TERHADAP PROFITABILITAS
PT. KIMIA FARMA Tbk
PROPOSAL OLEH:
Nira Agustin
01011381823174
Dosen Pengampu :
HJ. Marlina Widiyanti, SE, SH, MM, PH.D
DR. HJ. Agustina Hanafi, MBA
DRS.H.Ahmad Nazaruddin, M.M
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah yang dikemukan pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari cash
turnover, receivable turnover dan inventory turnover terhadap
profitabilitas (ROI) pada PT. Kimia Farma Tbk
2. Bagaimanakah pengaruh cash turnover terhadap profitabilitas (ROI) pada
PT. Kimia Farma Tbk
3. Bagaimanakah pengaruh receivable turnover terhadap profitabilitas (ROI)
PT. Kimia Farma Tbk
4. Bagaimanakah pengaruh inventory turnover terhadap profitabilitas (ROI)
pada PT. Kimia Farma Tbk
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari cash
turnover, receivable turnover dan inventory turnover terhadap
profitabilitas (ROI) pada PT. Kimia Farma Tbk.
2. Untuk mengetahui pengaruh cash turnover terhadap profitabilitas (ROI) an
pada PT. Kimia Farma Tbk.
3. Untuk mengetahui pengaruh receivable turnover terhadap profitabilitas
(ROI)pada PT. Kimia Farma Tbk.
4. Untuk mengetahui pengaruh inventory turnover terhadap profitabilitas
(ROI) pada PT. Kimia Farma Tbk.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang pastinya berguna diwaktu yang akan datang.
2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan sebagai referensi atau masukan untuk kebijakan kebijakan
perusahaan pada periode-periode selanjutnya.
3. Bagi pihak-pihak lain,diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam
penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.
5. Kajian Pustaka
5.1 Landasan Teori
5.1.1 Efisiensi
Menurut Sartono (2012:118) salah satu tujuan manajer keuangan
adalah menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva.
Efisiensi pada suatu perusahaan sangat penting untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan. Efisiensi dapat diartikan sebagai hubungan
antara input dan output, atau berapa besar input yang digunakan untuk
menghasilkan output tertentu. Efisiensi pada suatu perusahaan dapat
diketahui dengan melihat perputaran (turnover). Semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat perputarannya, maka perusahaan dikatakan semakin
efisien dalam menggunakan aktivanya.
Untuk mengetahui standar dari tingkat efisiensi modal kerja agar
dikatakan efisien (ukuran efisien), diperlukan alat pembanding dan rasio
dalam industri sebagai keseluruhan yang sejenis di mana perusahaan yang
menjadi anggotanya dapat digunakan sebagai alat pembanding dari angka
rasio tersebut. Angka rasio dari industri sebagai keseluruhan ini disebut
standar rasio (rasio rata-rata) Munawir, (2012:65).
Tingkat efisiensi pada perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rasio keuangan yaitu dengan rasio efisiensi atau rasio
aktivitas. Rasio efisiensi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio
ini juga digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari pemanfaatan
sumber daya yang tersedia pada perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio
efisiensi yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan Kasmir (2012:175),
terdiri dari:
1. Cash turnover (Perputaran Kas)
Kas merupakan komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar. Efiiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat
perputaran kasnya. Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas
dimulai pada saat kas itu diinvestasikan dalam modal kerja sampai menjadi
kas kembali.
Menurut James O. Gill dalam Kasmir (2012:140) rasio perputaran
kas (Cash Turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal
kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai
penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan. Perputaran kas dapat dihitung dengan
membandingkan sales (penjualan) dengan jumlah rata-rata kas.
Penjualan
Rata-rata Kas
Penjualan Kredit
Rata-rata Piutang
Apabila data mengenai penjualan kredit tidak ditemukan maka dapat
digunakan angka pada penjualan (Kasmir, 2012:177).
Penjualan
Rata-rata Piutang
Atau
Penjualan Bersih
Modal Kerja Rata-rata
Penjualan
Total Aktiva Tetap
Penjualan
Total Aktiva
5.1.2. Modal Kerja
Menurut J.C Van Horne & J.M Wachowicz (2005:308),
mengungkapkan bahwa Terdapat dua konsep utama modal kerja, yaitu
modal kerja bersih dan modal kerja kotor. Modal kerja bersih (net
working captal) merupakan perbedaan nilai uang antara aktiva lancar dan
kewajiban jangka pendek atau aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka
pendek. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah investasi
perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas yang dapat
diperjual belikan, piutang dan persediaan.
Menurut E.F Brigham & J.F Houston (2006:131) Modal kerja, atau
kadang-kadang disebut juga modal kotor, sebenarnya adalah aktiva
lancar yang digunakan dalam operasi. Modal kerja bersih didefinisikan
sebagai aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
Menurut Raharjaputra (2011:156), modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai aset lancar
(current assets); di antaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang,
investasi jangka pendek dan biaya dibayar di muka.
Pengertian modal kerja secara mendalam dapat dikemukakan dalam
beberapa konsep Riyanto, (2013:57-58) yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dari dana yang
diinvestasikan pada aktiva lancar. Modal kerja menurut konsep ini
adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Konsep ini sering
disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep Kualittatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan
kepada kualitas modal kerja. Modal kerja menurut konsep ini adalah
kelebihan dari aktiva lancar di atas hutang lancarnya atau selisih
antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini sering
disebut dengan modal kerja bersih (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan pada fungsi dana yang
dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (income),
artinya setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan. Semakin banyak dana yang
digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan
perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan
semakin sedikit,maka laba akan menurun. Akan tetapi, kenyataanya
tidak selalu demikian.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi yang dilakukan
perusahaan pada aktiva jangka pendek atau aktiva jangka pendek
dikurangi dengan kewajiban jangka oendek yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
5.1.8 Profitabilitas
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan
profitabilitasnya. Jika perusahan berhasil meningkatkan profitabilitasnya,
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber
daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu
menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki
profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak
mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga
tidak mampu menghasilkan laba yang tinggi. Untuk mengukur tingkat
laba atau keuntungan suatu perusahaan dapat menggunakan rasio
profitabilitas,
Menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio
ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menujukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas pada
perusahaan mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sekarang dengan tahun
sebelumnya.
3. Untuk menilai perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu,
dan tujuan lainnya.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai perusahaan, terdapat
beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Jenis-jenis rasio
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Profit Margin on Sales
Profit margin on sales atau rasio profit margin merupakan salah
satu rasio yang dugunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.
Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk
mencari profit margin yaitu:
a. Untuk margin laba kotor dapat menggunakan rumus :
( et al., 2020)
(Oladipo et al.,
2017)
19. Melita Stephanou THE EFFECT OF Hasil penelitian nya menujukkan
Charitou, Maria WORKING CAPITAL bahwa modal kerja berpengaruh positif
Elfani,Petros Lois, MANAGEMENT ON
FIRM’S terhadap profitabilitas perusahaan
Tahun 2016 PROFITABILITY:
EMPIRICAL EVIDENCE
FROM AN EMERGING
(Charitou et al.,
MARKET
2016)
20. Eni Puji Astuti THE EFFECT OF Berdasarkan hasil penelitian
WORKING CAPITAL, ditemukan bahwa modal kerja
Tahun 2020 LIQUIDITY AND
SOLVENCY ON berpengaruh positif terhadap ROI
(Astuti, 2020)
PROFITABILITY AT
PT NIPPON
INDOSARI
CORPINDO, TBK
6 Metode Penelitan
6.1 Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, batasan penelitian dapat dilihat dari varibel
yang digunakan yaitu pengaruh Cash Turnover, Receivable Turnover,
Inventory Turnover Terhadap Return On Invesment (ROI) Pada Perusahaan
PT. Kimia Farma Tbk. Dalam hal ini, varibel independent pada penelitian ini
yaitu Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover sebagai
variabel (X) dan variabel dependen pada penelitian ini adalah Return On
Inesment (ROI) sebagai varibel (Y).
6.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis hubungan asosiatif kausalitas yaitu penelitian yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan (pengaruh) sebab-akibat dari variabel independen atau
variabel yang mempengaruhi (X) terhadap variabel dependen atau variabel
yang dipengaruhi (Y).
6.3 Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang sudah
ada. Data yang diteliti diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2017-
2019 yang didapat dari www.ojk.go.id, dan www.idx.co.id.
6.4 Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan
mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan pada Sektor
Consumer Goods Industry dari tahun 2017 sampai tahun 2019 yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Selain itu, pengumpulan data pada
penelitian ini juga menggunakan metode studi kepustakaan yang merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari buku, artikel, serta literatur lainnya melalui situs BEI dan karya
tulis ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
6.5 Populasi dan Sampel
6.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2011). Pada
penelitian ini jumlah Populasi pada Sektor Consumer Goods Industry yaitu
berjumlah 30 perusahaan.
6.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel laporan keuangan pada salah satu s Sektor Consumer
Goods Industry Farmasi yaitu PT Kimia Farma Tbk dari tahun 2017-2019,
dimana pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang
didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada dengan
menggunakan metode purposive sampling.
6.6 Teknik Analisis Data
6.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antara variabel independen Cash Turnover,
Receivable Turnover, Inventory Turnover. Maka dari itu, penelitian
ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Rumus Regresi Linear Berganda, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = Return On Investment (ROI)
a = Kostanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
X1 = Cash Turnover
X2 = Receivable Turnover
X3 = Inventory Turnover
e = Epsilon (Error Term)
6.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyimpangan asumsi klasik pada regresi linear berganda dan untuk
menganalisis apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian
adalah model yang terbaik.
6.6.1.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk
melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen
dan variabel independennya memiliki distribusi normal
atau tidak (Primadewi & Suputra, 2015).
Cara lain menguji normalitas data adalah dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov. Uji ini bertujuan
agar dalam penelitian ini dapat mengetahui distribusi
normal atau tidaknya variabel dependen atau pun
keduanya antar variabel independen dengan variabel
dependen atau pun keduanya.
H0 : Data residual berdistribusi normal
Hα : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila angka probabilitas < α = 0,05 artinya
data tersebut distribusinya tidak normal. Sebaliknya,
jika angka probabilitas > α = 0,05 maka Ha ditolak
yang berarti variabel terdistribusi secara normal.
6.6.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi
antar variabel bebas. Terdapat beberapa cara untuk
menemukan hubungan antara variabel X yang satu
dengan variabel X yang lainnya. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika terjadi korelasi maka
terdapat suatu masalah multikolinieritas. Untuk
mendeteksi multikolinieritas dalam model regresi
linier berganda, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Koefesien korelasi antar variabel haruslah
lemah (dibawah 0,5), jika korelasi kuat maka
terjadi masalah multikolinearitas.
b. Memiliki nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai
toleran mendekati angka 1, memiliki lebih dari
0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.
6.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji terjadinya ketidaksamaan variance residual
suatu periode pengamatan ke periode yang lain.
Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat
menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan meregresikan variabel independen terhadap
nilai residual mutlaknya. Jika nilai signifikan > 0,05
(5%), maka model regresi tidak mengandung
heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas juga dapat dilakukan
dengan menggunakan grafik Scatterplot yaitu
dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya,
yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
membentuk suatu pola yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas
6.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah definisi terhadap variabel
berdasarkan konsep teori namun bersifat operasional agar variabel
tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun
peneliti lain.
Variabel Konsep Indikator
Modal kerja terdiri dari modal kerja kotor dan
modal kerja bersih. Modal kerja kotor adalah
Modal Kerja aktiva lancar yang digunakan dalam operasi. Aktiva Lancar
Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi
dengan kewajiban lancar.