Disusun Oleh:
Agustiani Putri
2
matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar
melalui kaca dan sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Hal ini
mengakibatkan suhu di dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya. Perhatikan
gambar berikut (Gealson, 2007).
3
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi ilmiah bahwa pembuatan
fotobioreaktor mikroalga Nannochloropsis sp. berpotensi sebagai salah satu alat alternatif
yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi emisi CO2 yang berlebih dan dapat menjadi
pemasok O2 di DKI Jakarta. Hal ini didasarkan atas penelitian oleh Agustiani, dkk yang
telah melakukan pengujian kadar CO2 dan produktivitas O2 pada alat fotobioreaktor
mikroalga Nannochloropsis sp. selama empat bulan di Universitas Negeri Jakarta.
Implementasi jangka panjang dari pembuatan alat fotobioreaktor mikroalga
Nannochloropsis sp. akan ditempatkan pada atap gedung-gedung bertingkat di DKI
Jakarta, sehingga dapat dilakukan penyerapan emisi CO2 dan produktivitas O2 secara
berulang pada setiap harinya sebagai upaya dalam meminimalisasi pencemaran polusi
udara.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Namun, sejalan dengan
perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri serta berkembangnya
transportasi, maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh
terjadinya pencemaran udara. Hal ini mengakibatkan masuknya zat pencemar (berbentuk
gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka
waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia terutama
menimbulkan penyakit pada pernafasan, hewan, dan tanaman (BPLH DKI Jakarta, 2013).
Pada umumnya, dari berbagai sektor yang berpotensial dalam mencemari udara,
maka sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor
yang lainnya. Di DKI Jakarta, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70%, sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap
industri hanya berkisar 10-15%, dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain
misalnya rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain (BPLH DKI
Jakarta, 2013). Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah kendaraan bermotor di DKI
Jakarta.
Tabel 1. Jumlah Kendaraan di DKI Jakarta Tahun 2012-2013
4
Tabel 1. menunjukkan bahwa berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit
Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan pada tahun 2012 mencapai
14.618.313 unit, dengan pertumbuhan 9,8% dari tahun sebelumnya. Sementara pada
tahun 2013, jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya mencapai 16.043.689 unit,
dengan tren peningkatan yang mencapai 9,8 %. Jumlah kendaraan yang meningkat akan
berdampak pula pada meningkatnya emisi CO2 di atsmorfer. Keadaan seperti ini tidak
setimbang dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang disediakan oleh pemerintah DKI
Jakarta. Minimnya jumlah lahan hijau menjadi masalah tersendiri dalam usaha mengatasi
masalah tingginya tingkat polusi di udara. Oleh karena itu, alat fotobioreaktor mikroalga
Nannochloropsis sp. yang ditempatkan di atas gedung-gedung bertingkat diharapkan
sebagai solusi yang berpotensial dalam rangka mewujudkan “JAS BESI” (Jakarta Sehat
Bebas Polusi).
Mikroalga yang akan digunakan pada alat fotobioreaktor yaitu Nannochloropsis
sp. Mikroalga Nannochloropsis sp. merupakan mikroalga yang berwarna kehijauan,
selnya berbentuk bola, berukuran kecil dengan diamater 2-4μm, dan memiliki 2 flagel
dengan salah satu flagelnya berambut tipis. Mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki
kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata)
yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Mikroalga Nannochloropsis sp. dapat
berfotosintesis karena memiliki klorofil.
Mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki sifat seperti tumbuhan darat yang dapat
dimanfaatkan untuk menyerap CO2. Menurut Bishop (2000), Biomass mikroalga
Nannochloropsis sp. hanya 0,05 kali biomasa tumbuhan laut, namun kemampuannya
menyerap CO2 sama dengan tumbuhan darat. Proses penyerapan CO2 oleh Mikroalga
Nannochloropsis sp. terjadi pada saat fotosintesis, dimana CO2 digunakan untuk
reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2,
juga memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air (Santoso et al., 2011).
Pembudidayaan mikroalga Nannochloropsis sp. tentunya akan bermanfaat besar untuk
mengurangi emisi CO2. Proses fotosintesis pada Mikroalga Nannochloropsis sp.
memerlukan energi surya atau matahari.
5
.
6
Perakitan Alat Fotobioreaktor
Fotobioreaktor mempunyai beberapa bagian utama yaitu sistem akuarium p:l:t
(35: 18,5 : 25) cm, dengan volume tampung sebesar 18 L, pompa air, selang, pipa PVC
ukuran ¾ inci, air stone, tabung udara, sensor O2 dan CO2. Kapasitas sistem ini mampu
menampung hingga 18 liter. Namun, kultur hanya 10 L, dengan perbandingan air laut:
mikroalga (10:1).
Akuarium berfungsi sebagai wadah kultur mikroalga Nannochloropsis sp.
material akuarium berupa kaca dengan ketebalan 5 mm. Pemilihan bahan kaca
dikarenakan kaca mampu meneruskan cahaya dengan baik, sehingga memungkinkan
proses fotosintesis yang terjadi menjadi lebih besar. Hal ini berbanding lurus dengan
produktivitas O2. Bahan kaca juga tidak mengandung bahan yang berbahaya (Setiawan,
2006). Sehingga, mikroalga tidak terkontaminasi bahan-bahan atau senyawa lain dari
wadah kultur.
Selang berfungsi sebagai penghantar udara dari tabung udara menuju akuarium
(inlet), sedangkan pipa PVC berfungsi untuk mengalirkan udara dari akuarium ke tabung
udara (outlet) yang bertujuan untuk mengukur kadar O2 dan CO2 per satuan jam yang
akan dibaca oleh sensor CO2 dan O2. Alat fotobioreaktor yang telah dirakit mampu atau
layak digunakan sebagai wadah kultur mikroalga Nannochloropsis sp.
Sensor dirakit dengan penguat sinyal analog dengan menggunakan lm324 yang
didukung dengan tegangan 6V untuk proses heating (untuk sensor CO2). Sementara
rangkaian push botton sensor O2 dan sensor CO2 pada arduino uno dengan memasangkan
port analog sebagai input sistem, kemudian rangkaian lcd 16x2 with i2c pada port digital
sebagai output sistem. Seluruh rangkaian menggunakan kabel jumper (male to female).
Pembuatan program monitoring kadar CO2 dan O2 pada arduino IDE, kemudian di upload
program ke arduino uno board, dengan diberi tegangan pada sistemmenggunakan powe
supply switching 2A 12vdc agar stabil arusnya. Pengamatan kadar O2 dan CO2 dapat
diamati melalui LCD 16x2.
7
hari kemudian di sub-kultur ke akuarium dengan volume total 10 L. Nutrient yang
digunakan yaitu f/2.
Sub kultur dilakukan pada hari ke-4 disebabkan fase eksponensial terjadi pada
hari ke-1 sampai hari ke-4 (Pujiastuti, 2010). Sehingga jumlah sel sedang mengalami fase
peningkatan. Tujuan dilakukan sub-kultur adalah untuk memperbanyak jumlah sel/mL.
Hari ke-1 sampai dengan hari ke-4 merupakan fase eksponensial, ditandai dengan
perubahan warna yang terjadi, semakin bertambah usia mikroalga, maka warna dalam
wadah kultur semakin hijau (Pranayogi, 2003).
8
12.05 2,6 2,60 17,4 17,40
12.10 2,57 17,43
13.00 2,47 17,53
13.05 2,3 2,32 17,7 17,68
13.10 2,18 17,82
14.00 2,2 17,8
14.05 2,2 2,17 17,8 17,83
14,10 2,1 17,9
Tabel 2. Menunjukkan bahwa perhitungan selisih kadar CO2 diawal dan CO2
diakhir, dan kadar O2 diawal dan O2 diakhir adalah sebagai berikut.
Kadar CO2 = (rata-rata awal –rata-rata akhir)
= (2,17 – 3) x 100%
= -0,83 x 100%
= -83% (berkurang sebanyak 83%)
Kadar O2 = (17,83 – 17)
= 0,83 x 100%
= 8,3% (bertambah sebanyak 83%)
Catatan: pengalian 100% dikarenakan CO2 dan O2 dalam tabung vakum, masing-masing
dianggap 100%.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Agustiani, dkk membuktikan bahwa
mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki kemampuan menyerap CO2 dari tabung vacuum
sebanyak 83% dan kemampuan memproduksi O2 sebanyak 83%. Mikroalga
Nannochloropsis sp. mampu mengurangi CO2 pada tabung vacuum dan memproduksi O2
ke dalam tabung vacuum sebanyak 83%, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat
fotobioreaktor mikroalga Nannochloropsis sp. dengan bantuan energi surya yang akan
ditempatkan di atap gedung-gedung bertingkat akan berpotensial sebagai solusi alternatif
dalam rangka mewujudkan “JAS BESI” (Jakarta Sehat Bebas Polusi). Hal ini diharapkan
sebagai implementasi yang diterapkan pada jangka panjang, sehingga memberikan
dampak positif dengan adanya pengurangan emisi CO2 yang berlebih sebagai penyebab
polusi udara di DKI Jakarta. Oleh karena itu, DKI Jakarta sebagai ibu kota Indonesia yang
sehat bebas polusi akan menjadi sorotan panutan pada daerah lain.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat – zat Pencemar Udara.
Bishop, J.K.B. and R.E. Davis. 2000. Autonomous Observing Strategies for the Ocean
Carbon Cycle. Lawrence Berkeley National Laboratory. Paper LBNL- 46860.
Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom; What’s up
with global warming?, National Wildlife Federation. URL diakses 22-10-2016.
Harun, R., Singh, M., Forde, G.M., dan Danquah, M.K., (2010), Bioprocess engineering of
microalgae to produce a variety of consumer products”, Renewable and Sustainable
Energy Reviews, 14, hal 1037–1047.
Santoso et al.2011. “Mikro Alga Untuk Penyerapan Emisi CO2 Dan Pengolahan Limbah
Cair Di Lokasi Industri”. Jurnal Ilmu dan Teknologi kelautan Tropis, Vol.3, 62-70.
Spolaore, P., Joannis-Cassan, C., Duran, E., dan Isambert, A., (2006), “Commercial
Applications of Microalgae”, Journal of Bioscience and Bioengineering, 101, hal 87-
96.
10