B. Teori-Teori Lainnya
1. Factor Endowment
Teori ini menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah
atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing
negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang
dihasilkan.
negara mengalokasikan produksinya sesuai dengan proporsi relatif dari semua dana
abadi faktor produksinya Dengan demikian, berbagai produk yang dibuat atau ditanam
untuk ekspor akan tergantung pada ketersediaan relatif dari berbagai faktor di setiap
negara
2. Leontief Paradox
Teori Leontief menyatakan bahwa ekspor Amerika Serikat justru terdiri atas
barang-barang padat karya (labour intensive) dan impor terdiri atas barang-barang
padat modal (capital intensive).
Sebab-sebab terjadinya Teori Leontief Paradoks
· Intensitas faktor produksi yang berkebalikan
· Tarif dan Non Tarif Barrier
· Perbedaan dalam skill dan human capital
Kelebihan dari Teori Leontief Paradoks adalah jika suatu negara memiliki
banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak, sebaliknya jika suatu
negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.
3. Kritik Terhadap Teori-Teori Tersebut
Teori-teori tersebut mengasumsikan bahwa negara-negara berdagang, padahal
pada kenyataannya perdagangan antar negara diprakarsai dan dilakukan oleh individu
atau perusahaan individu di dalam negara-negara tersebut. Teori tradisional juga
mengasumsikan kompetisi yang sempurna dan informasi yang sempurna di antara
mitra dagang. Teori-teori terbatas dalam melihat transfer barang atau investasi
langsung. Tidak ada teori yang menjelaskan dinamika komprehensif arus perdagangan
barang, jasa, dan aliran keuangan. Teori-teori tidak mengakui pentingnya teknologi
dan keahlian di bidang pemasaran dan manajemen
C. Teori Modern
Product Life Cycle
Model Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle atau PLC) menjelaskan
bahwa suatu produk akan mengalami beberapa tahapan, yaitu muncul, matang, dan
mati. Teori PLC ini dikemukakan oleh Raymond Vernon. Teori PLC tidak terlalu
menekankan pada doktrin Comparative Cost seperti pada pendahulunya, Klasik dan
Neo Klasik, terutama pada tahap-tahap awal dari siklus kehidupan produk, tetapi lebih
pada:
● Dorongan melakukan innovation dan invention yang ditimbulkan oleh adanya
ketakutan dan harapan di pasar.
● Ketepatan waktu untuk melakukan innovation dan invention.
● Memanfaatkan skala ekonomis
● Strategi untuk mencapai penguasaan pasar.
● Karakteristik Komoditas yang dimiliki Teori PLC sebagai berikut
● Harganya tinggi karena pengembangan dan penyempurnaannya memerlukan
biaya research and development yang tinggi
● Merupakan barang konsumen untuk konsumen yang berpenghasilan tinggi.
● Hemat tenaga kerja karena kapital yang relatif berlimpah.
Pada tahap pertama, perkenalan produk , produk baru diproduksi di arena domestik
negara yang berinovasi dan dijual terutama di pasar domestik itu. Setiap penjualan luar negeri
umumnya dicapai melalui ekspor ke pasar lain, sering kali ke negara-negara industri. Pada
tahap ini, perusahaan umumnya memiliki sedikit persaingan di pasar luar negeri.
Saat produk memasuki tahap ketiga, kedewasaan, ekspor dari negara asal menurun
karena peningkatan produksi di lokasi luar negeri. Fasilitas manufaktur asing ditempatkan
untuk melawan persaingan yang meningkat dan untuk memaksimalkan keuntungan dari tingkat
penjualan yang lebih tinggi di pasar luar negeri. Pada titik ini, harga menjadi penentu penting
daya saing. Akibatnya, meminimalkan biaya menjadi tujuan penting dari perusahaan
manufaktur. Produksi juga sering bergeser dari berada dalam pasar industri asing ke negara-
negara kurang berkembang (LDC) yang lebih murah untuk mengambil keuntungan dari faktor
produksi yang lebih murah, terutama biaya tenaga kerja yang rendah. Pada titik ini negara
inovator bahkan dapat memutuskan untuk menghentikan semua produksi dalam negeri, hanya
memproduksi di negara-negara dunia ketiga.
Pada tahap akhir dari siklus hidup produk, produk memasuki periode penurunan.
Penurunan ini sering kali karena pesaing baru telah mencapai tingkat produksi yang cukup
tinggi untuk mempengaruhi skala ekonomi yang setara dengan negara produsen asli.
Teori siklus hidup produk internasional telah ditemukan berlaku terutama untuk
produk-produk seperti barang-barang konsumen yang tahan lama, kain sintetis, dan peralatan
elektronik, yaitu, produk-produk yang memiliki umur panjang dalam rentang waktu dari
inovasi hingga permintaan konsumen yang akhirnya tinggi. Teori ini tidak berlaku untuk
produk dengan rentang waktu inovasi, pengembangan, dan keusangan yang cepat.
Teori siklus hidup produk internasional semakin jarang berlaku akhir-akhir ini karena
pertumbuhan perusahaan global multinasional yang sering memperkenalkan produk secara
bersamaan di beberapa pasar dunia. Demikian pula, perusahaan multinasional tidak lagi harus
terlebih dahulu memperkenalkan produk di dalam negeri. Sebaliknya, mereka mungkin
meluncurkan inovasi dari sumber asing di pasar domestik untuk menguji metode produksi dan
pasar itu sendiri, tanpa menimbulkan biaya produksi awal yang tinggi dari lingkungan
domestik.
➢ Harga: Pada harga, BlackBerry menetap strateginya dengan tepat yaitu harga
menembus pasar. RIM memberikan kejutan dalam meluncurkan ponsel cerdas
terbarunya Bold 9790 itu dengan mendiskon hingga 50 persen. Adanya diskon
menjadikan BlackBerry Bellagio dibanderol dengan harga 2,3 juta rupiah dari harga
normal 4,6 juta rupiah bagi seribu pembeli pertama, aksi RIM membanting harga
BlackBerry merupakan sesuatu yang baru karena selama ini produknya identik
dengan harga premium.
➢ Harga: Pada tahap ini BlackBerry melakukan penekanan harga, saat ponsel lain
mengembangkan teknologi 3G ke atas. RIM malah membuat ponsel dengan
dukungan EDGE, demi menurunkan harga BlackBerry, BlackBerry menurunkan
kualitas teknologinya agar harga BlackBerry bisa tetap bersahabat pada kalangan
low-end.
➢ Distribusi: BlackBerry mulai membangun lebih banyak distribusi yang intensif, yaitu
dengan menggandeng 300 gerai internasional dan aka menambah hingga 500 gerai
agar BlackBerry bisa menjadi ponsel warga Indonesia yang mudah didapat.
➢ Perilkanan: RIM melakukan strategi dengan media social dan berhasil menghimpun
1,8 juta teman di facebook. RIM juga melakukan perbedaan dengan berinvestasi 55
miliar atau beasiswa pelatihan di institusi pendidikan.
➢ Promosi: BlackBerry mencoba untukagar konsumen melakukan peralihan merek
ke BlackBerry dengan membuat inovasi seperti menciptakan acara kontak langsung
dengan konsumen yaitu menyelnggarakan BlackBerry terjangkau (BBT) dimana
konsumen dapat membeli BlackBerry dengan kredit dari BCA dan BII, RIM
menyelenggarakan pengalaman pelanggan (costumer experience). Pihak BB
membangun BlackBerry Lifestyle Store (BBS) yang kini sudah mencapai 8 gerai.
➢ Distribusi: Pada tahapan ini BlackBerry bukannya melepaskan toko-toko yang tidak
menguntungkan atau menarik produknya yang tidak menguntungkan BlackBerry
malah merampingkan organisasi perusahan RIM dengan mem-PHK ribuan karyawan,
tindakan ini dilakukan untuk menghemat keuangan perusahaan.
3.
Kami mengambil data dari negara maju, yaitu Negara Perancis. Kami mendapatkan data
tersebut berasal dari berbagai sumber terutama pada website ceicdata dan Data World Bank
dan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Sedangkan untuk perbandingan data dari negara dunia ketiga kami mengambil data negara
Timor-Leste. Kami mengambil data tersebut dari berbagai sumber terutama pada website Data
World Bank dan mendapatkan hasil sebagai berikut :
Referensi
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.KN?locations=TL
https://data.worldbank.org/indicator/NE.EXP.GNFS.KD.ZG?locations=TL
https://data.worldbank.org/indicator/SP.DYN.LE00.IN?locations=TL
https://www.macrotrends.net/countries/TLS/timor-leste/literacy-
rate#:~:text=Adult%20literacy%20rate%20is%20the,a%209.76%25%20increase%20from%2
02010.
https://www.worlddata.info/asia/east-timor/energy-consumption.php
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.MKTP.KD.ZG?locations=TL
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.KD.ZG?locations=FR
https://www.ceicdata.com/id/indicator/france/total-exports-growth