Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Hasil dan Pembahasan


Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah salah satu teori dalam
perdagangan internasional yang menyatakan bahwa barang yang memiliki nilai kegunaan pasti juga
memiliki nilai penukaran. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang muncul karena
menghasilkan barang dan jasa dengan biaya peluang yang lebih rendah. Konsep ini penting
dalam menjelaskan perdagangan internasional dan spesialisasi dalam produksi serta
menjawab pertanyaan mengapa negara berdagang satu sama lain bahkan ketika mereka tidak
memiliki keunggulan absolut. Sebuah negara harus fokus pada produk yang memiliki
keunggulan komparatif dan membeli produk lainnya dari negara lain. Hal ini menjadi konsep
kunci untuk menjelaskan spesialisasi dalam ekspor barang. Atas dasar ini, dikembangkan
sejumlah pendekatan penelitian oleh B. Balassa, T. Vollrath, K. Laursen, J. Proudman, S.
Redding dan diakhiri dengan A. Hoen dan J. Penekanannya ditempatkan pada studi tentang
keunggulan komparatif suatu negara mengenai komoditas tertentu (atau kelompok
komoditas) terhadap negara lain (atau kelompok negara). Keunggulan komparatif
memanifestasikan dirinya secara beragam baik sebagai variasi maupun sebagai fluktuasi
(Hadzhiev, 2014)
Menurut Boediono (1991), Suatu negara hanya akan mengekspor barang yang
mempunyai keunggulan komperatif tinggi, dan mengimpor barang yang mempunyai
komperatif yang rendah. Adanya keunggulan komperatif bisa menimbulkan manfaat
perdagangan (gains from trade) dalam dua belah pihak dan selanjutnya akan mendorong
timbulnya perdagangan antar negara. Keunggulan komperatif merupakan faktor fundamental
yang menentukan pola perdagangan internasional. Dapat dikatakan apabila suatu negara
memiliki keunggulan komparatif dalam produksi barang-barang tertentu, maka negara
tersebut cenderung untuk mengekspor barang-barang tersebut. Namun demikian ada faktor-
faktor yang menentukan atau mempengaruhi keunggulan komparatif suatu negara. Menurut
Simatupang (1991), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi yaitu :
1. Tersedianya sarana produksi atau faktor produksi dalam macam atau jumlah yang
berbeda antara negara satu dengan yang lain (sering disebut sebagai perbedaan dalam
faktor endowment).
2. Adanya kenyataan bahwa dalam cabang-cabang produksi tertentu orang bisa
memproduksi secara lebih efisien (lebih murah) apabila skala produksi semakin besar
(economies of scala).
3. Adanya perbedaan dalam corak dan laju kemajuan teknologi (technological progress).

David Ricardo memunculkan teori keunggulan komparatif dan berpendapat dalam


bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817) bahwa basis produksi dan
perdagangan seharusnya bukan pada keunggulan absolut melainkan pada keunggulan
komparatif. Dengan kata lain, biaya peluang adalah pertimbangan untuk keputusan produksi,
bukan biaya per unit absolut. Masing-masing negara mencurahkan sumber daya yang langka
untuk memproduksi barang yang memberikan keunggulan komparatif dan tidak seharusnya
mengalokasikan sumber daya pada barang yang tidak unggul secara komparatif, meski
memiliki biaya absolut yang rendah. Untuk barang yang tidak unggul secara komparatif,
mereka dapat membelinya di pasar internasional. Ketika semua negara melakukannya,
manfaat perdagangan bebas akan maksimal, begitu juga dengan alokasi sumber daya.
Beberapa asumsi penting dalam teori keunggulan komparatif Ricardo: 

1. Produksi hanya melibatkan dua jenis barang dan dua negara


2. Tidak ada biaya transportasi, yang mana dapat mengeliminasi efek dari biaya
peluang dan mempengaruhi harga jual
3. Pasar beroperasi pada persaingan sempurna di kedua negara
4. Faktor produksi hanya terdiri dari tenaga kerja
5. Tenaga kerja adalah mobile di pasar domestik tapi immobile antar negara 
Teori dari keunggulan komperatif model Ricardo mendapat kritik pada asumsinya,
yakni diantaranya.
Pertama, produksi dan perdagangan tidak hanya melibatkan dua barang dan dua negara.
Asumsi dua barang dalam konsep Ricardo jauh dari kenyataan karena ekspor impor
melibatkan banyak negara dan barang.
Kedua, perdagangan antar negara melibatkan biaya transportasi. Sehingga,
mengasumsikannya tidak ada adalah mustahil. Biaya transportasi mempengaruhi harga jual
dan mungkin menghilangkan keunggulan dari perbedaan biaya peluang. 
Ketiga, tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi. Modal, sumber daya alam dan
kewirausahaan berperan penting dalam produksi. Modal, seperti mesin misalnya,
memungkinkan produksi lebih cepat daripada menggunakan tangan. 
Keempat, tenaga kerja tidak selalu mobile. Pekerja membutuhkan waktu untuk menemukan
pekerjaan baru ketika beralih ke industri yang berbeda. Di era globalisasi sekarang ini, tenaga
kerja juga dapat dengan mudah berpindah antar negara demi mengejar kesempatan yang lebih
baik. Ketika sebuah negara berspesialisasi, pekerja cenderung immobile.
Kelima, model mengecualikan efek teknologi. Kemajuan teknologi mempengaruhi
perbedaan produktivitas tenaga kerja. Itu juga mempengaruhi perbedaan kualitas barang
modal di sebuah negara, yang mana tidak diperhitungkan dalam model.

Anda mungkin juga menyukai