Anda di halaman 1dari 14

PERMASALAHAN LINGKUNGAN GLOBAL

Dosen Pengampu :

R.M. Riadi, S.E., M.Si

Disusun oleh Kelompok 4 :

Andre Sugandha Hutapea (2102114187)

Evita Romaito

Indra Ryusdi

Rifqi Maulana

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan bumi
akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi .

Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai
radiasi infra merah gelombang panjang .

Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di
atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida /
CO2 dan metana) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi .

Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (Green House Effect = GHE) karena
peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk akan terperangkap di
dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca
tersebut .

Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia , karena jika
tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin .

Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan
bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planetatau satelit) yang
disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek

rumah kaca hanya terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisanatmosfer seperti Bumi,
Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan).
Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida (CO2) dan gas-
gas lainnya di atmosfer . Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibat kenaikan pembakaran
bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui
kemampuan tumbuhan- tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Bahan- bahan di permukaan
bumi yang berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh- tumbuhan,
hutan

, dan laut . Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul , maka panas di bumi akan semakin
naik. Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah olehawan dan
permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut tertahan olehawan, gas CO2,
dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan bumi . Dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas
yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banya jumlah gas
rumah kaca yang berada di atmosfir , maka semakin banyak pula panas matahari yang
terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan
di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca.

1.2. Rumusan masalah

2. Apakah yang dimaksud dengan Gas Rumah Kaca ?


3. Apakah yang dimaksud dengan Perubahan iklim ?
4. Bagaimanakah dampak gas rumah kaca dan perubahan iklim terhadap lingkungan global?
5. Bagaimanakah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang harus dilakukan ?

1.3. Tujuan Penulisan

2. Untuk mengetahui apa itu gas rumah kaca


3. Untuk mengetahui apa itu perubahan iklim
4. Untuk mengetahui dampak nya terhadap lingkungan global
5. Untuk mengetahui adaptasi dan mitigasi perubahan yang harus dilakukan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Gas Rumah Kaca

Pengertian gas rumah kaca

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang terdapat di atmosfer dan memiliki sifat menyerap dan
memancarkan radiasi infra merah yang berasal dari sinar matahari. Gas Rumah Kaca terbentuk
secara alami maupun terbentuk akibat aktivitas manusia (anthropogenic). Panas yang dikandung
infra merah dan terperangkap dalam Gas Rumah Kaca mengakibatkan terjadinya peningkatan
suhu permukaan bumi dan selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim (Wahyudi,
2016). Gas-gas yang memiliki memiliki sifat Gas Rumah Kaca antara lain adalah karbon
dioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O), metana (CH4), gas-gas terflorinasi (HFCs, PFCs dan
SF6), kelompok aldehid, ozon (O3) dan uap air.

Berubahnya iklim secara global yang tidak terkendali menyebabkan munculnya berbagai
permasalahan. Menurut Griffith et al, 2007 pemanasan global dan risiko perubahan iklim diakui
secara internasional sebagai masalah yang signifikan bagi perusahaan.

Penyebab emisi gas rumah kaca

a. Aktivitas industri

Bukti ilmiah menunjukan bahwa gas rumah kaca dari aktivitas manusia memperburuk
pemanasan global dan perubahan iklam. Aktivitas manusia yang paling besar menyumbang emisi
gas rumah kaca adalah aktivitas industri. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang menjalankan
aktivitas industri memiliki peluang besar menghasilkan emisi gas rumah kaca. Terdapat regulasi
global yang menjawab permasalahan mengenai pemanasan global dan perubahan iklim ini,
dengan memberikan mandat untuk mengungkapan emisi gas rumah kaca pada setiap entitas
perusahaan.

Industri menjadi salah satu faktor utama yang berpartisipasi dalam kerusakan alam karena bahan
baku yang digunakan mengandung berbagai zat kimia dan emisi yang dikeluarkan oleh industri
akan sangat berpotensi mencemari udara. Oleh karena itu, laporan pertanggungjawaban
lingkungan, yang di dalamnya memuat pengungkapan informasi emisi Gas Rumah Kaca,
menjadi salah satu upaya industri untuk melaporkan operasi usahanya dalam rangka
mengeksplorasi, mengendalikan, serta menjaga alam dan lingkungan. Informasi pengungkapan
emisi Gas Rumah Kaca tersebut diharapkan dapat membantu penciptaan nilai tambah bagi
entitas agar dapat tetap sustain menjalani usahanya. Teori legitimasi merupakan salah satu teori
yang mendasari insentif entitas yang dengan sukarela mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan. Teori ini menerangkan bahwa suatu entitas
merupakan unit dari sosial itu sendiri. Suaryana (2011) mengatakan bahwa kontrak sosial
merupakan fondasi dari teori legitimasi. Kontrak ini melibatkan perusahaan dan masyarakat pada
lokasi perusahaan tersebut beroperasi untuk menciptakan pundi-pundi labanya. Berdasarkan
landasan tersebut, maka pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan
merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Ketika
legitimasi diperoleh, maka perusahaan dapat terus melanjutkan operasinya karena entitas telah
memperhatikan norma yang berlaku serta keadaan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Teori
Keagenan Pada praktiknya, informasi mengenai emisi Gas Rumah Kaca tidak selalu
mengandung pernyataan-pernyataan positif. bertanggung jawab kepada pemegang saham, tetapi
juga kepada stakeholders lainnya seperti kreditur, pemerintah, analis, masyarakat, alam, dan
lingkungan.

b. Sampah

Pengelolaan sampah juga merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK).
Pengelolaan sampah memberikan kontribusi sebesar 4% dari total emisi GRK dunia. Di
Indonesia, emisi Gas Rumah Kaca yag dihasilkan dari sektor pengelolaan sampah dan limbah
mencapai 3% dari total emisi Gas Rumah Kaca. Metode pengelolaan sampah dan jumlah
timbulan sampah merupakan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah emisi Gas
Rumah Kaca. Jumlah timbulan sampah di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan cepat
dari tahun ke tahun sebagai akibat dari terjadinya pertumbuhan ekonomi, perubahan pola
konsumsi, dan peningkatan populasi. Secara nasional, emisi Gas Rumah Kaca dari sektor
pengelolaan sampah terus mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan peningkatan
timbulan sampah (Bappenas, 2010). Pembakaran sampah terbuka (open burning) merupakan
salah satu cara pengelolaan sampah yang masih banyak ditemui di Indonesia terutama di
perdesaan. Di satu sisi, pembakaran sampah merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan
timbulan sampah dan bakteri patogen. Selain karena murah, mudah, dan tersedianya lahan untuk
membakar sampah, metode pembakaran sampah dipilih oleh masyarakat di perdesaan karena
layanan pengangkutan sampah dari pemerintah tidak menjangkau perdesaan sehingga
pengelolaan sampah dilakukan sendiri oleh masyarakat. Namun di sisi lain, pembakaran sampah
menyebabkan terjadinya emisi Gas Rumah Kaca dan pencemaran udara yang memberikan
dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Senyawa-senyawa berbahaya yang dihasilkan
dari pembakaran terbuka antara lain CO, CO2, CH4, NOx, SO2, senyawa volatile organic
compound (VOC), Particulate Matter2.5 (PM2.5), PM10 . Gas CH4, CO2 dan N2O
dikategorikan sebagai gas-gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Material-material lainnya memberikan dampak buruk bagi kesehatan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.

Pada abad terakhir efek gas rumah kaca meningkat secara dramatis sehingga menyebabkan apa
yang dikenal sebagai pemanasan global, yang merupakan kenaikan suhu rata-rata bumi yang
akan menjadi masalah besar jika tidak dilakukan penanggulangan. Jumlah gas rumah kaca yang
berlebih dapat berdampak negatif, seperti suhu bumi menjadi tinggi sehingga akan menyebabkan
pencairan gunung es yang ada di kutub utara dan selatan. Sebagai akibatnya 7 permukaan air laut
akan menjadi tinggi yang diperkirakan akan mencapai 7 meter dan pulau-pulau dengan dataran
yang rendah (umumnya pulau-pulau kecil) akan tenggelam, sedangkan pulau-pulau yang
datarannya agak tinggi (umumnya pulaupulau besar) akan terjadi penyusutan pantai dan yang
lebih mengerikan dapat terjadinya badai dan tsunami (Ahmad El Zein, 2015).

2.2. Perubahan Iklim

A. pengertian Perubahan iklim

perubahan ikilim adalah perubahan yang terjadi secara signifikan mengenai pola cuaca yang
dihitung berdasarkan angka statistik dalam rentang waktu puluhan hingga ratusan tahun lamanya.

B. faktor yang mempengaruhi terjadi perubahan iklim

faktor yang mempengaruhi terjadi perubahan iklim :


1. Pembuatan Energi Listrik dan Panas

Faktor perubahan iklim yang pertama yaitu pembuatan energi listrik dan panas yang
menggunakan bahan bakar fosil bisa menghasilkan emisi global yang besar. Emisi yang
dihasilkan berupa karbon dioksida dan dinitrogen oksida. Emisi tersebut dihasilkan karena
sumber energi yang digunakan umumnya bersal dari batu bara, minyak, atau gas.
Pembakaran dari sumber energi tersebut bisa memicu efek gas rumah kaca yang
menyelimuti Bumi dan menangkap panas Matahari. Advertisement invented by Impactify
BACA JUGA Memahami Contoh Perubahan Iklim dan Upaya untuk Mengatasinya

2. Kegiatan Industri dan Manufaktur

Aktivitas industri juga turut menyumbang emisi yang dapat memicu perubahan iklim. Emisi
tersebut sebagian besar diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan
energi dalam industri semen, baja, besi, plastik, dan lain sebagainya. Selain itu, penggunaan
mesin dalam proses manufaktur juga menjadi salah satu penyumbang emisi. Bahkan
disebutkan bahwa industri manufaktur menjadi penyumbang gas rumah kaca tersebar di
seluruh dunia.

3. Penebangan hutan

Penebangan hutan juga menjadi salah satu faktor perubahan iklim. Saat ini banyak hutan
yang ditebang untuk kepentingan lahan pertanian, peternakan, atau alasan lain. Hal ini bisa
menyebabkan perubahan iklim karena pohon yang ditebang akan melepaskan karbon yang
sudah disimpannya sejak lama. Tak hanya itu, adanya penebangan hutan juga membuat
kemampuan alam dalam mengurangi emisi di atmosfer berkurang. Pasalnya, jumlah pohon
yang berfungsi menyerap karbon dioksida telah berkurang.

4. Penggunaan Alat Transportasi

Moda transportasi seperti mobil, truk, kapal, hingga pesawat memang mempermudah
mobilitas kita saat ini. Akan tetapi, dibalik kepraktisan yang ditawarkan ada bahaya yang
menghantui. Alat transportasi yang digunakan saat ini, umumnya menggunakan bahan bakar
fosil agar bisa beroperasi dengan baik. Hal tersebut yang membuat moda transportasi
menjadi salah satu kontributor utama gas rumah kaca, terutama emisi karbon dioksida.
Kendaraan darat diketahui lebih banyak menghasilkan emisi dibandingkan moda
transportasi lain. Pasalnya, sebagian besar moda transportasi tersebut berbahan bakar
minyak bumi seperti bensin. BACA JUGA Perubahan Iklim adalah Fenomena Transfigurasi
Cuaca, Ini Penjelasannya

5. Produksi Makanan

Produksi makanan juga bisa menghasilkan emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah
kaca lain. Emisi tersebut berasal dari pembukaan lahan pertanian, aplikasi pupuk pertanian,
penggunaan energi untuk peralatan pertanian maupun perahu nelayan. Tak hanya,
pengemasan dan distribusi makanan juga dapat menjadi faktor perubahan iklim.

6. Barang Elektonik

Penggunaan batu bara, minyak, dan gas alam untuk sistem penghangat dan pendingin
rumah atau kantor membuat jumlah emisi gas rumah kaca meningkat secara siginifikan.
Akibatnya, risiko perubahan iklim semakin meningkat dari waktu ke waktu.

7. Penggunaan Barang-barang Secara Berlebihan

Tanpa disadari, segala bagian dari hidup kita mulai dari tempat tinggal, kendaraan, hingga
gaya hidup dapat menyebabkan perubahan iklim. Barang-barang yang ada disekitar kita
seperti pakaian juga turut menyumbang emisi gas rumah kaca global. Maka dari itu, kita
tidak boleh berlebihan dalam menggunakan barang-barang dikehidupan sehari-hari

3.1. Dampak Gas Rumah Kaca dan Perubahan iklim terhadap


lingkungan global

A. DAMPAK GAS RUMAH KACA

Dampak Negatif :

1. ‌Meningkatnya suhu yang ada di bumi menimbulkan pemanasan global

2. ‌Mencairnya es di kutub sehingga air laut semakin tinggi yang mengakibatkan tingkat erosi
yang tinggi berimbas ke daerah pesisir
3. ‌Naiknya ketinggian permukaan air laut

4. ‌Perubahan iklim yang ekstrim.

Dampak Positif :

1. ‌Efek penghangat bumi

2. ‌Memberi kemudahan dalam hal pertanian memberikan suhu dalam ruangan yang lebih
efektif ketimbang diluar

3. ‌Dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi tidak
terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup.

B. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

1. Suhu yang lebih panas

Hampir semua wilayah daratan mengalami lebih banyak hari terik dan gelombang panas.
Tahun 2020 adalah salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat. Suhu yang lebih tinggi
dapat meningkatkan penyakit yang berhubungan dengan panas dan dapat membuat orang
lebih sulit bekerja dan beraktivitas. Kebakaran hutan lebih mudah terjadi dan lebih cepat
menyebar ketika kondisi lebih panas.

2. Badai yang lebih hebat

Perubahan suhu menyebabkan perubahan curah hujan. Akibatnya, badai terjadi lebih sering
dan lebih hebat sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor, menghancurkan rumah dan
masyarakat, dan menimbulkan kerugian miliaran dolar.

3. Meningkatnya kekeringan

Air semakin langka di lebih banyak daerah. Kekeringan dapat memicu badai pasir dan debu
yang merusak, memindahkan miliaran ton pasir melintasi benua. Gurun bertambah luas
sehingga mengurangi lahan tanaman pangan. Banyak orang sekarang menghadapi ancaman
terjadinya kekurangan air yang terus-menerus.
4. Kenaikan suhu dan permukaan laut

Laut menyerap sebagian besar panas dari pemanasan global. Ini menyebabkan lapisan es
mencair dan menaikkan permukaan laut, mengancam komunitas pesisir dan pulau. Karbon
dioksida juga diserap oleh laut, sehingga tidak lepas ke atmosfer. Bertambahnya karbon
dioksida membuat laut lebih asam, yang membahayakan kehidupan di dalamnya.

5. Hilangnya spesies

Perubahan iklim akan menimbulkan risiko bagi kehidupan spesies di darat dan di laut.
Risiko ini meningkat saat suhu naik. Kebakaran hutan, cuaca ekstrem, serta serangan hama
dan penyakit adalah beberapa ancaman terkait perubahan iklim. Beberapa spesies akan dapat
pindah dan bertahan hidup, tetapi yang lain tidak.

6. Kekurangan makanan

Perubahan iklim dan peningkatan kejadian cuaca ekstrem adalah salah satu alasan di balik
peningkatan kelaparan dan gizi buruk secara global. Perikanan, tanaman pangan, dan ternak
dapat hancur atau menjadi kurang produktif. Stres panas dapat mengurangi air dan padang
rumput untuk penggembalaan

2.4. Adaptasi & Mitigasi perubahan iklim

Memperhatikan perubahan iklim yang berdampak luas terhadap seluruh aspek

kehidupan, karenanya diperlukan berbagai upaya adaptasi dan mitigasi. Upaya adaptasi dan
mitigasi yang dilakukan haruslah dikaji secara holistik dan komprehnsip agar mencapai
tujuan yang dinginkan, selanjutnya kebijakan dan teknologi adaptasi dan mitigasi yang
dihasilkan dapat lebih mensejahterakan umat manusia tanpa adanya disfungsional

1. Adaptasi

Daya adaptasi terhadap perubahan iklim adalah kemampuan suatu sistem untuk
menyesuaikan diri dari perubahan iklim (termasuk di dalamnya variabilitas iklim dan
variabilitas ekstrem) dengan cara mengurangi kerusakan yang ditimbulkan, mengambil
manfaat atau mengatasi perubahan dengan segala akibatnya. Menurut Murdiyarso
(2001), adaptasi terhadap perubahan iklim adalah salah satu cara penyesuaian yang
dilakukan secara spontan maupun terencana untuk memberikan reaksi terhadap perubahan
iklim. Dengan demikian adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan strategi yang
diperlukan pada semua skala untuk meringankan usaha mitigasi dampak.

Adaptasi terhadap perubahan iklim sangat potensial untuk mengurangi dampak perubahan
iklim dan meningkatkan dampak manfaat, sehingga tidak ada korban. Pengalaman
menunjukan bahwa banyak strategi adaptasi dapat memberikan manfaat baik dalam
penyelesaian jangka pendek dan maupun jangka panjang, namun masih ada keterbatasan
dalam implementasi dan keefektifannya. Hal ini disebabkan daya adaptasi yang berbeda-
beda berdasarkan daerah, negara, maupun kelompok sosial ekonomi.

Negara dengan sumberdaya ekonomi terbatas, tingkat teknologi rendah, informasi dan
keahlian rendah, infrastruktur buruk, institusi lemah, ketidakadilan kekuasaan, kapasitas
sumber daya terbatas; adalah memiliki kemampuan adaptasi yang lemah dan rentan terhadap
perubahan iklim. Berlaku hal yang sebaliknya bagi Negara dengan sumberdaya ekonomi
tinggi, tingkat teknologi tinggi, informasi dan keahlian tinggi, infrastruktur baik, institusi
kuat, berkeadilan dalam kekuasaan, kapasitas sumber daya melimpah.

Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara alamiah yang
dilakukan oleh manusia dan makhluk hidup lain dalam habitat dan ekosistemnya sebagai
sebuah reaksi atas perubahan yang terjadi. 4 prinsip dalam proses adaptasi perubahan iklim,
yaitu:

a. Menempatkan adaptasi dalam konteks pembangunan

b. Membangun pengalaman beradaptasi untuk mengantisipasi variabilitas perubahan iklim.

c. Memahami bahwa adaptasi berlangsung dalam level yang berbeda, terkhusus di level
lokal

d. Memahami bahwa adaptasi adalah proses yang terus berjalan.

2. Mitigasi
Mitigasi adalah usaha menekan penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan
lainnya agar resiko terjadinya perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah. Upaya
mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara melakukan
efisiensi dan konservasi energi, mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, seperti
biofuels, energi matahari, energi angin dan energi panas bumi, efisiensi penggunaan energi
minyak bumi melalui pengurangan subsidi dan mengoptimalkan energi pengganti minyak
bumi, dan penggunaan energi Nuklir.

Contoh upaya mitigasi yang lain dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim
terhadap sumber daya air antara lain; Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan penaburan
material semai (seeding agent) berupa powder atau flare, usaha rehabilitasi waduk dan
embung, alokasi air melalui operasi waduk pola kering, pembangunan

jaringan irigasi, penghijauan lahan kritis dan sosialisasi gerakan hemat air, peningkatan
kehandalan sumber air baku, peningkatan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA),
pengembangan teknologi pengolahan air tepat guna, pembangunan dan rehabilitasi waduk
dan embung serta pembangunan jaringan irigasi.

Mitigasi pada prinsipnya adalah berbagai tindakan aktif untuk mencegah, memperlambat
terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global dan mengurangi dampak perubahan iklim
melalui penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan penyerapan gas rumah kaca.

Cara mitigasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Eliminasi, dengan cara menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca

b. Pengurangan, dengan cara mengganti peralatan lama dan/atau mengoptimalkan struktur


yang sudah ada

c. Substitusi: penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau


pemanas

d. Offset: cara ini berbiaya rendah, tetapi memiliki manfaat yang cukup besar. Langkah
yang diambil adalah melalui reboisasi dan reforestasi. Cara ini harus dilakukan dengan
cakupan yang besar sehingga sering menjadi kendala
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan
usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan
global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Penangguangan hal ini
adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah
menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam
yang pernah menimpa bumi ini.

2. Dampak negatif dari pemanasan global memang sangat banyak. Baik itu secara langsung
atau tidak langsung pada manusia. Secara tidak langsung yaitu dengan merusak lingkungan
yang akan mengganggu pemenuhan kebutuhan manusia. Secara langsung yaitu dengan suhu
yang terasa semakin panas yang mengganggu kesehatan manusia. Pemanasan global
memang tidak bisa dicegah, Tapi hal tersebut masih bisa diperlamban. Mulai dengan
pengembangan teknologi yang berwawasan lingkungan dan menjalankan prinsip daur ulang,
menggunakan kembali barang yang masih bisa dipakai, dan mengurangi penggunaan SDA
yang tidak perlu.

3.2. Saran

Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari
itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi di mana bumi ini telah tua dan memohon agar kita
menjaga serta melestarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi
yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini . Stop global warming !!!!
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal :

Sari, A.P., Sari, R.E,. Butar Butar. R,. 2007,. Indonesia dan Perubahan Iklim: Status
Terkini dan Kebijakannya. Peace, DFID Indonesia

Sjaifuddin. 2005. Konvensi Perubahan Iklim (UNFCC). Dalam Perubahan Lingkungan


Global. Sutamihardja, R.T.M. dan Murniwati, T. (Editor). Ersas, Jakarta

Meiviana, A., D.R. Sulistiowati dan M.H. Soejachmoen. 2004. Bumi Makin
Panas:Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia. Yayasan Pelangi. Jakarta.

Website :

http://jadikecil.wordpress.com/about/karya-ilmiah-bahasa-indonesia-tentang- global-
warming/

http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/ 07/makalah-efek-rumah-kaca.html

http://blog.umy.ac.id/hanwongndeso/ 2011/12/26/mengapa-saat-mendung- terasa-panas/

https://restawurii.wordpress.com/2014/ 03/25/efek-rumah-kaca/

Anda mungkin juga menyukai