Anda di halaman 1dari 8

1.

Tantangan atau peluang di setiap eksplorasi

CO2 capture dan storage (sekuestrasi karbon) merupakan suatu teknologi yang digunakan
untuk menghapus karbon dioksida yang terdapat di atmosfer dan kemudian menyimpan
karbon dioksida dalam jangka waktu lama. Sekuestrasi karbon juga bisa merujuk pada:

 Proses pemindahan karbon dari atmosfer dan mendepositkannya ke reservoir.


 Proses penangkapan dan penyimpanan karbon, di mana karbon dioksida dari gas
buang (misal dari pembangkit listrik) diambil dan disimpan di reservoir.
 Siklus biogeokimia alami dari karbon yang terjadi antara atmosfer dan komponen
bumi, misal proses pelapukan kimiawi dari bebatuan.

Sekuestrasi karbon menyimpan karbon dioksida atau bentuk lain dari karbon secara jangka
panjang, yang juga merupakan salah satu cara memitigasi pemanasan global dan perubahan
iklim. Sekuestrasi karbon juga telah diusulkan sebagai cara untuk memperlambat
akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dan lautan, yang dilepaskan akibat pembakaran
bahan bakar fosil. Karbon dioksida secara alami ditangkap dari atmosfer melalui proses
biologi, kimia, dan fisik. Beberapa metode penangkapan karbon yang dilakukan manusia
menggunakan proses alami (pendekatan alami) dan beberapa menggunakan proses sintetik
(pendekatan teknologi). Karbon dioksida dapat ditangkap sebagai produk samping proses
terkait pemurnian minyak bumi atau dari gas buang pembangkit listrik. Penyimpanan
karbon yang telah ditangkap dapat dilakukan di bawah permukaan tanah (misal di ladang
minyak yang telah tua karena banyaknya celah antar bebatuan setelah minyak hampir
habis), di laut atau dasar laut (jika penangkapan menggunakan alga), dan sebagainya.

Strategi yang digunakan dalam pembersihan dan penyimpana karbon dioksida dibagi
menjadi 2 kategori yaitu :
 Pendekatan alami yaitu menggunakan proses niologis untuk meningkatkan
penghapusan karbon dan penyimpanannya di hutan, tanah atau lahan basah.
 Pendekatan teknologi yaitu menghapus karbon secara langsung dari udara atau
memanipulasi proses penghapusan karbon alami untuk mempercepat penyimpanan
karbon.
Pendekatan alami untuk menghapus karbon dapat memainkan peran penting dalam jangka
pendek. Penelitian terbaru menjelaskan bahwa perbaikan pengolahan hutan, lahan basah,
padang rumput dan lahan pertanian dapat menghapus sekitar 5.6 GtCO2e karbon per tahun
pada tahun 2030 atau setara dengan total emisi global dari pertanian pada tahun 2004
dengan biaya kurang dari US$100 per ton karbon. Pendekatan alami juga memberikan
manfaat tambahan mulai dari peningkatan kualitas tanah dan air hingga melindungi
keanekaragaman hayati.
Namun terdapat tantangan dalam menghapus karbon dioksida yaitu karbon tidak dapat
dihapus secara permanen karena akhirnya akan kembali ke atmosfer seperti ketika
kebakaran besar yang menghancurkan hutan yang direstorasi, ketika petani membajak
lahan yang sebelumnya tidak boleh dibajak dan penebangan pohon di tempat lain untuk
memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat.
Pendekatan teknologi saat ini telah berkembang yaitu salah satunya melalui restorasi
miliaran hektar lahan terdegradasi. Namun pendekatan ini belum siap untuk digunakan
karena masih kurangnya pengetahuan yang mendukung, besarnya resiko dan biaya yang
dibutuhkan serta teknologi canggih yang masih kurang mendukung.

2. Eksplorasi Instansi yang terkait


Perusahaan ExxonMobil “Energi hidup disini” merupakan perusahaan yang bergerak
dalam sektor migas. Keberhasilan ExxonMobil dalam menemukan dan mengembangkan
sumberdaya minyak dan gas di Indonesia menjadi buki nyata komitmen dan kontribusi
perusahaan terhadap sektor migas Indonesia.

ExxonMobil adalah pemimpin di bidang aplikasi CCS (carbon capture and sequestration)
dengan pengalaman luas selama tiga dekade terakhir dengan semua teknologi
komponennya, termasuk keikutsertaan dalam beberapa proyek injeksi karbon dioksida.
Pada 2015 ExxonMobil menangkap 6,9 ton karbon dioksida untuk disimpan – setara
dengan penghilangan emisi tahunan gas rumah kaca dari 1 juta lebih kendaraan
penumpang.
Para ilmuwan ExxonMobil telah mengembangkan teknologi baru yang dapat mengurangi
biaya terkait proses CCS saat ini dengan meningkatkan jumlah listrik yang diproduksi
pembangkit listrik sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida secara signifikan. Inti
teknologi ExxonMobil adalah sel bahan bakar karbonat.

Tes laboratorium menunjukkan bahwa integrasi unik sel bahan bakar karbonat dan
pembangkitan listrik gas alam berhasil menangkap karbon dioksida secara lebih efisien
dibandingkan dengan teknologi penangkapan konvensional saat ini. Dalam proses
penangkapan konvensional, suatu bahan kimia bereaksi dengan karbon dioksida,
mengekstraksinya dari gas buang pembangkit listrik. Kemudian digunakan uap untuk
melepaskan karbon dioksida dari bahan kimia itu – uap air yang seharusnya digunakan
untuk menggerakkan turbin, sehingga mengurangi jumlah daya yang dapat dihasilkan
turbin.

Penggunaan sel bahan bakar untuk menangkap karbon dioksida dari pembangkit listrik
menghasilkan pemisahan karbon dioksida yang lebih efisien dari gas buang pembangkit
listrik, tetapi dengan keluaran listrik yang lebih tinggi. Gas buang pembangkit listrik
diarahkan ke sel bahan bakar, menggantikan udara yang biasanya digunakan bersama
dengan gas alam selama proses pembangkitan daya sel bahan bakar. Saat sel bahan bakar
menghasilkan daya, karbon dioksida menjadi lebih pekat, sehingga dapat ditangkap dari
gas buang sel secara lebih mudah dan lebih terjangkau, untuk kemudian disimpan.

Riset ExxonMobil menunjukkan bahwa pembangkit listrik biasa berkapasitas 500


megawatt (MW) yang menggunakan sel bahan bakar karbonat dapat menghasilkan daya
tambahan hingga 120 MW, sementara teknologi CCS saat ini mengonsumsi daya sekitar
50 MW. Riset ExxonMobil menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi ini, lebih
dari 90 persen emisi karbon dioksida pembangkit listrik gas alam dapat ditangkap. Gas
alam sudah menjadi sumber energi utama yang paling rendah jejak karbonnya.

Selain itu, teknologi sel bahan bakar karbonat berpotensi untuk menghasilkan hidrogen
berjumlah besar. Berdasarkan simulasi, teknologi baru ini dapat memproduksi hingga 4,2
juta meter kubik hidrogen per hari selagi menangkap karbon dioksida dari pembangkit
listrik berkapasitas 500 MW. Sebagai gambaran, pabrik hidrogen reformasi metana uap
berskala dunia memproduksi sekitar 3,5 juta meter kubik per hari. Selain itu, gas sintesis,
atau syngas, yang terdiri atas hidrogen dan karbon monoksida, dapat diproduksi lalu
ditingkatkan menjadi produk berguna lainnya seperti metanol, olefin, atau hidrokarbon
berbobot molekul lebih tinggi untuk bahan bakar transportasi atau pelumas.

3. Potensi setiap eksplorasi di Indonesia


Mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting yang ada di bumi karena
memberikan manfaat ekologis yang sangat besar. Salah satu peranan utama hutan
mangrove yaitu fungsi sekuestrasi karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan
boreal, temperate (beriklim sedang), dan tropis. Indonesia sebagai negara kepulauan dan
dengan garis pantai terpanjang di dunia memiliki tutupan mangrove terluas, yaitu lebih dari
2 juta hektar atau 21% dari total luas mangrove dunia (Giesen, 2007). Dengan demikian,
Indonesia dengan luas mangrove terbesar memiliki potensi mitigasi karbon yang sangat
besar untuk mengurangi pemanasan global. Hal ini dikarenakan mangrove dapat
menyimpan karbon tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem hutan boreal,
hutan temperate atau hutan terrestrial pada umumnya (Donato et al, 2011). Berdasarkan
kesepakatan yang tercantum dalam Paris Climate Agreement 2015, Indonesia yang
memiliki hutan mangrove terluas di dunia telah menargetkan untuk mengurangi emisi
karbon pada tahun 2020 dengan target pengurangan emisi tanpa syarat (unconditional) dan
2030 dengan syarat (conditional).

Akan tetapi, potensi mangrove yang ini bukannya tanpa ancaman. Seperti halnya mangrove
yang ada di dunia, luas mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis
yaitu 1,8 juta hektar mangrove telah rusak selama periode 1980-2005 (FAO, 2007). Riset
terbaru menyatakan bahwa sekitar 748.84 km2 selama periode 2000-2012 (Hamilton,
2015). Beberapa penyebab utama rusak dan lenyapnya mangrove di Indonesia, diantaranya
ekspansi akuakultur dan agrikultur, pengembangan dan pembangunan di daerah pantai,
serta penebangan liar (Wetlands, 2011).
Berdasarkan uraian singkat di atas, perlu dirancang strategi pengelolaan dan pemanfaatan
yang berkelanjutan dan tanpa merusak lingkungan (sustainable and environmentally
friendly management) sehingga pemanfaatan mangrove oleh masyarakat tetap bisa berjalan
dengan baik dan tetap pada koridor pemanfaatan tanpa merusak mangrove itu sendiri.
Selain itu juga, perlu dilakukan restorasi untuk mengembalikan mangrove yang sudah
rusak sehinngga sekuestrasi karbon yang tinggi tetap terjaga. Tentunya hal ini tidak dapat
dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah sendiri, melainkan hendaknya melibatkan semua
elemen, baik itu NGO maupun masyarakat. Dalam hal ini, pendekatan Community based
conservation merupakan strategi yang patut dipertimbangkan sebagai acuan dalam
mengelola mangrove.

4. HSE (Health Safety and Enviroment)

HSE diterapkan melalui kerangka kerja manajemen berdisiplin yang disebut Sistem
Pengelolaan Integritas Operasi (OIMS). Kerangka Kerja OIMS ExxonMobil menerapkan
ekspektasi yang sama di seluruh dunia untuk menangani risiko yang melekat pada bisnis.
Istilah Integritas Operasi (OI) digunakan oleh ExxonMobil untuk merujuk semua aspek
bisnisnya yang dapat berdampak pada keselamatan, keamanan, kesehatan personel dan
proses, serta kinerja lingkungan.

Penerapan Kerangka Kerja OIMS diwajibkan di semua ExxonMobil, dengan penekanan


khusus pada desain, konstruksi, dan operasi. Pihak manajemen bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa sistem pengelolaan yang memenuhi Kerangka Kerja tersebut telah
diterapkan. Ruang lingkup, prioritas, dan kecepatan penerapan sistem pengelolaan harus
sesuai dengan risiko bisnis.

Kerangka Kerja OIMS mencakup 11 Unsur. Setiap Unsur berisi prinsip dasar dan
serangkaian ekspektasi. Kerangka Kerja OIMS juga mencakup karakteristik dan proses
untuk mengevaluasi dan menerapkan Sistem Pengelolaan Integritas Operasi.
Berikut unsur yang menjelaskan tentang keselamatan SDM, lingkungan dan teknologi
yaitu:

1) Unsur penilaian dan pengelolaan risiko


Penilaian risiko yang lengkap dapat mengurangi risiko keselamatan, kesehatan,
lingkungan, dan keamanan serta meminimalkan konsekuensi insiden dengan
menyediakan informasi yang penting untuk pengambilan keputusan.

 Risiko dikelola dengan mengidentifikasi bahaya, menilai konsekuensi dan


probabilitas, serta mengevaluasi dan menerapkan tindakan pencegahan dan
pengurangan.
 Penilaian risiko dilakukan untuk operasi berkelanjutan, untuk proyek, dan
untuk produk guna mengidentifikasi dan mengatasi kemungkinan bahaya
terhadap personel, fasilitas, masyarakat, dan lingkungan.
 Penilaian risiko berkala dilakukan oleh personel yang cakap, termasuk ahli
dari luar unit langsung, apabila diperlukan.
 Penilaian risiko diperbarui pada selang waktu tertentu dan jika terjadi
perubahan.
 Risiko yang dinilai ditangani oleh tingkat manajemen tertentu yang sesuai
dengan sifat dan besarnya risiko, lalu keputusan didokumentasikan dengan
jelas.
 Proses tindak lanjut dilakukan untuk memastikan bahwa keputusan
manajemen risiko telah diterapkan.

2) Unsur desain dan konstruksi fasilitas

Keselamatan dan keamanan yang sudah melekat dapat ditingkatkan, dan risiko bagi
kesehatan dan lingkungan diminimalkan, dengan menggunakan standar, prosedur,
dan sistem pengelolaan yang baik untuk kegiatan desain fasilitas, konstruksi, dan
startup.
 Prosedur pengelolaan proyek didokumentasikan, dipahami dengan baik, dan
dilaksanakan oleh personel yang cakap.
 Kriteria ditetapkan dan prosedur diterapkan untuk melaksanakan dan
mendokumentasikan penilaian risiko pada tahap-tahap proyek tertentu
untuk memastikan bahwa tujuan Integritas Operasi terpenuhi.
 Desain dan konstruksi fasilitas baru atau fasilitas yang diubah menggunakan
praktik dan standar desain yang disetujui dan:

 memenuhi atau melampaui ketentuan peraturan yang berlaku


 mengandung persyaratan yang bertanggung jawab apabila regulasi
tidak cukup melindungi
 memperhatikan pertimbangan integritas operasi penting lainnya,
termasuk Aspek Lingkungan dan Faktor Manusia

 Penyimpangan dari praktik dan standar desain yang disetujui, atau dari
desain yang disetujui, hanya diperbolehkan setelah ditinjau dan disetujui
oleh pihak berwenang yang sesuai, dan setelah dasar pemikiran untuk
keputusan tersebut didokumentasikan
 Sudah ada proses untuk mengevaluasi penerapan standar baru atau yang
diperbarui beserta implikasi integritas operasi bagi fasilitas yang sudah ada.
 Sudah ada proses pemeriksaan mutu, yang memastikan bahwa fasilitas dan
bahan yang diterima memenuhi spesifikasi desain dan bahwa konstruksi
sesuai dengan standar yang berlaku.
 Tinjauan pra-startup dilakukan dan didokumentasikan untuk mengonfirmasi
bahwa:

 konstruksi sesuai dengan spesifikasi


 tindakan Integritas Operasi diterapkan
 prosedur darurat, operasi, dan pemeliharaan diterapkan dan memadai
 rekomendasi manajemen risiko telah ditangani dan tindakan yang
diperlukan telah diambil
 pelatihan personel telah dilakukan
 persyaratan peraturan dan perizinan telah dipenuhi

5. Eksplorasi dalam bidang geofisika ( CO2 Capture and Storage )


6. Aturan regulasi pemerintah

Anda mungkin juga menyukai