Anda di halaman 1dari 8

NAMA : CLAUDIA MARTANGI SINAGA

KELAS : PENDIDIKAN EKONOMI 4A

NIM : 2005113183

MATA KULIAH : EKONOMI INTERNASIONAL

RESUME PERTEMUAN 3

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (MERKANTILISME KLASIK)

Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu
negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting.

Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode
modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah mulai timbul).
Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur
perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan
akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak
peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem
ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya
teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations,
ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri
terbesar di dunia.

1. Pandangan Aliran Merkantilisme tentang Perdagangan Internasional

Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap bahwa


penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi uang emas ataupun perak
haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional. Pada saat merkantilisme lahir, sistem
masyarakat pada saat itu berdasarkan feodalisme. Sistem feodal pada dasarnya menanggapi
kebutuhan penduduk akan perlindungan terhadap gangguan perampok. Jaminan keselamatan
tersebut diberikan oleh para raja terhadap para bangsawan, kerabat, dan bawahannya. Sistem
inilah yang melahirkan tuan tanah, bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja kecil
yang diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Ketika merkantilisme mulai
berkembang, sistem feodalisme yang usang sedikit demi sedikit mulai terkikis, hak-hak istimewa
yang dimiliki oleh para tuan tanah dan para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial
yang melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara produksi dan distribusi gaya feodal pun
mulai ditinggalkan.

2. Keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolute Advantage / Absolute Cost)

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori
keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya persaingan,
perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam
hubungan antar bangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan yang absolut dan
mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.

Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolut? Maksudnya begini, jika negara A
dapat memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara B untuk komoditi
yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain
misalnya gandum, negara A hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk
negara B dapat memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A
mempunyai keunggulan absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan negara B,
sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum
dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua
negara tersebut jika negara A mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara B, dan
sebaliknya negara B mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara A.

3. Keunggulan komparatif JS Mill dan David Ricardo (Comparative Cost)

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David Ricardo. Teorinya
dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan teori keunggulan absolut
yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara
dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat
terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di
kedua negara berbeda.

Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-
komoditi di mana ia mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-komoditi
lainnya. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan
jika salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang
diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga
untuk suatu komoditi di negara yang satu denganyang lainnya relatif berbeda.
4. Keunggulan Kompetitif secara umum (model daya saing internasional ME Porter
dan Model 9 Faktor Dong Sung Cho)

Teori Porter tentang daya saing berangkat dari keyakinannya bahwa teori ekonomi klasik
yang menjelaskan tentang keunggulan komparative tidak mencukupi, atau bahkan tidak tepat.
Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan daya saing jika perusahaan (yang ada di
negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan industri
melakukan inovasi dan meningkatkan kemampuannya. Porter menawarkan Diamond Model
sebagai tool of analysis sekaligus kerangka dalam membangun resep memperkuat daya saing.

Dalam perjalanan waktu, diamond model-nya Porter tak urung menuai kritik dari berbagai
kalangan. Pada kenyataannya, ada beberapa aspek yang tidak termasuk dalam persamaan Porter
ini, salah satunya adalah bahwa model diamond dibangun dari studi kasus di sepuluh negara
maju, sehingga tidak terlalu tepat jika digunakan untuk menganalisis negara – negara sedang
membangun. Selain itu, meningkatnya kompleksitas akibat globalisasi, serta perubahan sistem
perekonomian mengikuti perubahan rezim politik, menjadikan model diamond Porter hanya
layak sebagai pioner dan acuan pertama dalam kancah studi membangun daya saing negara.

RESUME PERTEMUAN 4

TEORY PERDAGANGAN INTERNATIONAL (TEORY MODERN )

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu


negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di
banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP.

Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi
perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.
Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan
yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade). Teori yang menjelaskan
tentang perdagangan internasional pada dasarnya dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu:
teori praklasik merkantilis, Teori Klasik, dan teori modern.

Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional antara lain disebabkan dua


alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain
(berbeda dalam kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya), setiap
negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana
setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang
satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam
produksinya.

1. Teori Modern The Proportional Factors Theory dari Eli Heckscher dan Bertil
Ohlin

Menurut teori Heckscher – Ohlin atau teori H – O, perbedaan opportunity cost suatu produk
antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan, jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki endowment factors masing – masing negara. Perbedaan
opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara –
negara yang memiliki faktor produksi relatif banyakmurah dalam memproduksinya akan
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya masing – masing
negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif langka mahal dalam memproduksinya.

Dalam analisisnya, teori modern H – O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva
“isocost”, yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan kurva
“isoquant”, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori
ekonomi mikro, kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik
optimal. Jadi dengan biayacost tertentu akan diperoleh produk yang maksimal; atau dengan
biayacost minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu Hady, 2009:39.

2. Teori Hecksher-Ohlin (H-0)

Teori Hecksher-Ohlin (H-0) menjelaskan perdagangan antara dua negara. Teori ini
mengemukakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya memerlukan
lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan murah, dan dalam waktu bersamaan
akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang
relatif langka dan mahal di negara tersebut. Teori H-0 melnpunyai dua definisi konsep
kelimpahan faktor produksi yaitu definisi fisik dan definisi harga faktor. Diasumsikan di sini
hanya ada dua negara (H dan 0, dua komoditi yaitu komoditi 1 dan komoditi 2 serta dua faktor
produksi yaitu modal dan tenaga kerja. Kedua negara tersebut hanya berbeda dalam ha1
kelimpahaan faktor produksinya. Menurut definisi fisik, suatu negara H berkelimpahan modal
apabila rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga kerja di negara if lebih besar
dibandingkan dengan di negara F (KH/LH > K,4LF), sedangkan menurut definisi harga faktor,
suatu negara H berkelimpahan modal apabila rasio harga ~ilodal terhadap harga tenaga kerja di
negara H lebih rendah dibandingkan dengan di negara F (lvH/rH > u2,drF), dengan w dan r
berturut-turut menyatakan liarga faktor produksi tenaga kerja dan modal.
Diasumsikan juga bahwa komoditi 1 sebagai komoditi padat tenaga kerja (artinya pada
saat produksinya menggunakan rasio tenaga kerja terhadap modal yang lebih banyak daripada
rasio tenaga kerja terhadap modal yang digunakan dalam memproduksi komoditi 2), sementara
komoditi 2 merupakan kolnoditi padat modal (artinya pada saat produksinya menggunakan rasio
modal terhadap tenaga kerja yang lebih banyak daripada rasio modal terhadap tenaga kerja yang
digunakan dalam melnproduksi komoditi 1).

Teori H-0 mengemukakan bahwa saat terjadi perdagangan, negara H sebagai negara
yang berkelimpahan modal akan mengekspor komoditi 2 dan mengimpor komoditi 1, sebaliknya
negara F akan mengekspor komoditi 1 dan mengimpor komoditi 2. Adanya perdagangan tersebut
akan mendorong terjadinya penyamaan harga faktor produksi di negara H dan F, baik secara
relatif maupun secara absolut. Dalam teori H-0 ditelaah sebab-sebab munculnya keunggulan
komparatif bagi setiap negara dan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh hubungan dagang
terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang bersangkutan. Menurut H-0,
perbedaan kelimpahan faktor produksi menjadi penentu keunggulan komparatif bagi masing-
masing negara yang selanjutnya akan menjadi landasan berlangsungnya perdagangan.
Perdagangan juga dapat berfungsi sebagai pengganti mobilitas faktor produksi internasional
dalam menyamakan tingkat harga faktor produksi atau pendapatan faktor produksi baik secara
relatif atau absolut di antara negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut.

3. Oportunity Cost Theory G.Harberler


Analisis perdagangan internasional dengan menggunakan teori opurtinity cost Adalah dengan
menggunakan pendekatan kurva kemungkinan produksi (production possibility curve, PPC) dan
kurva indiferen (indifference curve, IC). Pendekatan ini dikemukakan oleh G. Harberlel. Kurva
kemungkinan produksi (PPC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang
dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang digunakan sepenuhnya (full
employment).
Bentuk kurva kemungkinan produksi tergantung pada anggapan (asumption) yang digunakan,
apakah dengan biaya konstan (PPC constant cost) atau biaya meningkat (increasing cost).
Sedangkan kurva indiferen (IC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang
yang menghasilkan kepuasan sama.

    a. Kurva indiferendan PPC constant cost


Analisis manfaat perdagangan dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar dibawah ini:
Dari gambar diatas, suatu Negara dianggap memiliki PPC constant cost yaitu NT, menghasilkan
dua jenis barang yaitu X dan Y. Dari gambar diatas keuntungan perdagangan (gain from trade)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
    * Sebelum perdagangan
Kurva  PPC NT bersinggungan dengan kurva indiferen IC.  Ke-seimbangan terjadi dititik
dimana jumlah produksi yang dihasilkan adalah sama dengan konsumsi masyarakat secara
keseluruhan. Kurva PPC bersinggungan dengan kurva IC.

    * Setelah perdagangan


Apabila dianggap dasar tukar perdagangan  luar  negeri  adalah garis putus-putus yang
ditunjukkan oleh NT maka ini berarti melakukan perdagangan dengan negara lain akan
menguntungkan, hal ini tercermin dari pergeseran kurva indiferen kekanan atas yaitu IC.
Keseimbangan akan terja didititik B.

    b. Kurva indiferen dengan PPC increasing cost (biaya menaik)

Analisis perdagangan adalah sebagai berikut :


    * Sebelum perdagangan
a. Negara A
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, Negara akan menghasilkan barang X sebesar X1 dan
menghasilkan barang Y sebesar Y1.  Keseimbangan produksi dan konsumsi Negara sebelum
perdagangan akan terjadi di titik C, yaitu pada persinggungan PP danICa.
b. Negara B
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, negara B akan menghasilkan barang X sebesar X3 dan
Y sebesar Y3. Keseimbangan produksi dan konsumsi tercapai di titik E, yaitu persinggungan
antara PP dan ICb.

    *Setelah perdagangan
Setelah  kedua negara (negara A dan Negara B) melakukan perdagangan, dan dasar tukar
Internasional yang terjadi adalah: kedua Negara akan berpoduksi pada titik yang sama, yaitu
dititik A, yaitu menghasilkan barang X sebesar X5 dan barang Y sebesar  dan barang Y sebesar
Y5.

Manfaat perdagangan (gain from trade) internasional dapat dilihat dari peningkatan
kesejahteraan yang dicerminkan oleh pergeseran kurva indiferen masing-masing negara (kurva
IC Negara bergeser dari ICa menjadi ICa dan kurva IC negara B bergeser dari ICb menjadiI Cb).
Negara A akan mengkonsumsi dititik B, yaitu mengkonsumsi X sebesar X2 dan Y sebesar Y2
pada kurva ICa, kekurangan barang Y  akan dipenuhi dengan melakukan impor (sebesar Y2Y4),
sedangkan kelebihan produksi X akan diekspor (sebesar X2X5).

Sedangkan negara B akan mengkonsumsi di titik D, yaitu mengkonsumsi X sebesar X4dan Y


sebesar Y4. Kelebihan produksi barang Y akan diekspor (sebesar Y5Y4), dan Kekurangan
barang X akan dipenuhi dengan mengimpor (sebesar X5X4). Dengan demikian perdagangan
internasional akan dapat meningkatkan kesejahteraan dimasing-masing negara.
Dari gambar diatas kita hanya ada menganggap dua negara yang berdagang, yaitu negara A dan
negara B. Ekspor bagi negara A merupakan impor bagi negara B, demikian sebaliknya

4. Teory Modern Hechsher Ohin Michael E Porte

Teori keunggulan kompetitif : model berlian daya saing internasional (michael e. porter)

            Teori keunggulan kompetitif dikemukakan oleh Michael Porter dalam bukunya “The


Competitve Advantage of Nation” (1990). Menurut Porter tidak ada korelasi langsung antara dua
faktor produksi (sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang murah) yang
dimiliki suatu negara, yang dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan
internasional. Banyak negara di dunia yang jumlah sumber daya alamnya sangat besar yang
proporsional dengan luas negerinya, tetapi terbelakang dalam daya saing perdagangan
internasional. Begitu juga dengan tingkat upah yang relatif murah daripada negara lain, justru
berkorelasi erat dengan rendahnya motivasi bekerja yang keras dan berprestasi.
            Porter mendefinisikan industri sebuah negara sebagai sukses secara internasional jika
memiliki keunggulan kompetitif relatif terhadap para pesaing terbaik di seluruh dunia. Sebagai
indikator ia memilih keberadaan ekspor yang besar dan bertahan lama dan/atau investasi asing di
luar wilayah yang signifikan berdasarkan pada keterampilan dan aktiva yang diciptakan di
negara asal.
            Kemakmuran nasional diciptakan, bukan diwariskan. Kemakmuran negara tidak tumbuh
dari sumbangan alamiah sebuah negara, kumpulan tenaga kerjanya, tingkat bunganya atau nilai
kursnya, sebagaimana dikemukakan oleh ekonom klasik. Daya saing sebuah negara tergantung
pada kapasitas industrinya untuk berinovasi dan melakukan pembaharuan. Perusahaan
memperoleh keunggulan terhadap para  pesaing dunia yang terbaik, karena tekanan dan
tantangan. Mereka mendapatkan manfaat dari memiliki pesaing domestik yang kuat, pemasok
yang berbasis daerah asal yang agresif, dan para pelanggan lokal. Bagaimana perusahaan
berhasil dalam pasar internasional menurut Porter:
a) Di seluruh dunia, perusahaan yang telah mencapai kepemimpinan internasional
menggunakan strategi yang berbeda satu sama lain dalam segala hal.
b) Perusahaan mencapai keunggulan kompetitif melalui tindakan inovasi. Mereka mendekati
inovasi dalam pemahamannya yang paling luas, termasuk teknologi baru maupun cara yang
baru dalam melakukan berbagai hal. Inovasi dapat diwujudkan dalam suatu rancangan
produk baru, suatu proses produksi baru, suatu cara baru dalam melaksanakan pelatihan.
c) Beberapa inovasi menciptakan keunggulan kompetitif dengan kesempatan pasar baru secara
menyeluruh atau dengan melayani suatu segmen pasar yang telah diabaikan oleh orang lain.
Pada saat para pesaing lambat dalam memberikan respons, inovasi seperti ini menghasilkan
keunggulan kompetitif. Dalam pasar internasional, inovasi yang menghasilkan keunggulan
kompettif mengantisipasi kebutuhan domestik maupun asing.
d) Informasi memainkan suatu peran yang besar dalam proses inovasi dan perbaikan, terutama
informasi yang tidak tersedia bagi para pesaing atau yang tidak mereka cari.
e) Dengan beberapa pengecualian, inovasi adalah hasil dari usaha yang tidak biasa. Untuk
berhasil, inovasi biasanya memerlukan tekanan, kebutuhan, dan bahkan kemalangan : rasa
takut akan kehilangan terbukti lebih kuat daripada harapan untuk peningkatan.
f) Sekali sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif melalui suatu inovasi,
perusahaan tersebut dapat bertahan hanya melalui perbaikan yang tanpa lelah. Hampir setiap
keunggulan dapat ditiru.
g) Akhirnya, satu-satunya cara untuk mempertahankan keunggulan kompetitif adalah dengan
memperbaharuinya, untuk bergerak beralih ke tipe-tipe yang lebih canggih.
            Porter menyatakan terdapat empat atribut utama yang menentukan mengapa industri
tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional, yaitu sebagai berikut :
a) Kondisi faktor produksi. Posisi negara dalam faktor produksi, seperti tenaga kerja
terampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing dalam suatu industri tertentu.
b) Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk barang dan jasa industri.
c) Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau tidak adanya industri pemasok
dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang secara internasional bersifat
kompetitif.
d) Strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Kondisi dalam negara yang mengatur
bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola, sebagaimana juga sifat dari
persaingan domestik.
e) Selain keempat faktor tersebut, keunggulan kompetitif nasional juga masih  dipengaruhi
oleh faktor kebetulan atau kesempatan untuk melakukan sesuatu (chance events), seperti
penemuan produk baru, melonjaknya harga, perubahan nilai tukar, konflik keamanan
antar negara dan lain-lain, dan tindakan-tindakan atau kebijakan pemerintah
(government).

Anda mungkin juga menyukai