Anda di halaman 1dari 5

PEDULI DAN BERAKSI MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL

UPAYA MENURUNKAN EMISI GAS RUMAH KACA

Pemanasan global atau yang sering disebut global warming merupakan suatu bentuk
ketidak seimbangan ekosistem yang ada di bumi ini, ketidakseimbangan tersebut
mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Istilah
pemanasan global ini bukanlah hal yang asing di kalangan masyarakat. Pemanasan global tak
hanya mengakibatkan meningkatnya suhu atmosfer, pemanasan global diperkirakan telah
menyebabkan perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain; perubahan
iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah
dan pola presipitasi. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak
pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan
punahnya berbagai jenis hewan
Dilansir dari jurnal UI kurang lebih serratus tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan
bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C diberbagai negara termasuk Indonesia. Hal tersebut
merupakan akibat dari meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK). Gas rumah kaca adalah
gas-gas hasil pemanasan bumi yang kemudian dilepaskan menuju atmosfer sehingga
menyebabkan terbentuknya efek rumah kaca (Riebeek 2010). Efek rumah kaca terjadi karena
peningkatan emisi gas-gas, seperti klorofluorokarbon (CFC), karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air (H2O). Gas tersebut memiliki efek rumah
kaca lebih besar daripada gas yang lainnya. Contohnya metana memiliki efek 20 hingga 30 kali
lebih besar dibanding dengan karbon dioksida (CO2), dan CFC diperkirakan memiliki efek
rumah kaca 1000 kali lebih kuat dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) (Porteous, 1992).
Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar
matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas
dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. Sebagian sinar infra
merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian
menyebabkan suhu bumi meningkat.
Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa efek rumah kaca. Tetapi,
jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan kondisi normalnya maka sistem tersebut
akan bersifat merusak. Melihat sebagian besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas
hidup manusia, maka pemanasan global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup
dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini diharapkan dapat memberi
wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang apa dan bagaimana terjadinya pemanasan
global, serta bagaimana perilaku masyarakat yang diharapkan dalam upaya meminimalisasi
efek terjadinya pemanasan global.
Rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara yang
mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi
matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca sebagian dipantulkan keluar atmosfer dan
sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya.
Contoh lainnya yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita
berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik matahari. Panas
yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui kaca tetapi
sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di dalam ruang lebih
tinggi (panas) daripada di luarnya.
Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, dan metana di
atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra merah tetap
terperangkap di atmosfer bumi, kemudian gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat terjadi berulang sehingga mengakibatkan
suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpa efek rumah kaca planet bumi akan menjadi sangat dingin lebih kurang -18°C,
sehingga sekuruh permukaan bumi akan tertutup lapiesan es. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan efek rumah kaca. Akan tetapi
jika gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka akan terjadi sebaliknya dan
mengakibatkan pemanasan global.
Pemerintah Indonesia telah merencanakan dan membahas masalah gas rumah kaca
dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK) yang telah
diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2011. Peraturan presiden ini adalah
suatu pedoman bagi sektor sektor yang berkaitan langsung dan tidak langsung dalam
mempengaruhi dampak perubahan iklim. Telah diterbitkan pula perpres No. 71 Tahun 2011
tentang Inventaris Gas Rumah Kaca Nasional, yang memastikan adanya kegiatan inventarisasi
kondisi gas rumah kaca di Indonesia. Kedua PerPres tersebut dan tentunya berbagai peraturan
kebijakan lainnya menjadi landasan utama bagi pengembangan rencana aksi serupa pada
tingkat daerah atau selanjutnya disebut RAD GRK (Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca). Salah satu upaya ataupun program yang digunakan pemerintah untuk
menekan emisi gas rumah kaca adalah mendorong pemanfaatan dan penggunaan energi baru
terbarukan (EBT). Direktur Jendral energi baru terbarukan mengatakan setidaknya ada 7 cara
yang dapat dilakukan bersama dalam menekan emisi gas rumah cara.
Pertama, dari sektor transportasi, kita dapat berpergian tanpa adanya gas rumah kaca.
Tanpa kita sadari setiap kali kita berpergian, kita menggunakan bahan bakar fosil baik dari
transportasi udara, darat ataupun laut. Pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi
menambah hingga 14% emisi gas rumah kaca global diseluruh dunia. Kita dapat mencegah hal
tersebut dengan beralih ke teknologi alternatif yang tak membutuhkan bensin, semerti motor
listrik, mobil listrik, bersepeda, ataupun berjalan kaki, pilihan tersebut tak hanya menurunkan
emisi gas rumah kaca tetapi juga mengurangi polusi udara. Di kota, kita dapat menurunkan
emisi gas rumah kaca dengan menambah rute bus, jalur sepeda dan trotoar. Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan tempat untuk mengisi daya (charging)
dengan membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Menggunakan dan menciptakan bahan bakar yang ramah lingkungan juga dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca. Karbon dioksida (CO2) merupakan gas yang sangat mudah
diproduksi dalam kegiatan sehari hari kita. Asap kendaraan merupakan salah satu pemicu
timbulnya gas karbon dioksida (CO2) dan merupakan penghasil karbon dioksida (CO2) yang
sangat besar. Oleh karena itu terdapat solusi agar asap kendaraan tersebut tidak terlalu
mengandung banyak bahan pencemar, salah satunya yang dapat dilakukan adalah mengganti
bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan. Bahan bakar yang ramah
lingkungan diantaranya adalah biodiesel yang merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat
dari lemak nabati dan hewani.
Kita juga dapat memanfaatkan sumber energi yang lain yang aman dari emisi gas-gas
yang membahayakan tersebut, seperti menggunakan energi matahari, air, angin dan bioenergy.
Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari seperti di Indonesia ini diharapkan muncul
teknologi yang mampu menggunakan energi tersebut, misalnya dengan mobil tenaga surya,
listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji tanaman
jarak, biji bunga matahari dan lemak ayam (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak.
Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. PLTS atap sudah banyak
dilakukan baik dalam skala besar dan skala kecil, baik diluar negeri ataupun didalam negeri
Kedua, yaitu dari sektor bangunan gedung. Dengan gedung yang patinya akan selalu
meningkat jumlahnya dan tak akan pernah berhenti operasi pembuatannya, sangat perlu
diperhatikan bagaimana cara membuat gedung tersebut menjadi tempat yang hemat energi,
namun dengan tidak melupakan aspek kenyamanan. Solusi terintegrasi dalam mengatasi
masalah penghematan energi, perlindungan lungkungan dan pengurangan emisi (CO2).
Ketiga, dari sektor rumah tangga, yaitu penggunaan peralatan yang hemat energi.
Misalnya adalah penggunaan lampu, AC, kulkas ataupun mesin pendingin lainnya. Peralatan
rumah tangga yang umumnya lebih banyak menggunakan listrik dapat dikurangi, terutama
listrik yang berasal dari pembakaran batu bara atau gas hal ini dapat mengurangi emisi gas
rumah kaca. Listrik bertanggung jawab atas seperempat dari semua emisi yang ada di seluruh
dunia. Langkah yang dapat diambil yaitu mengganti bola lampu pijar dengan menggunakan
lampu LED atau lampu neon yang menggunakan listrik lebih sedikit dan kita dapat mengurangi
penggunaan listrik.
Sumber energi terbarukan meliputi energi matahari, panas bumi, turbin angin, energi
gelombang laut dan pasang surut, energi limbah dan biomassa, serta tenaga air. Karena tidak
membakar bahan bakar fosil, sumber energi terbarukan ini tidak melepaskan gas rumah kaca
ke atmosfer karena menghasilkan listrik. Energi nuklir juga tidak menghasilkan emisi gas
rumah kaca, sehingga dapat dianggap sebagai solusi perubahan iklim. Namun, itu
menghasilkan limbah radioaktif yang membutuhkan penyimpanan jangka panjang dan aman.
Saat ini, jumlah listrik yang berasal dari energi terbarukan semakin meningkat. Beberapa
negara, seperti Islandia dan Kosta Rika, sekarang mendapatkan hampir semua listrik mereka
dari energi terbarukan. Di banyak negara lain, persentase listrik dari sumber terbarukan saat ini
kecil (5-10%) tetapi terus meningkat. Mulai saat ini kita dapat membiasakan segera mematikan
listrik apabila sudah tidak digunakan, dan juga mencabut alat-alat yang tidak digunakan dari
stop kontak.
Berikutnya penggunaan AC, jika anda menggunakan AC tetaplah menyetel AC lebih
rendah dimusim dingin dan lebih tinggi di musim panas. Kita juga bisa membuka jendela
dengan lebar – lebar hal ini akan lebih memberikan efek kesejukan dirumah kita dan otomatis
kita tidak akan menggunakan AC. Matikan AC jika tidak digunakan, terlebih saat kita tidak
dirumah. Penggunaan AC akan memicu terjadinya produksi gas- gas penyebab pemanasan
global seperti CFC dan karbon dioksida (CO2). Saat ini sudah ada teknologi baru yang dapat
membantu menjaga gedung tetap hemat energi, seperti AC otomatis / AC pintar. Penggunaan
kulkas atau mesin pendingin lainnya, segera tutup mesin pendingin yang anda gunakan, jangan
biarkan terbuka saat tidak digunakan karena mesin pendingin juga penyumbang CFC.
Keempat, yaitu pengolahan sampah kita dapat membantu mengurangi efek rumah kaca
dengan cara menghemat penggunaan kantong plastik. Sampah plastik adalah sampah yang
sangat sulit untuk diuraikan, sehingga cara yang paling mudah untuk melenyapkan sampah
plastik adalah dengan membakarnya. Pembakaran sampah plastik dapat menimbulkan gas- gas
rumah kaca yang berbahaya. Maka dari itulah kita harus mengurangi penggunaan kantong
plastik agar nantinya mengurangi jumlah sampah plastik. Belakangan ini telah dikembangkan
kantong plastik yang bisa diuraikan dengan waktu singkat (kantong plastik ramah lingkungan)
dan mulai digunakan di swalayan- swalayan umum. Selain hal tersebut saat ini juga sudah
banyak teknologi yang dapat mengolah sampah dapat menghasilkan listrik.
Kelima, sektor lingkungan. Walaupun saat ini sudah banyak pihak pihak yang
menyatakan dan menggerakkan penghijauan lingkungan, kita harus lebih kritis lagi terkait
masalah ini, karena hijaunya bumi semakin hari semakin berkurang. Pemerintah dapat terus
melakukan program menanam 1000 pohon dan penghijauan di lahan- lahan yang kritis. Adanya
pepohonan yang banyak akan dapat menetralisir udara yang tercemar. Pepohonan mampu
menyerap keberadaan karbondioksida yang terbang bebas di udara untuk digunakan sebagai
bahan fotosintesis. Kemudian pohon akan menukarnya dengan oksigen yang merupakan hasil
fotosintesis. Bayangkan apabila banyak pepohonan yang melakukan fotosintesis setiap
harinya, pastilah udara yang kita miliki lebih bersih dan segar, serta gas- gas rumah kaca akan
berkurang intensitasnya di udara.
Kertas yang menjadikan pohon sebagai bahan utamanya juga harus diperhatikan.
Semakin banyak kertas yang kuta gunakan, maka akan semakin banyak jumlah pohon yang
akan ditebang. Maka dari itu kita harus bijak dalam penggunaan kertas, kita juga dapat mendaur
ulang kertas – kertas yang tidak perlu lagi. Sudah banyak buku, novel ataupun kerajinan yang
dibuat dari daur ulang kertas. Kita juga dapat menanam rumpun bambu, karena tanaman ini
dapat menyerap CO2 4 kali lebih banyak dari pepohonan lainnya.
Keenam, yaitu mengurangi emisi dari industri. Manufaktur, penambangan bahan
mentah dan penanganan limbah semuanya membutuhkan energi. Produk – produk yang kita
beli dari ponsel, tv, laptop hingga ssepatu yang dibuat oleh pabrik menghasilkan sekitar 20%
gas rumah kaca yang di produksi diseluruh dunia. Cara untuk mengurangi emisi dari bahan
manufaktur 2yaitu menggunakan bahan yang tidak terbuat dari bahan bakar fosil dan tidak
melepaskan gas rumah kaca adalah awal yang sangat baik. Semen dapat melepaskan karbon
dioksida saat mengeras, tetapi ada produk alternatif yang tidak menghasilkan gas rumah kaca.
Sama halnya dengan bioplastic yang terbuat dari tumbuhan merupakan alternatif pengganti
plastic yang berasal dari bahan bakar fosil.
Ketujuh, menggunakan pupuk organic, kebanyakan pupuk mengandung unsur nitrogen
yang akan berubah menjadi N2O . N2O ini akan menimbulkan gas- gas rumah kaca 320 kali
lebih besar daripada CO2. Oleh karena itulah kita sebaiknya menggunakan pupuk organik yang
ramah lingkungan. Terutama penggunaan pupuk kompos yang sangat berpengaruh dalam
mengurangi emisi gas rumah kaca. Dilansir dari jurnal IPB dengan menghasilkan satu ton
kompos, emisi gas rumah kaca sebesar 0,21-0,29 ton metana atau 5-7 ton karbon dioksida
ekuivalen dapat dicegah. Proyek landfill akan melakukan pengomposan sampah sebesar
100.000 ton per tahun. Dengan tingkat produksi tersebut, pengomposan sampah dapat
mereduksi emisi gas rumah kaca sebesar 600.000 ton karbon dioksida ekuivalen per tahun.
Itulah beberapa cara yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari- hari. kita dapat
memulainya dari kita sendiri. Apabila upaya- upaya tersebut dilakukan per individu setiap
harinya, maka hal ini akan dapat membantu mengurangi peristiwa efek rumah kaca. Hal ini
kita lakukan demi kebaikan bersama, kebaikan anak cucu dan kebaikan lingkungan kita, mari
kita jaga bumi mulai dari hal hal yang kecil dan dari lingkup sekitar kita, mari biarkan warna
biru dan hijau ada di bumi kita dan jangan biarkan awan awan putih semakin menebal di bumi
kita.

Anda mungkin juga menyukai