Anda di halaman 1dari 9

KONSERVASI ENERGI BERBASIS RENEWABLE ENERGY TECHNOLOGY

DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MICROBIAL

Ganjar Samudro

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang-Semarang, Kode Pos 50275
Telp : (024) 76480678, Fax : (024) 76918157
e-mail: ganjarsamudro@gmail.com, ganjarsamudro@undip.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan energi yang besar meningkatkan emisi CO 2 yang terlepas ke atmosfer. Upaya
konservasi energi terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kebutuhan energi. Bentuk
konservasi energi berbasis renewable energy technology dengan pemanfaatan teknologi
microbial merupakan bentuk ideal back to nature dan lebih ramah lingkungan untuk masa
depan lingkungan yang lebih baik. Penelitian-penelitian berbasis teknologi microbial dengan
basis modifikasi teknologi konvensional dengan advanced menjadi pilihan terbaik dalam
capture energi besar, kebutuhan energi nol, revenue listrik tinggi dan biaya operasional yang
rendah. Pilihan inovasi teknologi ini membuka wacana pengembangan inovasi teknologi
microbial lainnya dan memberikan kontribusi pengurangan emisi CO 2 dari suatu proses. Hasil-
hasil penelitian terbaru dengan reaktor MFCs sebagai salah satu teknologi microbial didapatkan
kecenderungan positif dalam pemanfaatannya dalam skala yang lebih besar dan aplikatif.

Kata kunci: energi, emisi CO2, teknologi microbial, MFCs

ABSTRACT
The utilization of high energy will increase CO2 emission releasing to the atmospheric. The
effort of energy conservation is continuosly conducted to increase of energy demand. The form
of energy conservation based on renewable energy technology by the utilization of microbial
technology is the ideal of back to nature and more eco-friendly for the better future of
environment. The researches of microbial technology basis by modification between
conventional and advanced will be the best choice in highly energy capture, zero energy
demand, highly electricity revenue dan low cost of maintenance. The choice of this technology
innovation open the other microbial technology development and giving a contribution of CO 2
emission reduction in a process. The results of the newest research by MFCs reactor as the one
of microbial technology is positive trends in the high scale of utilization and applicative.

Keywords: energy, CO2 emmision, microbial technology, MFCs

PENDAHULUAN domestik maupun non-domestik, sehingga


meningkatkan kontribusi pada pemanasan
Peningkatan kebutuhan energi global atau global warming dan akibat-
meningkat seiring dengan peningkatan akibat yang ditimbulkannya. Jika kita
jumlah penduduk. Secara global, suplai memperoleh energi dari sumber-sumber
energi semakin menipis dikarenakan belum energi tidak terbarukan menggunakan
banyak eksplorasi-eksplorasi baru dari teknologi konvensional, kita akan merilis
sumber energi tidak terbarukan. tambahan CO2, memperburuk kerusakan
Peningkatan jumlah penduduk dan lingkungan, dan mempercepat perubahan
penipisan suplai energi memiliki iklim global (Logan, 2008). Pemenuhan
kecenderungan berbanding terbalik, maka energi listrik didapatkan dari penggunaan
diperlukan upaya-upaya solutif dalam bahan bakar minyak melalui
menangani keterbatasan energi. generator/turbin listrik. Kondisi ini dapat
Penggunaan energi dari sumber energi menimbulkan dampak lingkungan
tidak terbarukan menyebabkan peningkatan khususnya pencemaran udara dikarenakan
emisi gas buang baik dari kegiatan

57
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology

adanya emisi CO2 dari pembakaran bahan salah satu negara yang mengalami krisis
bakar minyak (Samudro dkk, 2014). energi dari sektor migas. Oleh karena itu,
Akhir-akhir ini, pengembangan langkah-langkah adaptif dan tindakan perlu
teknologi konservasi energi telah banyak dilakukan secara tepat, agar krisis energi ini
ditingkatkan untuk mencapai produk dapat segera diatasi dengan penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan. dari berbagai alternatif penyuplai energi.
Pengembangan energi dominan terjadi Kebutuhan energi Indonesia ditopang
pada non-bioteknologi, walaupun secara oleh sektor migas, khususnya minyak bumi,
kenyataan, terdapat banyak usaha-usaha batubara dan gas alam. Kilang minyak bumi
pengembangan bio-teknologi sebagai dasar menghasilkan beberapa produk seperti
teknologi konservasi energi, namun bensin (pertamax dan premium) dan solar
jumlahnya masih sangat sedikit. Hal inilah (pertadex dan biosolar), yang banyak
yang mengindikasikan melambatnya dipergunakan sebagai bahan bakar utama
pengembangan teknologi konservasi energi aktivitas kendaraan, domestik dan non-
berbasis renewable energy technology. domestik. Sedangkan batubara, banyak
Pengembangan teknologi konservasi energi dipergunakan sebagai bahan bakar utama
ini perlu dikembangkan secara optimal, dalam pembangkit listrik. Selain minyak
karena dampak yang muncul lebih ringan bumi dan batubara, gas alam juga banyak
pada beban lingkungannya dibandingkan dipergunakan sebagai bahan bakar utama
teknologi konservasi energi berbasis un- domestik dan non-domestik, serta sebagian
renewable energy technology. Penggunaan untuk transportasi. Berdasarkan supply and
teknologi berbasis microbial menjadi solusi demand minyak bumi, batubara dan gas
terbaik saat ini, dikarenakan alam, supply batubara dan gas alam masih
pemanfaatannya tidak menimbulkan lebih besar dibandingkan demand. Hal ini
dampak lingkungan yang buruk, melainkan dikarenakan fungsi batubara dan gas alam
memberikan kontribusi adaptasi dan seperti contoh yang tersebut diatas. Oleh
mitigasi (Samudro dkk, 2014). karena itu, saat ini Indonesia menjadi salah
satu negara pengekspor batubara dan gas
alam terbesar di dunia.
ISU-ISU ENERGI TERKINI
Penggunaan bahan bakar dari minyak
Secara historis, Indonesia memiliki bumi, batubara dan gas alam menghasilkan
catatan sebagai salah satu negara emisi gas buang berupa karbondioksida
pengekspor minyak bumi terbesar di dunia, (CO2), karbonmonooksida (CO), sulfit/sulfur
yang tergabung dalam organisasi dunia oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan
pengekspor minyak bumi atau Organization sejumlah unsur atau senyawa lain berupa
of the Petroleum Exporting Countries logam berat lainnya. Perhatian parameter
(OPEC). Indonesia tercatat aktif sebagai utama sebagai indikator pencemar
negara pengekspor minyak bumi dari tahun khususnya penyebab global warming
1962 hingga tahun 2009, dan sejak tahun adalah karbondioksida (CO2).
2009, Indonesia mengalami defisit Karbondioksida terperangkap dalam
kebutuhan minyak bumi dalam negeri, atmosfer bumi, yang menyebabkan radiasi
sehingga memaksa Indonesia melakukan matahari terjerap, sehingga memunculkan
impor pada tahun tersebut hingga saat ini. fenomena smog atau lapisan/layer yang
Secara volume, kebutuhan minyak bumi terdiri dari gabungan asap dan kabut
mengalami defisit per tahun 2003, namun (asbut) yang mengandung karbondioksida
baru pada tahun 2012, Indonesia (CO2) dan pencemar-pencemar lainnya.
mengalami defisit anggaran dalam
pemenuhan minyak bumi. Indonesia
HUBUNGAN KONSUMSI ENERGI
meninggalkan OPEC pada tahun 2009,
dikarenakan statusnya sebagai net exporter
DENGAN EMISI KARBONDIOKSIDA
of oil, tetapi tidak mampu memenuhi Menurut sumber dari U.S. Energy
kebutuhan dalam negerinya, dimana Information Administration, International
pertumbuhan permintaan lebih besar Energy Statistics (2011) mengenai Energy
daripada suplainya (BBC News, 2008 in Profile of Indonesia yang diakses pada
Wikipedia). Istilah ini dikemukakan sebagai http://www.eoearth.org/view/article/152501,
“dari net exporter menjadi net importer”. Hal didapatkan informasi mengenai sumber-
inilah yang menjadikan Indonesia menjadi sumber energi Indonesia, yang terdiri dari

58
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X

petroleum/minyak bumi dengan proporsi 2,32 ton CO2/jiwa dengan perbandingan


penggunaan sebesar 30%, coal/batubara masih lebih kecil dibandingkan kontribusi
sebesar 22%, biomass & renewable dunia terhadap emisi karbondioksida
sebesar 29% dan natural gas sebesar 19%. sebesar 4,9 ton CO2/jiwa. Apabila nilai
Bersumber dari Administration, E. tahun emisi karbondioksida tersebut dikonversi ke
o
2013 mengenai energy profile of Indonesia, satuan C, dengan asumsi dasar 1 ton CO2,
15
didapatkan nilai 2.10 BTU dari meningkatkan suhu sebesar
o
penggunaan biomass & renewable, maka 0,0000000000015 C, maka nilai suhu
o
nilai satuan BTU untuk masing-masing dapat diperkirakan sebesar 0,00084 C,
sumber energi dapat dihitung dan yang merupakan kontribusi Indonesia
dikonversi menjadi satuan kWh, kemudian terhadap kenaikan suhu global dunia. Nilai
satuan kWh dihitung dan dikonversi suhu tersebut sangatlah kecil, tetapi
menjadi satuan ton CO2. Sehingga total ton Indonesia telah merasakan dampak-
CO2 yang dihasilkan dari penggunaan dampak negatif dari perubahan suhu
energi di Indonesia sebesar 559.244.812,5 tersebut. Oleh karena itu, Indonesia tetap
ton CO2 terhitung pada tahun 2011. harus memiliki strategi menurunkan emisi
Kalkulasi besaran konversi kWh ke ton CO2 karbondioksida per kapita, sebagai
menggunakan referensi dari Defra kontribusi terhadap penyelamatan
Department of Environment and Climate lingkungan dunia dari dampak global
Change (DECC) guidelines tahun 2012. warming.
Kontribusi Indonesia terhadap emisi Secara global, kenaikan suhu dapat
o
karbondioksida terbilang cukup besar, diprediksi hingga mencapai sebesar 1 C
karena mencapai peringkat ketiga bersama pada tahun 2040, dengan nilai kontribusi
Australia, Timur Tengah, sebagian Asia Indonesia terhadap kenaikan suhu global
o
Timur, sebagian Eropa, Afrika Selatan, sebesar 0,024 C. Nilai tersebut terhitung
Amerika Serikat dan Kanada. Secara besar dan dapat diprediksi dampak-dampak
kuantitatif, nilai kontribusi Indonesia negatif dari perubahan suhu tersebut ke
terhadap emisi karbondioksida sebesar depannya.

Gambar 1. Pemetaan Emisi CO2 Dunia

TEKNOLOGI ENERGI pembuatan bio-etanol dan bio-solar melalui


TERBARUKAN proses fermentasi dan lanjutannya, bio-
digester yang menghasilkan biogas, pupuk
Dalam rangka menciptakan teknologi- cair dan kompos, destilasi bertingkat yang
teknologi penghasil energi ramah merubah plastik menjadi premium dan
lingkungan dan dapat diperbaharui, maka minyak tanah, dan lain sebagainya.
perlu diketahui jenis-jenis teknologi yang Secara umum, renewable energy
telah dikembangkan saat ini, meliputi technologies terdiri dari solar energy

59
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology

dengan teknologi solar cell/sel surya, gasifier dan pyrolysis, yang memanfaatkan
hydropower energy dengan teknologi turbin bahan-bahan organik, seperti kelapa sawit,
air pembangkit listrik baik air yang berasal kelapa, jarak pagar, kapas, kanola, dan
dari laut maupun air permukaan, rapeseed untuk biodiesel, serta ubi kayu,
geothermal energy dengan teknologi ubi jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah,
geothermal power plant, wind energy dan lontar untuk bioetanol (Sumaryono,
dengan teknologi wind turbine/turbin kincir 2006), kotoran ternak, kotoran manusia,
angin dan biomass energy dengan sampah organik dan an-organik, lumpur,
teknologi konversi biomassa. Masing- limbah cair dan padat, serta
masing teknologi yang bersumber dari alam ligniselulosa/selulosa. Produk yang
ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dihasilkan dapat berupa bio-diesel/bio-
namun secara prinsip bahwa teknologi dari solar, bio-etanol, biogas dan bio-minyak
alam ini lebih ramah lingkungan yang tanah. Teknologi microbial konvensional ini
sekaligus menjadi salah satu kelebihannya, sangat tepat untuk diterapkan pada negara-
sedangkan kekurangan utamanya terletak negara berkembang, seperti Indonesia,
pada biaya investasi dan OM yang masih namun keterbatasan teknis dan non-teknis,
tergolong tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatannya belum meluas. Oleh
perkembangan teknologi saat ini telah karena itu diperlukan metode tambahan
meluas pemanfaatannya, khususnya energi untuk meningkatkan nilai jual teknologi
yang bersumber dari biomassa. Teknologi microbial konvensional ini.
konversi biomassa ini dapat menjadi mahal
Lanjutan (Advanced)
investasi dan OM-nya, apabila tidak
Selain teknologi microbial
diketahui teknik atau cara atau metode
konvensional, pembangkit energi dengan
tepat dalam pengoperasian dan
teknologi microbial lanjutan/advanced
pemeliharaannya. Kompetisi dalam
sedang terus dikembangkan untuk
pengembangan teknologi konversi
mendapatkan energi ramah lingkungan dan
biomassa ini semakin banyak akhir-akhir
pemanfaatannya meluas, serta dapat
ini, walaupun cenderung melambat seiring
diterapkan pada segala kondisi. Teknologi
stagnasi perkembangan dan pemanfaatan
microbial lanjutan atau teknologi microbial
teknologi yang ada.
masa depan, diantaranya adalah Microbial
Sumber-sumber biomassa yang sangat
Fuel Cells (MFCs) dengan turunan-
melimpah di dunia ini, menjadi tolok ukur
turunannya (seperti Soil-based MFCs, Plant
pengembangan teknologi konversi
MFCs, Microbial Solar Cells, dan
biomassa. Salah satunya adalah biomassa
Phototrophic Biofilm MFCs), Microbial
dari mikroorganisme, yang sekaligus
Electrolysis Cells (MECs), dan Microbial
memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu
Electrosynthesis Cells (MECs), serta
sebagai bahan organik itu sendiri dan
perkembangan modifikasi MFCs lainnya.
bioreaktor pemroses bahan organik
Teknologi microbial lanjutan, seperti
menjadi energi. Fungsi mikroorganisme
MFCs ini merupakan pengembangan dari
sebagai bioreaktor pemroses bahan
teknologi Fuel Cells. Perbedaannya terletak
organik menjadi energi ini menjadi fokus
pada proses konversi atau transformasi,
pengembangan, karena secara siklus rantai
dimana MFCs mengkonversi atau
makanan, mikroorganisme merupakan
mentransformasi proses biokimia menjadi
kelompok tersendiri sebagai decomposer
biolistrik. MFCs merupakan adopsi tubuh
dari kelompok lainnya seperti tumbuhan
mikroorganisme, dimana proses-proses
sebagai produsen dan hewan sebagai
metabolisme, seperti reaksi oksidasi
konsumen. Pengertiannya bahwa
reduksi, transfer elektron dan proton terjadi
mikroorganisme sebenarnya dapat memiliki
secara kontinyu.
tiga fungsi kehidupan, yaitu sebagai co-
Teknologi MFC menggambarkan
produsen, konsumen dan decomposer.
pendekatan terbaru dalam hal penghasilan
energi listrik. Energi listrik dalam MFC
TEKNOLOGI MICROBIAL dihasilkan melalui reaksi biologis oleh
bakteri. Dalam MFC, mikroorganisme
Konvensional
mendegradasi material organik,
Pembangkit energi dengan teknologi
memproduksi elektron melalui reaksi
microbial konvensional yang berkembang
enzimatis dalam sel dan menghasilkan
saat ini, terdiri dari an-aerobik digester,
energi untuk sel tersebut dalam bentuk

62
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X

3
ATP. Elektron-elektron kemudian m air limbah yang diproses dalam IPAL,
dilepaskan menuju terminal electron menyumbang 0,05 – 0,08 kg CO2 yang
acceptor (TEA) yang menerima elektron dilepaskan ke atmosfer. Oleh karena itu
sehingga mengalami reduksi (Logan, efisiensi proses dalam suatu instalasi juga
2008). perlu diperhatikan untuk menghemat
MFCs harus dikembangkan untuk pelepasan energi yang besar. Semakin
aplikasi di daerah yang kemungkinan akan besar energi yang dilepaskan atau
menghasilkan keuntungan terbesar. MFC kehilangan energi, maka semakin besar
dapat diaplikasikan secara luas sehingga pula kontribusi emisi CO2 ke atmosfer.
dapat menjadi metode pemulihan energi Salah satu solusi inovasi teknologi
untuk membuat infrastruktur air yang konversi biomassa adalah rancang
berkelanjutan. MFC merupakan teknologi kombinasi reaktor an-aerobik digester
yang menjanjikan untuk pengolahan air dengan MFCs, sebagaimana rancangan
limbah sehingga dapat menghasilkan oleh Pham dkk, (2006), dimana terdapat 2
energi dalam bentuk listrik atau gas (dua) tipe, yaitu kombinasi reaktor an-
hidrogen (Logan, 2008). aerobik digester dengan MFCs yang
digabung dalam 1 (satu) reaktor dan
KAJIAN OPERASIONAL DAN BIAYA reaktor seri yang diawali dari reaktor an-
aerobik digester, kemudian lanjut ke reaktor
Menurut Pham dkk, (2006), rule of MFCs. Berdasarkan kajian biaya
thumb dari 1 kg glukosa dapat dikonversi operasional yang dilakukan, didapatkan
6
menjadi 1,06 kg COD, 4,41 kWh, 13.10 bahwa reaktor seri merupakan pilihan yang
3
coulomb, 0,5 Liter etanol, 1,2 m hidrogen, terbaik, dimana capture energi besar,
3
0,36 m gas methan dan 0,5 Liter biogas. kebutuhan energi nol, revenue listrik tinggi
Rule of thumb ini dipergunakan sebagai dan biaya operasional yang rendah. Pilihan
dasar perhitungan perencanaan, operasi inovasi teknologi ini membuka wacana
dan pembiayaan teknologi konversi pengembangan inovasi teknologi microbial
biomassa, serta konservasi energi. Seperti lainnya dan memberikan kontribusi
diketahui bahwa suatu teknologi konversi pengurangan emisi CO2 dari suatu proses.
biomassa tidak dapat mengkonversi dan
menghasilkan produk sesuai rule of thumb HASIL-HASIL PENELITIAN
tersebut diatas, oleh karena itu konservasi
energi perlu menjadi perhatian untuk Penelitian dengan obyek MFCs telah
optimalisasi proses. banyak dilakukan, yang tercatat dalam
Ketidakefisienan teknologi konversi indexing elsevier sciencedirect sejak tahun
biomassa, seperti pada reaktor an-aerobik 2001 hingga sekarang, begitu juga pada
digester, dapat dilihat pada bagian heat tahun-tahun sebelumnya yang dimulai
exchanger dan genset methan. Hal ini sejak periode akhir tahun 1990-an, terdapat
sama halnya pada pembangkit listrik, penelitian serupa, namun belum spesifik.
losses/kehilangan energi muncul pada Bruce E. Logan dari Universitas
bagian produksi, transmisi dan distribusi Pennsylvania USA beserta rekan-rekan
listrik ke konsumen. Kehilangan energi meneliti aktif sejak tahun 2006 hingga
memberikan dampak pada lingkungan, sekarang dan menciptakan banyak inovasi-
khususnya meningkatnya emisi gas CO2 ke inovasi terkait pengembangan MFCs.
atmosfer. Oleh karena itu, bagian-bagian Secara aplikasi, MFCs sebenarnya sangat
tersebut perlu inovasi tambahan untuk memungkinkan dikembangkan di negara-
meningkatkan produksi energi dalam upaya negara berkembang, seperti Indonesia,
konservasi energi. dikarenakan kemampuan kinerjanya dapat
Contoh lain dalam penggunaan energi dimanfaatkan untuk menyelesaikan
di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), masalah-masalah lingkungan dan sekaligus
dimana penggunaan energi listrik ataupun menghasilkan energi listrik yang berguna
Bahan Bakar Minyak (BBM) menyebabkan bagi daerah-daerah terpencil dan jauh dari
kehilangan energi dengan perkiraan jaringan listrik.
3
sebesar 0,32 kWh/m (Water Environment Penelitian MFCs di Indonesia masih
Federation, 2009 dalam Shun’ichi Ishii et sangat jarang jumlahnya, terutama
3
al., 2013) – 0,47 kWh/m (Setiyono, 2009), publikasi ilmiah internasional dalam skala
yang dikonversi menjadi emisi CO2 sebesar fundamental maupun pengembangannya,
3
0,05 – 0,08 kg/m . Pengertiannya setiap 1 sehingga penelitian ini sangat mendesak

61
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology

dilakukan, mengingat negara-negara asia penambahan larutan garam NaCl 1 M, dan


timur dan selatan telah banyak limbah cair yang digunakan berasal dari
mengembangkan penelitian ini hingga siap Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Hasil
diaplikasikan dalam skala besar. Penelitian penelitian yang didapatkan adalah energi
2
MFCs yang telah ada di Indonesia dimulai listrik sebesar 17,72 mW/m lebih kecil dari
sejak tahun 2009 hingga sekarang dengan penelitian oleh Liu dkk, (2004) dengan
2
skala ideal menggunakan medium organik energi listrik sebesar 26 mW/m , namun
(enrichment medium) dan beberapa telah memiliki kelebihan peningkatan efisiensi
dikembangkan menggunakan limbah cair. reduksi COD yang lebih optimal.
Secara sistematis, kinerja MFC tentu Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
dapat diterapkan dalam sebuah sistem Park dan Zeikus (2002) didapatkan hasil
pengolahan limbah cair. MFC dapat power density sebesar maksimum 10,2
2
diterapkan sebagai salah satu treatment mW/m (efisiensi coulomb dari 4%)
dalam pengolahan limbah dengan menggunakan Shewanella putrefacians dan
memasukkannya sebagai pengganti dari Mn4'-grafit elektroda dan udara-katoda
proses activated sludge maupun trickling menggunakan laktat sebagai substrat, dan
2
filter. Namun disisi lain MFC juga dapat 9,4 mW/m dengan piruvat. Sedangkan
ditawarkan sebagai pretreatment untuk penggunaan asetat dan glukosa
2
proses MBR atau membran bioreaktor, menghasilkan sebesar 1,6 dan 1,9 mW/m .
mengingat bahwa sistem MFC belum Kerugian tegangan (Voltage losses) akibat
pernah dicobakan dalam skala yang besar. metabolisme bakteri sejatinya tidak dapat
MFC adalah proses pengolahan biologis, dihindari karena hal tersebut merupakan
memiliki fungsi yang sama dengan kedua konsekuensi dari terlaksananya sebuah
tahap tersebut. Ada empat keuntungan reakti dalam rangka bakteri mendegradasi
utama menggunakan MFC diantaranya: (1) substrat. Pada prinsipnya, bakteri
menghasilkan listrik pada MFC maupun gas membutuhkan energi yang cukup hanya
hidrogen pada MEC sehingga memiliki untuk memompa satu proton melintasi
multi fungsi, (2) mengurangi kebutuhan membran dengan menggunakan suatu
untuk aerasi. Aerasi di AS dapat siklus tertentu. Sehingga diperlukan suatu
mengkonsumsi 50% dari listrik pabrik daya untuk menjadikan sebuah reaksi
pengolahan. Namun pada MFC tidak terjadi (Logan, 2008).
diperlukan aerasi, (3) mengurangi produksi Pengembangan penelitian selanjutnya
zat padat. MFC adalah proses anaerobik, dilakukan dengan modifikasi beberapa
dan dengan demikian bakteri produksi faktor-faktor berpengaruh seperti
biomassa akan berkurang dibandingkan pengaturan pH dan penambahan Humic
dengan sistem aerobik seperti pengolahan Acid (HA) dengan menggunakan limbah
sebelumnya, dan (4) potensi untuk kontrol domestik artifisial, didapatkan hasil yang
bau. Dalam sistem MFC maupun MEC lebih baik, yaitu produksi energi listrik
2
tidak akan memproduksi bau karena sistem mencapai range 570 – 737 mW/m lebih
dirancang secara tertutup sehingga besar dari penelitian sebelumnya baik oleh
gangguan bau dapat dihindarkan (Logan, Samudro, dkk (2014) dan Liu et.al. (2004),
2008). namun perbedaannya terletak pada limbah
Salah satu pengembangan penelitian cair yang digunakan pada penelitian skala
MFCs di Indonesia dengan medium organik laboratorium. Pengertiannya adalah faktor-
dari limbah cair dilakukan oleh Samudro faktor berpengaruh tersebut dapat diteliti
dkk, (2014) yang dipublikasikan pada lebih lanjut terhadap limbah cair actual
Prosiding Seminar Nasional Teknologi sebagai perbandingan hasil dengan
Industri Hijau Kota Semarang, dimana penelitian sebelumnya. Sebagai analisis
reaktor disusun dengan 2 (dua) chamber awal bahwa faktor-faktor pengganggu
anoda dan katoda, elektroda pada chamber lainnya yang berada pada limbah cair
berupa lempeng grafit, jembatan garam actual berpengaruh terhadap produksi
berupa agar pro-analysis dengan perlakuan energi listrik.

62
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X

Gambar 2. Perbandingan Produksi Listrik dengan Variasi Debit dan Molaritas Elektrolit

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa debit optimum dalam mendegradasi


variasi debit 0,3 L/Jam dan Konsentrasi kandungan COD didalam air limbah RPH
0,15 M KMnO4 adalah variasi dengan hasil dengan sistem Microbial Fuel Cells dan
produksi listrik yang optimum. Selain itu, efisiensi sebesar 89 % (Samudro dkk,
variasi debit 0,1 L/Jam merupakan variasi 2014).

Gambar 3. Perbandingan Produksi Listrik dengan Variasi COD dan pH

Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa signifikan dikarenakan shock loading untuk
pada proses running terjadi peningkatan kemudian berangsur meningkat kembali.
efisiensi penurunan COD pada setiap Sampai dengan hari ke-14, perubahan
variasi reaktor. Sampai pada hari ke-5 dan efisiensi sudah tidak signifikan atau mulai
7 terjadi penurunan efisiensi yang kurang stabil.

63
Ganjar Samudro
Konservasi Energi Berbasis Renewable
Energy Technology

Semakin tinggi konsentrasi COD, debit untuk mendapatkan manfaat gas


operasional, molaritas elektrolit KMnO4 0,1 methan, listrik, air dan hidrogen.
M, serta pH 8, maka semakin tinggi dan c. Teknologi produksi listrik dengan
stabil produksi energi listrik. Hal tersebut pemanfaatan MFCs belum benar-benar
ditunjang kemudian dengan hasil penelitian ‘matang’ dan siap dilakukan dalam
lanjutan dengan beberapa modifikasi faktor- skala besar. Teknologi ini akan terus
faktor berpengaruh. Beberapa hasil yang diteliti dan dikembangkan untuk
didapatkan, yaitu (1) semakin besar mencukupi kebutuhan energi baru dan
konsentrasi dan debit aliran dengan rasio terbarukan, serta ramah lingkungan.
substrat-nutrisi C:N:P sebesar 100:10:1,
serta pH 8, maka semakin besar produksi UCAPAN TERIMA KASIH
listrik dan penurunan COD, (2) Semakin
Ucapan terima kasih disampaikan
besar konsentrasi dan debit aliran dengan
kepada Program Studi Teknik Lingkungan
rasio substrat-nutrisi C:N:P sebesar
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
100:10:1, serta pH 8, serta jembatan garam
Semarang dan Prodi Teknik Lingkungan
yang ditambahkan 1 M NaCl, maka
Universitas Lambung Mangkurat
semakin besar produksi listrik dan
Banjarmasin.
penurunan COD, (3) Semakin besar
konsentrasi dan debit aliran dengan rasio
substrat-nutrisi C:N:P sebesar 100:10:1, DAFTAR PUSTAKA
2
serta pH 8, serta luas elektroda 25 cm ,
BBC News. 2008. Indonesia to Withdraw
maka semakin besar produksi listrik dan
from OPEC. Wikipedia: akses
penurunan COD, (4) Penambahan humic
http://news.bbc.co.uk/2/hi/7423008.stm
acid sebagai mediator dan ragi sebagai
Defra. 2012. 2012 Guidelines to Defra /
katalisator, meningkatkan penurunan COD,
DECC‟s GHG Conversion Factors for
namun menyebabkan penurunan produksi
Company Reporting: Methodology
listrik, dan (5) Penambahan Granular
Paper for Emission Factors.
Activated Carbon (GAC) sebagai media
Department for Environment, Food and
terlekat, meningkatkan produksi listrik dan
Rural Affairs. London. Pages 74
penurunan COD. Karakterisasi yang
Langdon D. Clough.. 2011. Energy Profile
mendalam pada reaktor dan solusi-solusi
of Indonesia. U.S. Energy Information
kimia diperlukan untuk lebih memahami
Administration, International Energy
dan meningkatkan kinerja MFC. Potensi
Statistics Akses
redoks dalam reaktor selama degradasi
http://www.eoearth.org/view/article/152
substrat, serta perubahan pH lokal di
501
sekitar dan dalam biofilm yang tumbuh
Liu, H., Ramnarayanan, R. and Logan, B.E.
pada kedua elektroda maupun membran
2004. Production of electricity during
jika ada, sebisa mungkin dipantau (Logan,
wastewater treatment using a single
2008). Operasional MFCs yang
chamber microbial fuel cell. Environ.
diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair
Sci. Technol. 38(7), 2281-2285
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
Logan, Bruce E. 2008. Microbial Fuel Cells.
substrat, sifat kimia larutan, temperatur,
WILEY-INTERSCIENCE. John Wiley &
hydraulic retention time (HRT), konfigurasi
Sons, Inc.
reaktor, dan jenis reactor (Samudro dkk,
Park, D.H. and Zeikus, J.G. 2002. Impact of
2014).
electrode composition on electricity
generation in a single-copartment fuel
KESIMPULAN DAN SARAN
cell using Shewanella putrefucians.
a. Konservasi energi tidak hanya terfokus Appl. Microbiol. Biotechnol. 59, 58-61.
pada efisiensi energi, namun sangat Samudro, G., Hadiwidodo, M. dan
mendesak untuk pengembangan Ardhianto, R. 2014. Pemanfaatan
inovasi teknologi ramah lingkungan Microbial Fuel Cells (MFCs) dalam
berbasis renewable energy. Produksi Energi Listrik: Studi Variabel
b. Salah satu renewable energy Debit Input dan Konsentrasi Elektrolit
technology dengan pemanfaatan MFCs KMnO4. Prosiding Semnas Teknologi
dan sejenisnya perlu dikembangkan Industri Hijau Semarang: BBTPPI
secara single reactor maupun dual Setiyono. 2009. Disain Perencanaan
reactor dengan kombinasi AD-MFCs Instalasi Pengolahan Air Limbah

64
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.2 September 2016, ISSN 1907-187X

(IPAL) dan Re-Use Air di Lingkungan Orianna Bretschger. 2013. Identifying


Perhotelan. JAI Vol 5. No. 2 2009 the Microbial Communities and
Sumaryono. 2006. Potensi Sumber Daya Operational Conditions for Optimized
Lahan dan Optimalisasi Wastewater Treatment in Microbial
Pengembangan Komoditas Penghasil Fuel Cells. Water Research, 4, 7120-
Bioenergi di Indonesia. Akses 7130
http://www.academia.edu/10064498/P T. H. Pham, K. Rabaey, P. Aelterman, P.
OTENSI_SUMBER_DAYA_LAHAN_D Clauwaert, L. De Schamphelaire, N.
AN_OPTIMALISASI_PENGEMBANGA Boon, and W. Verstraete. 2006.
N_KOMODITAS_PENGHASIL_BIOEN Microbial Fuel Cells in Relation to
ERGI_DI_INDONESIA Conventional Anaerobic Digestion
Shun’ichi Ishii, Shino Suzuki, Trina M. Technology. WILEY-VCH Verlag
Norden-Krichmar, Angela Wu, Yuko GmbH & Co. KGaA, Weinheim. Eng.
Yamanaka, Kenneth H. Nealson, and Life Sci. 2006, 6, No. 3

65

Anda mungkin juga menyukai