Anda di halaman 1dari 9

BISNIS INTERNASIONAL

RESUME MATERI GLOBAL TRADING

DISUSUN OLEH

KELOMPOK MAWAR

Tarisya Dwi Gita (211009043)

Nulfi Maisaroh (211009035)

Nurul Hikmawati (211009004)

Elfa Rosanda (211009041)

St. Rahmi (20.01.031.015)

Deka Lestari (22.10.090.02)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Agus Santoso, S.M., M.M.Inov.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

TAHUN 2023
GLOBAL TRADING (PERDAGANGAN GLOBAL)

A. Definisi Perdagangan Global


Perdagangan dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang terjadi atas dasar
kesepakatan bersama dari pihak yang terlibat di dalamnya. Negara-negara di dunia belum
mampu memproduksi semua barang dan kebutuhan sendiri, mereka harus menerima
bantuan dari negara lain. Proses ini kemudian menjadi kegiatan perdagangan antar negara,
atau kegiatan ekspor-impor. Perdagangan antar negara tersebut disebut dengan
perdagangan global. Global Trading (Perdagangan Global) atau International Trading
(Perdagangan Internasional) adalah perdagangan antar penduduk dari dua negara atau
lebih. Penduduk yang dimaksud yaitu dapat berupa individu, perusahaan, organisasi
nirlaba, atau bentuk asosiasi lannya.

B. Teori Perdagangan Global


1. Teori Perdagangan Klasik Berbasis Negara
a. Merkantilisme (Mercantilism)
Merkantilisme adalah filosofi ekonomi abad ke-16 yang menyatakan
bahwa kemakmuran sebuah negara diukur dari simpanan emas dan
peraknya. Menurut merkantilisme tujuan sebuah negara harus untuk
memperbesar simpanan dengan meningkatkan ekspor dan menurunkan
impor. Namun, sebagian besar anggota masyarakat dirugikan oleh
kebijakan seperti ini. Subsidi pemerintah terhadap ekspor industri tertentu
dibayar oleh pembayar pajak dalam bentuk pajak yang lebih tinggi.
Pembatasan impor pemerintah dibayar oleh konsumen dalam bentuk harga
yang lebih tinggi karena perusahaan domestik menghadapi persaingan yang
lebih kecil dari produsen asing.

b. Keunggulan Absolut
Smith mendukung perdagangan bebas antar negara sebagai cara untuk
memperbesar kekayaan suatu negara. Perdagangan global memungkinkan
sebuah negara untuk memperluas jumlah barang dan jasa yang tersedia
untuknya dengan mengkhususkan diri dalam produksi beberapa barang dan
jasa dan menukarkannya dengan yang lain. Smith mengembangkan teori
keunggulan absolut (theory of absolute advantage) yang menyatakan bahwa
negara harus mengekspor barang dan jasa yang mana mereka lebih
produktif dibandingkan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang
mana negara lain lebih produktif.

c. Keunggulan Komparatif
David Ricardo seorang ahli ekonomi asal Inggris pada awal abad ke-19
mengembangkan teori keunggulan komparatif (theory of comparative
advantage) yang menyatakan bahwa sebuah negara harus memproduksi dan
mengekspor barang dan jasa yang mana mereka secara relatif lebih
produktif dibandingkan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang
mana negara lain secara relatif lebih produktif. Perbedaan antara teori
keunggulan absolut dan keunggulan komparatif yaitu keunggulan absolut
memasukkan konsep kerugian kesempatan dalam menentukan barang mana
yang harus diproduksi sebuah negara.

d. Keunggulan Komparatif dengan Uang


Teori ini menjadi teori lanjutan dari teori keunggulan komparatif. Teori
ini lebih menitikberatkan pada harga dan biaya yang dikeluarkan ketika
memproduksi sebuah barang di suatu negara.

e. Faktor Endowment Relatif


Dua orang ahli ekonomi Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin
mengembangkan teori faktor endowment relatif atau yang lebih dikenal
sebagai Teori Heckscher – Ohlin. Mereka berpendspat bahwa sebuah
negara akan mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi
produk yang secara intensif menggunakan sumber daya (faktor produksi)
yang mereka miliki secara melimpah. Misalnya seperti Arab Saudi yang
mempunyai keunggulan komparatif dalam produksi minyak bumi karena
cadangan minyak mentah yang dimilikinya melimpah. Teori Heckscher –
Ohlin menyatakan bahwa suatu negara harus mengekspor barang yang
secara intensif menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah.

2. Teori Perdagangan Modern Berbasis Perusahaan


a. Teori Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle Theory)
Berasal dari bidang pemasaran untuk mendeskripsikan evolusi strategi
pemasaran seiring sebagai produk menjadi dewasa, dimodifikasi oleh
Raymond Vernon dari Harvard Business School untuk menciptakan teori
perdagangan internasional berbasis perusahaan. Teori siklus hidup produk
internasional ini menelusuri peran dari inovasi, ekspansi pasar, keunggulan
komparatif, dan respons strategis dari rival global dalam produksi,
perdagangan, dan keputusan investasi internasional. Menurut teori Vernon,
siklus hidup produk internasional terdiri atas 3 tahapan yaitu produk baru,
pendewasaan produk, dan produk terstandarisasi.

b. Teori Kesamaan Negara


Perdagangan Inter-Industri (Industry Trade) adalah pertukaran barang
yang diproduksi oleh satu industry di negara A untuk barang yang
diproduksi oleh industry lain di negara B. Teori kesamaan negara (country
similarity theory) dari Linder menyatakan bahwa sebagian besar
perdagangan dalam barang manufaktur harus terjadi antara negara dengan
pendapatan per kapita yang serupa dan bahwa perdagangan intra-industri
dalam barang manufaktur seharusnya juga sama.

c. Teori Perdagangan Baru (New Trade Theory)


Teori yang dikembangkan oleh Elhanen Helpman, Paul Krugman, dan
Kelvin Lancaster pada tahun 1970-an dan 1980-an memperluas analisis
Linder dengan menggabungkan dampak dari skala ekonomi pada
perdagangan barang terdiferensiasi. Skala ekonomi (economy of scale)
terjadi jika biaya rata-rata untuk memproduksi sebuah barang menurun
seiring output barang tersebut meningkat. Perusahaan yang berkompetisi
dalam pasar global mempunyai berbagai cara untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif berkelanjutan. Mereka yang lebih popular memiliki
ha katas kekayaan intelektual, berinvestasi dalam riset dan pengembangan
(research and development – R&D) mencapai lingkup ekonomi dan
mengeksploitasi kurva pengalaman.

d. Teori Keunggulan Kompetitif Nasional dari Porter


Teori ini merupakan tambahan terbaru pada teori perdagangan
internasional. Porter meyakini bahwa keberhasilan dalam perdagangan
internasional berasal dari interaksi ke-4 unsur spesifik negara dan spesifik
perusahaan yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan
industri pendukung, serta strategi, struktur, dan persaingan perusahaan.

3. Teori Investasi Internasional


a. Keuntungan Kepemilikan (Ownership Advantage Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki asset berharga
yang menciptakan keunggulan komparatif secara domestik dapat
menggunakan keunggulan itu untuk memasuki pasar asing melalui FDI
(Foreign Direct Investment). Aset tersebut dapat berupa teknologi yang
unggul, nama merek yang terkenal, atau skala ekonomi.

b. Teori Internalisasi (Internalization Theory)


Teori ini menyatakan bahwa FDI lebih memungkinkan untuk terjadi
yaitu produksi internasional akan diinternalisasikan ke dalam perusahaan –
ketika terdapat biaya yang tinggi untuk bernegosiasi, memantau, dan
menegakkan kontrak dengan perusahaan kedua. Sebaliknya, teori
internalisasi menyatakan bahwa ketika biaya transaksi rendah, perusahaan
lebih memilih untuk membuat kontrak dengan pihak luar dan melakukan
internasionalisasi dengan melisensi nama merek atau pewaralabaan operasi
bisnis mereka.

c. Teori Elektik Dunning


John Dunning dalam teori elektik (electic theory) mengakui bahwa FDI
mencerminkan aktivitas bisnis internasional dan aktivitas bisnis yang
bersifat internal bagi perusahaan. Menurut Dunning, FDI akan terjadi ketika
tiga kondisi ekonomi terpenuhi yaitu keuntungan kepemilikan, keuntungan
lokasi, dan keuntungan internalisasi.

C. Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Global


1. Adanya Pasar Bebas
Kebebasan ekonomi atau liberalisme sudah mulai ditanamkan dalam
perdagangan internasional. Siapa saja berhak meningkatkan dan memperluas
pasarnya untuk menjual belikan produk lintas negara. Pasar bebas dibutuhkan
untuk meningkatkan kerja sama antar negara yang berpeluang menambah
pendapatan negara. Kebebasan ekonomi menjadi pemicu individu maupun
kelompok untuk berlomba-lomba menambah pasar dan meningkatkan produksi.

2. Adanya Perbedaan Kondisi Geografis


Setiap negara memiliki keadaan geografis yang berbeda dengan negara lain
yang menyebabkan perbedaan pada sumber daya yang dihasilkan. Sebagai contoh
dahulunya rempah-rempah hanya didapatkan di wilayah tropis seperti Indonesia,
sehingga Indonesia menjadi pemasok rempah-rempah terbesar di beberapa negara
barat. Setiap negara tidak dapat memenuhi semua sumber daya yang dibutuhkan
sehingga perlu melakukan pertukaran dengan negara lain.

3. Peningkatan Perkembangan Teknologi dan Informasi


Saat ini untuk melakukan interaksi dengan negara lain tidak harus bertatap
muka, karena segala komunikasi sekarang bisa dilakukan dengan teknologi
informasi berbasis internet. Perkembangan digitalisasi dan peralatan komunikasi
memicu setiap negara untuk meningkatkan produksinya untuk dipasarkan negara
lain dengan asumsi bahwa di negara tersebut tidak dapat menyediakan barang atau
jasa tersebut.

4. Adanya Perbedaan Teknologi


Tidak hanya perbedaan sumber daya alamnya saja, namun perbedaan sumber
daya manusiannya juga dapat menyebabkan perbedaan kemampuan dalam hal
teknologi. Perbedaan teknologi ini menyebabkan suatu negara yang hanya bisa
menghasilkan barang mentah harus mengekspor ke negara lain untuk diolah dan
diimpor kembali ke negaranya dengan harga lebih mahal. Begitu juga sebaliknya,
jika suatu negara hanya maju dalam teknologi saja tanpa adanya pasokan sumber
daya alam maka ia membutuhkan bantuan dari negara lain. Inilah peran suatu
bentuk perdangan internasional yang saling menguntungkan.

D. Manfaat Perdagangan Global


1. Mempererat hubungan antar negara baik secara bilateral maupun multiteral.
2. Setiap negara dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa.
3. Pendapatan negara meningkat melalui perolehan devisa hasil ekspor.
4. Dapat memperluas lapangan kerja.
5. Mendorong kegiatan produksi.
6. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di masing-masing negara.

E. Ciri – Ciri Perdagangan Global


1. Menggunakan mata uang asing yang disepakati.
2. Memiliki lingkup yang lebih luas dan tidak mengenal batas negara.
3. Perselisihan perdagangan akan diselesaikan dengan hukum internasional.
4. Memiliki standar mutu khusus yang harus dipenuhi, seperti ISO 4000, ISO 9000,
dan lain sebagainya.
5. Barang yang diperdagangkan akan disesuaikan dengan keadaan alam, selera, dan
preferensi negara tujuan.
6. Umumnya pembeli dan penjual tidak bertatap muka langsung.
7. Memiliki sistem distribusi tidak langsung.
8. Tingkat persaingan lebih ketat karena bersaing dengan berbagai negara.
9. Biaya jangkauan cenderung lebih mahal.

F. Hambatan Perdagangan Global


1. Tarif
Tarif adalah pajak yang diberikan atas barang yang diperdagangkan secara
internasional. Sejumlah tarif dipungut atas barang pada saat barang tersebut keluar
dari negara disebut dengan tarif ekspor. Pada saat barang tersebut melalui satu
negara untuk menuju ke negara lain disebut dengan tarif transit. Namun, sebagian
besar tarif dipungut pada barang impor (tarif impor) terdapat 3 bentuk tarif impor:
a. Tarif Ad-Valorem dinilai sebagai persentase dari nilai pasar atas barang
impor.
b. Tarif Spesifik dinilai sebagai jumlah dolar tertentu per unit berat atau
standar pengukuran lainnya.
c. Tarif Majemuk mempunyai baik komponen ad valorem maupun
komponen spesifik.

2. Non – Tarif
a. Kuota
Batasan numerik pada kuantitas barang yang dapat diimpor ke dalam
suatu negara selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun.

b. Pengendalian Ekspor Numerik


Pembatasan ekspor sukarela merupakan janji oleh suatu negara untuk
membatasi ekspornya terhadap suatu barang kepada negara lain sampai
jumlah atau persentase dari pasar yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Hambatan Non – Tarif Lainnya


1) Standar produk dan pengujian.
2) Akses terbatas terhadap jaringan distribusi.
3) Kebijakan pengadaan barang sektor pemerintah.
4) Persyaratan pembelian lokal.
5) Pengendalian regulasi.
6) Pengendalian mata uang.
7) Pengendalian investasi.

Anda mungkin juga menyukai