NIM : 2203908
Hari/tgl : Selasa/21 Maret 2023
BAB : Perdagangan Internasional
Teori Perdagangan Internasional
A. Teori Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme, serta pandangan terhadap politik kemakmuran di suatu negara yang ditunjukkan guna
memperkuat posisi dan kemakmuran negara yang melebihi kemakmuran perseorangan. Teori
perdagangan internasional dari kaum merkantilisme yang telah berkembang pada abad ke-16.
Negara penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk
menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikiti mungkin
impor (ekspor > impor). Jadi, Teori merkantilisme adalah sebuah paham yang mengajarkan
tentang kemakmuran perekonomian di suatu negara yaitu dengan memaksimalkan surplus
perdagangan. Merkantilisme memandang kekayaan suatu negara diukur dalam bentuk emas dan
perak, dimana semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara, maka semakin
kaya dan kuat negara tersebut. Untuk itu pemerintah harus mendorong ekspor dan mengurangi
impor (Stern dan Wennerlind, 2014).
Namun hal tersebut tidak bertahan lama karena selain mendatangkan keuntungan bagi
suatu negara, merkantilisme juga mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi negara tersebut.
Negara penganut merkantilisme memperoleh kekayaan dengan cara memeras dan menguras
sumber daya yang murah, serta membayar upah buruh dengan sangat minim. Buruh, petani, dan
rakyat biasa diperlakukan secara paksa untuk bekerja sekera-kerasnya dengan upah serendah
mungkin. Kaum merkantilisme percaya bahwa perdagangan adalah a zero-sum game dimana
sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan perdagangan dengan cara mengorbankan
negara lain (Salvatore, 2006).
Kebijakan merkantilisme pada sektor perdagangan luar negeri berpusat pada dua ide pokok, yaitu:
1) Pada politik perdagangan menunjukkan agar menunjang kelebihan ekspor dibandingkan impor
(neraca perdagangan yang aktif). Jadi untuk mencapai neraca perdagangan yang aktif, maka impor
harus dibatasi dan meningkatkan ekspor.
2) Pemupukan logam mulia, memiliki tujuan agar membentuk negara nasional yang Makmur dan
kuat. Hal ini merupakan tujuan utama dalam perdagangan luar negeri yaitu dengan memperoleh
tambahan logam mulia.
Negara A Negara B
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa negara A memilik keunggulan absolut dalam
memproduksi kentang, sedangkan negara B memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi
gandum. Perdagangan internasional dengan keunggulan absolut dapat dikatakan menguntungkan
jika negara A mengekspor kentang ke negara B dan mengimpor gandum dari negara B, begitu pula
sebaliknya, negara B mengekspor gandum ke negara A dan melakukan impor kentang dari negara
A.
Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan beberapa ide-ide sebagai berikut:
1) Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
2) Adanya perbandingan kerja
Pada contoh tersebut terlihat bahwa dasar perhitungan ada di masing-masing negara yang
bersangkutan. Hal ini terjadi karena untuk menentukan keunggulan komparatif harus dilihat dari
negara tersebut. Dalam contoh tersebut bisa dilihat bahwa Indonesia memiliki keunggulan mutlak
di barang dagang emas, berbeda dengan Malaysia yang memiliki keunggulan mutlak di dagang
katun.
Ketika kedua negara memeprtimbangkan teori keunggulan komparatif maka yang terjadi
adalah Indonesia akan melakukan spesialisasi produksi untuk barang dagang emas, sedangkan
Malaysia akan melakukan spesialisasi di barang dagang katun.
D. Teori Heckscher-Ohlin (Teori proporsi atau ketersediaan faktor produksi)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin tahun 1933 dalam bukunya
Interregional and International Trade, yang sebagian tulisannya didasarkan atas tulisan gurunya,
Eli Heckscher, yang ditulisnya dalam sebuah artikel pendek pada tahun 1919. Heckscher – Ohlin
(1919) mengembangkan model ekonomi dengan menyatakan penyebab adanya perbedaan
produktivitas karena adanya perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang
dimiliki oleh suatu negara. Teori Heckscher–Ohlin dikenal dengan “The Proportional Factor
Theory” dimana negara dengan faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi akan
melakukan spesialisasi produksi untuk melakukan ekspor. Sebaliknya negara dengan faktor
produksi relatif langka dan mahal dalam biaya produksi akan melakukan impor (Helpman, 2010).
Dalam Teori Heckscher-Ohlin keunggulan komparatif dijelaskan dengan perbedaan
kondisi penawaran dalam negeri antar negara. Dasar dari pemikiran teori Heckscher-Ohlin yaitu
negara-negara mempunyai cita rasa preferensi yang sama, menggunakan teknologi yang sama,
kualitas dari faktor-faktor produksi yang sama, dan menghadapi skala tambahan hasil yang konstan
tetapi berbeda dengan kekayaan alam atau ketersediaan faktor-faktor produksi. Perbedaan tersebut
akan mengakibatkan perbedaan harga relatif dari faktor-faktor produksi antar negara, dan
selanjutnya perbedaan tersebut membuat perbedaan terhadap biaya alternatif dari barang yang
dibuat antar negara yang menjadi alasan terjadinya perdagangan antar negara.
Daftar Pustaka
Pintar, K. (n.d.). Teori Perdagangan Internasional Menurut Para Ahli. Retrieved from Kelaspintar.id:
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-11-tips-pintar/teori-perdagangan-
internasional-menurut-para-ahli-19381/
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35506/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAl
lowed=y