infrastruktur energi. Teknologi ekplorasi dan
infrastruktur energi membutuhkan modal yang besar dan dalam jangka waktu
yang panjang. Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
investasi di bidang energi. Dengan keterbatasan tersebut, untuk memenuhi
kebutuhan energi domestik dapat dilakukan impor minyak dari negara lainnya.
Impor minyak sangat tergantung dengan berapa besar kebutuhan akan energi,
harga minyak dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.
e. Masalah Infrastruktur dan Perizinan Tambang
Penuaan infrastruktur peralatan pembangkit listrik dapat menjadi alasan lain
akan krisis energi global. Beberapa negara menggunakan peralatan usang yang
membatasi produksi energi yang efisien dan efektif.Meskipun pembaruan
infrastruktur membutuhkan banyak biaya dan menggunakan sejumlah besar
sumber daya tambahan, namun hal tersebut dapat menciptakan standar kinerja
tinggi dan membantu mencegah krisis energi. Contoh permasalahan lain terkait
migas adalah terkait kebutuhan lahan, yang sering kali menuai polemik. Dalam
kasus yang sama teknis pembagunan pipa baru juga membutuhkan lahan lebih
dari lima hektare, sementara jalur pipa akan sangat membahayakan penduduk
sekitar. Belum adanya kebijakan satu peta atau data juga menimbulkan masalah
perizinan tambang.
f. Kecelakaan Besar dan Bencana Alam
Kecelakaan-kecelakaan besar seperti patahan atau putusnya jalur utama,
dan bencana alam seperti kekeringan, banjir, angin topan, letusan gunung
berapi, dan gempa bumi menyebabkan terhentinya pasokan energi dan
mineral.Hal ini juga menyebabkan adanya tingkat kesulitan dalam pengambilan
atau pertambangan mineral dan energi tersebut.Dengan demikian kecelakaan
besar saat pertambangan mineral dan energi dapat menyebabkan pertambahan
biaya produksi sehingga dapat mengatasi permasalahan tersebut.Namun jika
tidak bisa mengatasi permalahan saat pengambilan mineral dan energi seperti
minyak bumi maka akan ditinggalkan begitu saja sehingga berdampak negative
pada lingkungan.
2. Dampak Penggunaan Sumber Daya Mineral dan Energi
Pemanfaatan minyak bumi pada kenyataannya selain mendatangkan dampak
positif, di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif.
a. Kerusakan Lingkungan
Dampak negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan minyak bumi yang
sedang berlangsung saat ini yaitu berupa terjadinya berbagai jenis kerusakan.
Kerusakan yang terjadi bahkan sudah berlangsung sejak tahap awal dari
pemanfaatan minyak bumi itu sendiri. Pembukaan area pertambangan minyak
bumi dilakukan dengan jalan melakukan penebangan hutan, pengeringan di
Daerah Aliran Sungai (DAS), dan pengalihan arah aliran air sungai. Tindakan
yang dilakukan dalam membuka area pertambangan minyak bumi pada
akhirnya telah merenggut habitat bagi berbagai macam hewan dan tumbuhan.
b. Tercemarnya Udara dan Terjadi Pemanasan Global
Pemanfaatan minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari juga dapat
memberikan dampak buruk bagi lingkungan maupun kehidupan yaitu berupa
polusi udara yang semakin bertambah parah (Nailufar, 2022). Polusi udara
dapat timbul karena pembakaran dari minyak bumi menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2) yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Pembakaran
minyak bumi menjadi penyumbang bertambahnya CO2 di atmosfer. Jika
jumlah CO2 semakin meningkat dengan cepat di udara maka dapat
menimbulkan terjadinya pemanasan global (Wiyati, 2019).
c. Rusaknya Ekosistem dan Punahnya Habitat (Hewan dan Tumbuhan)
Jenis kerusakan lain yang timbul dari adanya pemanfaatan minyak bumi
ialah oil spill atau tumpahan minyak. Oil spill yaitu pencemaranlaut yang
diakibatkan oleh hasil operasi kapal tanker (air ballast), perbaikan dan
perawatan kapal (docking), terminal bongkar muat tengah laut, air bilga
(saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin), scrapping
kapal, serta yang paling sering terjadi adalah kecelakaan atau tabrakan kapal
tanker. Oil spill menimbulkan beberapa dampak buruk berupa kematian
organisme, perubahan reproduksi dan tingkah laku organisme, terganggunya
daerah migrasi ikan, gangguan bau lantung (busuk), terganggunya kegiatan
budidaya perikanan, serta kerusakan ekosistem.
d. Peningkatan Resiko Perubahan Iklim
Batubara dan gas alam memasok banyak energi untuk kebutuhan
manusia.Setiap bentuk energi berkontribusi terhadap total emisi gas rumah
kaca.Sebagai hasil dari peningkatan jejak karbon, perubahan iklim
kemungkinan besar juga terjadi. Akibat perubahan cuaca ekstrem, akan ada ada
banjir, peristiwa kebakaran hutan, dan kekeringan.Ini juga akan secara
signifikan mempengaruhi tanaman petani.Banyak dari tanaman ini akan gagal
panen yang berarti penurunan pasokan makanan.
e. Hujan Asam
Pada proses pembakaran minyak bumi tentunya akan melepaskan gas yang
berupa CO2, NO2 dan SO2 (sulfur) yang dari ketiga gas tersebut nantinya akan
menyebabkan terjadinya hujan asam. Nitrogen oksida yang melepaskan gas
nitrogen nantinya di udara akan menggumpal kemudian menjadi asam nitrat
yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Sedangkan gas sulfur oksida yang
melepaskan sulfur ke udara bebas nantinya akan membentuk asam sulfat yang
juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Apabila nitrogen oksida dan
sulfur oksida bercampur dalam udara dan membentuk awan yang memiliki
asam kuat maka beberapa jam kedepan akan terjadi hujan asam. Hujan asam ini
memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga dapat menyebabkan besi
menjadi mudah berkarat, bangunan menjadi cepat rusak dan apabila terkena
kulit akan menimbulkan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwar, A., Hotimah, B., Martono, W., Kurniawan, M., & Away, Y. (2010). Crude Oil
Grading sebagai Second Reference dalam Penetapan Harga Minyak Bumi
Indonesia. Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi, 44(1), 63-69.

Elinur, D.S. Priyarsono, Mangara Tambunan, dan Muhammad Firdaus.2010.


Perkembangan Konsumsi dan Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia.
Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) : Volume 2, Nomor 1,
Desember 2010, ISSN 2087 - 409X Tersedia pada Link :
https://ijae.ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/469

Joko Ade Nursyono.2015. BBM Langka,masalah dan Solusinya.Tersedia pada link :


https://www.kompasiana.com/jokoade/54f5eecba3331165058b45a4/bbm-langka-
ini-masalah-dan-solusinya diakses pada tanggal 18 April 2023

Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2006. Handbook of Energy and Economic
Statistic of Indonesia. Center for Data and Information on Energy and Mineral
Resources. Ministry Energy and Mineral Resources, Jakarta.

Lintang Rahmayanti,Dita Mey Rahmah, dan Larashati.2021. ANALISIS PEMANFAATAN


SUMBER DAYA ENERGI MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA. Jurnal Sains
Edukatika Indonesia (JSEI) Vol. 3, No. 2, Hal. 9-16 Tersedia di:
https://jurnal.uns.ac.id/jsei/article/view/70898

Santoso, R. (2017). Kebijakan Energi di Indonesia: Menuju Kemandirian. Jurnal Analis


Kebijakan, 1(1), 28–36. Retrieved from http://pusaka.lan.go.id

Anda mungkin juga menyukai