2. Jelaskan teori-teori keunggulan absolute dan apa beda teori ini dengan teori
keunggulan komparatif?
1. Teori Keunggulan Mutlak
Keunggulan mutlak merupakan keuntungan yang didapat suatu negara karena
mampu mengkhususkan kegiatan produksi barang dengan efisiensi lebih tinggi
dari negara lain. Teori keunggulan mutlak pertama kali dikembangkan oleh Adam
Smith. Menurut beliau, kemakmuran suatu negara didapat dari perdagangan
negara tersebut. Pada teori keunggulan mutlak, negara akan mengekspor barang
yang memiliki keunggulan mutlak yang tidak dapat diproduksi oleh negara lain.
Contoh :
Negara A menghasilkan 7.500 kg jagung per tahun, dan menghasilkan
3.500 kg kedelai per tahun.
Negara B menghasilkan 2.500 kg jagung per tahun, dan menghasilkan
8.000 kg kedelai per tahun.
Dari pernyataan diatas, negara A memiliki keunggulan mutlak dalam produksi
jagung. Dan negara B memiliki keunggulan mutlak dalam produksi kedelai.
Kondisi tersebut akan mendorong terjadinya perdagangan antarnegara karena
adanya keunggulan mutlak dari masing-masing negara.
2. Teori Keunggulan Komperatif
Keunggulan komparatif merupakan keuntungan yang didapat suatu negara karena
melakukan pengkhususan produksi barang sehingga menjual dengan harga relatif
atau dasar tukar domestik lebih terjangkau dari negara lain. Teori keunggulan
komparatif pertama kali dikembangkan oleh David Ricardo dan John Stuart Mill.
Contoh :
Negara A menghasilkan 5.000 unit tas dan 3.000 buah baju.
Dasar tukar dalam negeri
1 unit tas = 4 buah baju
1 buah baju = 0,25 tas
Negara B menghasilkan 10.000 unit tas dan 5.000 buah baju.
Dasar tukar dalam negeri
1 unit tas = 2 buah baju
1 buah baju = 0,5 tas
Dari pernyataan diatas, negara B memiliki semua keunggulan mutlak. Akan tetapi
apabila negara A menjual 1 unit tas kepada negara B, akan mendapat keuntungan
sebesar (4 - 2) 2 baju. Apabila negara B mengekspor baju kepada negara A akan
mendapat keuntungan sebesar (0,5 - 0,25) 0,25 tas. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua negara akan mendapat keuntungan dari setiap ekspor-nya. Negara A
memiliki keunggulan komparatif pada produksi tas. Negara B memiliki
keunggulan komparatif pada produksi baju.
Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja
terdidik maka eksport-nya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara
kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka eksport-nya akan lebih sedikit.
Walaupun teori ini dianggap bertentangan dengan teori H-O. Tapi, ada penjelasan
lain yang menyatakan bahwa penemuan Leotief tidak sepenuhnya bertentangan
dengan teori H-O.
Karena, eksport Amerika Serikat yang padat karya (labor intensif) tersebut sangat
logis. Amerika Serikat memang merupakan negara yang mempunyai banyak
tenaga kerja terdidik (skilled labor) dibandingkan dengan negara lain. Sehingga,
eksport-nya lebih banyak terdiri atas barang yang padat karya namun terdidik.
Oleh karena itu, penemuan Leontief tersebut dalam batasan tertentu justru sesuai
dan mendukung teori H-O.
1. Teori Merchantilism
Teori-teori perdagangan internasional dikembangkan sejalan dengan
bangkitnya negara-negara besar di Eropa pada abad ke 16. Oleh karena itu
tidak mengherankan bila teori awal memfokuskan pada negara tertentu saja
dalam kaitannya dengan aktivitas ekspor dan impor.
Teori Merchantilism adalah suatu falsafah ekonomi yang
mempertahankan kekayaan suatu negara yang diukur dengan kepemilikan
emas dan perak. Menurut teori ini suatu negara harus memiliki sebanyak
mungkin emas dan perak yang dapat diperoleh melalui surplus perdagangan
ekspor terhadap impor. Kebijakan penguasaan atas kekayaan emas dan perak
digunakan oleh pihak kerajaan untuk membayar pasukan untuk menaklukan
negara lain dalam upaya memperluas kekuasaannya, keadaan ini terjadi pada
abad ke 16. Dalam upaya mendorong ekspor, maka merchantalist mendorong
sektor industri manufaktur untuk meningkatkan produksi produk ekspor,
memberikan keringanan pajak, dan subsidi. Hal ini tentu sangat
menugntungkan para pelaku bisnis dan karyawannya. Dalam hal impor
merchantilist mengeluarkan aturan tentang pembatasan impor, pemberian
kuota dan melindungi manufaktur dalam negeri. Selama masa imperialisme
Inggeris, pemerintah sering mengalihkan kebijakan merchantilisme ke daerah
jajahannya (koloni). Sebagai contoh, Navigation Act tahun 1660 mengatur
bahwa barang-barang yang diimpor oleh koloni Amerika harus dikirimkan
dari Kerajaan Inggeris Raya.
Merchantilisme tidak menguntungkan semua masyarakat, karena
sebagian besar kebijakannya menguntungkan perusahaan dan pekerja
perusahaan, namun kebijakan mereka tersebut masih berlaku sampai pada
zaman modern yang disebut dengan neomerchantilist atau protectionist,
misalnya di Amerika Serikat ada kelompok-kelompok ini, misalnya Congress
of Industrial Organization, American Federation of Labor, industri tekstil,
perusahaan baja, gula, dan petani kacang tanah. Pada tahun 1990an Jepang
membolehkan impor beras sebesar 10% dari kebutuhan pasarnya. Perusahaan
Asia dan perusahaan Amerika Utara mengkritik kebijakan merchantilism
Eropa yang membatasi impor barang-barang seperti daging, mobil, dan
videorecorder.
2. Teori Absolute Advantage (Keunggulan Absolut)
Teori ini diperkenalkan oleh Adam Smith, seorang ekonom Skotlandia
yang dianggap sebagai bapak ekonomi pasar-bebas. Dalam bukunya An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), Adam
Smith menyerang dasar pemikiran kaum merchantilism dan mengatakan
bahwa merchantilism benar-benar telah melemahkan perekonomian suatu
negara. Menurut dia merchantilism telah merampok kemampuan individu
untuk melakukan perdagangan bebas dan keuntungan dari pertukaran
secara sukarela. Smith menyarankan perlu adanya perdagangan bebas
antar negara sebagai alat untuk memperbesar kekayaan suatu negara.
Perdagangan bebas memungkinkan suatu negara untuk mengembangkan
sejumlah barang dan jasa dengan cara melakukan spesialisasi dibidang
produksi dan perdagangannya. Smith mengemukakan teori absolute
advantage yang mengatakan bahwa suatu negara harus mengekspor barang
dan jasa yang dihasilkannya secara lebih produktif dan lebih efisien
dibanding negara lain dan mengimpor barang dan jasa dari negara lain
yang mampu berproduksi lebih produktif dan efisien.
3. Teori Comparative Advantage (keunggulan komparatip)
Teori Absolute Advantage sangat rasional (masuk akal), akan tetapi
teori ini mempunyai kelemahan. Bagaimana seandainya suatu negara
mempunyai suatu keunggulan absolute atas kedua produk. Dalam teori
absolute advantage tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional atas
negara tersebut. David Ricardo, awal abad ke 19, seorang ekonom
Inggeris, memberi solusi atas persoalan tersebut, dengan mengemukakan
theory of comparative advantage, yang menyatakan bahwa suatu negara
dapat memproduksi dan mengekspor barang-barang dan jasa-jasa yang
mana negara itu mempunyai keunggulan relatif dibanding negara lain dan
melakukan impor barang dan jasa dari negara yang mempunyai
keunggulan relatif dalam memproduksi barang dan jasa tertentu dibanding
negara lain. Perbedaan antara kedua teori tersebut adalah: absolute
advantage melihat kepada perbedaan produktivitas absolute, sedangkan
comparative advantage melihat pada perbedaan produktivitas relatif.
Perbedaan terjadi sebab teori comparative advantage terkait dengan konsep
opportunity cost dalam penentuan barang mana yang harus diproduksi oleh
suatu negara. Opportunity cost atas suatu barang adalah seberapa besar
nilai untuk memperoleh suatu barang tertentu.
4. Teori Comparative Advantage with Money
Pelajaran dari teori comparative advantage adalah sederhana: anda lebih
baik menspesialisasikan dengan apa yang dapat anda lakukan relatif
terbaik. Memproduksi dan mengekspor barang dan jasa di mana anda
relatif terbaik untuk memproduksinya, dan membeli barang dan jasa dari
pihak lain karena mereka (pihak lain) tersebut lebih baik dalam
memproduksi barang dan jasa tersebut dibandingkan anda. Dalam dunia
ekonomi bila memproduksi lebih dari dua barang dan jasa dan dibuat oleh
lebih dari dua negara, akan terjadi barter (pertukaran). Hambatan
perdagangan akan muncul, seseorang harus membayar biaya transpor ke
pasar, dan pihak lain harus membayar faktor input untuk memproduksi
barang, sehingga dalam dunia ekonomi harus menggunakan uang untuk
memfasilitasi pertukaran tersebut.
5. Teori Relative Factor Endowment
Teori comparative advantage mengundang pertanyaan: apakah yang
menentukan bahwa produk suatu negara tertentu akan mempunyai keunggulan
komparatif? Untuk mejawab hal ini seorang ekonom Swedia, Eli Heckscher
dan Bertil Ohlin, mengembangkan theory of relative factor endowments,
sekarang sering disebut Heckscher-Ohlin theory. Teori mereka mempunyai
dua dasar observasi sbb:
1. Factor endowments for types of resources vary among countries (adanya)
faktor-faktor endowment untuk jenis sumberdaya tertentu berbeda antar
negara), sebagai contoh, Indonesia mempunyai tanah yang subur dan luas,
Arab Saudi mempunyai cadang minyak mentah yang besar, dan China
mempunyai sangat banyak tenaga kerja..
2. Goods differ according to the types of factors that are used to produce them
(barang-barang berbeda menurut jenis-jenis faktor-faktor yang digunakan
untuk memproduksi barang-barang tersebut), Sebagai contoh produksi
padi/beras membutuhkan tanah yang subur, produksi minyak membutuhkan
cadangan minyak, dan memproduksi pakaian membutuhkan banyak tenaga
kerja. Heckscher and Ohlin mengembangkan teori mereka: bahwa suatu
negara mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi barang-
barang yang secara intensif menggunakan sumber daya (faktor produksi) yang
berlimpah. Sehingga negara itu dapat mengekspor hasil produksinya yang
berlimpah tersebut. Teori ini di uji secara empiris setelah perang dunia II oleh
seorang ekonom Wassily Leontief dengan menggunakan input-output analysis.
Leontif menggunakan model input-output dalam ekonomi USA
memperkirakan jumlah kuantitas tenaga kerja dan modal yang diperlukan
untuk menghasilkan barang-barang ekspor USA dan impornya senilai $1 juta
tahun 1947.
7. Apakah sumber utama dari keunggulan daya saing perusahaan yang dapat
digunakan untuk bersaing dalam perdagangan internasional?
1. Faktor Kemasan Produk
Kemasan produk menunjukkan bagaiman produk yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Salah
satu faktor yang mempengaruhi nilai jual suatu produk adalah dilihat dari
bagaimana kemasan dari produk tersebut. Beberapa indikator yang
mempengaruhi kemasan produk adalah inovasi yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi atau pengembangan
produk, jumlah tenaga kerja yang dimiliki serta daya tarik produk tersebut.
Inovasi adalah proses dan/atau hasil pengembangan dan/atau pemanfaatan
atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk
menciptakan dan memperbaiki produk (barang dan jasa), yang
memberikan nilai secara signifikan. Inovasi sebagai subjek juga memiliki
arti sebagai suatu produk baru yang tersedia bagi suatu aplikasi, umumnya
dalam suatu konteks komersial yang tingkat kebakuannya dapat dibedakan
tergantung pada konteks itu sendiri.
2. Faktor Network
Menurut Kuncoro (1997) network atau relasi adalah orang-orang
yang tergabung dan menjalin kerja sama dalam suatu perusahaan untuk
menghasilkan produk atau jasa yang diinginkan. Dalam penelitian ini
network atau relasi ini menunjukkan keunggulan suatu perusahaan dalam
mencari jaringan usaha serta berapa besar kontribusi yang diberikan rekan
kerja terhadap kelancaran usaha yang dijalankan.
3. Faktor Pengembangan Usaha
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan suatu usaha
adalah memiliki pengalaman berusaha serta keahlian dalam berusaha.
Pengalaman berusaha memperoleh banyak pembelajaran tentang informasi
apa yang dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan.
Manajemen perusahaan akan membutuhkan informasi yang lebih banyak
akan disiapkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan apabila
tingkat kompleksitas usaha serta persaingan semakin tetap. Menurut M.
Kwartono Adi (2007:79) pengalaman dalam operasional berusaha atau
lamanya perusahaan beroperasi berdasarkan pada bisnis yang sudah
dijalankan akan mengindikasikan kebutuhan akan informasi akuntansi
sangat diperlukan, semakin lama perusahaan beroperasi informasi
akuntansi semakin dibutuhkan karena kompleksitas usaha juga semakin
tinggi. sedangkan keahlian dalam berusaha adalah keahlian dan
kemampuan pengusaha-pengusaha untuk mendirikan dan mengembangkan
berbagai kegiatan usaha.
Keahlian berusaha merupakan kemahiran para pengusaha untuk
mengorganisasi berbagai faktor produksi untuk keberhasilan usahanya.
Beberapa indikator yang mempengaruhi suatu usaha dapat berkembang
adalah kualitas produk yang dihasilkan, loyalitas yang menunjukkan
seberapa jauh loyalitas yang diberikan oleh para pengusaha industri
terhadap tenaga kerja, promosi yang merupakan tindakan untuk
menginformasikan atau mengingatkan konsumen tentang spesifikasi
produk yang tujuannya untuk meningkatkan nilai perusahaan.
8. Jelaskan empat elemen dalam Porter’s diamond dalam keunggulan daya saing
nasional?
Porter menyatakan terdapat empat atribut utama yang menentukan mengapa
industri tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional, yaitu
sebagai berikut.
(1)Kondisi faktor produksi. Posisi negara dalam faktor produksi, seperti tenaga
kerja terampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing dalam suatu industri
tertentu.
(2)Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk barang dan
jasa industri.
(3)Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau tidak adanya
industri pemasok dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang secara
internasional bersifat kompetitif.
(4)Strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Kondisi dalam negara yang
mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola,
sebagaimana juga sifat dari persaingan domestik.