Anda di halaman 1dari 23

Resume Bisnis Internasional

Chapter 5 : International Trade Theory

Disusun oleh Kelompok 10:

Mega Silvya - 202060080

Louis Bertrand Patriae King - 202060078

Alawi - 202060133

Airin Mutiara Azzahra - 202060148

Jakarta
2022
OVERVIEW
Merkantilisme mulai muncul sekitar abad 16-17. Merkantilisme menyebutkan
bahwa untuk meningkatkan kemakmuran negara yaitu dengan meningkatkan ekspor
dan mengurangi impor. Karenanya, campur tangan pemerintah dalam pembatasan
import dengan pemberlakuan tarif dan quota diperlukan. Berikutnya, teori Adam Smith
yang disebut dengan Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage). Teori Smith
(1776) yang pertama kali mengungkapkan tentang free trade dan mendukung invisible
hand yang mengatur mekanisme pasar. Perdagangan bebas (free trade) hanya dapat
terlaksana jika pemerintah tidak memberi batasan atau quota untuk membeli dari negara
lain, atau untuk memproduksi dan menjual ke negara lain. Sekitar abad 19, tepatnya
pada tahun 1817, David Ricardo (salah satu pendukung Smith) mengungkapkan tentang
keunggulan komparatif antar negara. Suatu negara yang memiliki kelemahan absolut
dalam memproduksi dua barang dibanding negara lain namun memiliki suatu
keunggulan komparatif atau relatif dalam memproduksi barang, dimana kelemahan
absolutnya berkurang, masih dapat berdagang dengan negara lain. Abad 20, munculah
teori dari ekonom Swedia, yaitu Eli Heckser dan Bertil Ohlin, yang biasa disebut H-O
Theory.

KEUNTUNGAN DAN MANFAAT PERDAGANGAN


Kekuatan besar Teori Smith, Ricardo dan Heckscher-Ohlin adalah bahwa
mereka sama-sama berpendapat bahwa melakukan perdagangan internasional adalah
menguntungkan. Akal sehat menyatakan bahwa beberapa negara diuntungkan dengan
adanya perdagangan internasional. Teori Smith, Ricardo dan Heckscher-Ohlin
menunjukkan kenapa suatu negeri diuntungkan untuk terlibat dalam perdagangan
internasional, untuk bisa menghasilkan produk untuk diri/ negeri sendiri. Ini adalah
suatu konsep sulit untuk diserap orang-orang. Perasaan kebangsaan yang sama dapat
diamati di banyak negara-negara lain. Bagaimanapun, Teori Smith, Ricardo, dan
Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa suatu ekonomi negeri boleh memperoleh jika
warganegaranya membeli produk tertentu dari negara-negara yang lainnya bisa jadi
produk tersebut adalah produksi dari dalam negari sendiri. Keuntungan muncul sebab
perdagangan internasional mengijinkan suatu negara untuk mengkhususkan pembuatan
dan ekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di dalam negeri dan mengimpor
produk yang dapat diproduksi lebih efisien di negara-negara lain.

Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri


2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
4. Transfer teknologi modern

POLA PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Teori Smith, Ricardo, dan Heckscher-Ohlin membantu ke arah menjelaskan pola
perdagangan internasional yang kita amati di dunia ekonomi. beberapa aspek pola
mudah untuk dipahami. Teori Ricardo menawarkan suatu penjelasan dalam kaitannya
dengan perdagangan internasional karena perbedaan produktivitas. Teori Heckscher-
Ohlin menekankan saling mempengaruhi antara proporsi di mana faktor-faktor
produksi ada di negara-negara berbeda dan proporsi dimana mereka diperlukan untuk
memproduksi barang-barang tertentu. penjelasan ini percaya pada asumsi bahwa
negara-negara mempunyai bermacam-macam endowment berupa faktor-faktor
produksi. Dari teori ini, menyatakan bahwa lebih sedikit penjelasan kuat dunia nyata
tentang pola berdagang dibanding pemikiran- pemikiran yang muncul.
Satu tanggapan awal terhadap kegagalan Teori Heckscher-Ohlin untuk
menjelaskan pola perdagangan internasional yang diamati adalah Teori Product Life-
Cycle. Teori yang diusulkan oleh Raymon Vernon ini menyatakan bahwa awal daur
hidup produk, kebanyakan produk baru diproduksi dan diekspor dari negeri di mana
mereka telah dikembangkan. setelah produk baru diterima secara luas atau secara
internasional, maka produksi mulai ke negara-negara lain. sebagai hasilnya, teori
menyarankan, produk akhirnya bisa diekspor kembali ke negeri dimana inovasi produk
tersebut berasal.
Sekitar tahun 1980 ahli ekonomi Paul Krugman dari Massachusetts Institute of
Technology mengembangkan apa yang nantinya dikenal sebagai teori perdagangan
baru (New Trade Theory). Teori ini menekankan bahwa dalam beberapa hal negara-
negara tidak mengkhususkan produksi dan ekspor dari produk tertentu karena
mendasari perbedaan dalam faktor endowment, tetapi karena pasar dunia industri
tertentu hanya mendukung suatu jumlah terbatas perusahaan. Dalam industri yang
demikian, perusahaan yang pertama masuk pasar dan membangun suatu keunggulan
kompetitif, sesudah itu sukar untuk menghadapi tantangan. pola perdagangan tiba pada
kemampuan perusahaan di suatu Negara yang ditentukan oleh bagaimana untuk
menangkap first-mover advantage.
Dalam teori perdagangan baru, Michael Porter dari Harvard Business School
mengembangkan suatu teori yang dikenal sebagai teori National Competitive
Advantage, dengan mencoba untuk menjelaskan mengapa negara- negara tertentu
mencapai sukses internasional dalam industri tertentu. sebagai tambahan terhadap
faktor endowment, Porter menunjukkan pentingnya faktor negeri seperti permintaan
domestik dan persaingan domestik dalam menjelaskan suatu kekuatan bangsa dalam
produksi dan ekspor produk tertentu.

FAKTOR PENDORONG PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Banyak faktor menjadi pendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, diantaranya:
a. Perbedaan iklim dan sumber daya (resource) tiap negara
b. Perbedaan produktivitas
c. Adanya faktor-faktor produksi
d. Perbedaan skill
e. Adanya pionir (first mover) – berasal dari inovasi
f. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
g. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain
h. Terjadinya era globalisasi

TEORI PERDAGANGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


Walaupun semua teori setuju perdagangan internasional bermanfaat bagi negara
kurang setuju dengan kebijakan pemerintah. Jadi solusinya adalah adanya pembatasan
intervensi pemerintah karena hal tersebut dapat dikatakan sebagai pemborosan
(westing).

MERKANTILISME
Teori perdagangan internasional pertama muncul pada abad 16 dan terus
berkembang di negara-negara Eropa, yaitu merkantilisme. Sistem ini didasarkan pada
gagasan bahwa pemerintah terlibat dalam transfer barang-barang antar bangsa agar
meningkatkan kekayaan diantara bangsa-bangsa yang terlibat. Kekayaan didapat
dengan mengumpulkan logam berharga terutama emas. Sebagai konsekuensinya
pemerintah membuat kebijakan memaksimalkan eksport dan meminimalkan import.
Untuk meminimalkan import yaitu dengan pemberlakuan tarif dan quota sedang untuk
memaksimalkan eksport diperlukan pemberian subsidi. Pada periode ini daerah koloni
yang ada memberikan suatu sumber daya alam berupa bahan-bahan baku atau logam
berharga. Dalam sistem perdagangan ini negara-negara koloni dieksploitasi dan
perusahaan lokal ditekan. Negara koloni sering diminta membeli barang-barang dari
negara induknya. Kelemahan konsep merkantilisme adalah adanya keyakinan yang
kurang tepat bahwa emas atau logam berharga mempunyai nilai intrinsik, padahal emas
tidak dapat digunakan untuk produksi atau untuk dikonsumsi. Jadi bangsa yang
menganut merkantilisme, kekayaannya non produktif. Selain itu merkantilisme
mengabaikan konsep efisiensi produksi melalui spesialisasi yang mampu menekan
biaya produksi secara efektif. Teori ini ditentang oleh Adam Smith, David Hume dan
John Locke.

KEUNGGULAN MUTLAK (ABSOLUTE ADVANTEGE)

Teori ini mendasarkan pada teori ekonomi perdagangan bebas dengan


pertumbuhan perusahaan-perusahaan swasta pada saat itu. Dalam buku The Wealth of
Nations (1776), Adam Smith menolak pendapat Merkantilisme bahwa emas sama
dengan kekayaan. Smith menyatakan bahwa negara banyak diuntungkan oleh
perdagangan bila mereka dapat memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi oleh
pabrik dengan efisiensi yang maksimal. Konsep keunggulan mutlak yatu negara akan
memproduksi barang yang diambil dari alam atau sumber daya yang tersedia dan yang
mempunyai keunggulan tinggi. Menurut konsep ini, dengan spesialisasi memproduksi
barang yang paling efisiensi bagi suatu negara, maka negara tersebut dapat
meningkatkan kemakmurannya melalui perdagangan internasional. Keunggulan
tersebut dicapai karena bangsa tersebut mengeluarkan ongkos paling murah untuk
menghasilkan satu unit produk.

Teori tersebut didasarkan pada asumsi pokok antara lain:

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja


2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama
3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang
4. Biaya transfer diabaikan

KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

Dari gambaran tersebut di atas, teori Adam Smith juga mempunyai kelemahan.
Karena dalam perdagangan internasional akan terjadi keunggulan absolut yang
berbeda, dimana hanya ada satu negara yang memiliki keunggulan absolut untuk kedua
jenis produk, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan.
Teori ini kemudian diperbaiki dan dikembangkan lagi oleh David Ricardo
dengan teori Comparative Advantagenya. Menurut Ricardo, jika negara tidak memiliki
keunggulan mutlak maka hendaknya melihat perbandingan efisiensi antara dua produk
dan menghasilkan produk yang lebih efisien. Dalam bukunya Pricipless of Political
Economy (1817), Ricardo menyebutkan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat
dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor
barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efektif.

Teori ini berlandaskan pada asumsi:

1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga
kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang
yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
2. Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak
berpengaruh.
5. Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu, suatu negara
akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya
bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-
barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi.

Ada kalanya suatu negara dapat menghasilkan dua jenis produk dan mempunyai
keuntungan mutlak untuk kedua produk tersebut. Menurut teori absolute advantage
maka perdagangan tidak mungkin terjadi tetapi secara comparative advantage
perdagangan tersebut dapat terjadi. Karena yang dilihat disini adalah keuntungan
komparatif yang diperoleh oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lainnya.

KEUNTUNGAN DARI PERDAGANGAN


Pesan dasar dari teori keunggulan komparatif adalah bahwa potensi produksi
dunia lebih besar dengan perdagangan bebas yang tidak dibatasi daripada dengan
perdagangan yang dibatasi. Teori Ricardo menunjukkan bahwa konsumen di semua
negara dapat mengkonsumsi lebih banyak jika tidak ada pembatasan perdagangan. Ini
terjadi bahkan di negara-negara yang tidak memiliki keunggulan absolut dalam
produksi barang apa pun. Dengan kata lain, pada tingkat yang bahkan lebih besar
daripada teori keunggulan absolut, teori keunggulan komparatif menunjukkan bahwa
perdagangan adalah permainan jumlah positif di mana semua negara yang
berpartisipasi menyadari keuntungan ekonomi. Dengan demikian, teori ini memberikan
dasar rasio yang kuat untuk mendorong perdagangan bebas. Begitu kuatnya teori
Ricardo sehingga tetap menjadi senjata intelektual utama bagi mereka yang mendukung
perdagangan bebas.
Kesimpulan dari perdagangan bebas bermanfaat secara universal adalah
kesimpulan yang cukup berani untuk ditarik dari model yang begitu sederhana. Model
sederhana mencakup banyak asumsi yang tidak realistis:
1. Telah mengasumsikan dunia yang sederhana di mana hanya ada dua negara dan
dua barang. Di dunia nyata, ada banyak negara dan banyak barang.
2. Telah menanggung biaya transportasi antar negara.
3. Telah mengasumsikan perbedaan harga sumber daya di berbagai negara. Tidak
mengatakan apa-apa tentang nilai tukar, hanya dengan asumsi bahwa kakao dan
beras dapat ditukar dengan basis satu-ke-satu.
4. Telah mengasumsikan bahwa sumber daya dapat berpindah secara bebas dari
produksi satu barang ke barang lain dalam suatu negara. Pada kenyataannya, ini
tidak selalu terjadi.
5. Mengasumsikan skala hasil konstan, yaitu spesialisasi oleh Ghana atau Korea
Selatan tidak berpengaruh pada jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu ton kakao atau beras. Pada kenyataannya, baik hasil yang
berkurang maupun yang meningkat untuk spesialisasi ada. Jumlah sumber daya
yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang dapat berkurang atau bertambah
karena suatu negara berspesialisasi dalam produksi barang tersebut.
6. Asumsi bahwa setiap negara memiliki persediaan sumber daya yang tetap dan
perdagangan bebas tidak mengubah efisiensi penggunaan sumber daya suatu
negara. Asumsi statis ini tidak memperhitungkan perubahan dinamis dalam stok
sumber daya suatu negara dan efisiensi penggunaan sumber daya negara yang
mungkin dihasilkan dari perdagangan bebas.
7. Telah menghilangkan efek perdagangan pada distribusi pendapatan di suatu negara

Dengan asumsi-asumsi ini, didapatkan kesimpulan bahwa perdagangan bebas


saling menguntungkan diperluas ke dunia nyata banyak negara, banyak barang, biaya
transportasi positif, nilai tukar yang bergejolak, sumber daya domestik yang tidak
bergerak, pengembalian spesialisasi yang tidak konstan, dan perubahan dinamis?
Meskipun perluasan rinci teori keunggulan komparatif berada di luar cakupan buku ini,
para ekonom telah menunjukkan bahwa hasil dasar yang diturunkan dari model
sederhana dapat digeneralisasikan ke dunia yang terdiri dari banyak negara yang
memproduksi banyak barang berbeda. Terlepas dari kekurangan model Ricardian,
penelitian menunjukkan bahwa proposisi dasar bahwa negara-negara akan mengekspor
barang yang paling efisien dalam produksinya didukung oleh data.
Namun, setelah semua asumsi dijatuhkan, kasus perdagangan bebas yang tidak
dibatasi, meskipun masih positif, telah diperdebatkan oleh beberapa ekonom yang
terkait dengan "teori perdagangan baru" untuk kehilangan sebagian kekuatannya.
Kembali ke masalah ini nanti dalam artikel ini. bab dan berikutnya ketika kita
membahas teori perdagangan baru. Dalam analisis baru-baru ini dan dibahas secara
luas, ekonom pemenang Hadiah Nobel Paul Samuelson berpendapat bahwa
bertentangan dengan interpretasi standar, dalam keadaan tertentu teori keunggulan
komparatif memprediksi bahwa negara kaya mungkin sebenarnya lebih buruk dengan
beralih ke rezim perdagangan bebas dengan sebuah bangsa yang miskin.10 Kita akan
membahas kritik Samuelson di bagian selanjutnya.

EKSTENSI MODEL RICARDIAN


Mari kita jelajahi efek relaksasi tiga asumsi yang diidentifikasi di atas dalam
model simple comparative advantage. Di bawah ini mengendurkan asumsi bahwa
sumber daya bergerak bebas dari produksi satu barang ke barang lain di dalam suatu
negara, bahwa ada skala pengembalian yang tetap, dan bahwa perdagangan tidak
mengubah stok sumber daya suatu negara atau efisiensi penggunaan sumber daya
tersebut.
Sumber Daya Tidak Bergerak / Immobile Resources
Dalam model perbandingan sederhana di Ghana dan Korea Selatan, berasumsi
bahwa produsen (petani) dapat dengan mudah mengubah lahan dari produksi kakao
menjadi beras, dan sebaliknya. Sementara asumsi ini mungkin berlaku untuk beberapa
produk pertanian, sumber daya tidak selalu berpindah dengan mudah dari memproduksi
satu barang ke barang lainnya. Sejumlah gesekan tertentu terlibat. Misalnya, menganut
rezim perdagangan bebas untuk ekonomi maju seperti Amerika Serikat sering kali
menyiratkan bahwa negara tersebut akan menghasilkan lebih sedikit barang padat
karya, seperti tekstil, dan lebih banyak barang padat pengetahuan, seperti perangkat
lunak komputer atau produk bioteknologi. Meski negara secara keseluruhan akan
diuntungkan dari pergeseran tersebut, produsen tekstil akan rugi. Seorang pekerja
tekstil di Carolina Selatan mungkin tidak memenuhi syarat untuk menulis perangkat
lunak untuk Microsoft. Dengan demikian, pergeseran ke perdagangan bebas dapat
berarti bahwa dia menjadi pengangguran atau harus menerima pekerjaan lain yang
kurang menarik, seperti bekerja di restoran cepat saji.
Sumber daya tidak selalu berpindah dengan mudah dari satu aktivitas ekonomi
ke aktivitas ekonomi lainnya. Proses tersebut menciptakan gesekan dan penderitaan
manusia juga. Sementara teori memperkirakan bahwa manfaat perdagangan bebas lebih
besar daripada biaya dengan margin yang signifikan, ini sangat nyaman bagi mereka
yang menanggung biayanya. Oleh karena itu, oposisi politik terhadap penerapan rezim
perdagangan bebas biasanya datang dari mereka yang pekerjaannya paling berisiko. Di
Amerika Serikat, misalnya, pekerja tekstil dan serikat pekerja mereka telah lama
menentang langkah menuju perdagangan bebas justru karena kelompok ini banyak
kehilangan dari perdagangan bebas. Pemerintah sering mempermudah transisi menuju
perdagangan bebas dengan membantu melatih kembali mereka yang kehilangan
pekerjaan sebagai akibatnya. Rasa sakit yang disebabkan oleh gerakan menuju rezim
perdagangan bebas adalah fenomena non jangka pendek, sedangkan keuntungan dari
perdagangan setelah transisi dibuat adalah signifikan dan bertahan lama.

Hasil yang semakin berkurang / Diminishing Returns


Model keunggulan komparatif sederhana yang dikembangkan di atas
mengasumsikan pengembalian konstan ke spesialisasi. Dengan pengembalian konstan
ke spesialisasi yang maksud adalah unit sumber daya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu barang (kakao atau beras) diasumsikan tetap konstan di mana pun
seseorang berada pada batas kemungkinan produksi (production potential frontier/PPF)
suatu negara. Jadi, berasumsi bahwa Ghana selalu membutuhkan 10 unit sumber daya
untuk memproduksi satu ton kakao. Namun, lebih realistis untuk mengasumsikan hasil
yang semakin berkurang untuk spesialisasi. Pengembalian yang berkurang ke
spesialisasi terjadi ketika lebih banyak unit sumber daya diperlukan untuk
memproduksi setiap unit tambahan. Sementara 10 unit sumber daya mungkin cukup
untuk meningkatkan output kakao Ghana dari 12 ton menjadi 13 ton, 11 unit sumber
daya mungkin diperlukan untuk meningkatkan output dari 13 menjadi 14 ton, 12 unit
sumber daya untuk meningkatkan output dari 14 ton menjadi 15 ton , dan seterusnya.
Pengembalian yang berkurang menyiratkan PPF cembung untuk Ghana (lihat Gambar
6.3), daripada garis lurus yang digambarkan pada Gambar 6.2.
Lebih realistis untuk mengasumsikan hasil yang semakin berkurang karena dua
alasan. Pertama, tidak semua sumber memiliki kualitas yang sama. Ketika sebuah
negara mencoba untuk meningkatkan outputnya dari barang tertentu, kemungkinan
besar negara itu akan memanfaatkan lebih banyak sumber daya marjinal yang
produktivitasnya tidak sebesar yang awalnya digunakan. Hasilnya adalah bahwa hal itu
membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk menghasilkan peningkatan output yang
sama. Misalnya, beberapa lahan lebih produktif daripada lahan lainnya. Saat Ghana
mencoba memperluas produksi kakaonya, Ghana mungkin harus memanfaatkan
semakin banyak lahan marginal yang kurang subur daripada lahan yang awalnya
digunakan. Karena hasil panen per acre menurun, Ghana harus menggunakan lebih
banyak lahan untuk menghasilkan satu ton kakao.
Alasan kedua untuk hasil yang semakin berkurang adalah bahwa barang yang
berbeda menggunakan sumber daya dalam proporsi yang berbeda. Misalnya,
bayangkan menanam kakao menggunakan lebih banyak lahan dan lebih sedikit tenaga
kerja daripada menanam padi, dan Ghana mencoba mengalihkan sumber daya dari
produksi beras ke produksi kakao. Industri beras akan melepaskan secara proporsional
terlalu banyak tenaga kerja dan terlalu sedikit lahan untuk produksi kakao yang efisien.
Untuk menyerap sumber daya tambahan tenaga kerja dan lahan, industri kakao harus
beralih ke metode produksi yang lebih padat karya. Efeknya adalah efisiensi
penggunaan tenaga kerja oleh industri kakao akan menurun, dan keuntungan akan
berkurang.
Pengembalian yang semakin berkurang menunjukkan bahwa tidak layak bagi
suatu negara untuk mengkhususkan diri pada tingkat yang disarankan oleh model
Ricardian sederhana yang diuraikan sebelumnya. Berkurangnya hasil spesialisasi
menunjukkan bahwa keuntungan dari spesialisasi kemungkinan akan habis sebelum
spesialisasi selesai. Pada kenyataannya, sebagian besar negara tidak mengkhususkan
diri, melainkan memproduksi berbagai barang. Namun, teori tersebut memperkirakan
bahwa adalah bermanfaat untuk mengkhususkan sampai titik di mana keuntungan yang
dihasilkan dari perdagangan sebanding dengan pengembalian yang semakin berkurang.
Dengan demikian, kesimpulan dasar bahwa perdagangan bebas tak terbatas bermanfaat
masih berlaku, meskipun karena hasil yang semakin berkurang, keuntungannya
mungkin tidak sebesar yang disarankan dalam kasus pengembalian konstan.

Efek Dinamis dan Pertumbuhan Ekonomi / Dynamic Effects and Economic Growth
Model keunggulan komparatif sederhana mengasumsikan bahwa perdagangan
tidak mengubah persediaan sumber daya suatu negara atau efisiensi penggunaan
sumber daya tersebut. Asumsi statis ini tidak memperhitungkan perubahan dinamis
yang mungkin dihasilkan dari perdagangan. Jika kita mengendurkan asumsi ini,
menjadi jelas bahwa membuka ekonomi untuk perdagangan kemungkinan akan
menghasilkan keuntungan dinamis dari dua jenis.11 Pertama, perdagangan bebas dapat
meningkatkan stok sumber daya suatu negara karena peningkatan pasokan tenaga kerja
dan modal dari luar negeri tersedia untuk digunakan dalam negeri. Misalnya, ini telah
terjadi di Eropa Timur sejak awal 1990-an, dengan banyak bisnis Barat
menginvestasikan modal yang signifikan di negara-negara bekas komunis.
Kedua, perdagangan bebas juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya suatu negara. Keuntungan dalam efisiensi pemanfaatan sumber daya dapat
muncul dari sejumlah faktor. Misalnya, ekonomi produksi skala besar mungkin tersedia
karena perdagangan memperluas ukuran total pasar yang tersedia untuk perusahaan
domestik. Perdagangan mungkin membuat teknologi yang lebih baik dari luar negeri
tersedia bagi perusahaan domestik; teknologi yang lebih baik dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja atau produktivitas lahan. (Apa yang disebut revolusi hijau
memiliki efek ini pada hasil pertanian di negara-negara berkembang.) Juga, membuka
ekonomi untuk persaingan asing dapat merangsang produsen dalam negeri untuk
mencari cara untuk meningkatkan efisiensi mereka. Sekali lagi, fenomena ini bisa
dibilang telah terjadi di pasar Eropa Timur yang dulu dilindungi, di mana banyak bekas
monopoli negara harus meningkatkan efisiensi operasi mereka untuk bertahan hidup di
pasar dunia yang kompetitif.
Keuntungan dinamis dalam stok sumber daya suatu negara dan efisiensi
penggunaan sumber daya akan menyebabkan PPF suatu negara bergeser ke luar. Hal
ini diilustrasikan pada Gambar 6.4, di mana pergeseran dari PPF1 ke PPF2 dihasilkan
dari keuntungan dinamis yang muncul dari perdagangan bebas. Sebagai konsekuensi
dari pergeseran ke luar ini, negara pada Gambar 6.4 dapat memproduksi lebih banyak
kedua barang tersebut daripada sebelum diperkenalkannya perdagangan bebas. Teori
tersebut menyarankan bahwa membuka ekonomi untuk perdagangan bebas tidak hanya
menghasilkan keuntungan statis dari jenis yang dibahas sebelumnya, tetapi juga
menghasilkan keuntungan dinamis yang merangsang pertumbuhan ekonomi. Jika
demikian, maka orang mungkin berpikir bahwa kasus perdagangan bebas menjadi lebih
kuat, dan secara umum memang demikian. Namun, seperti disebutkan di atas, dalam
artikel baru-baru ini, salah satu ahli teori ekonomi terkemuka abad kedua puluh, Paul
Samuelson, berpendapat bahwa dalam beberapa keadaan, keuntungan dinamis dapat
mengarah pada hasil yang tidak begitu bermanfaat.

Kritik Samuelson / The Samuelson Critique


Kritik Paul Samuelson melihat apa yang terjadi ketika negara kaya-Amerika
Serikat-memasuki perjanjian perdagangan bebas dengan negara miskin-China-yang
dengan cepat meningkatkan produktivitasnya setelah pengenalan rezim perdagangan
bebas (yaitu, ada keuntungan dinamis dalam efisiensi penggunaan sumber daya di
negara miskin). Model Samuelson menunjukkan bahwa dalam kasus seperti itu, harga
yang lebih rendah yang dibayar konsumen AS untuk barang-barang yang diimpor dari
China setelah pengenalan rezim perdagangan bebas mungkin tidak cukup untuk
menghasilkan keuntungan bersih bagi ekonomi AS jika efek dinamis dari perdagangan
bebas adalah untuk menurunkan tingkat upah riil di Amerika Serikat. Seperti yang dia
nyatakan dalam wawancara New York Times, "Mampu membeli bahan makanan 20
persen lebih murah di Wal-Mart (karena perdagangan internasional) tidak serta merta
menggantikan kerugian upah (di Amerika)."
Samuelson melanjutkan dengan mencatat bahwa dia sangat prihatin tentang
kemampuan untuk pekerjaan layanan lepas pantai yang secara tradisional tidak mobile
secara internasional, seperti debugging perangkat lunak, pekerjaan call center,
pekerjaan akuntansi, dan bahkan diagnosis medis dari pemindaian MRI (lihat Negara
yang menyertainya). Fokus untuk detail). Kemajuan terbaru dalam teknologi
komunikasi telah memungkinkan hal ini, secara efektif memperluas pasar tenaga kerja
untuk pekerjaan ini untuk memasukkan orang-orang berpendidikan di tempat-tempat
seperti India, Filipina, dan Cina. Ketika digabungkan dengan kemajuan pesat dalam
produktivitas tenaga kerja asing karena pendidikan yang lebih baik, efek pada upah
kelas menengah di Amerika Serikat, menurut Samuelson, mungkin mirip dengan
migrasi massal ke dalam negeri: Ini akan menurunkan upah kliring pasar tingkat,
mungkin cukup untuk melebihi manfaat positif dari perdagangan internasional.
Setelah mengatakan ini, perlu dicatat bahwa Samuelson mengakui bahwa
perdagangan bebas telah menguntungkan negara-negara kaya (seperti yang
dikonfirmasi oleh data yang dibahas di bawah). Selain itu, ia mencatat bahwa
memperkenalkan langkah-langkah proteksionis (misalnya, hambatan perdagangan)
untuk menjaga terhadap kemungkinan teoretis bahwa perdagangan bebas dapat
membahayakan Amerika Serikat di masa depan dapat menghasilkan situasi yang lebih
buruk daripada penyakit yang mereka coba cegah. Mengutip Samuelson: "Perdagangan
bebas mungkin secara pragmatis masih menjadi yang terbaik untuk setiap wilayah
dibandingkan dengan tarif dan kuota yang diinduksi oleh pelobi yang melibatkan
penyimpangan demokrasi dan kerugian distorsi bobot mati yang tidak halus."
Beberapa ekonom dengan cepat mengabaikan ketakutan Samuelson. Meskipun
tidak mempertanyakan analisisnya, mereka mencatat bahwa sebagai masalah praktis,
negara berkembang tidak mungkin dapat meningkatkan tingkat keterampilan tenaga
kerja mereka dengan cukup cepat untuk menimbulkan situasi dalam model Samuelson.
Dengan kata lain, mereka akan dengan cepat mengalami putaran yang semakin
berkurang. Mengutip salah satu bantahan tersebut: "Gagasan bahwa India dan Cina
akan dengan cepat mendidik 300 juta warganya untuk memperoleh keterampilan yang
canggih dan kompleks di perbatasan yang dipertaruhkan adalah menggelikan. Sektor
pendidikan di negara-negara ini menghadapi kesulitan yang sangat besar." Terlepas dari
bantahan tersebut , bagaimanapun, perawakan Samuelson sedemikian rupa sehingga
karyanya tidak diragukan lagi akan diperdebatkan untuk beberapa waktu mendatang.

Bukti Kaitan antara Perdagangan dan Pertumbuhan / Evidence for the Link between
Trade and Growth
Banyak studi ekonomi telah melihat hubungan antara perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi.17 Secara umum, studi ini menunjukkan bahwa, seperti yang
diprediksi oleh teori standar keunggulan komparatif, negara-negara yang mengadopsi
sikap yang lebih terbuka terhadap perdagangan internasional menikmati tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi daripada negara-negara yang menutup ekonomi mereka
untuk berdagang. Jeffrey Sachs dan Andrew Warner membuat ukuran seberapa
"terbuka" untuk perdagangan internasional suatu ekonomi dan kemudian melihat
hubungan antara "keterbukaan" dan pertumbuhan ekonomi untuk sampel lebih dari 100
negara dari tahun 1970 hingga 1990. Di antara temuan lainnya, mereka melaporkan:
Kami menemukan hubungan yang kuat antara keterbukaan dan pertumbuhan, baik
dalam kelompok negara berkembang maupun kelompok negara maju. Dalam kelompok
negara berkembang, ekonomi terbuka tumbuh 4,49 persen per tahun, dan ekonomi
tertutup tumbuh 0,69 persen per tahun. Dalam kelompok ekonomi maju, ekonomi
terbuka tumbuh 2,29 persen per tahun, dan ekonomi tertutup tumbuh 0, 74 persen per
tahun.
Pesan dari studi ini tampak jelas: Adopsi ekonomi terbuka dan rangkul
perdagangan bebas, dan negara Anda akan dihargai dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi. Pertumbuhan yang lebih tinggi akan meningkatkan tingkat
pendapatan dan standar hidup. Poin terakhir ini telah ditegaskan oleh sebuah penelitian
yang melihat hubungan antara perdagangan dan pertumbuhan pendapatan. Studi yang
dilakukan oleh Jeffrey Frankel dan David Romer menemukan bahwa rata-rata,
peningkatan satu poin persentase dalam rasio perdagangan suatu negara terhadap
produk domestik brutonya meningkatkan pendapatan per orang setidaknya setengah
persen.2 1 Untuk setiap 10 persen peningkatan pentingnya perdagangan internasional
dalam perekonomian, tingkat pendapatan rata-rata akan naik setidaknya 5 persen.
Terlepas dari biaya penyesuaian jangka pendek yang terkait dengan penerapan rezim
perdagangan bebas, perdagangan tampaknya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang lebih besar dan standar hidup yang lebih tinggi dalam jangka panjang, seperti yang
diharapkan oleh teori Ricardo.

Heckscher-Ohlin Theory (Teori Heckscher-Ohlin)

Ekonom Swedia Eli Heckscher (tahun 1919) dan Bertil Ohlin (tahun 1933)
mengajukan penjelasan tentang keunggulan komparatif. Mereka berargumen bahwa
keunggulan komparatif muncul dari perbedaan faktor bawaan nasional. Yang dimaksud
dengan pemberian faktor adalah sejauh mana suatu negara diberkahi dengan sumber
daya seperti tanah, tenaga kerja, dan modal. Bangsa-bangsa memiliki faktor anugerah
yang berbeda-beda, dan faktor anugerah yang berbeda menjelaskan perbedaan dalam
biaya faktor; khususnya, semakin banyak suatu faktor, semakin rendah biayanya.
Dengan demikian, teori Heckscher-Ohlin mencoba menjelaskan pola perdagangan
internasional yang kita mengamati dalam perekonomian dunia. Seperti teori Ricardo,
teori Heckscher-Ohlin berpendapat bahwa perdagangan bebas itu menguntungkan.
Namun, tidak seperti teori Ricardo, teori Heckscher-Ohlin berpendapat bahwa pola
perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan faktor anugerah, bukan
perbedaan produktivitas.

Teori Heckscher-Ohlin memiliki daya tarik yang masuk akal. Misalnya,


Amerika Serikat telah lama menjadi pengekspor barang-barang pertanian yang
substansial, yang sebagian mencerminkan kelimpahan tanah subur yang tidak biasa.
Sebaliknya, Cina unggul dalam ekspor barang diproduksi di industri manufaktur padat
karya, seperti tekstil dan alas kaki. Ini mencerminkan kelimpahan relatif tenaga kerja
murah di China. Amerika Serikat, yang kekurangan tenaga kerja murah yang melimpah,
telah menjadi importir utama barang-barang ini. Perhatikan bahwa itu adalah anugerah
yang relatif, bukan absolut, yang penting; suatu negara mungkin memiliki jumlah tanah
dan tenaga kerja absolut yang lebih besar daripada negara lain, tetapi relatif berlimpah
di salah satunya.

THE LEONTIEF PARADOX (PARADOKS LEONTIEF)

Teori Heckscher-Ohlin telah menjadi salah satu ide teoretis yang paling
berpengaruh dalam ekonomi internasional. Sebagian besar ekonom lebih menyukai
teori Heckscher-Ohlin daripada teori Ricardo karena teori tersebut membuat asumsi
penyederhanaan yang lebih sedikit. Karena pengaruhnya, teori tersebut telah
mengalami banyak uji empiris. Dimulai dengan penelitian terkenal yang diterbitkan
pada tahun 1953 oleh Wassily Leontief (pemenang Hadiah Nobel dalam bidang
ekonomi pada tahun 1973), banyak dari tes ini telah menimbulkan pertanyaan tentang
validitas teori Heckscher-Ohlin. Menggunakan teori Heckscher-Ohlin, Leontief
mendalilkan bahwa karena Amerika Serikat relatif berlimpah modal dibandingkan
dengan negara lain, Amerika Serikat akan menjadi pengekspor barang padat modal dan
pengimpor barang padat karya. Namun, yang mengejutkannya, ia menemukan bahwa
ekspor AS kurang padat modal dibandingkan impor AS. Karena hasil ini berbeda
dengan prediksi teori, hal itu dikenal sebagai paradoks Leontief.

Tidak ada yang yakin mengapa kita mengamati paradoks Leontief. Salah satu
penjelasan yang mungkin adalah bahwa Amerika Serikat memiliki keunggulan khusus
dalam menghasilkan produk atau barang baru yang dibuat dengan teknologi inovatif.
Produk semacam itu mungkin kurang padat modal dibandingkan produk yang
teknologinya telah matang dan cocok untuk produksi massal. Dengan demikian,
Amerika Serikat mungkin mengekspor barang-barang yang banyak menggunakan
tenaga kerja terampil dan kewirausahaan inovatif, seperti perangkat lunak komputer,
sementara mengimpor produk manufaktur berat yang menggunakan modal dalam
jumlah besar. Beberapa studi empiris cenderung mengkonfirmasi hal ini. Namun,
pengujian teori Heckscher-Ohlin menggunakan data untuk sejumlah besar negara
cenderung mengkonfirmasi keberadaan paradoks Leontief.
Hal ini membuat para ekonom menghadapi dilema yang sulit. Mereka lebih
menyukai teori Heckscher-Ohlin atas dasar teori, tetapi teori ini relatif buruk dalam
memprediksi pola perdagangan internasional dunia nyata. Di sisi lain, teori yang
mereka anggap terlalu terbatas, teori keunggulan komparatif Ricardo, sebenarnya
memprediksi pola perdagangan dengan lebih akurat. Solusi terbaik untuk dilema ini
mungkin kembali ke Ricardian gagasan bahwa pola perdagangan sebagian besar
didorong oleh perbedaan internasional dalam produktivitas. Jadi, dapat dikatakan
bahwa Amerika Serikat mengekspor pesawat komersial dan mengimpor tekstil bukan
karena faktor pendukungnya sangat cocok untuk pembuatan pesawat terbang dan tidak
cocok untuk pembuatan tekstil, tetapi karena Amerika Serikat relatif lebih efisien dalam
memproduksi pesawat terbang daripada tekstil. Asumsi kunci dalam teori Heckscher-
Ohlin adalah bahwa teknologi adalah sama di berbagai negara. Mungkin bukan ini
masalahnya. Perbedaan teknologi dapat menyebabkan perbedaan produktivitas, yang
pada gilirannya mendorong pola perdagangan internasional. Dengan demikian,
keberhasilan Jepang dalam mengekspor mobil dari tahun 1970-an dan seterusnya tidak
hanya didasarkan pada kelimpahan relatif modal, tetapi juga pada pengembangan
teknologi manufaktur inovatif yang memungkinkannya mencapai tingkat produktivitas
yang lebih tinggi dalam produksi mobil daripada negara-negara lain yang juga memiliki
produksi mobil yang melimpah. modal. Pekerjaan empiris yang lebih baru
menunjukkan bahwa penjelasan teoretis ini mungkin benar. Penelitian baru
menunjukkan bahwa begitu perbedaan teknologi antar negara dikendalikan, negara
memang mengekspor barang-barang yang membuat intensif menggunakan faktor-
faktor yang melimpah secara lokal, sedangkan mengimpor barang-barang yang secara
intensif menggunakan faktor-faktor yang langka secara lokal. Dengan kata lain, begitu
dampak perbedaan teknologi pada produktivitas dikendalikan, teori Heckscher-Ohlin
tampaknya memperoleh kekuatan prediktif.

The Product Life-Cycle Theory (Teori Siklus Hidup Produk)

Raymond Vernon awalnya mengusulkan teori siklus hidup produk pada


pertengahan 1960-an. Teori Vernon didasarkan pada pengamatan bahwa untuk
sebagian besar abad kedua puluh sebagian besar produk baru dunia telah dikembangkan
oleh perusahaan AS dan dijual pertama di pasar AS (misalnya, mobil yang diproduksi
secara massal, televisi, kamera instan, mesin fotokopi , komputer pribadi, dan chip
semikonduktor). Untuk menjelaskan hal ini, Vernon berpendapat bahwa kekayaan dan
ukuran pasar AS memberi perusahaan AS kekuatan yang kuat insentif untuk
mengembangkan produk konsumen baru. Selain itu, tingginya biaya tenaga kerja AS
memberi perusahaan AS insentif untuk mengembangkan inovasi proses penghematan
biaya.

Hanya karena produk baru dikembangkan oleh perusahaan AS dan pertama kali
dijual di pasar AS, tidak berarti bahwa produk tersebut harus diproduksi di Amerika
Serikat. Itu bisa diproduksi di luar negeri di beberapa lokasi berbiaya rendah dan
kemudian diekspor kembali ke Amerika Serikat. Namun, Vernon berpendapat bahwa
sebagian besar produk baru awalnya diproduksi di Amerika. Rupanya, perusahaan
perintis percaya bahwa lebih baik menjaga fasilitas produksi tetap dekat dengan pasar
dan pusat pengambilan keputusan perusahaan, mengingat ketidakpastian dan risiko
yang melekat dalam memperkenalkan produk baru. Juga, permintaan untuk sebagian
besar produk baru cenderung didasarkan pada faktor nonharga. Akibatnya, perusahaan
dapat membebankan harga yang relatif tinggi untuk produk baru, yang meniadakan
kebutuhan untuk mencari lokasi produksi berbiaya rendah di negara lain.

Vernon melanjutkan dengan berargumen bahwa di awal siklus hidup produk


baru yang khas, sementara permintaan mulai tumbuh pesat di Amerika Serikat,
permintaan di negara maju lainnya terbatas pada kelompok berpenghasilan tinggi.
Permintaan awal yang terbatas di negara-negara maju lainnya tidak membuat
perusahaan-perusahaan di negara-negara tersebut layak untuk mulai memproduksi
produk baru, tetapi hal itu mengharuskan beberapa ekspor dari Amerika Serikat ke
negara-negara tersebut.

Seiring waktu, permintaan untuk produk baru mulai tumbuh di negara maju
lainnya (misalnya, Inggris Raya, Prancis, Jerman, dan Jepang). Karena itu, menjadi
bermanfaat bagi produsen asing untuk mulai memproduksi untuk pasar dalam negeri
mereka. Selain itu, perusahaan AS mungkin mendirikan fasilitas produksi di negara-
negara maju di mana permintaan tumbuh. Akibatnya, produksi di negara maju lainnya
mulai membatasi potensi untuk ekspor dari Amerika Serikat.

Seiring dengan semakin matangnya pasar di Amerika Serikat dan negara maju
lainnya, produk menjadi lebih terstandarisasi, dan harga menjadi senjata utama
persaingan. Seperti ini terjadi, pertimbangan biaya mulai memainkan peran yang lebih
besar dalam proses persaingan. Produsen yang berbasis di negara maju di mana biaya
tenaga kerja lebih rendah daripada di Amerika Serikat (misalnya, Italia, Spanyol)
sekarang mungkin dapat mengekspor ke Amerika Serikat. Jika tekanan biaya menjadi
kuat, prosesnya mungkin tidak berhenti di situ. Siklus di mana Amerika Serikat
kehilangan keunggulannya dari negara-negara maju lainnya dapat terulang sekali lagi,
karena negara-negara berkembang (misalnya, Thailand) mulai memperoleh keunggulan
produksi atas negara-negara maju. Dengan demikian, fokus produksi global pada
awalnya beralih dari Amerika Serikat ke negara-negara maju lainnya dan kemudian dari
negara-negara tersebut ke negara-negara berkembang.

EVALUATING THE PRODUCT LIFE-CYCLE THEORY (MENGEVALUASI TEORI


SIKLUS HIDUP PRODUK)

Secara historis, teori siklus hidup produk tampaknya menjadi penjelasan yang
akurat tentang pola perdagangan internasional. Pertimbangkan mesin fotokopi; produk
ini pertama kali dikembangkan pada awal 1960-an oleh Xerox di Amerika Serikat dan
awalnya dijual kepada pengguna A.S. Awalnya Xerox mengekspor mesin fotokopi dari
Amerika Serikat, terutama ke Jepang dan negara-negara maju di Eropa Barat. Ketika
permintaan mulai tumbuh di negara-negara tersebut, Xerox mengadakan usaha
patungan untuk mengatur produksi di Jepang (Fuji-Xerox) dan Inggris Raya (Rank-
Xerox). Selain itu, setelah Xerox mematenkan proses mesin fotokopi kadaluarsa,
pesaing asing lainnya mulai memasuki pasar (misalnya, Canon di Jepang, Olivetti di
Italia). Akibatnya, ekspor dari Amerika Serikat menurun, dan A.S. pengguna mulai
membeli beberapa mesin fotokopi mereka dari sumber luar negeri yang lebih murah,
khususnya Jepang. Baru-baru ini, perusahaan Jepang menemukan bahwa biaya
produksi di negara mereka sendiri terlalu tinggi, sehingga mereka mulai mengalihkan
produksi ke negara berkembang seperti Singapura dan Thailand. Dengan demikian,
pada awalnya Amerika Serikat dan sekarang negara-negara maju lainnya (misalnya,
Jepang dan Inggris Raya) telah beralih dari pengekspor mesin fotokopi menjadi
pengimpor. Evolusi dalam pola perdagangan internasional mesin fotokopi ini konsisten
dengan prediksi teori siklus hidup produk bahwa industri yang matang cenderung
keluar dari Amerika Serikat dan masuk ke lokasi perakitan berbiaya rendah.

Namun, teori siklus hidup produk bukannya tanpa kelemahan. Dilihat dari
perspektif Asia atau Eropa, argumen Vernon bahwa sebagian besar produk baru
dikembangkan dan diperkenalkan di Amerika Serikat tampaknya etnosentris dan
semakin ketinggalan zaman. Meskipun mungkin benar bahwa selama dominasi AS
dalam ekonomi global (dari 1945 hingga 1975), sebagian besar produk baru
diperkenalkan di Amerika Serikat, selalu ada pengecualian penting. Pengecualian ini
tampaknya menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir. Banyak produk baru
sekarang pertama kali diperkenalkan di Jepang (misalnya, konsol videogame) atau
Eropa (telepon nirkabel baru). Selain itu, dengan meningkatnya globalisasi dan
integrasi ekonomi dunia yang dibahas dalam Bab 1, semakin banyak produk baru
(misalnya, komputer laptop, compact disk, dan kamera digital) sekarang diperkenalkan
secara bersamaan di Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara maju. negara-negara
Eropa. Ini mungkin disertai dengan produksi yang tersebar secara global, dengan
komponen-komponen tertentu dari produk baru yang diproduksi di lokasi-lokasi di
seluruh dunia di mana campuran faktor biaya dan keterampilan yang paling
menguntungkan (seperti yang diprediksi oleh teori keunggulan komparatif).
Singkatnya, meskipun teori Vernon mungkin berguna untuk menjelaskan pola
perdagangan internasional selama periode dominasi global Amerika, relevansinya di
dunia modern tampaknya lebih terbatas.

New Trade Theory (Teori Perdagangan Baru)

Teori perdagangan baru mulai muncul pada tahun 1970-an ketika sejumlah
ekonom menunjuk bahwa kemampuan perusahaan untuk mencapai skala ekonomi
mungkin memiliki implikasi penting untuk perdagangan internasional. Skala ekonomi
adalah pengurangan biaya per unit yang terkait dengan skala besar keluaran. Skala
ekonomi memiliki sejumlah sumber, termasuk kemampuan untuk menyebarkan biaya
tetap pada volume yang besar, dan kemampuan produsen volume besar untuk
memanfaatkan karyawan dan peralatan khusus yang lebih produktif daripada karyawan
dan peralatan yang kurang terspesialisasi. Skala ekonomi merupakan sumber utama
pengurangan biaya di banyak industri, mulai dari perangkat lunak komputer hingga
mobil, dan dari obat-obatan hingga kedirgantaraan.

Misalnya, Microsoft mewujudkan skala ekonomi dengan menyebarkan biaya


tetap untuk mengembangkan versi baru sistem operasi Windows-nya, yang mencapai
sekitar $5 miliar, lebih dari 250 juta atau lebih komputer pribadi di mana setiap sistem
baru akhirnya diinstal. Demikian pula, perusahaan mobil mewujudkan skala ekonomi
dengan memproduksi mobil dalam jumlah besar dari jalur perakitan di mana setiap
karyawan memiliki tugas khusus.

Teori perdagangan baru membuat dua poin penting: Pertama, melalui


dampaknya terhadap skala ekonomi, perdagangan dapat meningkatkan variasi barang
yang tersedia bagi konsumen dan mengurangi biaya rata-rata barang tersebut. Kedua,
dalam industri-industri tersebut ketika output yang dibutuhkan untuk mencapai skala
ekonomi mewakili proporsi yang signifikan dari total permintaan dunia, pasar global
mungkin hanya dapat mendukung sejumlah kecil perusahaan. Dengan demikian,
perdagangan dunia dalam produk tertentu dapat didominasi oleh negara-negara yang
perusahaannya merupakan penggerak pertama dalam produksinya.
INCREASING PRODUCT VARIETY AND REDUCING COSTS (MENINGKATKAN
VARIETAS PRODUK DAN MENGURANGI BIAYA)

Bayangkan dulu sebuah dunia tanpa perdagangan. Dalam industri di mana skala
ekonomi penting, baik variasi barang yang dapat diproduksi oleh suatu negara maupun
skala produksi dibatasi oleh ukuran pasar. Jika pasar nasional kecil, mungkin tidak ada
cukup permintaan untuk memungkinkan produsen mewujudkan skala ekonomi untuk
produk tertentu. Dengan demikian, produk tersebut mungkin tidak diproduksi, sehingga
membatasi variasi produk yang tersedia bagi konsumen. Sebagai alternatif, mereka
dapat diproduksi, tetapi pada volume yang rendah sehingga biaya per unit dan harga
jauh lebih tinggi daripada jika skala ekonomi dapat direalisasikan.

Sekarang perhatikan apa yang terjadi ketika negara-negara berdagang satu sama
lain. Pasar nasional individu digabungkan menjadi pasar dunia yang lebih besar.
Karena ukuran pasar berkembang karena perdagangan, masing-masing perusahaan
mungkin dapat mencapai skala ekonomi dengan lebih baik. Implikasinya, menurut
teori perdagangan baru, adalah bahwa setiap negara mungkin dapat berspesialisasi
dalam memproduksi rentang produk yang lebih sempit daripada jika tidak ada
perdagangan, namun dengan membeli barang yang tidak dibuatnya dari negara lain,
setiap negara dapat secara bersamaan meningkatkan variasi barang yang tersedia bagi
konsumennya dan menurunkan biaya barang-barang tersebut sehingga perdagangan
menawarkan kesempatan untuk saling menguntungkan bahkan ketika negara-negara
tidak berbeda dalam hal sumber daya atau teknologi mereka. Misalkan ada dua negara,
masing-masing dengan pasar tahunan untuk 1 juta mobil. Dengan berdagang satu sama
lain, negara-negara ini dapat menciptakan pasar gabungan untuk 2 juta mobil. Di pasar
gabungan ini, karena kemampuan untuk mewujudkan skala ekonomi dengan lebih baik,
lebih banyak jenis (model) mobil dapat diproduksi, dan mobil dapat diproduksi dengan
biaya rata-rata yang lebih rendah, daripada di kedua pasar itu sendiri. Misalnya,
permintaan mobil sport mungkin dibatasi hingga 55.000 unit di setiap pasar nasional,
sementara total output setidaknya 100.000 per tahun mungkin diperlukan untuk
mewujudkan skala ekonomi yang signifikan. Demikian pula, permintaan minivan
mungkin 80.000 unit di setiap pasar nasional, dan sekali lagi total output setidaknya
100.000 per tahun mungkin diperlukan untuk mewujudkan skala ekonomi yang
signifikan. Dihadapkan dengan permintaan pasar domestik yang terbatas, perusahaan
di setiap negara dapat memutuskan untuk tidak memproduksi mobil sport, karena biaya
untuk melakukannya pada volume yang rendah terlalu besar. Meskipun mereka dapat
memproduksi minivan, biaya untuk melakukannya akan lebih tinggi, demikian juga
harga, dibandingkan jika skala ekonomi yang signifikan telah dicapai. Namun, begitu
kedua negara memutuskan untuk berdagang, sebuah perusahaan di satu negara mungkin
mengkhususkan diri dalam memproduksi mobil sport, sementara sebuah perusahaan di
negara lain dapat memproduksi minivan. Permintaan gabungan untuk 110.000 mobil
sport dan 160.000 minivan memungkinkan setiap perusahaan mewujudkan skala
ekonomi. Konsumen dalam hal ini diuntungkan karena memiliki akses ke produk
(mobil sport) yang tidak tersedia sebelum perdagangan internasional dan dari harga
yang lebih rendah untuk produk (minivan) yang tidak dapat diproduksi pada skala yang
paling efisien sebelum perdagangan internasional. Dengan demikian, perdagangan
saling menguntungkan karena memungkinkan terjadinya spesialisasi produksi, realisasi
skala ekonomi, produksi berbagai produk yang lebih banyak, dan harga yang lebih
rendah.
ECONOMIES OF SCALE, FIRST-MOVER ADVANTAGES, AND THE PATTERN OF
TRADE (SKALA EKONOMI, KEUNTUNGAN PENGGERAK PERTAMA, DAN
POLA PERDAGANGAN)

Tema kedua dalam teori perdagangan baru adalah bahwa pola perdagangan
yang kita amati di dunia ekonomi mungkin merupakan hasil dari skala ekonomi dan
keuntungan penggerak pertama. Keuntungan penggerak pertama adalah keuntungan
ekonomi dan strategis yang diperoleh oleh pendatang awal ke dalam suatu industri.
Kemampuan untuk menangkap skala ekonomi di depan pendatang baru, dan dengan
demikian mendapat manfaat dari struktur biaya yang lebih rendah, merupakan
keuntungan penggerak pertama yang penting. Teori perdagangan baru berpendapat
bahwa untuk produk-produk di mana skala ekonomi signifikan dan mewakili sebagian
besar permintaan dunia, penggerak pertama dalam suatu industri dapat memperoleh
keunggulan biaya berbasis skala yang hampir tidak mungkin ditandingi oleh pendatang
baru. Dengan demikian, pola perdagangan yang kami amati untuk produk tersebut
dapat mencerminkan keuntungan penggerak pertama. Negara-negara dapat
mendominasi dalam ekspor barang-barang tertentu karena skala ekonomi penting
dalam produksi mereka, dan karena perusahaan-perusahaan yang berlokasi di negara-
negara tersebut adalah yang pertama menangkap skala ekonomi, memberi mereka
keuntungan penggerak pertama.

Misalnya, pertimbangkan industri kedirgantaraan komersial. Di kedirgantaraan


ada skala ekonomi substansial yang berasal dari kemampuan untuk menyebarkan biaya
tetap pengembangan pesawat jet baru melalui sejumlah besar penjualan. Airbus
lndustrie menelan biaya sekitar $15 miliar untuk mengembangkan jet super jumbo
barunya, A380 550 kursi. Untuk menutup biaya tersebut dan mencapai titik impas,
Airbus harus menjual setidaknya 250 pesawat A380. Jika Airbus dapat menjual lebih
dari 350 pesawat A380, itu tampaknya akan menjadi usaha yang menguntungkan. Total
permintaan selama 20 tahun ke depan untuk kelas pesawat ini diperkirakan antara 400
dan 600 unit. Dengan demikian, pasar global mungkin hanya dapat mendukung satu
produsen pesawat jet dalam kategori super jumbo secara menguntungkan. Oleh karena
itu, Uni Eropa mungkin akan mendominasi dalam ekspor pesawat jet yang sangat besar,
terutama karena perusahaan yang berbasis di Eropa, Airbus, adalah yang pertama
memproduksi pesawat jet super jumbo dan mewujudkan skala ekonomi. Potensi
lainnya produsen, seperti Boeing, mungkin akan ditutup dari pasar karena mereka akan
kekurangan skala ekonomi yang akan dinikmati Airbus. Dengan mempelopori kategori
pasar ini, Airbus mungkin telah memperoleh keuntungan penggerak pertama
berdasarkan skala ekonomi yang akan sulit ditandingi oleh para pesaingnya, dan itu
akan membuat Uni Eropa menjadi pengekspor utama. pesawat jet yang sangat besar.
(Boeing tidak percaya pasar akan cukup besar bahkan untuk mendukung satu produsen
secara menguntungkan, oleh karena itu keputusannya untuk tidak membangun pesawat
serupa, dan sebaliknya fokus pada 787 yang super efisien.)

IMPLICATIONS OF NEW TRADE THEORY (IMPLIKASI TEORI PERDAGANGAN


BARU)

Teori perdagangan baru memiliki implikasi penting. Teori ini menunjukkan


bahwa negara-negara dapat memperoleh manfaat dari perdagangan bahkan ketika
mereka tidak berbeda dalam hal sumber daya atau teknologi. Perdagangan
memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam produksi produk tertentu,
mencapai skala ekonomi dan menurunkan biaya produksi produk tersebut, sambil
membeli produk yang tidak diproduksi dari negara lain yang mengkhususkan diri dalam
produksi produk lain. Dengan mekanisme ini, variasi produk yang tersedia bagi
konsumen di setiap negara meningkat, sementara biaya rata-rata produk tersebut harus
turun, sebagaimana seharusnya harganya, membebaskan sumber daya untuk
memproduksi barang dan jasa lain.

Teori ini juga menunjukkan bahwa suatu negara dapat mendominasi ekspor
suatu barang hanya karena cukup beruntung memiliki satu atau lebih perusahaan di
antara yang pertama memproduksi barang tersebut. Karena mereka mampu
memperoleh skala ekonomi, penggerak pertama dalam suatu industri mungkin
mendapatkan kunci di pasar dunia yang menghambat masuknya berikutnya.
Kemampuan penggerak pertama untuk mendapatkan keuntungan dari peningkatan
pengembalian menciptakan penghalang untuk masuk. Dalam industri pesawat
komersial, fakta bahwa Boeing dan Airbus sudah berada di industri dan memiliki
keuntungan skala ekonomi menghambat masuknya pendatang baru dan memperkuat
dominasi Amerika dan Eropa dalam perdagangan pesawat jet menengah dan besar.
Dominasi ini adalah diperkuat lebih lanjut karena permintaan global mungkin tidak
cukup untuk mendukung secara menguntungkan produsen lain dari pesawat jet
menengah dan besar di industri. Jadi meskipun bahasa Jepang perusahaan mungkin
dapat bersaing di pasar, mereka telah memutuskan untuk tidak memasuki industri tetapi
bersekutu sebagai subkontraktor utama dengan produsen utama (misalnya, Mitsubishi
Heavy Industries adalah subkontraktor utama untuk Boeing pada program 777 dan
787).

Teori perdagangan baru berbeda dengan teori Heckscher-Ohlin, yang


menyatakan bahwa suatu negara akan mendominasi ekspor suatu produk ketika produk
tersebut diberkahi dengan baik. dengan faktor-faktor yang digunakan secara intensif
dalam pembuatannya. Ahli teori perdagangan baru berpendapat bahwa Amerika
Serikat adalah pengekspor utama pesawat jet komersial bukan karena lebih baik
diberkahi dengan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk memproduksi pesawat,
tetapi karena salah satu penggerak pertama dalam industri, Boeing, adalah perusahaan
AS. Teori perdagangan baru tidak berbeda dengan teori keunggulan komparatif. Skala
ekonomi meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, teori perdagangan baru
mengidentifikasi sumber penting keunggulan komparatif.

Teori ini cukup berguna dalam menjelaskan pola perdagangan. Studi empiris
tampaknya mendukung prediksi teori bahwa perdagangan meningkatkan spesialisasi
produksi dalam suatu industri, meningkatkan variasi produk yang tersedia bagi
konsumen, dan menghasilkan harga rata-rata yang lebih rendah. Berkenaan dengan
keuntungan penggerak pertama dan perdagangan internasional, sebuah studi oleh
sejarawan bisnis Harvard Alfred Chandler menunjukkan adanya keunggulan penggerak
pertama merupakan faktor penting dalam menjelaskan dominasi perusahaan dari
negara-negara tertentu dalam industri tertentu. Jumlah perusahaan sangat terbatas di
banyak industri global, termasuk industri kimia, industri peralatan konstruksi berat,
industri truk berat, industri ban, industri elektronik konsumen, industri mesin jet, dan
industri perangkat lunak komputer.
National Competitive Advantage: Porter's Diamond / Keunggulan Kompetitif Nasional:
Porter's Diamond

Pada tahun 1990 Michael Porter dari Harvard Business School menerbitkan
hasil penelitian intensif yang mencoba untuk menentukan mengapa beberapa negara
berhasil dan yang lain gagal dalam persaingan internasional. Porter dan timnya
mengamati 100 industri di 10 negara. Seperti karya para ahli teori perdagangan baru,
karya Porter didorong oleh keyakinan bahwa teori perdagangan internasional yang ada
hanya menceritakan sebagian dari cerita. Bagi Porter, tugas penting adalah menjelaskan
mengapa suatu negara mencapai kesuksesan internasional dalam industri tertentu.
Mengapa Jepang sangat baik dalam industri otomotif? Mengapa Swiss unggul dalam
produksi dan ekspor instrumen presisi dan obat-obatan? Mengapa Jerman dan Amerika
Serikat berhasil dengan baik dalam industri kimia? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak
dapat dijawab dengan mudah oleh teori Heckscher-Ohlin, dan teori keunggulan
komparatif hanya menawarkan sebagian penjelasan. Teori keunggulan komparatif akan
mengatakan bahwa Swiss unggul dalam produksi dan ekspor instrumen presisi karena
menggunakan sumber dayanya dengan sangat produktif di industri ini. Meskipun ini
mungkin benar, ini tidak menjelaskan mengapa Swiss lebih produktif dalam industri ini
daripada Inggris Raya, Jerman, atau Spanyol. Porter mencoba memecahkan teka-teki
ini. Porter berteori bahwa empat atribut yang luas dari suatu negara membentuk
lingkungan di mana perusahaan lokal bersaing, dan atribut ini mendorong atau
menghambat penciptaan keunggulan kompetitif. Atribut ini adalah

• Factor endowments / Faktor anugerah - posisi suatu negara dalam faktor-faktor


produksi seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur yang diperlukan untuk
bersaing dalam industri tertentu.
• Demand conditions / Kondisi permintaan — sifat permintaan dalam negeri untuk
produk atau jasa industri.
• Relating and supporting industries / Industri terkait dan pendukung - ada tidaknya
industri pemasok dan industri terkait yang berdaya saing internasional.
• Firm strategy, structure, and rivalry / Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan
kondisi yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola serta
sifat persaingan domestik.

Porter berbicara tentang empat atribut ini sebagai berlian. Dia berpendapat
bahwa perusahaan paling mungkin berhasil dalam industri atau segmen industri di mana
berlian paling disukai. Dia juga berpendapat bahwa berlian adalah sistem yang saling
memperkuat. Efek dari satu atribut bergantung pada keadaan yang lain. Misalnya,
Porter berpendapat bahwa kondisi permintaan yang menguntungkan tidak akan
menghasilkan keunggulan kompetitif kecuali keadaan persaingan cukup untuk
menyebabkan perusahaan meresponsnya.

Porter menyatakan bahwa dua variabel tambahan dapat mempengaruhi berlian


nasional dengan cara yang penting: kesempatan dan pemerintahan. Peristiwa kebetulan,
seperti inovasi besar, dapat membentuk kembali struktur industri dan memberikan
kesempatan bagi perusahaan suatu negara untuk menggantikan perusahaan negara lain.
Pemerintah, dengan pilihan kebijakannya, dapat mengurangi atau meningkatkan
keuntungan nasional. Misalnya, regulasi dapat mengubah kondisi permintaan dalam
negeri, kebijakan antimonopoli dapat memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu
industri, dan investasi pemerintah dalam pendidikan dapat mengubah faktor
pendukung.

FACTOR ENDOWMENTS / FAKTOR BERKELANJUTAN

Faktor Endowments terletak di pusat teori Heckscher-Ohlin. Sementara Porter


tidak mengusulkan sesuatu yang baru secara radikal, ia menganalisis karakteristik
faktor-faktor produksi. Dia mengenali hierarki di antara faktor-faktor, membedakan
antara faktor-faktor dasar (misalnya, sumber daya alam, iklim, lokasi, dan demografi)
dan faktor-faktor lanjutan (misalnya, infrastruktur komunikasi, tenaga kerja yang
canggih dan terampil, fasilitas penelitian, dan pengetahuan teknologi). Dia berpendapat
bahwa faktor-faktor lanjutan adalah yang paling signifikan untuk keunggulan
kompetitif. Berbeda dengan faktor dasar yang diberkahi secara alami, faktor lanjutan
adalah produk investasi oleh individu, perusahaan, dan pemerintah. Dengan demikian,
investasi pemerintah dalam pendidikan dasar dan tinggi, dengan meningkatkan
keterampilan umum dan tingkat pengetahuan penduduk dan dengan merangsang
penelitian lanjutan di lembaga pendidikan tinggi, dapat meningkatkan faktor-faktor
maju suatu bangsa.

Hubungan antara faktor lanjutan dan dasar sangat kompleks. Faktor-faktor dasar
dapat memberikan keuntungan awal yang kemudian diperkuat dan diperluas dengan
investasi pada faktor-faktor lanjutan. Sebaliknya, kelemahan pada faktor dasar dapat
menciptakan tekanan untuk berinvestasi pada faktor lanjutan. Contoh nyata dari
fenomena ini adalah Jepang, sebuah negara yang tidak memiliki lahan subur dan deposit
mineral, namun melalui investasi telah membangun sumbangan besar dari faktor-faktor
maju. Porter mencatat bahwa kumpulan besar insinyur Jepang (mencerminkan jumlah
lulusan teknik per kapita yang jauh lebih tinggi daripada hampir semua negara lain)
sangat penting bagi keberhasilan Jepang di banyak industri manufaktur.

DEMAND CONDITIONS / KONDISI PERMINTAAN

Porter menekankan peran permintaan dalam negeri dalam meningkatkan


keunggulan kompetitif. Perusahaan biasanya paling sensitif terhadap kebutuhan
pelanggan terdekat mereka. Dengan demikian, karakteristik permintaan dalam negeri
sangat penting dalam membentuk atribut produk buatan dalam negeri dan dalam
menciptakan tekanan untuk inovasi dan kualitas. Porter berpendapat bahwa perusahaan
suatu negara memperoleh keunggulan kompetitif jika konsumen domestik mereka
canggih dan menuntut. Konsumen seperti itu menekan perusahaan lokal untuk
memenuhi standar kualitas produk yang tinggi dan untuk menghasilkan produk yang
inovatif. Porter mencatat bahwa pembeli kamera Jepang yang canggih dan
berpengetahuan luas membantu merangsang industri kamera Jepang untuk
meningkatkan kualitas produk dan memperkenalkan model-model inovatif. Contoh
serupa dapat ditemukan di industri peralatan telepon nirkabel, di mana pelanggan lokal
yang canggih dan menuntut di Skandinavia membantu mendorong Nokia dari Finlandia
dan Ericsson dari Swedia untuk berinvestasi dalam teknologi telepon seluler jauh
sebelum permintaan telepon seluler meningkat di negara maju lainnya. Kasus Nokia
diulas lebih mendalam dalam Fokus Manajemen yang menyertainya.
RELATED AND SUPPORTING INDUSTRIES / INDUSTRI TERKAIT DAN
PENDUKUNG

Atribut luas ketiga keunggulan nasional dalam suatu industri adalah adanya
pemasok atau industri terkait yang berdaya saing internasional. Manfaat investasi pada
faktor produksi lanjutan oleh industri terkait dan pendukungnya dapat meluas ke suatu
industri, sehingga membantunya mencapai posisi kompetitif yang kuat secara
internasional. Kekuatan Swedia dalam produk baja fabrikasi (misalnya, bantalan bola
dan alat pemotong) telah memanfaatkan kekuatan di industri baja khusus Swedia.
Kepemimpinan teknologi dalam industri semikonduktor A.S. memberikan dasar bagi
kesuksesan A.S. dalam komputer pribadi dan beberapa produk elektronik canggih
lainnya. Demikian pula, keberhasilan Swiss di bidang farmasi terkait erat dengan
keberhasilan internasional sebelumnya dalam industri pewarna terkait teknologi.

Salah satu konsekuensi dari proses ini adalah bahwa industri yang sukses dalam
suatu negara cenderung dikelompokkan ke dalam klaster industri terkait. Ini adalah
salah satu temuan yang paling meresap dari studi Porter. Salah satu klaster yang
diidentifikasi Porter adalah di sektor tekstil dan pakaian jadi Jerman, yang mencakup
kapas berkualitas tinggi, wol, serat sintetis, jarum mesin jahit, dan berbagai macam
mesin tekstil. Cluster tersebut penting, karena pengetahuan yang berharga dapat
mengalir antara perusahaan dalam cluster geografis, menguntungkan semua dalam
cluster itu. Aliran pengetahuan terjadi ketika karyawan berpindah antar perusahaan
dalam suatu wilayah dan ketika asosiasi industri nasional menyatukan karyawan dari
perusahaan yang berbeda untuk konferensi atau lokakarya reguler.

FIRM STRATEGY, STRUCTURE, AND RIVALRY / STRATEGI, STRUKTUR, DAN


RIVALRY YANG PERUSAHAAN

Atribut luas keempat keunggulan kompetitif nasional dalam model Porter


adalah strategi, struktur, dan persaingan perusahaan dalam suatu negara. Porter
membuat dua poin penting di sini. Pertama, negara yang berbeda dicirikan oleh ideologi
manajemen yang berbeda, yang membantu mereka atau tidak membantu mereka
membangun keunggulan kompetitif nasional. Misalnya, Porter mencatat dominasi
insinyur dalam manajemen puncak di perusahaan Jerman dan Jepang. Dia
menghubungkan ini dengan penekanan perusahaan-perusahaan ini pada peningkatan
proses manufaktur dan desain produk. Sebaliknya, Porter mencatat dominasi orang-
orang dengan latar belakang keuangan yang memimpin banyak perusahaan AS. Dia
menghubungkan ini dengan kurangnya perhatian perusahaan AS untuk meningkatkan
proses manufaktur dan desain produk. Dia berpendapat bahwa dominasi keuangan
menyebabkan penekanan berlebihan pada memaksimalkan pengembalian keuangan
jangka pendek. Menurut Porter, salah satu konsekuensi dari ideologi manajemen yang
berbeda ini adalah hilangnya daya saing A.S. dalam industri berbasis teknik di mana
proses manufaktur dan masalah desain produk sangat penting (misalnya, industri
mobil).

Poin kedua Porter adalah bahwa ada hubungan yang kuat antara persaingan
domestik yang kuat dan penciptaan dan kegigihan keunggulan kompetitif dalam suatu
industri. Persaingan domestik yang kuat mendorong perusahaan untuk mencari cara
untuk meningkatkan efisiensi, yang membuat mereka menjadi pesaing internasional
yang lebih baik. Persaingan domestik menciptakan tekanan untuk berinovasi,
meningkatkan kualitas, mengurangi biaya, dan berinvestasi dalam meningkatkan
faktor-faktor yang lebih maju. Semua ini membantu menciptakan pesaing kelas dunia.
Porter mengutip kasus Jepang:

Tidak ada peran persaingan domestik yang lebih nyata daripada di Jepang, di
mana perang habis-habisan di mana banyak perusahaan gagal mencapai profitabilitas.
Dengan tujuan yang menekankan pangsa pasar, perusahaan Jepang terus berjuang untuk
saling mengalahkan. Saham berfluktuasi tajam. Proses ini secara mencolok tercakup
dalam pers bisnis. Pemeringkatan yang rumit mengukur perusahaan mana yang paling
populer di kalangan lulusan universitas. Tingkat pengembangan produk dan proses baru
sangat menakjubkan.

Hal serupa tentang efek stimulasi dari persaingan domestik yang kuat dapat
dibuat sehubungan dengan kebangkitan Nokia dari Finlandia ke keunggulan global di
pasar peralatan telepon seluler. Untuk detailnya, lihat Fokus Manajemen terlampir.
Closing Case

The Rise of Bangladesh's Textile Trade

Bangladesh, salah satu negara termiskin di dunia, telah lama sangat bergantung pada
ekspor produk tekstil untuk menghasilkan pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan
ekonomi. Sebagian besar ekspor ini adalah garmen jadi berbiaya rendah yang dijual ke
pengecer pasar massal di Barat, seperti Walmart. Selama beberapa dekade, Bangladesh mampu
memanfaatkan sistem kuota untuk ekspor tekstil yang memberikannya, dan negara-negara
miskin lainnya, akses istimewa ke pasar kaya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun,
pada tanggal 1 Januari 2005, sistem itu dibatalkan demi sistem yang didasarkan pada prinsip-
prinsip perdagangan bebas. Sejak saat itu, eksportir di Bangladesh harus bersaing untuk bisnis
dengan produsen dari negara lain seperti Cina dan Indonesia. Banyak analis memperkirakan
keruntuhan cepat industri tekstil Bangladesh. Mereka memperkirakan lonjakan tajam dalam
pengangguran, penurunan neraca pembayaran negara, dan dampak negatif pada pertumbuhan
ekonomi.

Keruntuhan tidak terjadi. Ekspor tekstil Bangladesh terus tumbuh, bahkan ketika
negara-negara lain di dunia jatuh ke dalam krisis ekonomi pada tahun 2008. Ekspor garmen
Bangladesh meningkat menjadi $10,7 miliar pada tahun 2008, naik dari $9,3 miliar pada tahun
2007 dan $8,9 miliar pada tahun 2006. Rupanya, Bangladesh telah sebuah keuntungan dalam
produksi tekstil-itu adalah salah satu produsen berbiaya rendah di dunia-dan ini memungkinkan
negara untuk menumbuhkan pangsa pasar dunia. Ketika resesi ekonomi yang mendalam terjadi
di negara-negara maju selama 2008-09, importir besar seperti Walmart meningkatkan
pembelian pakaian murah dari Bangladesh untuk melayani pelanggan mereka dengan lebih
baik, yang mencari harga rendah. Li & Fung, perusahaan Hong Kong yang menangani
pengadaan dan manufaktur pakaian jadi, menyatakan produksinya di Bangladesh melonjak
persen pada 2009, sementara produksi di China, pemasok terbesarnya, turun 5 persen.

Keunggulan Bangladesh didasarkan pada sejumlah faktor. Pertama, biaya tenaga kerja
rendah, sebagian karena tingkat upah per jam yang rendah dan sebagian karena investasi oleh
produsen tekstil dalam teknologi peningkatan produktivitas selama dekade terakhir. Saat ini,
tingkat upah di industri tekstil di Bangladesh sekitar $50 sampai $60 per bulan, kurang dari
setengah upah minimum di Cina. Sementara tingkat pembayaran ini tampaknya sangat rendah
menurut standar Barat, di negara di mana pendapatan nasional bruto per kapita hanya $470 per
tahun, ini adalah upah layak dan sumber pekerjaan bagi sekitar 3 juta orang, 85 persen di
antaranya adalah perempuan. dengan sedikit peluang kerja alternatif.

Sumber keuntungan lain bagi Bangladesh adalah memiliki jaringan industri pendukung
yang dinamis yang memasok input ke produsen garmennya. Sekitar tiga perempat dari semua
input dibuat secara lokal. Ini menghemat biaya transportasi dan penyimpanan produsen
garmen, bea masuk, dan waktu tunggu yang lama yang menyertai kain tenun impor yang
digunakan untuk membuat kemeja dan celana panjang. Dengan kata lain, industri pendukung
lokal membantu meningkatkan produktivitas produsen garmen Bangladesh, memberi mereka
keuntungan biaya yang melampaui tingkat upah rendah.

Bangladesh juga memiliki keuntungan bukan menjadi Cina! Banyak importir di Barat
semakin berhati-hati untuk menjadi terlalu bergantung pada China untuk mengimpor barang-
barang tertentu karena takut jika ada gangguan, ekonomi atau lainnya, rantai pasokan mereka
akan hancur kecuali mereka memiliki sumber pasokan alternatif. Dengan demikian,
Bangladesh telah diuntungkan oleh tren importir Barat untuk mendiversifikasi sumber pasokan
mereka. Meskipun Cina tetap menjadi pengekspor garmen terbesar di dunia, dengan ekspor
sebesar $120 miliar pada tahun 2008, tingkat upah meningkat cukup cepat, menunjukkan
kecenderungan untuk mengalihkan produksi tekstil dari Cina dapat terus berlanjut. Bangladesh,
bagaimanapun, memiliki beberapa hal negatif; yang paling menonjol adalah gangguan listrik
yang terus-menerus karena pemerintah kurang berinvestasi dalam infrastruktur pembangkit
listrik dan distribusi. Jalan dan pelabuhan juga kalah dengan yang ditemukan di China.

Case Discussion Questions

1. Mengapa pergeseran ke rezim perdagangan bebas di industri tekstil baik untuk


Bangladesh?
2. Siapa yang diuntungkan ketika pengecer di Amerika Serikat mengambil tekstil dari
negara-negara dengan upah rendah seperti Bangladesh? Siapa yang mungkin kalah?
Apakah keuntungannya lebih besar daripada kerugiannya?
3. Apa teori, atau teori perdagangan internasional, yang paling menjelaskan kebangkitan
Bangladesh sebagai pusat kekuatan pengekspor tekstil?
4. Seberapa amankah industri tekstil Bangladesh dari persaingan asing? Faktor-faktor apa
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan?

Jawaban
1. Karena Bangladesh adalah "salah satu produsen berbiaya rendah di dunia", peralihan
ke perdagangan bebas membuatnya menjadi penjual yang menarik. Industri garmen
negara itu diperkirakan akan gagal karena perubahan ini, tetapi setelah resesi tahun
2008, garmen Bangladesh tetap jauh lebih murah di pasar karena biaya tenaga kerja
yang rendah. Hal ini menyebabkan importir besar seperti Walmart meningkatkan
pembelian mereka dari Bangladesh, menyebabkan industri melihat pertumbuhan
ekspor dari $8,9 miliar menjadi $10,7 miliar selama periode dua tahun.
2. Menurut kelompk kami yang diuntungkan yaitu pengecer di Amrika Serikat dimana
mereka mendapat manfaat dari impor pakaian yang berbiaya rendah, yang bersumber
dari perusahaan di Bangladesh, selama periode "persaingan yang ketat," tidak hanya
itu, Perusahaan tekstil juga mendapat manfaat dari pengaturan ini. Pabrik garmen
berkembang pesat karena meningkatnya permintaan. Dan melihat siapa yang akan
kalah/dirugikan adalah mereka pesaing yang menggunakan sumber yang lebih mahal
yang satu-satunya dirugikan. Dalam pasar yang penuh dengan persaingan harga, laba
perusahaan berbanding lurus dengan biaya persediaan/bahan.
3. Tiga teori utama internasional paling baik menjelaskan kebangkitan Bangladesh.
Pertama, upah per jam yang rendah membuat tekstil lebih murah daripada negara-
negara produksi lainnya. Kedua, input buatan lokal untuk industri membuat biaya
produksi jauh lebih murah dan produk lebih menguntungkan. Ketiga, kesadaran global
akan ketergantungan mereka yang berlebihan pada China menjadikan Bangladesh
sebagai pilihan terbaik. Jadi, dengan ketiga faktor tersebut digabungkan, kekuatan besar
dalam ekspor tekstil telah meningkat.
4. Bangladesh memiliki beberapa keunggulan utama dalam persaingan mereka, seperti
tingkat upah yang rendah, dan "jaringan industri pendukung yang hidup", namun faktor
lain dapat menyebabkan penurunan mereka. Sebagaimana dinyatakan dalam artikel
tersebut, gangguan infrastruktur di Bangladesh, termasuk jalan, pelabuhan dan akses ke
listrik, menghambat produksi mereka. Hal ini dapat menyebabkan pasokan mereka
tidak dapat diandalkan dan dapat menyebabkan manufaktur beralih ke negara dengan
infrastruktur yang lebih stabil.

Anda mungkin juga menyukai