Anda di halaman 1dari 5

Jurnal 01 : PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI PULP DAN

KERTAS

A. Gambaran umum kegiatan & Proses


Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang dapat menunjang
perekonomian nasional. Kegiatan utama dalam industri pulp dan kertas adalah proses
pulping (proses pembuatan bubur kertas) dan proses bleaching (proses pemutihan
bubur kertas). Dalam perombakan kayu menjadi pulp, hal yang paling penting adalah
menghilangkan lignin. Saat ini, sebagian besar teknologi pulping yang digunakan
dalam industri pulp dan kertas di Indonesia termasuk seluruh dunia adalah proses
kraft atau proses sulfat, sedangkan untuk bleaching banyak menggunakan klorin.

B. Dampak terhadap Lingkungan Hidup dan Evaluasi sumber


Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung
klorin. Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk
senyawa toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan kertas,
air limbah, bahkan didalam produk kertas yang dihasilkan. Industri kertas
menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk membilas zat kimia dan
senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Oleh karenanya air yang telah digunakan
mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya termasuk dioksin. Meskipun
konsentrasi dioksin sangat kecil di dalam air limbah, tetapi pabrik terus beroperasi
dan terus menghasilkan dioksin sehingga konsentrasinya di dalam air akan terus
bertambah.
Dioksin adalah salah satu jenis organoklorin yang memiliki empat klor, dua
oksigen dan dua cincin benzena. Klor adalah unsur halogen yang sangat reaktif
sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya.
Sebagian besar organoklorin menimbulkan efek toksik dan dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan seperti kanker, cacat lahir, endometriosis, penurunan
jumlah spermatozoa, dan gangguan pada janin. Organoklorin juga menyebabkan
kerusakan genetis dan penurunan daya tahan ikan salmon dan ikan lainnya.
Evaluasi efektivitas penerapan operasi yang baik (good housekeeping) dalam
industri pulp dan kertas juga merupakan peluang yang menarik. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, penggantian
material input dalam proses pembuatan pulp dan kertas dengan bahan yang lebih
ramah lingkungan juga perlu dilakukan, seperti serat daur ulang atau bahan baku
alternatif yang berkelanjutan.

C. Upaya Pengelolaan Lingkungan


Salah satunya adalah pengembangan teknologi pulping organosolv dan bio
pulping yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam menghasilkan pulp dengan
bilangan kappa rendah. Selain itu, penelitian tentang penggunaan enzim dan mikroba
dalam proses bleaching juga dapat menjadi alternatif yang lebih aman terhadap
lingkungan. Selain itu, penerapan teknologi daur ulang air dan serat dalam industri
pulp dan kertas juga merupakan peluang penelitian yang menarik. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi limbah dan penggunaan bahan baku.

D. Peluang penerapan Produksi Bersih


Pengaruh kebijakan nasional terhadap produksi bersih dalam industri pulp dan
kertas juga dapat menjadi subjek penelitian yang menarik di masa depan. Penelitian
ini dapat membahas efektivitas kebijakan yang ada, tantangan implementasinya, dan
peluang untuk memperbaiki dan memperluas kebijakan ini. Penerapan produksi bersih
di kawasan industri juga dapat menjadi subjek penelitian yang menarik. Penelitian
dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan penerapan program
produksi bersih dalam mendorong terciptanya kawasan eco-industrial di Indonesia.
Ini melibatkan analisis keberlanjutan dan dampak positif yang dihasilkan oleh
penerapan produksi bersih di kawasan industri.

E. Kesimpulan dan saran


Pengembangan biokraft P. chrysosporium dalam produksi pulp juga
merupakan peluang penelitian yang menarik. Penelitian ini dapat difokuskan pada
optimasi dan kualitas limbah cair pulp biokraft campuran batang dan limbah cabang
mangium. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi pulp dan
mengolah limbah dengan cara yang lebih berkelanjutan. Cara ini dapat dilakukan
untuk mengkaji kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh industri pulp dan kertas
pada berbagai kondisi pemasakan. Perhatian khusus dapat diberikan pada pengolahan
limbah cair agar mencapai standar yang lebih tinggi dan mengurangi dampak
negatifnya terhadap lingkungan.
Jurnal 02 : PROSPEK PENGGUNAAN TEKNOLOGI BERSIH UNTUK
PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA DI
INDONESIA

A. Gambaran umum kegiatan & Proses


Pembangkit tenaga listrik Yaitu pembangkit untuk kepentingan umum dan
pembangkit untuk kepentingan sendiri. Pembangkit listrik dengan bahan bakar
batubara mempunyai pangsa yang paling besar yaitu sebesar 42,0 % dari total
pembangkitan. Pada tahun yang sama kapasitas terpasang captive power mencapai
12,4 GW dengan total produksi listrik mencapai 39,1 TWh. Captive power sebagian
besar menggunakan bahan bakar diesel (42,0 %) diikuti oleh batubara (29,2 %), gas
alam (17,6 %), dan tenaga air (11,2 %). Bila pembangkit dari PT PLN dan captive
power dijumlahkan maka batubara merupakan bahan bakar yang paling banyak
digunakan untuk pembangkit listrik. Batubara diperkirakan masih menjadi bahan
bakar yang paling dominan untuk pembangkit listrik di masa datang. Pada saat ini
pangsa penggunaan batubara hanya sekitar 28,7 % dan akan meningkat pesat menjadi
74,1 % pada tahun. Pangsa gas alam menurun dari 21,3 % pada saat ini menjadi
sekitar 11,7 % pada tahun 2025. Yang pertama diterapkan pada tahapan setelah
pembakaran dan yang kedua diterapkan sebelum pembakaran

B. Dampak terhadap Lingkungan Hidup dan Evaluasi sumber


Ketersediaan sumber energi dan adanya teknologi yang dapat mengubah
sumber energi menjadi bentuk yang bermanfaat bagi masyarakat, merupakan salah
satu faktor pemacu pertumbuhan perekonomian dunia. Oleh karena itu masyarakat
internasional menaruh perhatian terhadap jumlah emisi dan limbah yang dapat
ditoleransi oleh sumber lingkungan hidup. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No KEP-13/MENLH/3/ 1995 tentang standar emisi untuk
pembangkit listrik. Parameter dalam standar emisi tersebut, seperti : partikel, SO2,
dan NOx adalah bahan polutan yang berhubungan langsung dengan kesehatan
manusia. Penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik akan dapat
meningkatkan emisi dari partikel, SO2, NOx, dan CO2. Meskipun kandungan sulfur
batubara Indonesia relatif kecil tetapi penggunaan dalam jumlah besar akan dapat
meningkatkan emisi SO2 sehingga dapat berdampak negatif terhadap manusia dan
lingkungan hidup. Pengaruh partikel emisi terhadap kesehatan dan lingkungan seperti
pada table berikut :

.
Pengaruh Terhadap Lingkungan - hujan asam yang dapat merusakkan lingkungan
danau, sungai dan hutan - mengganggu jarak pandang - hujan asam - ozon menipis
yang mengakibatkan kerusakan hutan.

C. Upaya Pengelolaan Lingkungan


Parameter dalam standar emisi tersebut, seperti : partikel, SO2, dan NOx
adalah bahan polutan yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia.
Disamping itu, masyarakat internasional juga menaruh perhatian terhadap isu
lingkungan global seperti terjadinya pemanasan global. Emisi CO2 merupakan
parameter terbesar yang bertanggung jawab terhadap terjadinya pemanasan global.
Emisi CO2 tidak berhubungan langsung dengan kesehatan. Meskipun Indonesia
belum mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi ini, namun sebagai anggota
masyarakat global, Indonesia turut serta berinisiatif melakukan studi dan membuat
strategi untuk mengurangi emisi CO2.

D. Peluang penerapan Produksi Bersih


[E.]
1. Penerapan Teknologi Bersih Sebelum Proses Pembakaran
Pengurangan emisi pada tahapan setelah pembakaran batubara banyak
memerlukan energi listrik sehingga kurang efisien dalam penggunaan energi. Cara
yang lebih efisien adalah bila pengurangan emisi dilakukan pada tahap sebelum
pembakaran dan sering disebut teknologi batubara bersih. Teknologi batubara bersih
yang dibahas dalam makalah ini diantaranya adalah teknologi fluidized bed
combustion (FBC), gasifikasi batubara, magneto hydrodynamic (MHD) dan
kombinasi IGCC dengan fuel cell.
2. Penerapan Teknologi Bersih Setelah Proses Pembakaran
Batubara yang dibakar di boiler akan menghasilkan tenaga listrik serta
menghasilkan emisi seperti partikel, SO2, NOx, dan CO2. Emisi tersebut dapat
dikurangi dengan menggunakan teknologi seperti denitrifikasi, desulfurisasi,
electrostratic precipitator, dan separator CO2. Kecuali teknologi separator CO2 yang
masih dalam tahap penelitian, teknologi lainnya merupakan teknologi konvensional
yang saat ini sudah banyak diterapkan.

E.[F.] Kesimpulan dan saran


Batubara diperkirakan paling dominan digunakan sebagai bahan bakar untuk
pembangkit listrik di Indonesia di masa datang. Penggunaan batubara dalam jumlah
yang besar akan meningkatkan emisi seperti emisi partikel, SO2, NOx, dan CO2.
Di Indonesia teknologi denitrifikasi, desulfurisasi dan electrostatic precipitator yang
sudah komersial dapat diterapkan untuk jangka pendek dan menengah. Sedangkan
teknologi yang masih dalam pengembangan seperti teknologi fluidized bed
combustion, gasifikasi batubara, dan MHD masih perlu dikaji penerapannya untuk
jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai