Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Keunggulan Mutlak (Absolut)

Teori keunggulan mutlak atau absolute advantage theory adalah salah salah satu
teori yang menjadi dasar perdagangan internasional. Teori keunggulan mutlak
muncul pada abad ke-18 setelah berakhirnya teori merkantilisme. Dikutip dari
Gramedia.com, teori keunggulan mutlak dalam perdagangan internasional
dikemukakan oleh Adam Smith. Dia mengatakan teori keunggulan mutlak mengenai
keunggulan yang dimiliki sebuah negara terhadap negara lain secara mutlak pada hal
produksi. Menurutnya, teori keunggulan mutlak dijelaskan sebagai kondisi dimana
suatu negara dapat memproduksi barang atau jasa lebih banyak dibandingkan
dengan para pesaingnya dengan mengeluarkan biasa yang lebih rendah, sehingga
mendapatkan keuntungan lebih besar. Negara dapat dikatakan mempunyai
keunggulan mutlak apabila dapat menghasilkan sesuatu yang tidak dapat dihasilkan
negara lain. Misalnya, Jepang adalah negara yang memproduksi mobil dalam jumlah
besar dengan merek-merek ternama seperti Honda, Suzuki, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Jepang memiliki keunggulan mutlak dalam produksi mobil-mobil
bermerek tersebut karena di negara lain tidak dapat menghasilkannya. Pada teori
keunggulan mutlak ini, Smith mengemukakan mengenai manfaat dari perdagangan
internasional melalui keunggulan dalam pembagian kerja. Teori ini kemudian
dikembangkan berdasarkan doktrin pembagian kerja yang ada. Smith juga
menyatakan bahwa kemakmuran dari sebuah negara tidak bisa ditentukan dari
banyaknya logam yang dimiliki. Akan tetapi, kemakmuran sebuah negara dapat
dilihat dari besarnya pendapatan nasional yang ada dalam bentuk GDP atau Gross
Domestic Product. Serta sumbangan perdagangan luar negeri yang dapat
memengaruhi pembentukan GDP. Agar GDP serta perdagangan luar negeri sebuah
negara bisa meningkat, maka penting bagi pemerintah untuk mengurangi campur
tangannya yang dapat membuat terciptanya perdagangan bebas.
Dengan adanya perdagangan bebas tersebut, maka dapat memicu persaingan
perdagangan yang ada lebih ketat. Jongkers Tampubolon dalam karyanya berjudul
‘Perdagangan dan Bisnis Internasional’, menjelaskan mengenai teori keunggulan
mutlak. Yaitu perdagangan antarnegara yang berlangsung atas dasar keunggulan
mutlak. Menurutnya, jika suatu negara secara lebih efisien melakukan produksi
sebuah komoditas dibandingka dengan negara lain, namun kurang efisien dalam hal
memproduksi komoditas lainnya. Maka kedua negara yang ada tersebut dapat
memperoleh keuntungan melalui cara yang mereka miliki masing-masing. Yakni
dengan melakukan spesialisasi pada proses produksi komoditas yang memiliki
keunggulan mutlak. Selanjutnya, kedua negara tersebut dapat menukar dengan
komoditas lain yang memiliki kerugian absolut.

2.2 Konsep teori keunggulan mutlak


Teori keunggulan mutlak mengalami perkembangan hingga masuk ke
pemikiran ekonomi internasional. Beberapa aspek yang menerima teori ini seperti
pembagian kerja, spesialisasi produk, serta efisiensi produk yang ada dalam ekonomi
internasional.

1. Pembagian kerja
Pertama, pembagian kerja memiliki kaitannya dengan berapa jumlah waktu
bekerja pada suatu kegiatan produksi. Pembagian kerja yang dikelola dengan baik
mampu mengurangi biaya operasional dari sebuah kegiatan produksi. Dengan
adanya penghematan biaya tersebut, maka secara tidak langsung juga menambah
keuntungan pada penjualan dari produk tersebut. Kondisi tersebutlah yang
menyebabkan keunggulan mutlak baik dari segi penjualan produk maupun biaya
produksi.

2. Spesialisasi produk
Kedua, spesialisasi jenis barang yang ada pada proses produksi juga dapat
membuat keuntungan bertambah dari produksi yang ada di dalam negeri.

3. Efisiensi produk
Sebuah negara juga dapat memperoleh keunggulan mutlak jika dapat
melakukan produksi sebuah barang yang memiliki nilai yang sama dengan negara
lain, namun dengan biaya yang jauh lebih murah. Konsep pada perdagangan
internasional juga menjadi penting dalam pembahasan kali ini. Seperti halnya
peraturan serta ketentuan dalam Keunggulan mutlak hanya dapat terjadi jika sebuah
negara dapat memproduksi barang maupun jasa yang sesuai dengan sumber daya
yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Begitu pula sebaliknya, keuntungan mutlak juga
dapat terjadi jika sebuah negara hanya melakukan impor barang dari barang yang
memiliki biaya produksi tinggi jika dilakukan proses produksi pada dalam negeri.
perdagangan internasional, jenis dan sistem pembayaran, serta berbagai hal lainnya.
2.3 Hubungan teori keunggulan mutlak dengan
perdagangan internasional
Dalam rangka untuk mendapatkan keunggulan mutlak pada suatu produk
maupun komoditas, sebuah negara harus dapat melakukan pembagian jam kerja,
spesialisasi tenaga kerja, serta efisiensi dalam kegiatan produksi. Dengan semakin
besarnya jumlah barang yang diproduksi, maka keuntungan dari perdagangan
barang yang dilakukan tersebut juga semakin besar dan bernilai mutlak atau
mendapatkan untung yang besar. Menurut Smith, tenaga kerja yang ada lebih baik
dispesialisasikan pada satu produksi komoditas unggul jika dibandingkan dengan
alokasi pada produksi komoditas yang kurang unggul. Sederhananya, sebuah negara
dapat meningkatkan kapasitas produksi dari barang unggulan saja. Sebagai
penggantinya, barang yang tidak memiliki keunggulan tersebut dapat diimpor dari
negara lain yang dapat membuat terbukanya jalur perdagangan Internasional.
Langkah selanjutnya, sebuah negara dapat mengekspor komoditas unggulan
mereka dalam jumlah yang besar ke negara lain. Dengan menjual produk atau
komoditas tersebut dengan harga jual normal dan biaya produksi yang rendah dapat
membuat sebuah negara mendapatkan banyak keuntungan dari proses tersebut.

Teori keunggulan mutlak dapat diilustrasikan dengan data hipotetis,yang


memisalkan negara yang berdagang adalah Indonesia dan Cina dan komoditi yang
diperdagangkan adalah Teh dan Sutra.

Tabel 1
Keuntungan Mutlak dengan data hipotetis
(jam kerja per unit barang)
Berdasarkan data hipotetis tersebut, dengan satu satuan tenaga kerja yang
sama, Indonesia dapat menghasilkan 12kg teh dan Cina dapat menghasilkan 4kg teh.
Dalam produksi sutera ,Indonesia dengan satu satuan tenaga kerja yang
semahannya dapat menghasilkan 3m kain ,sedangkan Cina dapat menghasilkan 8m.
Berdasarkan ilustrasi diatas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi
teh dan memiliki ketidak unggulan mutlak dalam produksi sutera/Sebaliknya Cina
memiliki keuanggulan mutlak dalam sutera dan memiliki ketidak unggulan mutlak
dalam produksi teh. Dengan demikian maka:

1. Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam produksi Teh sehingga akan


melakukan spesialisasi Teh dan tidak akan memproduksi Sutra.

2. Cina memiliki keunggulan absolut dalam produksi Sutra sehingga melakukan


spesialisasi produksi Sutra dan tidak memproduksi Teh.

Manfaat perdagangan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Dengan spesialisasi, Indonesia akan mengekspor Teh ke Cina dan mendapatkan


2m Sutra, sedangkan di dalam negeri hanya dapat ditukar 8m Sutra. Dengan
demikian Indonesia akan mendapatkan keuntungan ( gain from trade ) sebesar
2m 8m =1 ¼
2. Sebaliknya Cina, dengan spesialisasi dan mengekspor 1 m Sutra akan
mendapatkan 4 Kg Teh, sedangkan di dalam negeri hanya dapat ditukar 2 Kg Teh.
Manfaat perdagangan bagi Cina adalah 4 Kg = 3 ½ Kg

Analisis perdagangan dapat dilihat dari peningkatan produksi dan perdagangan


dunia untuk Teh dan Sutra setelah melakukan spesialisasi, yaitu 24 kg Teh dan 16m
Sutra.Berdasarkan data hipotesis maka peningkatan perdagangan dapat dilihat pada.

Tabel 2
Keuntungan Perdagangan

Jadi apabila masing-masing negara melakukan perdagangan, maka Indonesia


akan berspesialisasi dalam produk Teh, dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Bagi Indonesia, tenaga kerja yang digunakan untuk meng-hasilkan Sutra dialihkan
untuk memproduksi Teh ( ingat DTDN 1m Sutra = 4kg Teh), kalau 3 satuan tenaga
kerja yang digunakan menghasilkan Sutra dipindahkan untuk menghasilkan Teh
( dalam hal ini berarti Indonesia tidak memproduksi Sutra) maka produksi Teh
akan bertambah sebesar 3×4 kg = 12 kg. Sehingga total produksi Teh di Indonesia
adalah 24 kg (setelah spesialisasi).

2. Bagi Cina, tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan gula dipindahkan
untuk menghasilkan Sutra (DTDN 1kg Teh = 2 m Sutra), sehingga pertambahan
Sutra adalah sebesar 4×2m = 8m Sutra. Sehingga total produksi Sutra yang
dihasilkan Cina adalah 16m Sutra (setelah spesialisasi).

Perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan kedua negara


apabila masing-masing negara mempunyai keunggulan absolut yang berbeda.
Dengan demikian, bila hanya satu negara yang memiliki keuntungan untuk kedua
jenis produk maka tidak akan terjadi perdagangan internasional. Hal ini merupakan
kelemahan teori keuntungan absolut dari Adam Smith. Untuk mengatasi kelemahan
ini, beberapa teori yang termasuk teori klasik telah dikembangkan, seperti teori
keuntungan komparatif dari John Stuart Mill, dan perbandingan biaya relatif dari
David Ricardo. Untuk meningkatkan pemahaman anda terhadap materi ini, silahkan
lihat topik yang sama dalam Buku Materi Pokok Ekonomi Internasional.

Anda mungkin juga menyukai