Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Teori Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage)
Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku yang berjudul “Principles of Political
Economy and Taxation”, buku ini berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif.
Metode teori keunggulan komperatif ini betujuan untuk melengkapi teori Adam Smith yang
tidak mempersoalkan kemungkinan adanya negara-negara yang sama sekali tidak mempunyai
keunggulan mutlak (absolute advantage) dalam memproduksi suatu barang terhadap negara
lain, sebagai contoh perdagangan antara negara yang sedang berkembang dengan negara yang
telah maju. Negara yang sedang berkembang pada kenyataannya tingkat produksi didalam
negeri masih kurang efisien dibandingkan dengan negara maju. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh beragamnya potensi input produksi disetiap negara baik dari sumber daya
alam, sumber daya manusia, modal yang dimiliki tiap negara, dan tingkat pemahaman serta
penerapan teknologi di sektor produksi khusunya sektor Industri. Keunggulan komparatif
(comparative advantage) adalah keunggulan atau keuntungan yang diperoleh suatu negara
dari kegiatan melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang yang memiliki harga
relatif (relatife price) yang lebih rendah dari produksi negara lain (Krugman et al. 2012).
Atau dengan kata lain, suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai
keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif rendah. Melalui spesialisasi sesuai dengan keunggulan komparatifnya, maka
jumlah produksi yang dihasilkan bisa jauh lebih besar dengan biaya yang lebih murah dan
pada akhirnya bisa mencapai skala ekonomi yang diharapkan.
Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun suatu negara kurang efisien dibanding
negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus
melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih besar (komoditi ini memiliki
kerugian komperatif) (Salvatore, 2013).
Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa
lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dari pada negara lainnya. Untuk melengkapi
kelemahan-kelemahan teori keunggulan mutlak (absolute advantage) dari Adam Smith, maka
David Ricardo membedakan perdagangan menjadi dua keadaan yaitu perdagangan dalam
negeri dan perdagangan luar negeri. Menurut David Ricardo, keunggulan mutlak yang
dikemukakan oleh Adam Smith dapat berlaku di perdagangan dalam negeri yang dijalankan
atas dasar biaya tenaga kerja, karena adanya persaingan bebas dan kebebasan bergerak dari
faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal. Karena itu masing-masing tempat akan
melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang tertentu apabila memiliki biaya
tenaga kerja yang paling kecil. Sedangkan untuk perdagangan luar negeri tidak dapat
didasarkan pada keuntungan atau biaya mutlak. Karena faktor-faktor produksi di dalam
perdagangan luar negeri tidak dapat bergerak bebas sehingga barang-barang yang dihasilkan
oeh suatu negara mungkin akan ditukarkan dengan barang-barang dari negara lain meskipun
biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang tersebut berlainan (Daniels et al.
2015).
Teori keunggulan komparatif ini berlandaskan pada asumsi: (Daniels et al. 2015)
1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja
yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang ditukar
seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.
2. Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran.
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak berpengaruh.
Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu, suatu negara akan
melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya bilamana
negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barangbarang yang
dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi.

Anda mungkin juga menyukai