Anda di halaman 1dari 5

KEUNGGULAN MUTLAK

Pengertian keunggulan absolut Dikutip dari buku Contemporary Business (2006) karya Louis E.
Boone dan David L. Kurtz, keunggulan absolut terjadi ketika perusahaan atau negara mampu
mempertahankan monopoli atas produk atau jasa yang dihasilkannya. Sebagai contoh, selama
berabad-abad, Cina menikmati keunggulan absolut dalam produksi sutra. Kain ini ditenun dari serat
yang diperoleh dari kepompong ulat sutra, kemudian diolah dan dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan pakaian berkualitas tinggi. Secara garis besar, keunggulan absolut lebih menekankan pada
besaran variabel riil dan bukan moneter. Misalkan, nilai suatu barang diukur dengan jumlah tenaga
kerja yang digunakan dalam produksi barang atau jasa. Makin banyak tenaga kerjanya, berarti kian
tinggi pula nilai barang atau jasa tersebut.
Teori keunggulan mutlak atau absolute advantage theory adalah salah salah satu teori yang menjadi
dasar perdagangan internasional. Teori keunggulan mutlak muncul pada abad ke-18 setelah
berakhirnya teori merkantilisme. Keunggulan mutlak dalam perdagangan internasional dikemukakan
oleh Adam Smith. Dia mengatakan teori keunggulan mutlak mengenai keunggulan yang dimiliki
sebuah negara terhadap negara lain secara mutlak pada hal produksi.
Menurutnya, teori keunggulan mutlak dijelaskan sebagai kondisi dimana suatu negara dapat
memproduksi barang atau jasa lebih banyak dibandingkan dengan para pesaingnya dengan
mengeluarkan biasa yang lebih rendah, sehingga mendapatkan keuntungan lebih besar.
Negara dapat dikatakan mempunyai keunggulan mutlak apabila dapat menghasilkan sesuatu yang
tidak dapat dihasilkan negara lain. Misalnya, Jepang adalah negara yang memproduksi mobil dalam
jumlah besar dengan merk-merk ternama seperti Honda, Suzuki, dan lain-lain. Dalam hal ini, Jepang
memiliki keunggulan mutlak dalam produksi mobil-mobil bermerek tersebut karena di negara lain
tidak dapat menghasilkannya.
Pada teori keunggulan mutlak ini, Smith mengemukakan mengenai manfaat dari perdagangan
internasional melalui keunggulan dalam pembagian kerja. Teori ini kemudian dikembangkan
berdasarkan doktrin pembagian kerja yang ada.
Smith juga menyatakan bahwa kemakmuran dari sebuah negara tidak bisa ditentukan dari banyaknya
logam yang dimiliki.
Akan tetapi, kemakmuran sebuah negara dapat dilihat dari besarnya pendapatan nasional yang ada
dalam bentuk GDP atau Gross Domestic Product. Serta sumbangan perdagangan luar negeri yang
dapat memengaruhi pembentukan GDP. Agar GDP serta perdagangan luar negeri sebuah negara bisa
meningkat, maka penting bagi pemerintah untuk mengurangi campur tangannya yang dapat membuat
terciptanya perdagangan bebas. Dengan adanya perdagangan bebas tersebut, maka dapat memicu
persaingan perdagangan yang ada lebih ketat.
Jongkers Tampubolon dalam karyanya berjudul ‘Perdagangan dan Bisnis Internasional’, menjelaskan
mengenai teori keunggulan mutlak. Yaitu perdagangan antarnegara yang berlangsung atas dasar
keunggulan mutlak.
Menurutnya, jika suatu negara secara lebih efisien melakukan produksi sebuah komoditas
dibandingkan dengan negara lain, namun kurang efisien dalam hal memproduksi komoditas lainnya.
Maka kedua negara yang ada tersebut dapat memperoleh keuntungan melalui cara yang mereka miliki
masing-masing. Yakni dengan melakukan spesialisasi pada proses produksi komoditas yang memiliki
keunggulan mutlak.
Selanjutnya, kedua negara tersebut dapat menukar dengan komoditas lain yang memiliki kerugian
absolut.
Konsep teori keunggulan mutlak
Teori keunggulan mutlak mengalami perkembangan hingga masuk ke pemikiran ekonomi
internasional. Beberapa aspek yang menerima teori ini seperti pembagian kerja, spesialisasi produk,
serta efisiensi produk yang ada dalam ekonomi internasional.
Pembagian kerja
Pertama, pembagian kerja memiliki kaitannya dengan berapa jumlah waktu bekerja pada suatu
kegiatan produksi. Pembagian kerja yang dikelola dengan baik mampu mengurangi biaya operasional
dari sebuah kegiatan produksi.
Dengan adanya penghematan biaya tersebut, maka secara tidak langsung juga menambah keuntungan
pada penjualan dari produk tersebut. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan keunggulan mutlak baik
dari segi penjualan produk maupun biaya produksi.
Spesialisasi produk
Kedua, spesialisasi jenis barang yang ada pada proses produksi juga dapat membuat keuntungan
bertambah dari produksi yang ada di dalam negeri.
Keunggulan mutlak hanya dapat terjadi jika sebuah negara dapat memproduksi barang maupun jasa
yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Begitu pula sebaliknya, keuntungan mutlak juga dapat terjadi jika sebuah negara hanya melakukan
impor barang dari barang yang memiliki biaya produksi tinggi jika dilakukan proses produksi pada
dalam negeri.
Efisiensi produk
Sebuah negara juga dapat memperoleh keunggulan mutlak jika dapat melakukan produksi sebuah
barang yang memiliki nilai yang sama dengan negara lain, namun dengan biaya yang jauh lebih
murah.
Konsep pada perdagangan internasional juga menjadi penting dalam pembahasan kali ini. Seperti
halnya peraturan serta ketentuan dalam perdagangan internasional, jenis dan sistem pembayaran, serta
berbagai hal lainnya
Hubungan teori keunggulan mutlak dengan perdagangan internasional
Dalam rangka untuk mendapatkan keunggulan mutlak pada suatu produk maupun komoditas, sebuah
negara harus dapat melakukan pembagian jam kerja, spesialisasi tenaga kerja, serta efisiensi dalam
kegiatan produksi.
Dengan semakin besarnya jumlah barang yang diproduksi, maka keuntungan dari perdagangan barang
yang dilakukan tersebut juga semakin besar dan bernilai mutlak atau mendapatkan untung yang besar.
Menurut Smith, tenaga kerja yang ada lebih baik dispesialisasikan pada satu produksi komoditas
unggul jika dibandingkan dengan alokasi pada produksi komoditas yang kurang unggul.
Sederhananya, sebuah negara dapat meningkatkan kapasitas produksi dari barang unggulan saja.
Sebagai penggantinya, barang yang tidak memiliki keunggulan tersebut dapat diimpor dari negara lain
yang dapat membuat terbukanya jalur perdagangan Internasional.
Langkah selanjutnya, sebuah negara dapat mengekspor komoditas unggulan mereka dalam jumlah
yang besar ke negara lain.
Dengan menjual produk atau komoditas tersebut dengan harga jual normal dan biaya produksi yang
rendah dapat membuat sebuah negara mendapatkan banyak keuntungan dari proses tersebut.
Mekanisme dari teori keunggulan mutlak
Pada teori keunggulan mutlak, sebuah negara pada umumnya mengungguli negara lain secara mutlak
dalam hal memproduksi produk atau akomodasi. Ini dapat terjadi jika berhasil untuk menghasilkan
barang dengan biaya produksi yang jauh lebih murah.
Keunggulan mutlak ini juga bisa didapatkan sebuah negara jika dapat menukarkan produknya dengan
negara lain. Terutama jika diproduksi oleh negara tersebut hanya dapat memberikan laba sedikit dan
memerlukan biaya produksi yang lebih mahal.
Sebuah negara juga dapat disebut mempunyai keunggulan mutlak dibandingkan negara lain jika
negara tersebut dapat memproduksi sebuah produk berupa barang serta jasa dan juga akomodasi yang
tidak bisa diproduksi oleh negara pesaing lainnya.
Teori Keunggulan Mutlak merupakan teori kedua yang mendasari perdagangan internasional. Teori
ini dicetuskan oleh Adam Smith. Menurut Smith, kemakmuran suatu negara tidak ditentukan oleh
banyaknya logam yang dimiliki. Kemakmuran suatu negara ditentukan oleh besarnya pendapatan
nasional dalam bentuk Gross Domestic Product (GDP) dan sumbangan perdagangan luar negeri
terhadap pembentukan GDP. Agar GDP dan perdagangan luar negeri bisa meningkat, maka
pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga tercipta perdagangan bebas.
Dengan adanya perdagangan bebas, akan memicu persaingan yang semakin ketat. Dilansir dari buku
Perdagangan dan Bisnis Internasional (2020) karya Jongkers Tampubolon, dijelaskan bahwa menurut
teori ini, perdagangan antarnegara berlangsung atas dasar keunggulan mutlak.
Jika sebuah negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas, namun
kurang efisien dalam memproduksi komoditas yang lainnya. Maka kedua negara tersebut bisa
memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing negara melakukan spesialisasi dalam
memproduksi komoditas yang memiliki keunggulan mutlak. Kemudian menukarnya dengan
komoditas lain yang mempunyai kerugian absolut.
Dalam buku Langkah Awal Memahami Hukum Perdagangan Internasional (2019) karya Venatia Sri
Hadirianti, dijelaskan bahwa teori ini memiliki dua ide pokok, yaitu:
1. Pembagian kerja dalam menghasilkan jenis barang Dengan adanya pembagian kerja, sebuah
negara bisa memproduksi barang dengan biaya lebih murah dibanding negara lainnya sehingga
negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
2. Spesialisasi dan efisiensi produksi Dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan produksi barang,
keuntungan mutlak akan lebih mudah dicapai.
Keuntungan dinilai dengan jumlah jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang
produksi. Baca juga: Kebijakan Fiskal: Definisi dan Tujuannya Keuntungan terjadi jika suatu negara
lebih unggul terhadap satu macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah
jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain.
Contoh penerapan teori keunggunlan mutlak Produk per satuan tenaga kerja/hari Teh Sutra DTDN
(Dasar Tukar Dalam Negeri) Indonesia 12 kilogram 3 meter 4 kilogram = 1 meter 1 kilogram =
1/4 meter Malaysia 4kilogram 8 meter 1/2 kilogram = 1 meter 1 kilogram = 2 meter Catatan yang
perlu diperhatikan:
Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja Kualitas barang yang diproduksi kedua negara
sama Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang Biaya transportasi diabaikan Penjelasan dari
tabel di atas: Tenaga kerja Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi teh, yaitu 12
kgilogram. Tenaga kerja Malaysia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi sutra, yaitu 8 meter.
Apabila Indonesia dan Malaysia tidak melakukan perdagangan luar negeri, maka berdasarkan DTDN
antara produsen teh dan sutra kedua negara itu akan menjadi: Produsen di Indonesia Produsen teh dan
sutra di Indonesia, sebagai berikut: 1 kilogram teh dinilai = ¼ meter sutra 1 meter sutra dinilai = 4
kilogram teh Berdasarkan DTDN, harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah (hanya ¼ meter sutra)
dibandingkan dengan di Malaysia yang lebih mahal (2 meter sutra).
Produsen di Malaysia Produsen teh dan sutra di Malaysia, yakni: 1 kilogram teh dinilai = 2 meter
sutra 1 meter sutra dinilai = ½ kilogram teh Berdasarkan DTDN, harga 1 meter sutra di Malaysia
lebih murah (hanya ½ kilogram teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih mahal (4 kilogram
teh). Kesimpulan Berdasarkan perbandingan DTDN pada kedua negara, dapat disimpulkan bahwa:
Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi teh sehingga akan melakukan spesialisasi
produksi dan melakukan ekspor teh ke Malaysia. Sebaliknya, Indonesia akan mengimpor sutra dari
Malaysia. Malaysia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi sutra sehingga akan melakukan
spesialisasi produksi dan melakukan ekspor sutra ke Indonesia. Sebaliknya, Malaysia akan
mengimpor teh dari Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai