Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL

TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (TEORI DAVID RICARDO)


Dosen Pengampu : RR. Lulus Prapti Nugroho Setiasih S., S.E., M.Si,

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Saiful Anwar (B.111.20.0089)


2. Ade Wicak Wibisono (B.111.20.0147)
3. Sasi Fadillah (B.111.20.0157)
4. Afreyzal Athillah I (B.111.20.0195)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori perdagangan internasional menjelaskan komposisi perdagangan antar negaraserta
bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian suatu negara. Disamping itu, teori
perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari
adanya keuntungan perdagangan (gain from trade). Negara-negara yang melakukan
perdagangan internasional antara lain disebabkan dua alasan berikut. Pertama, negara-
negarayang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam kepemilikan sumber
daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya), setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari
perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif
lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala
ekonomi (economies of scale) dalam produksinya. maksudnya, jika setiap negara hanya
menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-barang
tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan mereka
menghasilkan segala jenis barang. Dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional,
setiap negara perlu memperhatikan teori-teori yang dapat dijadikan pedoman dalam
menerapkan kegiatan perdagangan internasional. Sebagai contoh Teori Keunggulan Mutlak
yang dikemukakan oleh Adam Smith (1723-1790) dimana suatu negara melakukan spesialisasi
pada produk yangmempunyai efisiensi produksi lebih baik dari negara lain, dan melakukan
perdagangan internasional dengan negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada
produk yangtidak dapat diproduksi di negara tersebut secara efisien.
Hal ini memungkinkan suatu individu, perusahaan, bahkan negara untuk menghasilkan
lebih banyak barang dan jasadengan lebih efisien serta memungkinkan untuk mendapatkan
keuntungan lebih. Selain itu David Ricardo dalam bukunya yang berjudul On the Principles of
Economy and Taxation (1817) mengemukakan bahwa setiap negara dapat memperoleh
keuntungan dari perdagangan internasional, baik memiliki maupun tidak memiliki keunggulan
absolutnya sendiri. Artinya suatu negara apabila berdagang dengan negara lain sekalipun tidak
memiliki keunggulan absolut, masih dapat memperoleh keunggulan komparatif. Prinsip
keunggulan komparatif mengatakan bahwa setiap negara atau bangsa seperti halnya orang,
akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang-barang atau jasa yang
merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang
bukan merupakan keunggulan komparatifnya. Menurut hukum keunggulan komparatif,
meskipun sebuah negara kurang efisien (memiliki kerugian absolut terhadap) dibanding negara
lain dalam memproduksi kedua barang, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan
spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian mutlak
lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi
yang memiliki kerugian mutlak yang lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud teori keunggulan komparatif?
b. Bagaimana cara untuk mencapai keunggulan komparatif?
c. Apa kelemahan dari teori keunggulan komparatif?
d. Bagaimana implikasi dari teori keunggulan komparatif?
e. Apa saja dimensi-dimensi keunggulan komparatif?
f. Bagaimana cara mengoptimalkan keunggulan komparatif?
g. Apa contoh dari keunggulan komparatif?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui teori keunggulan komparatif
b. Untuk mengetahui cara mencapai keunggulan komparatif
c. Untuk mengetahui kelemahan teori keunggulan komparatif
d. Untuk mengetahui implikasi teori keunggulan komparatif
e. Untuk mengetahui dimensi-dimensi keunggulan komparatif
f. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan keunggulan komparatif
g. Untuk mengetahui contoh keunggulan komparatif
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage Theory)


Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo untuk melengkapi teori Adam Smith yang tidak
mempersoalkan kemungkinan adanya negara-negara yang sama sekali tidak mempunyai
keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu barang terhadap negara lain, misalnya
negarayang sedang berkembang terhadap negara yang sudah maju. Keunggulan komparatif
(Comparative Advantages) adalah keuntungan atau keunggulan yang diperoleh suatu
negaradari melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang yang memiliki harga relatif
(relative price) yang lebih rendah dari produksi negara lain. Atau, dengan kata lain, suatu
negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan
mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Menurutnya,
perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia
berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dari pada negara
lainnya. Untuk melengkapi kelemahan-kelemahan dari teori Adam Smith, Ricardo
membedakan perdagangan menjadi dua keadaan yaitu:
a. Perdagangan dalam negeri
b. Perdagangan luar negeri
Menurut Ricardo, keuntungan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith dapat berlaku
di dalam perdagangan dalam negeri yang dijalankan atas dasar biaya tenaga kerja, karena
adanya persaingan bebas dan kebebasan bergerak dari faktor-faktor produksi tenaga kerja dan
modal. Karena itu masing-masing tempat akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi
barang-barang tertentu apabila memiliki biaya tenaga kerja yang paling kecil. Sedangkan untuk
perdagangan luar negeri tidak dapat didasarkan pada keuntungan atau biaya mutlak. Karena
faktor-faktor produksi di dalam perdagangan luar negeri tidak dapat bergerak bebas sehingga
barang-barang yang dihasilkan oleh suatu negara mungkin akan ditukarkan dengan barang-
barang dari negara lain meskipun ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang
tersebut berlainan.
Teori Keunggulan Komparatif ini berlandaskan pada asumsi :
1) Labor Theory of Value yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga
kerjayang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang
yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
2) Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3) Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran.
4) Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak
berpengaruh.
5) Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu, suatu negara
akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya
bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang
yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi.
David Ricardo berpendapat bahwa meskipun suatu negara mengalami kerugian mutlak
(dalam artian tidak mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksi kedua jenis barang
bila dibandingkan dengan negara lain), namun perdagangan internasional yang saling
menguntungkan kedua belah pihak masih dapat dilakukan, asalkan negara tersebut melakukan
spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki biaya relatif terkecil dari negara lain.
Dengan kata lain, setiap negara akan memperoleh keuntungan jika masing-masing melakukan
spesialisasi pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih
murah, dan mengimpor apa yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih mahal. Ini
menjelaskan bahwa mengapa suatu negara yang memiliki sumber daya sangat lengkap, negara
tersebut memilih mengimpor atau mengekspor daripada memproduksi untuk digunakan
sendiri.
Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien
dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua
jenis komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan
yangmenguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi
dalammemproduksi dan mengekspor barang yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini
merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif)
Teori yang dikemukakan oleh Kaum Klasik dalam Perdagangan Internasional, berdasarkan
asumsi atas beriku ini :
a. Memperdagangan dua barang dan yang berdagang dua negara.
b. Tidak adanya perubahan teknologi
c. Teori nilai atas dasar tenaga kerja
d. Ongkos produksii dianggap instan
e. Ongkos transportasi diabaikan (= nol)
f. Kebebasan bergerak faktor produksi di dalam negeri, tetapi tidak dapat berpindah
melalui batas negara
g. Persaingan sempurna di pasar barang maupun pasar faktor produksi
h. Distribusi pendapatan tidak berubah
i. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter
Untuk mempertegas teorinya, David Ricardo memberlakukan beberapa asumsi, yaitu :

 Hanya ada 2 negara yang melakukan perdagangan internasional).


 Hanya ada 2 barang (komoditi) yang diperdagangkan.
 Masing-masing negara hanya mempunyai 1 faktor produksi (tenaga kerja).
 Skala produksi bersifat "constant return to scale", artinya harga relatif barang-barang
tersebut adalah sama pada berbagai kondisi produksi.
 Berlaku labor theory of value teori nilai tenaga kerja) yang menyatakan bahwa nilai
atau harga dari suatu barang (komoditi) dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja)
tenaga kerja yang dipakai dalam memproduksi barang tersebut.
 Tidak memperhitungkan biaya pengangkutan dan lain-lain dalam pemasaran.
Selain itu, David Ricardo (1772-1823) juga menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau
barang tersebut memiliki nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan
bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena
barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang. Selanjutnya David Ricardo juga
membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan
kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang monopoli
(misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanyatumbuh di
lereng gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas
tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon
pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan
maka nilai penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan.
Keunggulan komparatif ini oleh Ricardo dan Viner disebabkan oleh adanya perbedaan
dalam kepemilikan atas faktor-faktor produksi seperti: sumber daya alam, modal, tenaga kerja
dan kemampuan dalam penguasaan teknologi.(Anderson,1995:71-73). Melalui spesialisasi
sesuai dengan keungggulan komparatifnya, maka jumlah produksi yang dihasilkan bisa jauh
lebih besar dengan biaya yang lebih murah dan pada akhirnya bisa mencapai skala ekonomi
yang diharapkan. Pemikiran ini kemudian berkembang bahwa akan lebih menguntungkan jika
arus perdagangan antara negara dibebaskan, tidak terhambat oleh kebijakan atau peraturan
negara baik berupa proteksi, tariff maupun non-tariff. Berdasarkan pemikiran ini, dirumuskan
aturan perdagangan multilateral yang kemudian menjadi satu produk hukum internasional.
Namun demikian negara-negara tersebut akan terikat dengan kepentingan nasionalnya yang
menurut Morgenthau merujuk pada hal-hal yang dianggap penting bagi suatu negara, sehingga
merujuk pada sasaran-sasaran politik, ekonomi, atau social yang ingin dicapai suatu negara
(Viooti,1993:584). Sehingga negara perlu memberikan prioritasnya yang diformulasikan
dalam sasaran dan indikator bagi tercapainya kepentingan tersebut.

Untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya suatu negara harus memanfaatkan


keunggulan komperatif guna meraih peluang dan mengurangi atau meniadakan kendala yang
timbul sebagai konsekuensi logisnya.Keunggulan komparatif yang harus dimiliki suatu negara
untuk dapat memenangkan dan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional antara lain
1. Jumlah tenaga kerja yang relatif banyak.
2. Sumber daya alam yang melimpah.
3. Sumber modal yang besar.
4. Kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi yang tinggi
5. Letak geografis yang cukup strategis.
6. Potensi pasar domestic/ dalam negeri yang cukup besar.
7. Jumlah pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang besar.
8. Sektor agrobisnis yang mengandalkan lahan produktif yang luas.

Di samping keunggulan komparatif diatas masih ada keunggulan kompetitif yang harus
dimiliki suatu negara untuk dapat memenangkan dan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional seperti :
1. Suatu negara harus memiliki produk (barang ataupun jasa) dengan kwantitas dan mutu
(kwalitas) yang sesuai dengan standar internasional, disertai dengan ketepatan waktu
penyerahannya. Tingkat harga produk juga harus lebih bersaing/ kompetitif dengan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
2. Sumber daya manusia (SDM) pelaku bisnis harus bermutu tinggi dengan jiwa dan semangat
kewirausahaan, disiplin, kemandirian, dan etos kerja, kemampuan manajemen, serta
profesionalisme yang tinggi. Kwalitas (mutu) SDM yang dimaksud di sini berkaitan pula
dengan daya kreatif, dinamika prakarsa dan daya saing. Dengan daya saing yang tinggi, dunia
usaha nasional suatu negara dan produksi dalam negerinya akan mampu menguasai dan
mengembangkan pasar dalam negeri dan sekaligus mampu melakukan transaksi ekspor yang
lebih besar ke manca negara.
3. Usaha yang ada juga harus lentur, lincah dan cepat tanggap terhadap perubahan permintaan
pasar.
4. Struktur dunia usaha nasional suatu negara harus kokoh dan efisien sehingga mampu
menguasai dan mengembangkan pasar domestik serta sekaligus meningkatkan daya saing
global.
5. Iklim ekonomi suatu negara yang kondusif serta sehat, di mana pertumbuhan ekonomi
berjalan di atas landasan kebersamaan berusaha di antara berbagai pelaku ekonomi yang ada.
6. Mekanisme pasar berfungsi secara efisien dan efektif. Dalam hal ini koreksi dari pemerintah
terhadap pasar sangatlah berperan. Koreksi yang dilakukan pemerintah pada dasarnya
bertujuan untuk mendorong dan melindungi agar mekanisme pasar dapat berjalan secara
sempurna dan sehat.
7. Kondisi dimana ada peluang dan kesempatan, membangkitkan, mengembangkan dan
mendorong maju wirausaha nasional untuk mengadakan kerjasama sekaligus bersaing ketat
dengan bangsa-bangsa yang lain.
8. Adanya penguasaan dan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
9. Adanya stabilitas politik dan kebijaksanaan pemerintah termasuk di dalamnya jaminan
kepastian hukum dalam berusaha.
10. Adanya penegakan hak asasi manusia (HAM).
11. Adanya perhatian dan penanganan usaha dalam hal mutu lingkungan hidup.Teori
keunggulankomparatif

2.2 Cara Mencapai Keunggulan Komparatif


Ada 2 (dua) cara dasar untuk mencapai keunggulan kompetitif :
a. Strategi biaya rendah yang memampukan perusahaan untuk menawarkan produk
dengan biaya yang lebih murah dari pesaing.
b. Strategi differensiasi produk, sehingga pelanggan menangkap memperoleh manfaat
unik yang sesuai dengan harga yang cukup. Akan tetapi kedua strategi tersebut
mempunyai pengaruh yang sama yakni meningkatkan anggapan manfaat yang
dinikmati oleh pelanggan.

Ada 3 (tiga) faktor yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu keunggulan kompetitif
yang dapat dipertahankan, yaitu:

a. Dasar persaingan (basic of competition), strategi harus didasarkan pada seperangkat


asset, skill dan kemampuan, ketiga hal tersebut akan mendukung strategi yang
dijalankan sehingga keunggulan dapat bertahan.
b. Di pasar mana perusahaan bersaing (where you compete). Dalam hal ini, penting bagi
perusahaan memiliki pasar sasaran yang sesuai dengan strategi perusahaan atau dengan
lain asset, skill dan kemampuan harus mampu mendukung strategi dalam memberikan
sesuatu yang bernilai tinggi di pasar.
c. Dengan siapa perusahaan bersaing (who you compete against). Selanjut perusahaan
harus mampu mengindentifikasi pesaing nya di pasar tempat perusahaan bersaing,
perusahaan harus mampu menilai apakah pesaing tersebut lemah, sedang atau kuat.
Keunggulan kompetitif berkembang dari nilai yang mampu diciptakan untuk pembelian
yang melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya. Keunggulan kompetitif berasal dari
banyak aktivitas berlainan yang dilakukan perushaan dalam mendesain, memproduksi,
memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Masing-masing aktifitas dapat
mendukung posisi biaya relative perusahaan dan menciptakan diferensiasi.

Ada dua jenis keunggulan bersaing yaitu :


a. Keunggulan biaya merupakan inti dari setiap strategi bersaing. Untuk mencapai
keunggulan biaya, sebuah perusahaan harus bersiap menjadi produsen berbiaya rendah
dalam industrinya. Perusahaan harus memiliki banyak segmen, bahkan beroperasi
dalam industri terkait. Sumber keunggualn biaya bervariasi dan tergantung kepada
struktur industri.
Sumber tersebut mencakup: pengerjaan skala ekonomi, teknologi milik sendiri, akses
ke bahan mentah, dan lain-lain. Bila perusahaan dapat mencapai dan mempertahankan
keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan kinerja rata-rata dalam
industri asal dapat menguasai harga pada, atau dekat, rata-rata industri.
b. Diferensiasi, cara diferensiasi berbeda untuk tiap industry dan pada umumnya dapat di
pasarkan kepada produk, sistem penyerahan, pendekatan pemasaran dan lain-lain.

Tiga kondisi yang memungkinkan perusahaan secara serentak mencapai keunggulan biaya
dan diferensiasi adalah:
 Para pesaing terperangkap di tengah, sehingga tidak memiliki posisi yang cukup baik
untuk mencapai keunggulan (tidak konsisten).
 Perusahaan merintis inovasi besar yang memungkinkan penurunan biaya dan
meningkatkan diferensiasi.
 Perusahaan memungkinkan biaya tambahan di tempat lain dan mempertahankan
keunggulan biaya keseluruhan atau mengurangi biaya diferensiasi dibanding pesaing

2.3 Kelemahan dari Teori Keunggulan Komparatif


Terdapat beberapa kelemahan Teori Keunggulan Komparatif, antara lain sebagai berikut :
1) Perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja) menimbulkan terjadinya perbedaan
produktivitas ataupun perbedaan efisiensi. Akibarnya, terjadi perbedaan harga barang
sejenis diantara dua negara.
2) Jika fungsi faktor produkdi (tenaga kerja) atau produktivitas dan efisiensi di dua negara
sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang
sejenis akan menjadi sama di dua negara.
3) Tidak dapat diejlaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang atau produk
sejenis walaupun fungsi faktor produksi (produktivitas dan efidiensi) di kedua negara
sama.
4) Adanya perbedaan jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-asing negara.
2.4 Implikasi Teori Keunggulan Komparatif
Dasar pemikiran Ricardo mengenai penyebab terjadinya perdagangan antarnegara pada
prinsipnya sama dengan dasar pemikiran dari Adam Smith (Teori Keunggulan Mutlak), namun
berbeda pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya,
bukan perbedaan absolutnya. Kelemahan-kelemahan dari teori keunggulan komparatif antara
lain timbulnya ketergantungan dari Dunia Ketiga terhadap negara-negara maju karena
keterbelakangan teknologi. Fakta lain, saat ini negara-negara maju pun bisa membuat sendiri
apa yang menjadi spesialisasi negara berkembang (misalnya pertanian) dan melakukan
proteksionisme. Alih teknologi produksi yang terjadi, misalnya barang-barang spesialisasi dari
Indonesia yang dijual ke Jepang akan dijual lagi ke Indonesia dengan harga dan bentuk yang
bih bagus, seperti karet menjadi ban dan juga membuat negara-negara berkembang sulit
bersaing keuntungan. Perusahaan seperti Honda membuat bahan motor di negara-negara
spesialisasi.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut, teori ini sebenarnya hanya cocok untuk
perdagangan internasional antar negara maju. Sebenarnya melalui konteks sejarah kita bisa
mengetahui hal tersebut karena Ricardo hanya melihat inggris dan negara-negara maju plus
Amerika Latin dalam penyusunan teorinya tersebut. Pada masa Ricardo, belum ada
pengamatan serius dan mendalam yang mengarah pada negara-negara di Dunia Ketiga. Wajar
jika ketika negara-negara di Dunia Ketiga mulai masuk dalam struktur ekonomi-politik
internasional, ada beberapa hal dari teori perbandingan komparatif Ricardo yang menimbulkan
berbagai kerugian di pihak negara-negara Dunia Ketiga.
2.5 Dimensi-Dimensi Keunggulan Komparatif
Dalam mempertahankan keunggulan bersaing banyak tantangan yang terbuka demikian
juga banyak cara untuk mempertahankan keunggulan bersaing. Beberapa cara
mempertahankan keunggulan bersaing yang bisa di identifikasikan daintaranya adalah :
1. Keunggulan Operasioanal.
Keunggulan ini mengacu kepada strategik generik yaitu kepada strategi harga dan biaya
terendah dengan penekanan kepada efesiensi. Bila perusahaan bekerja secara efisien dan
kemudian berhasil menerapkan atau menekan biaya total untuk produk sedemikian rupa,
sehingga bisa menjadi yang terendah dalam industrinya, maka kemungkinan besar bisa
menetapkan harga produk yang terendah pula dalam industri. Efisiensi berarti pula bahwa
pelanggan akan mendapatkan produk dengan biaya kepemilikan terendah serta waktu yang
diperlukan sampai ketangan pelanggan adalah waktu yang tersingkat. Terdapat tiga hal utama
yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dengan keunggulan operasional memilki
kualifikasi untuk berhasil memberikan pelayanan yang unggul kepada pelanggan. Pertama,
perusahaan-perusahaan harus berfokus kepada usaha untuk memberikan pelayanan yang
sederhana dan bebas dari hal-hal yang justru akan menimbulkan keruwetan. Kedua,
perusahaan- perusahaan menerapkan model operasi yang menekankan kepada efesiensi serta
berusaha yang menekankan kepada efesiensi serta berusaha untuk memperoleh zero defect baik
dalm produk maupun pelayanan. Ketiga, keberhasilan perusahaan-perusahaan tersebut dalam
memanfaatkan teknologi informasi.
2. Keunggulan Produk dan teknologi.
Satu hal yang mungkin menjadi pegangan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi
adalah kesuksesan kesuksesan dari perusahaan-perusahaan yang menjadi pemimpin produk.
Agar dapat menjadi pemimpin produk, perusahaan harus menunjukan arus yang konsisten dari
produk-produk yang menonjol yang akan mampu membuat para pelanggan akan terus menanti
dengan penuh harap produk-produk baru yang akan di luncurkan. Hal lain yang ahrus
diperhatikan adalah perusahaan perusahaan tidak boleh terlena dengan terus-menerus
melakukan inovasi produk tanpa memperdulikan pasar.
3. Kedekatan dengan pelanggan.

Perusahaan yang ingin membangun keunggulan melalui kedekatan dengan pelanggan yang
harus dilakukan adalah upaya untuk membangun citra atau image tentang perusahaan kedalam
benak pelanggan. Ketika pelanggan berpikir tentang suatu produk yang ingin dimiliki dalam
rangka memenuhui keinginannya maka yang ada di benaknya pertama kali adalah produk -
produk serta nama perusahaan tersebut. Untuk membangun kerekatan dan keakraban dengan
pelanggan, maka perusahaan harus mau menjadi bagian dari solusi untuk si pelanggan dan
bukanlah menjadi bagian bagian dari problem mereka. Perusahaan-perusahaan yang dekat
dengan pelanggan dan sukses adalah mereka yang dalam pengalamannya berhasil menjadi ahli
dalam bisnis pelangganya serta berhasil menciptapkan berbagai solusi.

2.6 Mengoptimalkan Keunggulan Komparatif

Pemerintah perlu mengoptimalkan keunggulan komparatif Indonesia untuk menumbuh


kembangkan industri berbasis sumber daya lokal yang berdaya saing tinggi di pasar
internasional. Kecepatan dan ketepatan pemerintah mengidentifikasi industri yang kompetitif
dan memfasilitasi perkembangannya dapat memacu pertumbuhan jangka panjang ekonomi
nasional. Kepala Ekonom Bank Dunia Justin Yifu Lin menyampaikan hal itu di Jakarta, Selasa
(28/6), saat bertemu Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal, pengusaha, dan Komite Ekonomi Nasional dalam kunjungan dua hari di
Indonesia.Indonesia dapat menjadi pusat pertumbuhan besar tahun 2025. Bahkan, Indonesia
diprediksi menjadi salah satu dari enam negara dengan kontribusi separuh pertumbuhan
ekonomi global. Akan tetapi, sebelum mencapai titik tersebut, pemerintah harus lebih intens
membenahi upaya dalam mencapai target yang dibuat dalam sektor dengan keuntungan
komparatif itu.”Indonesia adalah negara dengan banyak keuntungan, misalnya, sumber daya
alam, angkatan kerja berpendidikan yang besar, sektor swasta yang bergairah, dan pasar
domestik yang besar.
Kemampuan Indonesia membangun industri otomotif adalah contoh keberhasilan
Indonesia mengelola potensinya sehingga bisa mengekspor ke negara lain,” ujarnya. Contoh
lainnya adalah Indonesia mengimpor kapas dari Amerika Serikat untuk diproduksi menjadi
tekstil dan produk tekstil. Produk tersebut kemudian diekspor kembali ke Amerika
Serikat.Angkatan kerja yang besar menjadikan Indonesia memiliki keunggulan komparatif di
industri padat karya. “Pemerintah perlu membenahi berbagai persoalan yang menyelimuti
iklim investasi industri padat karya untuk mengembangkan industri lokal, menjaga
pertumbuhan pendapatan, dan mengurangi kemiskinan,” ujar Justin. “Indonesia adalah negara
dengan berbagai keunggulan, di antaranya angkatan kerja yang besar dan cukup terdidik,
komunitas bisnis yang dinamis, dan secara geografis dekat dengan beberapa sentra
pertumbuhan. Industri otomotif adalah contoh baik bagaimana semua keunggulan tersebut
kemudian mendukung satu sektor yang tepat,” kata Justin. “Mengikuti keunggulan komparatif
adalah cara terbaik untuk memperluas industri lokal, mempertahankan pertumbuhan
pendapatan, dan mengurangi kemiskinan,” katanya (HAM).
2.7 Contoh Keunggulan Komparatif

Sektor pertanian adalah sektor yang banyak memanfaatkan keunggulan komparatif.


Kegiatan ekonomi di sektor pertanian diharapkan mampu mendayagunakan keunggulan
komparatif menjadi keunggulan kompetitif jika disertai dengan pengembangan industri hulu
pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan
artinya sektor pertanian secara terpisah tidak akan mampu menjadi penggerak ekonomi masa
depan. Pertanian dapat menjadi kekuatan yang besar apabila dikombinasi dengan agroindustri,
perdagangan dan jasa-jasa penunjang. Agroindustri merupakan sub sistem agribisnis
pengolahan yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara
maupun produk akhir.Agroindustri terkait erat ke sisi hulu maupun ke hilir dalam produksi
pertanian primer. Dalam era globalisasi diharapkan agroindustri Indonesia memiliki daya saing
di pasar internasional. Produk kakao (kakao biji) merupakan salah satu produk agroindustri
yang diekspor oleh Indonesia, disamping jenis produk kakao lain yang diekspor dalam jumlah
kecil. Indonesia berpotensi sebagai pemasok utama kakao dunia (10,96%). Pada tahun 2003,
Indonesia merupakan negara pemasok kakao ketiga di dunia setelah Pantai Gading (39,08%)
dan Ghana (14,79%). Dalam persaingan di pasar dunia yang semakin ketat, peningkatan
produksi kakao di Indonesia manghadapi tantangan yang semakin keras dari segi rendahnya
mutu, produktivitas dan efisiensi mulai dari produksi sampai dengan pemasaran. Kakao biji
Indonesia harus mampu bersaing dengan produk kakao sejenis dari negara lain. Jika kakao biji
Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional diharapkan akan lebih banyak lagi negara
yang membutuhkan kakao biji dari Indonesia dan produsen akan lebih bersemangat untuk
memproduksi kakao biji dengan mutu yang lebih baik dan biaya produksi yang cukup rendah
sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan
oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi, sehingga dapat mempertahankan
kelangsungan produksinya.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi
untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut,
kamiberpendapat, bahwa keunggulan komparatif, adalah keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keuanggulan beberapa organisasi untuk mencapai
tujuan bersama. Contoh, beberapa instansi/lembaga pemerintahan, dengan memanfaatkan
segala keuanggulan yang dimilikinya, dan mereka mempunyai satu tujuan bersama, yakni
untuk mewujudkan VISI dan MISI yang telah dibuatnya bersama-sama Oleh sebab itu, jelaslah
bahwa keunggulan komparatif, bagaimana untuk mencapai tujuan bersama dengan segala
keunggulan yang dimiliki baik oleh organisasi maupunterhadap organisasi lainnya, sedangkan
keunggulan kompetitif, bagaimana memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh organisasi
untuk bisa mendapatkan tujuan organisasi, dengan cara berkompetisi dengan organisasi
lainnyakarenaRicardo hanya melihat Inggris dan negara-negara maju plus Amerika Latin
dalam penyusunan teorinya tersebut.Pada masa Ricardo, belum ada pengamatan serius dan
mendalam yangmengarah pada negara-negara di Dunia Ketiga. Wajar jika ketika negara-
negara di Dunia Ketiga mulai masuk dalam struktur ekonomi politik internasional ada beberapa
hal dari teoriperbandingan komparatif Ricardo yang menimbulkan berbagai kerugian di pihak
negara-negara Dunia Ketiga.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-ar-raniry/ilmu-komunikasi-
dasar/keunggulan-komparatif/47252703

https://www.studocu.com/id/document/universitas-syiah-kuala/manajemen-pemasaran/paper-
keunggulan-kompetitif/7788186

https://www.academia.edu/12457314/MAKALAH_TEORI_KEUNTUNGAN_KOMPARAT
IF_COMPARATIVE_ADVANTAGE_

Anda mungkin juga menyukai