Ganjar Samudro
ABSTRAK
Penggunaan energi yang besar meningkatkan emisi CO 2 yang terlepas ke atmosfer. Upaya
konservasi energi terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kebutuhan energi. Bentuk
konservasi energi berbasis renewable energy technology dengan pemanfaatan teknologi
microbial merupakan bentuk ideal back to nature dan lebih ramah lingkungan untuk masa
depan lingkungan yang lebih baik. Penelitian-penelitian berbasis teknologi microbial dengan
basis modifikasi teknologi konvensional dengan advanced menjadi pilihan terbaik dalam
capture energi besar, kebutuhan energi nol, revenue listrik tinggi dan biaya operasional yang
rendah. Pilihan inovasi teknologi ini membuka wacana pengembangan inovasi teknologi
microbial lainnya dan memberikan kontribusi pengurangan emisi CO 2 dari suatu proses. Hasil-
hasil penelitian terbaru dengan reaktor MFCs sebagai salah satu teknologi microbial didapatkan
kecenderungan positif dalam pemanfaatannya dalam skala yang lebih besar dan aplikatif.
ABSTRACT
The utilization of high energy will increase CO2 emission releasing to the atmospheric. The
effort of energy conservation is continuosly conducted to increase of energy demand. The form
of energy conservation based on renewable energy technology by the utilization of microbial
technology is the ideal of back to nature and more eco-friendly for the better future of
environment. The researches of microbial technology basis by modification between
conventional and advanced will be the best choice in highly energy capture, zero energy
demand, highly electricity revenue dan low cost of maintenance. The choice of this technology
innovation open the other microbial technology development and giving a contribution of CO 2
emission reduction in a process. The results of the newest research by MFCs reactor as the one
of microbial technology is positive trends in the high scale of utilization and applicative.
57
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology
adanya emisi CO2 dari pembakaran bahan salah satu negara yang mengalami krisis
bakar minyak (Samudro dkk, 2014). energi dari sektor migas. Oleh karena itu,
Akhir-akhir ini, pengembangan langkah-langkah adaptif dan tindakan perlu
teknologi konservasi energi telah banyak dilakukan secara tepat, agar krisis energi ini
ditingkatkan untuk mencapai produk dapat segera diatasi dengan penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan. dari berbagai alternatif penyuplai energi.
Pengembangan energi dominan terjadi Kebutuhan energi Indonesia ditopang
pada non-bioteknologi, walaupun secara oleh sektor migas, khususnya minyak bumi,
kenyataan, terdapat banyak usaha-usaha batubara dan gas alam. Kilang minyak bumi
pengembangan bio-teknologi sebagai dasar menghasilkan beberapa produk seperti
teknologi konservasi energi, namun bensin (pertamax dan premium) dan solar
jumlahnya masih sangat sedikit. Hal inilah (pertadex dan biosolar), yang banyak
yang mengindikasikan melambatnya dipergunakan sebagai bahan bakar utama
pengembangan teknologi konservasi energi aktivitas kendaraan, domestik dan non-
berbasis renewable energy technology. domestik. Sedangkan batubara, banyak
Pengembangan teknologi konservasi energi dipergunakan sebagai bahan bakar utama
ini perlu dikembangkan secara optimal, dalam pembangkit listrik. Selain minyak
karena dampak yang muncul lebih ringan bumi dan batubara, gas alam juga banyak
pada beban lingkungannya dibandingkan dipergunakan sebagai bahan bakar utama
teknologi konservasi energi berbasis un- domestik dan non-domestik, serta sebagian
renewable energy technology. Penggunaan untuk transportasi. Berdasarkan supply and
teknologi berbasis microbial menjadi solusi demand minyak bumi, batubara dan gas
terbaik saat ini, dikarenakan alam, supply batubara dan gas alam masih
pemanfaatannya tidak menimbulkan lebih besar dibandingkan demand. Hal ini
dampak lingkungan yang buruk, melainkan dikarenakan fungsi batubara dan gas alam
memberikan kontribusi adaptasi dan seperti contoh yang tersebut diatas. Oleh
mitigasi (Samudro dkk, 2014). karena itu, saat ini Indonesia menjadi salah
satu negara pengekspor batubara dan gas
alam terbesar di dunia.
ISU-ISU ENERGI TERKINI
Penggunaan bahan bakar dari minyak
Secara historis, Indonesia memiliki bumi, batubara dan gas alam menghasilkan
catatan sebagai salah satu negara emisi gas buang berupa karbondioksida
pengekspor minyak bumi terbesar di dunia, (CO2), karbonmonooksida (CO), sulfit/sulfur
yang tergabung dalam organisasi dunia oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan
pengekspor minyak bumi atau Organization sejumlah unsur atau senyawa lain berupa
of the Petroleum Exporting Countries logam berat lainnya. Perhatian parameter
(OPEC). Indonesia tercatat aktif sebagai utama sebagai indikator pencemar
negara pengekspor minyak bumi dari tahun khususnya penyebab global warming
1962 hingga tahun 2009, dan sejak tahun adalah karbondioksida (CO2).
2009, Indonesia mengalami defisit Karbondioksida terperangkap dalam
kebutuhan minyak bumi dalam negeri, atmosfer bumi, yang menyebabkan radiasi
sehingga memaksa Indonesia melakukan matahari terjerap, sehingga memunculkan
impor pada tahun tersebut hingga saat ini. fenomena smog atau lapisan/layer yang
Secara volume, kebutuhan minyak bumi terdiri dari gabungan asap dan kabut
mengalami defisit per tahun 2003, namun (asbut) yang mengandung karbondioksida
baru pada tahun 2012, Indonesia (CO2) dan pencemar-pencemar lainnya.
mengalami defisit anggaran dalam
pemenuhan minyak bumi. Indonesia
HUBUNGAN KONSUMSI ENERGI
meninggalkan OPEC pada tahun 2009,
dikarenakan statusnya sebagai net exporter
DENGAN EMISI KARBONDIOKSIDA
of oil, tetapi tidak mampu memenuhi Menurut sumber dari U.S. Energy
kebutuhan dalam negerinya, dimana Information Administration, International
pertumbuhan permintaan lebih besar Energy Statistics (2011) mengenai Energy
daripada suplainya (BBC News, 2008 in Profile of Indonesia yang diakses pada
Wikipedia). Istilah ini dikemukakan sebagai http://www.eoearth.org/view/article/152501,
“dari net exporter menjadi net importer”. Hal didapatkan informasi mengenai sumber-
inilah yang menjadikan Indonesia menjadi sumber energi Indonesia, yang terdiri dari
58
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X
59
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology
dengan teknologi solar cell/sel surya, gasifier dan pyrolysis, yang memanfaatkan
hydropower energy dengan teknologi turbin bahan-bahan organik, seperti kelapa sawit,
air pembangkit listrik baik air yang berasal kelapa, jarak pagar, kapas, kanola, dan
dari laut maupun air permukaan, rapeseed untuk biodiesel, serta ubi kayu,
geothermal energy dengan teknologi ubi jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah,
geothermal power plant, wind energy dan lontar untuk bioetanol (Sumaryono,
dengan teknologi wind turbine/turbin kincir 2006), kotoran ternak, kotoran manusia,
angin dan biomass energy dengan sampah organik dan an-organik, lumpur,
teknologi konversi biomassa. Masing- limbah cair dan padat, serta
masing teknologi yang bersumber dari alam ligniselulosa/selulosa. Produk yang
ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dihasilkan dapat berupa bio-diesel/bio-
namun secara prinsip bahwa teknologi dari solar, bio-etanol, biogas dan bio-minyak
alam ini lebih ramah lingkungan yang tanah. Teknologi microbial konvensional ini
sekaligus menjadi salah satu kelebihannya, sangat tepat untuk diterapkan pada negara-
sedangkan kekurangan utamanya terletak negara berkembang, seperti Indonesia,
pada biaya investasi dan OM yang masih namun keterbatasan teknis dan non-teknis,
tergolong tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatannya belum meluas. Oleh
perkembangan teknologi saat ini telah karena itu diperlukan metode tambahan
meluas pemanfaatannya, khususnya energi untuk meningkatkan nilai jual teknologi
yang bersumber dari biomassa. Teknologi microbial konvensional ini.
konversi biomassa ini dapat menjadi mahal
Lanjutan (Advanced)
investasi dan OM-nya, apabila tidak
Selain teknologi microbial
diketahui teknik atau cara atau metode
konvensional, pembangkit energi dengan
tepat dalam pengoperasian dan
teknologi microbial lanjutan/advanced
pemeliharaannya. Kompetisi dalam
sedang terus dikembangkan untuk
pengembangan teknologi konversi
mendapatkan energi ramah lingkungan dan
biomassa ini semakin banyak akhir-akhir
pemanfaatannya meluas, serta dapat
ini, walaupun cenderung melambat seiring
diterapkan pada segala kondisi. Teknologi
stagnasi perkembangan dan pemanfaatan
microbial lanjutan atau teknologi microbial
teknologi yang ada.
masa depan, diantaranya adalah Microbial
Sumber-sumber biomassa yang sangat
Fuel Cells (MFCs) dengan turunan-
melimpah di dunia ini, menjadi tolok ukur
turunannya (seperti Soil-based MFCs, Plant
pengembangan teknologi konversi
MFCs, Microbial Solar Cells, dan
biomassa. Salah satunya adalah biomassa
Phototrophic Biofilm MFCs), Microbial
dari mikroorganisme, yang sekaligus
Electrolysis Cells (MECs), dan Microbial
memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu
Electrosynthesis Cells (MECs), serta
sebagai bahan organik itu sendiri dan
perkembangan modifikasi MFCs lainnya.
bioreaktor pemroses bahan organik
Teknologi microbial lanjutan, seperti
menjadi energi. Fungsi mikroorganisme
MFCs ini merupakan pengembangan dari
sebagai bioreaktor pemroses bahan
teknologi Fuel Cells. Perbedaannya terletak
organik menjadi energi ini menjadi fokus
pada proses konversi atau transformasi,
pengembangan, karena secara siklus rantai
dimana MFCs mengkonversi atau
makanan, mikroorganisme merupakan
mentransformasi proses biokimia menjadi
kelompok tersendiri sebagai decomposer
biolistrik. MFCs merupakan adopsi tubuh
dari kelompok lainnya seperti tumbuhan
mikroorganisme, dimana proses-proses
sebagai produsen dan hewan sebagai
metabolisme, seperti reaksi oksidasi
konsumen. Pengertiannya bahwa
reduksi, transfer elektron dan proton terjadi
mikroorganisme sebenarnya dapat memiliki
secara kontinyu.
tiga fungsi kehidupan, yaitu sebagai co-
Teknologi MFC menggambarkan
produsen, konsumen dan decomposer.
pendekatan terbaru dalam hal penghasilan
energi listrik. Energi listrik dalam MFC
TEKNOLOGI MICROBIAL dihasilkan melalui reaksi biologis oleh
bakteri. Dalam MFC, mikroorganisme
Konvensional
mendegradasi material organik,
Pembangkit energi dengan teknologi
memproduksi elektron melalui reaksi
microbial konvensional yang berkembang
enzimatis dalam sel dan menghasilkan
saat ini, terdiri dari an-aerobik digester,
energi untuk sel tersebut dalam bentuk
62
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X
3
ATP. Elektron-elektron kemudian m air limbah yang diproses dalam IPAL,
dilepaskan menuju terminal electron menyumbang 0,05 – 0,08 kg CO2 yang
acceptor (TEA) yang menerima elektron dilepaskan ke atmosfer. Oleh karena itu
sehingga mengalami reduksi (Logan, efisiensi proses dalam suatu instalasi juga
2008). perlu diperhatikan untuk menghemat
MFCs harus dikembangkan untuk pelepasan energi yang besar. Semakin
aplikasi di daerah yang kemungkinan akan besar energi yang dilepaskan atau
menghasilkan keuntungan terbesar. MFC kehilangan energi, maka semakin besar
dapat diaplikasikan secara luas sehingga pula kontribusi emisi CO2 ke atmosfer.
dapat menjadi metode pemulihan energi Salah satu solusi inovasi teknologi
untuk membuat infrastruktur air yang konversi biomassa adalah rancang
berkelanjutan. MFC merupakan teknologi kombinasi reaktor an-aerobik digester
yang menjanjikan untuk pengolahan air dengan MFCs, sebagaimana rancangan
limbah sehingga dapat menghasilkan oleh Pham dkk, (2006), dimana terdapat 2
energi dalam bentuk listrik atau gas (dua) tipe, yaitu kombinasi reaktor an-
hidrogen (Logan, 2008). aerobik digester dengan MFCs yang
digabung dalam 1 (satu) reaktor dan
KAJIAN OPERASIONAL DAN BIAYA reaktor seri yang diawali dari reaktor an-
aerobik digester, kemudian lanjut ke reaktor
Menurut Pham dkk, (2006), rule of MFCs. Berdasarkan kajian biaya
thumb dari 1 kg glukosa dapat dikonversi operasional yang dilakukan, didapatkan
6
menjadi 1,06 kg COD, 4,41 kWh, 13.10 bahwa reaktor seri merupakan pilihan yang
3
coulomb, 0,5 Liter etanol, 1,2 m hidrogen, terbaik, dimana capture energi besar,
3
0,36 m gas methan dan 0,5 Liter biogas. kebutuhan energi nol, revenue listrik tinggi
Rule of thumb ini dipergunakan sebagai dan biaya operasional yang rendah. Pilihan
dasar perhitungan perencanaan, operasi inovasi teknologi ini membuka wacana
dan pembiayaan teknologi konversi pengembangan inovasi teknologi microbial
biomassa, serta konservasi energi. Seperti lainnya dan memberikan kontribusi
diketahui bahwa suatu teknologi konversi pengurangan emisi CO2 dari suatu proses.
biomassa tidak dapat mengkonversi dan
menghasilkan produk sesuai rule of thumb HASIL-HASIL PENELITIAN
tersebut diatas, oleh karena itu konservasi
energi perlu menjadi perhatian untuk Penelitian dengan obyek MFCs telah
optimalisasi proses. banyak dilakukan, yang tercatat dalam
Ketidakefisienan teknologi konversi indexing elsevier sciencedirect sejak tahun
biomassa, seperti pada reaktor an-aerobik 2001 hingga sekarang, begitu juga pada
digester, dapat dilihat pada bagian heat tahun-tahun sebelumnya yang dimulai
exchanger dan genset methan. Hal ini sejak periode akhir tahun 1990-an, terdapat
sama halnya pada pembangkit listrik, penelitian serupa, namun belum spesifik.
losses/kehilangan energi muncul pada Bruce E. Logan dari Universitas
bagian produksi, transmisi dan distribusi Pennsylvania USA beserta rekan-rekan
listrik ke konsumen. Kehilangan energi meneliti aktif sejak tahun 2006 hingga
memberikan dampak pada lingkungan, sekarang dan menciptakan banyak inovasi-
khususnya meningkatnya emisi gas CO2 ke inovasi terkait pengembangan MFCs.
atmosfer. Oleh karena itu, bagian-bagian Secara aplikasi, MFCs sebenarnya sangat
tersebut perlu inovasi tambahan untuk memungkinkan dikembangkan di negara-
meningkatkan produksi energi dalam upaya negara berkembang, seperti Indonesia,
konservasi energi. dikarenakan kemampuan kinerjanya dapat
Contoh lain dalam penggunaan energi dimanfaatkan untuk menyelesaikan
di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), masalah-masalah lingkungan dan sekaligus
dimana penggunaan energi listrik ataupun menghasilkan energi listrik yang berguna
Bahan Bakar Minyak (BBM) menyebabkan bagi daerah-daerah terpencil dan jauh dari
kehilangan energi dengan perkiraan jaringan listrik.
3
sebesar 0,32 kWh/m (Water Environment Penelitian MFCs di Indonesia masih
Federation, 2009 dalam Shun’ichi Ishii et sangat jarang jumlahnya, terutama
3
al., 2013) – 0,47 kWh/m (Setiyono, 2009), publikasi ilmiah internasional dalam skala
yang dikonversi menjadi emisi CO2 sebesar fundamental maupun pengembangannya,
3
0,05 – 0,08 kg/m . Pengertiannya setiap 1 sehingga penelitian ini sangat mendesak
61
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology
62
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X
Gambar 2. Perbandingan Produksi Listrik dengan Variasi Debit dan Molaritas Elektrolit
Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa signifikan dikarenakan shock loading untuk
pada proses running terjadi peningkatan kemudian berangsur meningkat kembali.
efisiensi penurunan COD pada setiap Sampai dengan hari ke-14, perubahan
variasi reaktor. Sampai pada hari ke-5 dan efisiensi sudah tidak signifikan atau mulai
7 terjadi penurunan efisiensi yang kurang stabil.
63
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology
64
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X
65