Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK II : EKONOMI INERNASIONAL : EKI 203 A2

1. Ni Made Nia Widiani (1807511052)


2. Nagas Prayana Putra (1807511053)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Teori Perdagangan Internasional

Menurut kamus ekonomi perdagangan Internasional merupakan perdagangan yang


terjadi antara dua negara atau lebih. Perdagangan luar negeri termasuk export dan impor
merupakan aspek yang cukup penting dalam perekonomian suatu negara, dimana
Perdagangan Internasional dapat mengenalkan negara kita kepada negara lainnya seperti hasil
produksi, kebudayaan, daerah wisata, bahasa dan berbagai potensi baik alam maupun
manusia dimana hal tersebut dapat menarik minat dari para investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Perdagangan internasional terjadi ketika terjadi pertukaran hasil
produksi dan tenaga kerja dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar - besarnya
dari kerjasama yang telah terjalin. Ada beberapa teori perdagangan internasional yaitu teori
klasik dimana teori klasik ini terdiri dari teori kemanfaatan absolut oleh Adam Smith, Teori
keunggulan komperatif oleh David Ricardo serta biaya tetap dan kurva kemungkinan
produksi oleh David Ricardo.

a. Kemanfaatan Absolut ( Absolute Advantage : Adam Smith)

Adam Smith memulai teori ini dengan prinsip yang sederhana di mana dua negara atau
lebih hanya akan melakukan perdagangan satu sama lain dengan sukarela apabila negara
tersebut mendapatkan keuntungan atau manfaat dari kegiatan perdagangan yang telah mereka
lakukan. Jika salah satu negara tidak mendapatkan keunggulan atau keuntungan apa - apa
maka negara tersebut akan menolak perjanjian perdagangan. Adam Smith berpendapat bahwa
perdagangan antar negara didasarkan pada keunggulan absolut. Ketika suatu negara lebih
efisien atau memiliki keunggulan absolut daripada negara lain pada saat memproduksi suatu
barang atapun jasa tetapi kurang efisien dalam memproduksi barang lainnya maka negara
tersebut dapat bertukar dengan negara lain untuk produk atau komoditas yang memiliki
keunggulan absolut terhadap barang tersebut begitupun sebaliknya. Dengan proses ini negara
dapat memproduksi barang yang memiliki keunggulan absolut untuk negaranya lalu
mengekspor kepada negara yang membutuhkan atau kurang efisien ketika memproduksi
barang tersebut, negara dapat mengimpor barang yang memiliki kelemahan absolut untuk
negaranya sehingga terjadi hubungan timbal balik antara negara satu dengan negara lainnya.

Adam Smith dalam bukunya Wealth of nations pada tahun 1776 mengatakan bahwa
“setiap kepala keluarga yang bijaksana tidak akan mencoba untuk membuat sendiri barang
yang akan memakan banyak biaya, akan lebih efisien jika barang tersebut dibeli pada orang
lain. Seorang tukang jahit tidak akan membuat sepatunya sendiri melainkan membelinya dari
tukang sepatu. Jika negara lain bisa memberikan barang dengan harga yang lebih murah
daripada ketika kita memproduksinya sendiri, maka akan jauh lebih baik jika kita
membelinya dari negara tersebut dengan imbalan produk yang bisa hasilkan dengan efisien
sehingga akan menguntungkan kedua beleh pihak (Adam Smith ; 1776) .

Teori ini memusatkan perhatiannya pada variable riil seperti nilai suatu barang diukur
banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Semakin banyak
tenaga kerja yang diperkerjakan maka makin tinggi pula nilai barang tersebut atau sering
disebut ‘labor theory of value’. Teori ini lebih menekankan besaran atau variable daripada
moneter sehingga dikenal dengan nama teori murni ‘pure theory”. Teori ini bersifat
sederhada sebab beranggapan bahwa tenaga kerja bersifat homogen dan merupakan satu
satunya factor produksi. Kenyataannya tenaga kerja tidaklah homogen dan factor produksi
bukanlah tenaga kerja saja melainkan terdapat modal, Sumber Daya Alam (SDA) dan
kewirausahaan. Contoh dari teori keunggulan absolut oleh adam smith ini dapat dicermati
dengan contoh sebagai berikut :

“Negara Aamerika Serikat memiliki efisiensi atau keunggulan absolut dalam memproduksi
gandum dimana amerika serikat dapat memproduksi gandum dengan biaya produksi yang
lebih rendah dari Negara Indonesia, disisi lain Negara Indonesia memiliki efisiensi atau
keunggulan absolut di dalam memproduksi kain namun kurang memiliki keunggulan absolut
pada saat memproduksi gandum. Akan lebih baik jika Negara Indonesia membeli gandum
kepada Negara Amerika begitupun sebaliknya Negara Amerika membeli kain kepada Negara
Indonesia.”

b. Teri keunggulan komperatif David Ricardo

Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara yang akan menghasilkan suatu barang
kemudian mengekspor barang tersebut, dimana negara tersebut akan mengekspor suatu
barang yang memiliki comperative advantage terbesar dan mengimpor barang yang memiliki
comperative disadvantage. Hal ini terjadi karena negara akan mendapatkan barang tersebut
dengan harga yang lebih murah apabila mengimpor daripada memproduksinya sendiri. Teori
ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga
kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu barang dimana makin banyak tenaga kerja
yang terlibat maka semakin mahal pula harga barang tersebut. Prinsip keunggulan komperatif
yaitu “Setiap Negara dapat memperoleh hasil dari perdagangannya dengan melakukan export
barang atau komoditas yang merupakan keunggulan komperatif terbesarnya tersebut keluar
negeri dan dapat mengimpor barang atau komoditas yang bukan keunggulan komperatifnya”
(David Ricardo, 1817).

Ada satu pengecualian dalam hukum keunggulan komperatif dimana hal ini terjadi ketika
kelemahan absolut yang dimiliki satu negara terhadap negara lain adalah sama di kedua
komoditas, hal ini menyebabkan pernyataan dari hukum keunggulan Komperatif harus sedikit
di modifikasi sehingga akan berbunyi sebagai berikut : apabila suatu negara memiliki
kelemahan komperatif dalam memproduksi kedua komoditas dibandingkan negara lainnya
maka negara tersebut tetap bisa melakukan hubungan perdagangan internasional dengan cara
menurunkan upah tenaga kerja dari negara yang memiliki kelemahan komperatif terhadap
kedua komoditas.

Sebagai contoh : Negara Amerika memiliki produktivitas rendah dalam memproduksi


kedua jenis barang baik gandum maupun kain dimana Amerika Serikat memerlukam 2 jam
kerja untuk memproduksi segantang gandum dan 4 jam kerja untuk memproduksi 1 yard
kain sedangkan di Indonesia hanya memerlukan 1.5 jam kerja untuk memproduksi segantang
gandum dan 1 jam kerja untuk memproduksi satu yard kain. Menurut hukum keunggulan
komperatif kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan jika Amerika Serikat
mengkususkan untuk memproduksi gandum lalu mengeksponya ke Indonesia, sedangkan
Indonesia mengkususkan produksi kain lalu di exspor ke Amerika serikat. Di dalam
hubungan perdagangan Internasional dua degara dengan dua komoditas harus menentukan
keseimbangan di mana jika negara 1 memiliki keunggulan dalam memproduksi barang A
maka negara 2 harus memiliki keunggulan dalam memproduksi barang B. Jika kedua negara
sama - sama lemah dan kuat pada barang atau komoditas yang sama, maka salah satu diantara
mereka harus mengalah atau bisa juga dengan melihat negara mana yang memiliki tingkat
keunggulan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah.

Perdagangan antar Negara akan timbul apabila masing - masing negara memiliki
comperative cost yang terkecil. Pada teori ini David Ricardo mendasarkan hukum
keunggulan komperatif pada beberapa asumsi sederhada seperti :

 Hanya terdapat dua negara dengan dua komoditas


 Perdagangannya bersifat bebas
 Tidak terdapat biaya transportasi
 Teori nilai tenaga kerja
 Biaya produksi yang konstan
 Terjadi perpindahan yang sempurna atas tenaga kerja

Nilai atau harga suatu barang, produk atau komoditas tergantung kepada jumlah tenaga
kerja yang terlibat pada saat memproduksi barang tersebut mengacu kepada teori nilai tenaga
kerja. Hal ini berarti bahwa tenaga kerja bersifat homogen atau hanya satu jenis saja. Selain
itu teori ini juga mengartikan bahwa tenaga kerja adalah satu- satunya factor produksi dan
jumlah tenaga kerja adalah sama pada setiap produksi barang atau komoditas. Seperti yang
kita ketahui, tenaga kerja bukanlah satu satunya factor produksi dimana dalam hal ini terdapat
factor produksi lainnya seperti upah, SDA, kewirausahaan, modal dan lain sebagainya.
Tenaga kerja tidak bersifat homogen tetapi sangat bervariasi baik dari tingkat pendidikan,
pelatihan, produktivitas serta upah ataupun gaji. Jumlah tenaga kerja juga tidak selalu sama
dalam memproduksi satu barang dengan barang lainnya. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan tidaklah sama dalam memproduksi satu unit motor dan satu unit mobil. Oleh
karena itu teori keunggulan komperatif tidak perlu didasarkan pada teori nilai tenaga kerja
tetapi dapat dijelaskan atas dasar teori biaya oportunitas.

Tanpa adanya perdagangan Internasional suatu negara akan memerlukan biaya yang lebih
besar untuk memproduksi barang yang kurang memiliki keunggulan absolut bagi negaranya
sehingga hal tersebut kurang efisien serta memerlukan biaya yang lebih besar daripada
membelinya dari negara lain yang memiliki keunggulan komperatif dalam memproduksi
barang tersebut. Berdasarkan hukum keunggulan komperatif Negara tersebut harus
mengkususkan diri dalam memproduksi satu komoditas yang memiliki tingkat keunggulan
absolut sehingga bisa mengekspornya ke Negara lainnya begitupun sebaliknya.

2. Dasar Teori Pertukaran

Pertukaran atau perdagangan memiliki arti yang sangat penting dalam ilmu ekonomi
dimana perdagangan merupakan pertukaran yang didasari oleh kehendak sukarela dari orang
– orang yang terlibat. Pertukaran yang terjadi karena adanya ancaman dan paksaan tidak
termasuk dalam dalam arti perdagangan. Setiap orang yang terlibatlah yang berhak untuk
menentukan nasib dari pertukaran itu sendiri, apakah diterima atau tidak tergantung dari
sudut kepentingan dari masing masing individu yang terlibat. Aspek ‘kehendak sukarela’
sangatlah penting karena pertukaran atau perdagagan dalam arti khusus memiliki arti yang
sangan fundamental dimana perdagangan atau pertukaran hanya akan terjadi apabila kedua
belah pihak sama sama merasa diuntungkan dari tranaksi tersebut. Sesungguhnya pertukaran
atau perdagangan karena salah satu dari kedua belah pihak melihat celah untuk mendapatkan
keuntungan sehingga motif utama dari terjadinya tukar menukar atau perdagangan adalah
adanya kemungkinan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat tambahan dimana
manfaat ini disebut dengan gains from trade. Oleh karena itu latar belakang dari pertukaran
adalah adanya kemungkinan memperoleh manfaat dari perdagangan atau gains of trade.
Dasar penukaran memiliki hubungan yang erat dengan pembagian manfaat dari perdagangan
atau gains from trade. Apabila dasar penukaran makin besar maka konsumen atau orang yang
akan menukarkan barang X dengan barang Y akan menerima bagian yang lebih besar pula.
Dasar penukaran merupakan indikator dari pembagian pola gains of trade.

3. Manfaat Perdagangan Internasional

Pertukaran atau perdagangan dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak


yang terlibat walaupun jumlah barang yang tersedia secara keseluruhan tidaklah berubah.
Keuntungan dari perdagangan timbul dari adanya perbedaan selera antar konsumen dan
perbedaan dari jumlah awal barang yang dimiliki oleh endowment. Pembagian manfaat
perdagangan antar kedua belah pihak ditentukan oleh dasar penukarannya dimaa konsumen
yang berhasil mendapatkan dasar penukaran yang baik dapat memperoleh manfaat yang baik
pula. Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh oleh neggara kita jika melakukan
perdagangan Internasional adalah:

 Terjalinnya kerjasama antar negara. Dengan adanya kerjasama yang baik antara satu
negara dengan degara lainnya diharapkan akan tercipta banyak kerja sama lainnya
tidak hanya di bidang ekonomi saja tetapi juga di bidang lainnya seperti infrastruktur,
poltik dan lain sebagainya.

 Dapat membeli barang dengan harga yang lebih murah. Mengacu kepada teori
kemanfaatan absolut oleh adam smith bahwa akan lebih baik jika membeli produk
atau komoditas dengan harga yang lebih murah daripada mengeluarkan biaya yang
lebih besar ketika memproduksinya sendiri.

 Dapat menjual barang ke luar negeri dengan harga yang lebih tinggi.

 Memperoleh barang yang tidak bisa di produksi di negeri sendiri dimana tidak setiap
produk yang kita butuhkan bisa kita peroleh di Negara sendiri. Banyak factor yang
menentukan apakah produk tersebut bisa diproduksi di Negara ini seperti iklim,
teknologi, kondisi geografi dan lain sebagainya.

 Transfer Teknologi Modern. Dengan adanya perdagangan internasional


memungkinkan suatu Negara untuk bisa mempelajari teknik produksi dari suatu
produk dan bisa diterapkan di negaranya jika memungkinkan.

 Memperluas Pasar dan menambah keuntungan. Kelebihan produksi bukanlah hal


yang gawat lagi jika kita sudah melakukan perdagagan internasional karena kelebihan
barang yang di produksi dapat di export keluar negeri. Selain itu mesin mesin yang
digunakan selama proses produksi juga akan termaksimalkan fungsinya kerena
memproduksi dalam jumlah yang besar.
IINVETARISASI VARIABEL

(+)

Tenaga Kerja
(+) Hasil (-) Impor
Bahan Baku
Produksi
Produksi
(+)

Dalam teori ekonomi internasional dikatakan bahwa impor lebih penting daripada
ekspor karena untuk melakukan kegiatan produksi, sebuah negara tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri tetapi terkadang membutuhkan bantuan dari negara lain. Logikanya,
negara tersebut harus menghasilkan devisa untuk membayar impornya. Salah satu fungsi dari
ekspor adalah membiayai impor. Jadi secara alamiah impor lebih penting daripada ekspor.
Ekspor memang dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan perekonomian
suatu Negara, namun impor juga memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan
ekonomi Negara tersebut. Kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan
posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan
meningkatkan lalu lintas perdagagan luar negeri untuk kepentingan pembangunan dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Indepentdent varibel berpengaruh negative terhadap dependent variable. Dimana tenaga
kerja, bahan baku dan jam kerja akan mempengaruhi hasil produksi. Dari hasil produksi
inilah Negara dapat mengambil tindakan baik akan melakukan export maupun impor. Dalam
hal ini kami dari kelompok 2 hanya menggunakan Impor sebagai dependent variable.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di dalam
maupun di luar urusan kerja dengan menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan. Secara singkat pertambahan tenaga kerja serta peningkatan kualitas dari tenaga
kerja tersebut dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi dimana
peningkatan hasil produksi inilah yang berpengaruh negative terhadap Impor.

2. Bahan Baku

Bahan baku merupakan factor yang sangat penting dalam kelangsungan produksi itu
sendiri. Biasanya bahan baku berupa bahan mentah maupun barang setengah jadi yang
berasal dari Sumber Daya Alam. Peningkatan jumlah bahan baku akan berpengaruh positif
terhadap terhadap hasil produksi sehingga akan meningkatkan hasil produksi itu sendiri.
Peningkatan hasil produksi inilah yang berpengaruh negative terhadap Impor karena ketika
hasil produksi meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka impor tidak lagi
dibutuhkan oleh karena itulah bahan baku berpengaruh negative terhadap Impor.

3. Poduksi

Produksi berpengaruh negative terhadap Impor. Hampir sama dengan penjelasan


sebelumnya, peningkatan hasil produksi akan berpengaruh negative terhadap Impor karena
dengan peningkatan produksi impor akan menurun. Hal ini sependapat dengan journal yang
berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI
INDONESIA” dimana didalam journal tersebut dijelaskan bahwa : peningkatan produksi
beberapa persen akan menurunkan impor sebesar persen tersebut pula.

Hasil olah data variabel produksi beras berdasarkan regresi dan hasil uji T.

Variabel Hasil Regresi Hasil Uji T Batas Uji T


Produksi -20.047 - 4.545 - 1.7613
Beras
Variabel produksi beras memiliki koefisien regresi sebesar - 20.047 yang berarti bahwa
peningkatan produksi sebesar 1 ton maka akan menurunkan impor beras di Indonesia
sebesar 20,047%. Nilai t hitung > t tabel, yaitu -4,545 > - 1,7613. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti variabel produksi beras
memiliki pengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia. (Yona, dkk, 2017)

Anda mungkin juga menyukai