Anda di halaman 1dari 5

POTENSI BAHAN ENERGI FOSIL

A. Pendahuluan
Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, seperti tenaga air (termasuk
minihidro), panas bumi, biomasa, angin dan surya (matahari) yang bersih dan ramah
lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal. Belum optimalnya pemanfaatan energi
terbarukan disebabkan biaya pembangkitan pembangkit listrik energi terbarukan, seperti
tenaga surya, tidak dapat bersaing dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik berbahan
bakar energi fosil (bahan bakar minyak, gas bumi, dan batubara).

1. Jenis
Minyak bumi merupakan salah satu energi fosil tak terbaharukan yang paling
banyak digunakan sebagai bahan bakar di Indonesia. Pada saat ini konsumsi minyak
bumi di Indonesia tiap tahunnya tercatat semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan industrialisasi. Disisi lain, produksi
minyak nasional semakin lama semakin menurun.
Batubara menurut Ekawan (2009) adalah bahan bakar fosil yang mudah
terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi
antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas
selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara. Batubara adalah termasuk
salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan telah
melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.

2. Potensi dan Penyebaran


Potensi sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia masih cukup besar untuk
dikembangkan terutama di daerah-daerah terpencil, laut dalam, sumursumur tua dan
kawasan Indonesia Timur yang relatif belum dieksplorasi secara intensif. Sumber-
sumber minyak dan gas bumi dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini
telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sangat
jelas bahwa mengelola ladang minyak sendiri menjanjikan keuntungan yang luar biasa

12
signifikan. Akan tetapi untuk dapat mengetahui potensi tersebut diperlukan teknologi
yang mahal, modal yang besar, faktor waktu yang memadai dan memerlukan efisiensi
yang maksimal serta expertise dari sumberdaya manusia terbaik.
Di Indonesia, energi migas masih menjadi andalan utama perekonomian
Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energy dalam
negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di
Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10
tahun terakhir. Peningkatan yang sangat tinggi, melebihi rata-rata kebutuhan energi
global, mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan migas baru, baik
di Indonesia maupun ekspansi ke luar negeri. Cadangan terbukti minyak bumi dalam
kondisi depleting, sebaliknya gas bumi cenderung meningkat. Perkembangan produksi
minyak Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sehingga perlu upaya luar
biasa untuk menemukan cadangan-cadangan baru dan peningkatan produksi negara kita
sangat kaya dengan sumber daya energi fosil dan dibangkitkan kebanggaan bahwa
negara kita termasuk salah satu eksportir energi fosil terbesar di dunia.
Harga ekspor di pasar internasional terlihat menarik dan sangat menjanjikan
sebagai penyumbang devisa yang diperlukan untuk pembangunan dan kesejahteraan.
Sebagai akibatnya negara kita tersanjung dan terbuai untuk selalu meningkatkan ekspor
bahan bakar fosil, sampai akhirnya disadari bahwa cadangannya terbatas dan suatu saat
pasti habis. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa sumber daya minyak bumi tercatat
sebesar 56,6 miliar barrel dengan cadangan total (terbukti dan potensial) 7,99 miliar
barrel, sedangkan sumber daya gas bumi ditaksir berjumlah sebanyak 334,5 TSCF
(trillion standard cubic feet) dengan cadangan total (terbukti dan potensial) 159,63
TSCF, sementara sumber daya batu bara terindikasi 104,76 miliar ton dengan cadangan
total (terbukti dan potensial) sebesar 20,99 miliar ton (Saleh, 2010).
Seandainya semua kekayaan alam itu dieksploitasi dengan laju produksi per
tahun sebagaimana pada tahun 2008, yaitu 0,36 miliar barrel minyak bumi, 2,89 TSCF
gas bumi, serta 0,24 miliar ton batu bara, maka keberadaan minyak bumi hanya dapat
diharapkan sampai 22 tahun mendatang, ketersediaan gas alam hanya sekitar 55 tahun
lagi, dan batu bara masih dapat dinikmati sampai 87 tahun dari sekarang (Saptoadi,
2010-a).
Perhitungan lain memberikan gambaran yang sedikit lebih baik, yaitu
keberadaan minyak bumi masih sampai 24 tahun mendatang, ketersediaan gas alam

13
sekitar 59 tahun lagi, dan batu bara masih dapat dijumpai sampai 93 tahun dari sekarang
(Kleine, 2009).
Batubara merupakan pemasok energi primer dan pembangkit tenaga listrik.
Pada tahun 2006, batubara memberikan kontribusi sebesar 26 persen sebagai pemasok
energi primer dan 41 persen sebagai pemasok tenaga listrik. Di sejumlah negara peran
batubara sebagai pembangkit listrik bahkan sangat dominan seperti di Polandia dan
Afrika Selatan yaitu sebesar 93 persen, Australia sebesar 80 persen, Cina sebesar 78
persen, Indonesia sebesar 71 persen, India dan Maroko sebesar 69 persen (Miranti,
2008).
Di Indonesia cadangan batu bara sekitar 38,8 milyar ton tersebar dibeberapa
pulau termasuk Sulawesi. Batu bara terkonsentrasi di propinsi Sulawesi selatan,
tergolong tiga besar daerahyang mengandung cadangan batu bara di Indonesia setelah
Kalimantan dan Sumatra (Soyartono, 2000). Namun sayangnya kualitas batubara asal
Sulawesi relatif rendah, hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
di industry sebab kandungan sulfur relatif tinggi yaitu 2-4%. Kadar sulfur di atas 1%
dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan alat, serta dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Demikian pula kadar abunya relatif tinggi (10-17%), dimana
jika kadar abutersebut dapat direduksi maka nilai kalor batubara dapat ditingkatkan
(Dinas Pertambangan dan Energi Propensi Sulawesi-Selatan, 2001)
Batubara sebagai bahan bakar telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai
kebutuhan, antara lain untuk pemakaian sehari-hari (skala kecil) dalam dapur-dapur
pemanas dan rumah tangga, dalam industry furnace, coking dan pembuatan gas.
Sedangkan pemakaian batubara sebagai pembangkit tenaga telah digunakan untuk
penggerak mesin kapal, kereta api, listrik dan lain-lain. Secara statistik, kini sekitar 70%
produksi batu-bara dunia digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik, inipun
baru memenuhi sekitar 40% kebutuhan pembangkit tenaga listrik. Sekitar 12%
digunakan sebagai coke untuk keperluan 70% produksi baja. Sisanya sekitar 18 %
produksi batubara dunia digunakan untuk keperluan diberbagai industry (seperti
industry semen) dan domestic (Kartasasmita, 1992).
Cadangan batubara di Indonesia sekitar 38,8 milyar ton, tersebar dibeberapa
pulau Kalimantan (21,2 milyar ton), Sumatra (17,5 milyar ton), Sulawesi (0,1 milyar
ton), Irian Jaya (0.03 milyar ton) dan Jawa (0,003 milyar ton). Batubara Sulawesi
terkonsentrasi di provensi Sulawesi Selatan, termasuk tiga besar sumber batubara di
Indonesia setelah Kalimantan dan Sumatra (Suyartono dan Indria, 2000).

14
Komoditi batubara dihasilkan melalui kegiatan eksplorasi oleh pertambangan
batubara. Pertambangan menurut Ekawan (2009) adalah industri yang mengolah
sumber daya alam dengan mengambil dan memproses bahan tambang untuk
menghasilkan berbagai produk akhir yang dibutuhkan manusia. Bahan tambang
digolongkan menjadi tiga: logam seperti emas, tembaga, timah; mineral industri seperti
granit, andesit, pasir; dan mineral energi seperti batubara, minyak dan gas. Batubara
dalam sektor pertambangan merupakan komoditi utama 12 kedua yang mempunyai
prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan memberikan
kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan.

B. Pengelolaan Saat Ini dan Permasalahannya


Tingginya harga minyak mentah dunia mengakibatkan anggaran pemerintah dalam
menyediakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat. Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) fosil yang membumbung tinggi dan energi tak terbarukan (minyak, gas bumi dan
batu bara) akan habis beberapa puluh tahun mendatang. Bahkan krisis BBM sudah mulai
dirasakan saat ini secara global. Saat ini setiap manusia di dunia membakar (menggunakan)
10 liter minyak mentah/hari, tetapi hanya ditemukan 4 liter cadangan minyak mentah
baru/hari (carrying capacity sudah berkurang).
Konsumsi energi komersial di Indonesia terus mengalami peningkatan dari 218,2
juta Setara Barel Minyak (SBM) pada tahun 1990 menjadi 546,6 juta SBM pada tahun 2005
atau meningkat sebesar 6,3% per tahun. Berdasarkan jenis energinya, konsumsi Bahan
Bakar Minyak (BBM) merupakan konsumsi energi komersial terbesar. Sebagian besar
konsumsi BBM ini digunakan untuk sektor transportasi. Peningkatan konsumsi BBM ini
membebani anggaran pemerintah dalam pemberian subsidi. Beban tersebut akan terus
meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak dunia karena pemerintah masih harus
mengimpor sebagian BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN) atau biofuel sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui dapat
merupakan salah satu pilihan untuk membantu mengatasi besarnya tekanan kebutuhan
BBM terutama minyak diesel dan minyak solar.
Tingginya permintaan batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik
bagi para eksportir batubara. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah
kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut. Indonesia
sebagai eksportir batubara memikili peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia.
Menurut World Coal Institut (2007), sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi eksportir

15
batubara kedua terbesar setelah Australia dengan kontribusinya sebesar 26 persen terhadap
total ekspor pada tahun 2007. Ekspor batubara Indonesia ditujukan ke berbagai negara
khususnya negara-negara Asia seperti Jepang, Cina, Taiwan, India, Korea Selatan,
Hongkong, Malaysia, Thailand dan Filipina. Negara tujuan ekspor lainnya adalah Eropa
seperti Belanda, Jerman dan Inggris, serta negara-negara di Amerika.
Hasil sampingan dari mesin pembakaran yang akan dibuang. Pembangkit Listrik
Tenaga Batubara menghasilkan gas SOx yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru
dan berbagai penyakit pernafasan; Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan gas
NOx, yang bersama dengan gas SOx adalah penyebab dari fenomena “hujan asam”.
Fenomena ini diperkirakan dapat membawa dampak buruk bagi peternakan dan pertanian;
Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan gas COx yang membentuk lapisan yang
menyelubungi permukaan bumi dan menimbulkan efek rumah kaca ‘green-house effect’
yang pada akhirnya menyebabkan pergeseran cuaca/pemanasan global;

C. Usulan Pengelolaan yang Berkelanjutan


Untuk mengatasi krisis energi yang terjadi diperlukan suatu usaha untuk mencari
sumber-sumber energi alternatif baru yang lebih murah dan dapat diperbaharui. Sumber
energi alternatif yang dapat menjadi solusi ketergantungan bahan bakar minyak sangat
banyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada
benda-benda yang tidak terpakai, salah satunya adalah biomassa. Biomassa, dalam industri
produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau mati yang dapat digunakan
sebagai sumber bahan bakar atau produk yang dihasilkan oleh sebuah industri.
Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan bahan bakar alternatif yang dapat
digunakan sebagai substitusi BBM yang diharapkan dapat mengurangi beban pemerintah
tersebut. Disamping itu BBN merupakan bahan bakar bersih dan dapat mengurangi emisi
GRK.

16

Anda mungkin juga menyukai