Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR ILMU

MANAJEMEN

z
Nama:stella.bataka

Kelas:AK-2

MK:PIE
z
INTERAKSI DENGAN DUNIA
INTERNASIONAL

 A.      Pentingnya Kerjasama Ekonomi Internasional

 Cakupan kerja sama ekonomi internasional luas sekali. Ada yang langsung
memberikan manfaat dan ada yang baru memberi manfaat dalam jangka panjang.
Kerja sama ekonomi yang dapat langsung memberikan manfaat terutama adalah per­
dagangan internasional. Sebab negara yang melakukannya akan segera mengalami
peningkatan penggunaan barang-jasa maupun faktor produksi. Misalnya dengan
mengimpor mobil dari Korea Selatan, masyarakat Indonesia dapal menikmati mobil
dengan jumlah yang lebih banyak dan mungkin juga harga yang lebih murah.

 Sementara itu kerja sama yang memberikan manfaat dalam jangka panjang misalnya
adalah penanaman modal langsung. Pengusaha Amerika Serikat yang menanamkan
modalnya dalam bidang industri di Indonesia, membutuhkan waktu beberapa tahun
sebelum dapat berproduksi.
z
Teori-teori Perdagangan Internasional

        Teori-teori Perdagangan Internasional

 1.    Merkantilisme (Merchantilism)

 Merkantilisme adalah ajaran atau paradigma yang berkeyakinan bahwa perekonomian


suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan sur­plus perdagangan.
Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan impor.
Dengan demikian surplus perdagangan akan maksimal.

 Jadi, menurut teori merkantilisme interaksi ekonomi antarnegara diperlukan untuk


meningkatkan surplus perdagangan domestik dengan cara ekspor barang sebanyak
mungkin ke negara lain, dan impor ditekan agar minimal dengan cara membatasi
bahkan menyetop impor barang hingga memberikan hak monopoli kepada produsen
domestik.
z

 2.    Keunggulan Absolut (Absolut Advantages)

 Teori keunggulan absolut (absolut advantages) dibangun oleh Adam Smith sebagai perbaikan atas
Merkantilisme. Menurut Smith, surplus perdagangan yang dipaksakan lewat mekanisme proteksi
dan pemberian monopoli akan mengorbankan efisiensi dan produktivitas. Sebab lewat
perlindungan dan hak monopoli, pengusaha tidak ter­dorong untuk melakukan efisiensi dan
inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih sedikit, tetapi
juga harga jualnya makin mahal, kualitasnya pun belum tentu baik. Dengan kata lain, harga yang
harus dibayar dari kebijakan perlindungan seperti yang diusulkan Merkantilisme adalah
kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan
kemak­muran bila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas. Melalui mekanisme
perdagangan bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya
peningkatan efisiensi. Menurut Smith, sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan pertimbangan
keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari ke­mampuan produksi dengan biaya lebih
rendah.
z

 Jadi, teori ini membantah merkantilisme, bahwa dengan pemberian hak monopoli dan pembatasan
impor dari produsen luar akan mengorbankan efisiensi dan kualitas barang, bahkan harga barang
mahal dan kualitas barang bisa jadi menurun karena tidak ada produsen saingan. Paradigma yang
diusung teori ini adalah kerjasama internasional harus dilepaskan pada mekanisme perdagangan
bebas namun tiap negara harus memiliki spesialisasi berdasarkan keunggulan absolut masing-
masing negara (potensi unggulan yang dimiliki oleh masing-masing negara).

 Contoh kasus:

 Misalnya terdapat dua negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Karena biaya produksi motor di Jepang
Iebih murah daripada biaya produksi motor di Indonesia, maka jika seluruh tenaga kerja
dialokasikan untuk memproduksi motor, Jepang mampu memproduksi motor Iebih banyak
daripada Indonesia. Sebaliknya, Indonesia mampu memproduksi Iebih banyak beras. Karena itu
sebaiknya Jepang menspesialisasikan diri pada produksi motor, sedangkan Indonesia pada beras.
z  a.         Manfaat Spesialisasi

 Yang dimaksud dengan manfaat perdagangan internasional adalah meningkatnya


kemampuan potensial konsumsi domestik akibat perdagangan dengan negara
lain. Bila masing-masing negara melakukan spesialisasi, di mana Indonesia hanya
memproduksi beras, sedangkan Jepang hanya memproduksi motor, maka kemung­
kinan konsumsi rakyat di kedua negara akan makin besar.

 b.        Manfaat Perdagangan Luar Negeri

 Potensi peningkatan konsumsi karena spesialisasi baru terwujud bila Indonesia


dan Jepang mau melakukan perdagangan, di mana Indonesia menjual beras ke
Jepang untuk memperoleh motor, sebaliknya Jepang menjual motor ke
Indonesia untuk memperoleh beras. Terjadi atau tidaknya perdagangan antara
Indonesia dan Jepang sangat ditentukan oleh nilai tukar internasional, Selama
harga jual internasional komoditas unggulan masing-masing negara adalah lebih
mahal daripada harga domestik, maka masing-masing negara akan melakukan
perdagangan, sebab hasilnya lebih menguntungkan.
 3.    Keunggulan Komparatif (ComparativeAdvantages)

 Yang menjadiz pertanyaan, apakah yang harus dilakukan bila sebuah negara memiliki keunggulan absolut atas
semua komoditas yang diperdagangkan. Pertanyaan ini sangatrelevan dengan dunia nyata. Misalnya, secara
teknis Amerika Serikat (USA) memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi mobil dan tekstil dibanding
Indone­sia. Tetapi mengapa USA mengimpor tekstil dari Indonesia. Bukankah lebih baik bila USA mengekspor
mobil dan tekstil ke Indonesia?

 nesia melakukan perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo, Indonesia dan USA dapat melakukan perdagangan
bila masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage). Melanjutkan teori absolut
advantages bahwa kenyataannya beberapa negara memproduksi barang yang sama dan memiliki peluang yang
sama untuk mengekspor. Karenanya dalam menentukan spesialisasi diri perlu mengkomparasikan efisiensi (biaya
produsi) antarnegara dalam memproduksi suatu barang. Jika dalam produksi mobil di US lebih efisien daripada
produksi mobil di Indonesia, maka dalam kerjasama kedua negara US berspesialisasi pada produk mobil.

 4.         Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage of Nations)

 Semakin memperdetail teori sebelumnya bahwa untuk menentukan spesialisasi ekonomi suatu negara tidak
cukup dilihat dari efisiensi biaya produksi, namun juga kemampuan negara tersebut untuk bersaing dalam segala
faktor, yakni:
z

 a.         Keunggulan karena faktor produksi (Factor conditions)

 Faktor-faktor produksi yang memberikan kontribusi terhadap keunggulan


kompetitif adalah SDM, SDA, Iptek (knowledge resources), modal (capital
resources), dan sarana/prasarana (infrastructure).

 b.        Keunggulan karena faktor permintaan (Demand conditions)

 Skala dan tingkat pertumbuhan pasar domestik maupun internasional


merupakan salah satu factor penunjang peningkatan daya saing. Setidak-
tidaknya skala pasar yang makin membesar akan menurunkan biaya produksi
produksi per unit.
z

 c.         Keunggulan karena jaringan kerja industri (Related & supporting industry)

 Penurunan biaya produksi, peningkatan kualitas, serta diterimanya produk oleh pasar, sangat
membutuhkan dukungan industri-industri terkait. Misalnya keunggulan kompetitif produk
pertanian (buah-buahan) Thailand dibanding Indonesia di antaranya disebabkan oleh dukungan
industri transportasi udara yang bersedia memberikan potongan harga untuk transportasi ekspor
buah-buahan Thailand.

 d.        Keunggulan karena strategi perusahaan dan bentukan persaingan pasar (Firm


strategy, structure & rivalry)

 Kondisi-kondisi kurang menguntungkan yang dihadapi perusahaan-perusahaan, misalnya


persaingan antara perusahaan domestik yang sangat ketat dan tidak adanya proteksi pemerintah,
akan memaksa perusahaan memperbaiki kondisi internalnya sehingga mampu bekerja secara
efisien dan produktif, menyebabkan mereka mampu bertahan hidup dan bersaing di pasar global
z
C.      Neraca Pembayaran (Balance of Payments)

 Neraca Pembayaran atau Balance of Payment (BOP) merupakan catatan ringkas transaksi ekonomi


internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk  negara lainnya. Struktur
dasar BOP terdiri atas:

 1.         Neraca Lancar (Current Account)

 Neraca Lancar (current account) adalah bagian BOP yang memberi gambaran ringkas tentang transaksi


barang dan jasa yang diproduksi selama periode satu tahun atau kurang (pembayaran-pembayaran
jangka pendek). Neraca lancar dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok:

 b.        Neraca jasa (balance of services)

 yaitu neraca yang mencatat ekspor dan impor jasa selama suatu periode tertentu. Jika Indonesia
menyewa armada penerbangan asing untuk memperlancar transportasi naik haji, maka Indonesia
melakukan impor jasa. Ekspor jasa terjadi bila ada pembelian jasa-jasa dalam negeri oleh pihak asing.
Misalnya turis Belanda yang berlibur ke Indonesia menikmati jasa hotel, restoran dan jasa-jasa lainnya
merupakan ekspor bagi Indonesia, sekaligus impor jasa bagi Belanda.
z

 Yang juga dicatat dalam neraca jasa adalah pendapatan modal (investment income),


yaitu pendapatan yang diperoleh karena memiliki aset-aset finansial (saham dan
obligasi) serta aset fisik (properti) di negara lain. Bila perekonomian Indonesia harus
membayar dividen, bunga, sewa dan keuntungan kepada pihak asing atas
kepemilikan aset-aset di Indonesia, pembayarannya dicatat sebagai pembayaran atas
pendapatan modal (income payments of investment). Bila pihak Indonesia menerima
dividen, bunga, sewa dan keuntungan dari negara lain karena memiliki aset di luar
negeri, akan dicatat sebagai pendapatan dari modal (income received on investment).
Selisih keduanya adalah pendapatan investasi neto (net investment income).

 Suatu negara mengalami defisit neraca jasa bila impor jasa lebih besar daripada
ekspornya. Sebaliknya bila ekspor lebih besar daripada impor jasa dikatakan
mengalami surplus neraca jasa.
z

 c.         Neraca nonbalas jasa (transfer payment)

 yaitu neraca yang mencatat transaksi-transaksi yang bukan sebagai akibat


balas jasa. Misalnya bila pemerintah USA memberikan hibah kepada
pemerintah negara lain.
Surplus atau defisit neraca lancar adalah penggabungan surplus dan atau
defisit  neraca perdagangan dengan neraca jasa dan nonbalas jasa. Suatu
negara dikatakan mengalami surplus neraca lancar bila total ekspor barang dan
jasa lebih kecil daripada impor barang dan jasa. Defisit neraca lancar
menunjukkan bahwa pembayaran-pembayaran jangka pendek suatu negara
lebih besar daripada penerimaan-penerimaannya. Begitu juga sebaliknya bila
suatu negara mengalami defisit neraca lancar.
z

 2.         Neraca Modal (Capital Account)

 Neraca modal adalah bagian dari BOP yang mencatat pembelian dan penjualan aset-aset


finansial seperti surat-surat berharga, deposito perbankan, dan investasi langsung.
Singkatnya, neraca mdal mencatat arus masuk modal (capital inflow) dan arus keluar modal
(capital outflow) selama periode tertentu (penerimaan dan pembayaran jangka panjang).
Neraca modal dibedakan menjadi:

 a.    Neraca modal pemerintah (official capital), yaitu neraca yang mencatat arus keluar
masuk modal di sektor pemerintah.

 b.     Neraca modal swasta (private capital), yaitu neraca yang mencatat arus keluar


masuk modal sektor swasta (dunia usaha)Suatu negara dikatakan mengalami defisit neraca
modal bila arus masuk modal lebih kecil daripada arus keluar. Begitu juga sebaliknya.
z

 .         Neraca Penyeimbang (Settlement Account)

 Neraca penyeimbang adalah bagian dari BOP yang menjelaskan bagaimana surplus atau defisit BOP dibiayai. Atau


bisa disebut juga sebagai catatan upaya pemerintah untuk membiayai surplus dan defisit pada BOP.Saldo neraca
pembayaran adalah sama dengan nol. Maksudnya, hasil penjumlahan antara surplus dan atau defisit neraca lancar
dengan surplus dan atau defisit neraca modal adalah sama dengan nol.  Saldo neraca pembayaran mempunyai
konsekuensi terhadap nilai tukar mata uang. Jika saldo neraca pembayaran defisit, maka permintaan terhadap mata
uang asing meningkat atau penawaran terhadap mata uang domestik menurun. Hal ini dapat menyebabkan
melemahnya nilai tukar mata uang domestik. Sebaliknya surplus neraca pembayaran akan memperkuat nilai tukar
domestik. Jika pemerintah ingin menjaga stabilitas nilai tukar, maka saldo neraca pembayaran harus dibuat sama
dengan nol.

 4.         Selisih Perhitungan (Statistical Discrepancy)

           Salah satu faktor lain yang menyebabkan saldo BOP tidak sama adalah ketidaklengkapan
informasi (imperfect information) dan atau adanya transaksi- transaksi yang tidak tercatat (unrecorded transaction).
Dalam BOP, transaksi-transaksi yang tidak tercatat ini dimasukkan ke dalam bagian selisih perhitungan. Istilah
dalam bahasa Inggris yang juga digunakan untuk selisih perhitungan adalah error and omission.
z
D.      Pasar Valuta Asing dan Penentuan Nilai Tukar Mata Uang

 1.         Pasar Valuta Asing

           Yang dimaksud dengan valuta asing (foreign exchange) adalah mata uang negara lain (foreign currency)
dari suatu perekonomian. Misalnya, valuta asing bagi perekonomian Indonesia adalah mata uang lain selain
rupiah, misalnya yen Jepang, ringgit Malaysia,dan bath Thailand. Biasanya mata uang-mata uang negara-negara
lain diperdagangkan dalam suatu negara atau kawasan ekonomi, bila hubungan ekonomi baik bilateral
(antardua negara) maupun multilateral (lebih dari dua negara), relatif baik dan atau intensif. Tetapi mata uang
Brasil tidak diperdagangkan di Indonesia, karena Indonesia tidak memiliki hubungan langsung dan atau intensif
dengan Brasil.

 Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi, maka mata uang-mata uang yang dipergunakan mempunyai
harga tertentu dalam mata uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang
harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain dari rasio pertukaran tersebut
adalah nilai tukar (exchange rate). Bila dikatakan nilai tukar rupiah adalah Rp.12.000,-/US$, maka untuk
memperoleh satu unit US$ harus disediakan sebanyak 12.000 unit rupiah. Misalnya, jika kita ingin membeli

satu unit komputer seharga US$ 600 per unit, maka harga komputer per unit dalam rupiah adalah Rp 7.200.000.
z

 Cara lain untuk menulis nilai tukar adalah dengan menulis berapa harga per
rupiah terhadap US$. Bila harga per US$ adalah Rp.12.000,- maka harga per
rupiah adalah 1/12.000 US$. Karena penulisannya lebih rumit, maka penulisan
yang digunakan dalam buku ini adalah US$ 1 = Rp.12.000,-. Pengertian
tersebut dikenal sebagai nilai tukar (kurs) nominal (nominal exchange rate).
Jadi apabila orang mengatakan kurs di antara dua negara, yang dimaksudkan
sebenarnya adalah kurs nominal.
z

 Selain nilai tukar nominal, kita juga mengenal nilai tukar riil atau kurs riil (real exchange
rate). Nama tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara, yang menyatakan
tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-
barang dari negara lain. Itulah sebabnya nilai tukar riil disebut juga terms of trade. Misalkan,
produk sepatu yang dihasilkan Amerika Serikat dan Indonesia. Di AS, sepasang sepatu
berharga $20 dan di Indonesia Rp 120.000,- untuk sepatu yang sama. Guna membandingkan
harga dari sepatu di kedua negara itu, kita mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika US$1
= Rp.12.000,- maka harga sepatu AS adalah Rp 240.000,-. Dengan demikian harga sepatu AS
dua kali dari harga sepatu Indonesia, atau harga sepatu Indonesia separuh dari harga sepatu
AS. Pada harga yang berlaku, kita dapat menukar 2 sepatu Indonesia untuk 1 sepatu AS.

 Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di
kedua negara. Jika nilai tukar riil adalah tinggi, berarti harga barang-barang luar negeri relatif
murah, dan harga barang-barang domestik relatif mahal dan sebaliknya.
z

 a.        Permintaan Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Demand)

 Permintaan terhadap valuta asing timbul bila penduduk suatu negara membutuhkan barang
dan jasa yang diproduksi oleh negara lain. Dengan perkataan lain, permintaan terhadap
valuta asing meningkat bila impor meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
terhadap valuta asing terutama adalah harga mata uang asing tersebut (nilai tukarnya),
tingkat pendapatan, tingkat bunga relatif, selera, ekspektasi, dan kebijakan pemerintah.

 Bila nilai tukarnya makin murah, permintaan terhadap valuta asing akan meningkat. Tetapi
selama yang berubah hanyalah nilai tukar, yang terjadi adalah pergerakan di sepanjang
kurva permintaan (movement along demand curve). Kurva permintaan akan bergeser
(shifting) bila yang berubah impor. Impor yang makin banyak akan menggeser kurva
permintaan ke kanan. Sebaliknya, impor yang makin sedikit akan menggeser kurva
permintaan ke kiri.
z

 Bila nilai tukarnya makin murah, permintaan terhadap valuta asing akan meningkat. Tetapi selama yang berubah
hanyalah nilai tukar, yang terjadi adalah pergerakan di sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve).
Kurva permintaan akan bergeser (shifting) bila yang berubah impor. Impor yang makin banyak akan menggeser kurva
permintaan ke kanan. Sebaliknya, impor yang makin sedikit akan menggeser kurva permintaan ke kiri.

       Penawaran Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Supply)

 Penawaran terhadap valuta asing meningkat bila negara lain mengimpor barang dan jasa
atau ekspor meningkat. Penawaran terhadap valuta asing juga meningkat bila arus
masuk modal (capital flow) lebih besar daripada arus keluar modal (capital outflow).
Seperti halnya kurva permintaan, kurva penawaran akan bergeser bila faktor-
faktor ceteris paribus berubah. Sebab perubahan faktor-faktor ceteris paribus tersebut
akan menyebabkan perubahan, baik dalam neraca lancar maupun neraca modal.
Misalnya, bila ekspor meningkat, kurva penawaran bergeser ke kanan. Bila arus masuk
modal meningkat, kurva penawaran valuta asing juga bergeser ke kanan.
z

 2.         Mekanisme Penentuan Nilai Tukar

 Penentuan nilai tukar mata uang berbeda tergantung pada kebijakan pemerintahan.

 a.        Sistem Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate)

 Pemerintah memilih mekanisme pasar sebagai alat penentu nilai tukar. Jadi, nilai tukar
ditentukan menurut mekanisme pasar.

 b.        Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

 Pemerintah menetapkan nilai tukar berdasarkan keputusan pemerintah (nonmekanisme


pasar). Pemerintah yang memilih sistem kurs tetap bukan berarti mengabaikan kekuatan
pasar, karena sewaktu-waktu pemerintah mengoreksi nilai tukar jika telah berbeda jauh
dengan harga pasar.

Anda mungkin juga menyukai