F032100001
TEORI EKONOMI
Neraca Pembayaran
Abstract Kompetensi
Mampu mengenal ruang lingkup Teori Mahasiswa dapat memahami konsep
perilaku konsumen. ruang lingkup
masalah dan tujuan teori perilaku
konsumen
14
Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Pendahuluan
A. PENDAHULUAN
Bahwa perdagangan luar negeri akan memberikan sumbangan yang positif kepada
kegiatan ekonomi negara telah lama diyakini di kalangan ahli-ahli ekonomi. Mazhab
Merkantilis, yaitu ahil-ahli ekonomi yang hidup di sekitar abad XVI dan XVII berpendapat
bahwa perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan kepada suatu negara. Menurut
mereka kemakmuran yang lebih tinggi akan dicapai apabila suatu negara melakukan
perdagangan luar negeri. Ahli-ahli ekonomi Klasik, terutama David Ricardo,
mengemukakan pandangan yang lebih meyakinkan lagi mengenai pentingnya peranan
perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Teori Ricardo mengenai keuntungan yang
dapat diperoleh dari melakukan spesialisasi dan perdagangan luar negeri merupakan
pandangan yang telah menjadi landasan dari teori perdagangan luar negeri dan ekonomi
internasional yang terjadi sekanang ini.
Berikut akan dibahas berbagai aspek mengenai perdagangan luar negeri dan
pengaruhnya kepada kegiatan ekonomi negara. Secara garis besarnya, yang akan digahas
dalam Ekonomi Internasional ini adalah : Teori-teori perdagangan internasional (pendekatan
keuntungan absolut dan komparatif) Spesialisasi porduksi, Syarat-syarat perdagangan
internasional yang saling menguntungkan, Analisa keuntungan, Hambatan dan kebijakan-
kebijakan perdagangan internasional serta Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang mendorong semua negara di dunia untuk melakukan
perdagangan luar negeri. Diantaranya ada empat faktor yang sangat penting, yaitu :
Setiap negara di dunia tidak mungkin dapat menghasilkan semua barang yang
dibutuhkannya. Negara-negara maju misalnya, mereka memerlukan karet alam, tetapi
tidak dapat dihasilkan di negara mereka. Mereka terpaksa mengimpor dari negara-negara
penghasil karet alam tersebut, seperti dari negara-negara di Asia Tenggara, terutama dari
Indonesia, Malaysia dan Thailand. Sebaliknya negara-negara di Asia Tenggara belum
dapat menghasilkan sendiri beberapa hasil industri modern seperti kapal terbang, kapal
pengangkut minyak dan mesin-mesin industri. Maka negara-negara tersebut harus
mengimpor dari negara-negara maju.
Apabila barang yang diimpor oleh sesuatu negara sangat penting peranannya di dalam
kegiatan ekonomi negara tersebut, perubahan harga dan perubahan penawaran barang
tersebut akan menimbulkan akibat yang sangat luas terhadap perekonomiannya. Hal ini
terlihat jelas dari pengaruh perubahan harga minyak sebagai bahan bakar bagi aIat
pengangkutan dan mesin-mesin industri. Tidak semua negara memiliki barang yang
sangat penting tersebut. oleh sebab itu mereka harus mengimpor dari negara-negara yang
memproduksinya. Setiap kenaikan harga minyak akan selalu mempengaruhi kegiatan
perekonomian dunia secara keseluruhan, terutama pada negara-negara yang mengimpor
minyak.
Negara-negara produsen memperoleh keuntungan yang sangat besar dari setiap kenaikan
harga minyak yang sangat tinggi tersebut. Mereka memperoleh uang yang banyak sekali
dari ekspor minyak, sehingga dapat mempercepat pembangunan ekonomi negaranya.
Dua keuntungan lainnya dari perdagangan luar negeri adalah untuk memperluas pasar
bagi barang-barang yang tidak dapat dinaikkan lagi penjualannya di dalam negeri dan
Beberapa jenis industri sudah dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum mesin-
mesin sepenuhnya digunakan. Berarti industri tersebut masih dapat menaikkan
produksinya dan memperbesar apabila masih terdapat pasar bagi barang-barang yang
dihasilkannya. Karena permintaan dalam negeri sudah terpenuhi, satu-satunya cara untuk
memperoleh pasar adalah dengan mengekspor ke luar negeri. Apabila kapasitas dari
mesin-mesin yang digunakan masih sangat rendah, sehingga penggunaannya belum
mencapai tingkat yang optimal, maka kegiatan ekspor akan mempertinggi efisiensi
mesin-mesin yang digunakan dan mengurangi ongkos produksi. Bagi industri seperti ini
kegiatan perdagangan luar negeri bukan hanya menambah produksi dan memperbesar
keuntungan, tetapi juga dapat menurunkan ongkos produksi. Sehingga akan
mendatangkan keuntungan yang lebih banyak lagi.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi
dan sistem manajerial perusahaan yang lebih modern. Dan tak kalah pentingnya,
memungkinkan negara tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih
modern untuk mewujudkan teknik produksi yang lebih baik. Keuntungan seperti lebih
berdampak pada negara-negara berkembang.
Alasan utama suatu negara melakukan kegiatan perdagangan internasional adalah untuk
memperoleh keuntungan yang ditimbulkan oleh spesialisasi di antara berbagai negara.
Walaupun beberapa negara dapat memproduksi barang-barang yang sama jenisnya,
tetapi mungkin ada negara yang lebih suka mengimpor barang tersebut dari negara lain,
bukan memproduksinya sendiri. Sebagai gantinya negara tersebut akan mempeluas
kegiatan memproduksi barang-barang yang dapat dijual lebih menguntungkan ke luar
negeri. Dengan cara ini negara tersebut dapat menggunakan faktor-faktor produksi
miliknya dengan lebih efisien, dan penduduk negara tersebut akan menikmati banyak
barang dibanding apabila negara itu tidak melakukan spesialisasi dalam perdagangan.
Perdagangan luar negeri sering dilakukan karena adanya perbedaan harga barang di
berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi yang terdiri dari upah, biaya
Selain itu perbedaan harga juga terjadi karena perbedaan pendapatan serta selera.
Permintaan terhadap suatu barang sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan konsumen.
Selera dapat memainkan peranan penting dalam menentukan pemintaan terhadap suatu
barang. Apabila persediaan barang tersebut tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara
tersebut dapat mengimpor dari negara lain. Untuk suatu barang tertentu faktor selera dapat
memegang peranan penting. Misalnya mobil, rokok, pakaian, meskipun satu negara dapat
memproduksi barang tersebut, namun karena harus memenuhi faktor selera konsumen dalam
negara tersebut, maka harus dilakukan impor dari negara lain. Selain selera, permintaan juga
dapat dipengaruhi oleh pendapatan. Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan satu
negara dengan pembelian barang luar negeri (impor). Jika pendapatan naik maka pembelian
barang-barang dan jasa akan meningkat.
Keuntungan absolut adalah keuntungan yang diperoleh suatu negara dari melakukan
spesialisasi kegiatan produksi barang-barang yang efisiensinya lebih tinggi daripada negara
lain. Untuk memahami hal ini, coba perhatikan ilustrasi berikut :
A 500 2.000
B 750 1.800
Gambaran di atas menunjukkan bahwa di negara B seorang pekerja menghasilkan kain Iebih
banyak daripada pekerja dinegara A. Berarti pekerja di negara B lebih efisien daripada di
negara A dalam memproduksi kain. Kondisi seperti ini dikatakan bahwa negara B
mempunyai keuntungan mutlak dalam menghasilkan kain. Sebaliknya seorang pekerja di
negara A dapat menghasilkan lebih banyak beras daripada pekerja di negara B. Dengan
demikian negara A mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi beras.
Teori ini lebih menitikberatkan pada variabel riil bukan moneter, sehingga sering
dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Misalnya nilai
suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan
barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan, akan makin tinggi nilal barang
tersebut (labor theory of value). Contoh klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith,
misalnya untuk menangkap seekor harimau diperlukan tenaga kerja empat kali lipat
dibandingkan untuk menangkap seekor kucing. Atas dasar teori nilai tenaga kerja, maka
perbandingan harga harimau dengan kucing adalah 1:4. Kenapa demikian?. Misalnya
perbandingan harganya adalah 1:1 maka pencarian harimau akan berkurang karena akan lebib
murah (diukur dengan kerja). Orang terlebih dahulu mencari (memburu) kucing kemudian
ditukarkan dengan harimau di pasar. Akibatnya, penawaran harimau di pasar akan menurun
dan penawaran kucing bertambah sampai perbandingan nilai tukarnya kembali pada 1:4.
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana, sebab menggunakan anggapan
(asumsi) bahwa tenaga kerja sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi.
Dalam kenyataannya, tenaga kerja itu tidak homogen dan faktor produksi juka bukan hanya
tenaga kerja, serta mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Namun teori ini mempunyai dua
Teori absolute advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai
tenaga kerja dapat dijelaskan dengan contob sebagai berikut : misalkan hanya ada dua negara,
yaitu Amerika dan Inggris, keduanya memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen,
menghasilkan dua barang, yaitu gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan unit gandum dan
pakaian Amerika membutuhkan masing-masing 8 unit dan 4 unit tenaga kerja. Sementara di
Inggris dibutuhkan masing-masing 10 unit dan 2 unit tenaga kerja :
Amerika 8 4
Inggris 10 2
Dari tabel di atas terlihat bahwa Amerika lebihh efisien dalam memproduksi gandum
dari pada Inggris. Sebaliknya Inggris lebih efisien dalam produksi pakaian dari pada
Amerika. Maka dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi
gandum, sedang Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan
absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang
dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.
Dari contoh yang telah diuraikan diatas, sebelum terjadi pertukaran , nilai tukar (terms
of trade) di Amerika adalah 1 unit gandum sebanding dengan 2 unit pakaian, sebab jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan 1 unit gandum, 2 kali lebih banyak
daripada untuk menghasilkan pakaian (8 : 4). Sedangkan di Inggris, nilai tukarnya adalah 1
unit gandum sebanding 5 unit pakaian, sebab jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
menghasilkan 1 unit gandum adalah 5 kali lebih banyak daripada untuk memproduksi 1 unit
pakaian (10 : 2).
Pertukaran akan membawa keuntungan kedua belah pihak. Kedua negara akan
memperoleh keuntungan apabila nilai tukar yang terjadi berada di antara nilai tukar masing-
masing negara sebelum terjadi pertukaran. Misalnya nilal tukar yang terjadi di pasar 1 unit
gandum sebanding dengan 4 unit pakaian, kedua negara akan memperoleh keuntungan dari
pertukaran tersebut. Amerika akan menjual gandum dan membeli pakaian, sebaliknya Inggris
akan meujual pakaian dan membeli gandum. Bagi Amerika, untuk menghasilkan 1 unit
pakaian diperlukan 4 unit tenaga kerja, tapi dengan cara membeli (impor) dari Inggris
nilainya akan lebih murah. Guna memperoleh (mengimpor) 1 unit pakaian Amerika harus
menukarkan/ mengekspor gandum ke Inggris sebanyak ¼ unit, karena nilai tukar di pasar 1
unit gandum sebanding dengan 4 unit pakaian. Untuk menghasilkan ¼ unit gandum hanya
diperlukan 2 unit tenaga kerja (yakni ¼ x 8). Dengan demikian Amerika dapat memperoleh 1
unit pakaian hanya dengan mengorbankan 2 unit tenaga kerja, yang kalau dihasilkan sendiri
memenlukan 4 unit tenaga kerja, berarti terjadi penghematan tenaga kerja sebanyak 2 unit
tenaga kenja (4-2).
Demikian juga Inggris, dengan berspesialisasi pada produksi pakaian dan kemudian
ditukarkan dengan gandum dari Amerika, Inggris akan memperoleh keuntungan. Untuk
setiap unit gandum yang diimpor dari Amenika, Inggris harus mengimpor sebanyak 4 unit
Dari contoh diatas jelaslah bahwa spesialisasi atas dasar absolute advantage yang
kemudian dilkuti dengan pertukaran, maka kedua negara akan dapat memperole keuntungan
dari pada harus memproduksi sendiri atau hanya melakukan perdagangan dalam negeri.
Penggunaan satu unit faktor produksi akan menghasilkan beras sebanyak 3.000 kg di
Australia dan 5000 kg di Indonesia. Dengan demikian Indonesia mempunyai keuntungan
absolut dalam menghasilkan beras. Unit faktor produksi lainnya yang dimiliki setiap negara
akan digunakan untuk menghasilkan pakaian, di Australia akan menghasilkan 50 helai dan di
Indonesia 25 helai. Ini berarti Australia mempunyai keuntungan absolut dalam menghasilkan
pakaian.
Sampai kapankah beras lebih murah di Indonesia dan pakaian lebih murah di
Australia? Untuk mengetahui hal itu perlulah dibandingkan harga relatif antara pakaian dan
beras di Australia dan Indonesia.
Setiap unit faktor produksi akan menghasilkan 3.000 kg beras atau 50 helai pakaian di
Australia, berarti 1 helai pakaian sebanding dengan 60 kg beras. Sedangkan di Indonesia 1
helai pakaian sebanding dengan 200 kg beras. Dari angka-angka ini dapatlah dikatakan
bahwa harga pakaian relatif sangat murah di Australia dan beras relatif sangat murah di
Indonesia.
Dari penjelasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa apabila kedua negara
ingin mengadakan perdagangan, Australia haruslah mengadakan spesialisasi dalam
menghasilkan pakaian dan Indonesia melakukan spesialisasi dalam menghasilkan beras.
Karena masing-masing negara mempunyai dua unit faktor produksi, produksi beras di
Indonesia dan pakaian di Australia adalah seperti yang ditunjukan oleh keadaan II. Maka
dengan melakukan spesialisasi Australia dan Indonesia dapat memproduksi 10.000 kg beras,
sedangkan tanpa spesialisasi Australia dan Indonesia hanya dapat memproduksi 8.000 kg.
Begitu juga dengan produksi pakaian, akan bertambah banyak, yaitu dari 75 helai sebelum
Dalam contoh di atas dimisalkan kurs pertukaran yang disetujui oleh Australia dan
Indonesia adalah 1 helai kain sebanding dengan 100 kg beras. Misalkan bahwa Australia
ingin mengimpor 5.000 kg beras. Untuk memperoleh beras sebanyak ini Australia harus
mengekspor, sesuai dengan kurs pertukaran di atas, yaitu sebanyak 50 helai pakaian.
Dari contoh di atas, maka setelah perdagangan dilakukan, jumlah beras dan pakaian yang
tersedia dan dapat digunakan di masing-masing negara adalah seperti yang ditunjukkan
dalam keadaan Ill. Dapat dilihat bahwa penduduk Australia akan menikmati 5.000 kg beras
dan 50 helai pakaian. Jumlah ini lebih tinggi daripada yang dapat mereka nikmati sebelum
perdagangan (3.000 kg beras dan 50 helai pakaian). Keadaan yang sama juga didapati di
indonesia. Sekarang Indonesia akan dapat mengkonsumsi 5.000 kg beras dan 50 helai
pakaian, dibanding sebelumnya hanya 5.000 kg beras dan 25 helai pakaian.
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi
ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam
jangka waktu tertentu atau suatu neraca pembukuan yang menunjukan nilai berbagai
transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan antara satu negara dengan negara-negara
lain dalam satu tahun tertentu.
Catatan semacam ini sangat berguna untuk berbagai macam tujuan. Tapi tujuan
utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi keuangan
dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam pengambilan
kebijakan moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional.
Sebagai suatu neraca pembukuan, neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua
bagian, yaitu passiva dan aktiva. Dalam bagian passiva dicatat transaksi-transaksi yang
menyebabkan suatu negara melakukan pembayaran kepada negara-negara lain. Dan dalam
bagian aktiva dicatat transaksi-transaksi yang menyebabkan negara tersebut menerima
pembayardari negara lain.
Selanjutnya suatu neraca pembayaran juga dapat dibedakan kedalam dua jenis
pembukuan, yaitu transaksi berjalan (current account) dan lalu lintas modal (capital
account).
b. Ekspor dan impor jasa-jasa. Transaksi ini dikenal dengan perdagangan tidak nyata.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah transaksi-transaksi dalam kegiatan
pengangkutan, perjalanan luar negeri, pendapatan dan investasi modal, dan berbagai
kegiatan jasa lainnya.
Perbedaan antara nilai ekspor dan nilai impor barang-barang dinamakan neraca
perdagangan. Apabila di suatu negara mengalami nilai ekspor melebihi nilai impor,
maka negara itu disebut mengalami surplus dalam neraca perdagangan. Sebaliknya jika
nilai ekspor lebih sedikit dari nilai impor, maka negara tersebut mengalami defisit dalam
perdagangan.
Tabel diatas menunjukkan bahwa neraca perdagangan mempunyai surplus sebesar Rp.
50 triliun yaitu ekspor adalah Rp. 320 triliun sedangkan impor bernilai Rp. 270 triliun.
Perimbangan di antara seluruh transaksi yang tergolong dalam transaksi berjalan
dinamakan neraca transaksi berjalan. Seperti terlihat pada neraca di atas, menunjukkan
penerimaan dalam current account adalah Rp. 350 triliun sedangkan pembayaran adalah
Didalam neraca lalu-lintas modal juga ada dua jenis transaksi yang dibukukan, yaitu
terdiri dari aliran modal pemerintah dan aliran modal swasta.
a. Aliran modal pemerintah biasanya berupa pinjaman dan bantuan dari negara-negara
asing yang diberikan kepada pemerintah atau badan-badan pemerintah. Misalnya
pinjaman untuk membangun irigasi.
b. Aliran modal swasta dapat dibedakan menjadi jenis, yaitu investasi langsung,
investasi portofolio dan amortisasi. Investasi langsung adalah investasi untuk
mengembangkan perusahaan perusahaan. Investasi portofolio adalah investasi
dalam bentuk pembelian saham-saham di negara lain. Sedangkan Amortisasi adalah
pembelian kembali saham-saham atau kekayaan lain yang pada masa lalu telah
dijual kepada penduduk negara-negara lain.
Pada bagian neraca lalu lintas modal dalam tabel diatas menunjukkan jumlah
pengaliran modal keluar berjumlah Rp. 40 triliun, sedangkan aliran masuk modal berjumlah
Rp. 90 triliun. Dengan demikian neraca lalu lintas modal mengalami surplus sebanyak Rp 50
triliun. Item C menerangkan gabungan neraca transaksi bulanan dan neraca lalu lintas modal
dan jumlahnya adalah Rp. 40 triliun + Rp. 50 triliun = Rp. 90 triliun. Dalam setiap neraca
pembayaran akan selalu rerjadi perbedaan di antara penerimaan/pembayaran bersih yang
sebenarnya diterima (dan dinamakan neraca keseluruhan) dengan catatan yang sebenarnya
dalam pembukuan neraca pembayaran. Untuk menyeimbangkan (membuat supaya nilainya
sama) dalam setiap neraca pembayaran akan terdapat item Selisih perhitungan. Dala contoh
nilainya adalah Rp. 2 triliun. Dengan demikian contoh neraca pembayaran yang ditunjukkan
dalam tabel diatas menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami surplus dalam neraca
pembayaran dan nilainya adalah Rp. 92 triliun. Dalam neraca pembayaran surplus dinyatakan
dalam tanda negatif (-) dan defisit diberi tanda positif (+).
1. Ekspor dan impor mengalami perkembangan yang pesat. Dalam tahun 1969 nilai ekspor
maupun impor baru mencapai 995 juta dolar. Dalam tahun 1985 ekspor sudah hampir
rnencapai 20 milyar dolar dan menjadi hampir dua kali lipat dalam tahun 1993 (37,2
milyar dolar). Impor juga naik dengan pesat, tetapi masih lebih lambat dari
perkembangan ekspor. NiIai impor mencapai 29.2 milyar dolar pada tahun 1993. Maka
dalam tahun 1993 neraca perdagangan engalami surplus sebanyak (37,186 - 29,198)
milyar dolar = 7,988 milyar dolar.
2. Neraca jasa-jasa mengalami perkembangan yang pesat. Akan tetapi berbeda dengan
neraca impor barang, impor-ekspor jasa kurang menguntungkan Indonesia. Nilainya
tetap defisit dan makin lama makin besar, jumlah defisitnya mencapai 10,9 milyar dolar.
Ini mengakibatkan defisit dalam transaksi berjalan (karena kelebihan ekspor dan impor
hanya berjumlah 7,99 milyar dolar).
3. Lalu lintas modal menunjukkan gambaran yang menggalakkan, terutama aliran modal
swasta. Aliran bersih modal pemerintah meningkat hingga tahun 1985, tetapi sesudah itu
merosot. Ini disebabkan oleh aliran keluar untuk membayar hutang pada masa lalu.
4. Sebagai akibat dari kedudukan neraca perdagangan dan aliran masuk modal yang relatif
baik, neraca pembayaran Indonesia pada umumnya mengalami surplus.
Transasaksi ini meliputi ekspor maupun impor barang dan jasa, disebut juga transaksi
yang sedang berjalan. Ekspor barang meliputi barang-barang yang bisa dilihat secara
fisik, seperti minyak, kayu, tembakau, timah dan sebagainya. Ekspor jasa seperti
penjualan jasa angkutan, tourisme dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk juga
pendapatan dari investasi kapital di luar negeri. Ekspor barang-barang dan jasa
merupakan transaksi kredit, sebab transaksi ini menimbulkan hak untuk menerima
pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran dana masuk).
Impor barang-barang meliputi barang-barang konsumsi bahan mentah untuk industri dan
kapital. Sedangkan impor jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain.
Yang termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan (bunga, dividen atau
keuntungan) untuk modal yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.
Impor barang-barang dan jasa merupakan transaksi debit, sebab transaksi ini
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain
(menyebabkan aliran dana ke luar negeri).
Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi yang sedang
berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebib besar dari impor. Ini berarti bahwa suatu
negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo positif
dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit dalam transaksi yang sedang berjalan
berarti impor lebih besar dari ekspor, sehingga tenjadi pengurangan investasi di luar
negeri. Dengan demikian transaksi yang sedang berjalan sangat erat hubungannya
dengan penghasilan nasional, sebab ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan
nasional. Hal ini dapat dilihat dari persamaan pendapatan nasional di bawah ini :
2. Transaksi Modal
- Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit
perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (fransak debit).
- Deposito bank di luar negeri (transaksi debit) atau deposito bank di dalam
negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit)
- Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debit) atau
penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara
lain (transaksi kredit)
- Investasi langsung di luar negeri (transaksi debit) atau investasi asing di dalam
negeri (transaksi kredit).
Transaksi ini sering disebut “accomodating” sebab merupakan transaksi yang timbul
sebagai akibat dari adanya transaksi lain. Transaksi lain ini sering disebut dengan
“autonomous” sebab transaksi ini timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi
transaksi lain. Termasuk dalam transaksi autonomous adalah transaksi-transaksi
yang sedang berjalan, transaksi kapital serta transaksi satu arah. Perbedaan antara
transaksi autonomous debit dengan kredit diseimbangkan dengan transaksi lalu
lintas moneter. Transaksi ini timbul diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara
transaksi autonomous debit dan kredit. Yang termasuk ke dalam transaksi lalu lintas
moneter adalah mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar negeni serta aktiva
luar negeri. Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari transaksi
autonomous tersebut. Defisit apabila transaksi autonomous debit lebih besar
daripada transaksi autonomous kredit. Sebaliknya, surplus apabila transaksi
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit.
Basic balance terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang berjalan (current
account balance) ditambah transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan
berubah-ubah apabila terjadi perubahan yang prinsipil dalam perekonomian,
seperti perubahan harga, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi.
Perubahan dalam basic balance akan tercermin dalam perubahan aliran modal
jangka pendek dan selisih yang diperhitungkan (Errors and Omissions). Dengan
demikian, basic balance memberikan informasi tentang akibat perubahan
perekonomian terhadap neraca pembayaran, yakni akibatnya terhadap aliran
modal jangka pendek. Misalnya pemerintah menghendaki suatu target tertentu
untuk aliran modal jangka pendek, maka perhatian khusus harus diarahkan
kepada akibat kebijaksanaan ekonomi pemerintah terhadap transaksi yang
sedang berjalan dan aliran modal jangka panjang. Menurut pandangan ini dalam
jangka panjang basic balance akan menjadi nol. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa aliran modal jangka pendek (oleh pemerintah dan/atau swasta)
akan sama dengan nol, artinya aliran modal masuk akan sama dengan aliran
modal keluar.
Balance ini terdiri dari basic balance ditambah dengan aliran modal jangka
pendek. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan balance transaksi
autonomous daripada basic balance, sebab kenyataannya aliran modal jangka
pendek itu jarang sekali sama dengan nol. Seperti telah diuraikan di atas, defisit
atau surplus suatu neraca pembayaran dilihat dari balance transaksi autonomous
yang kemudian tercermin dalam transaksi accomodating (yakni aliran modal
pemerintah jangka pendek).
Konsep balance inipun dikembangkan di Amerika Serikat. Menurut konsep ini, neraca
pembayaran terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih yang diperhitungkan dan
rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan modal Arnerika jangka
pendek yang dimiliki oleh lembaga-lembaga moneter negara lain).
Ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran, diseimbangkan dengan
cadangan modal pemerintah serta modal pemerintah jangka pendek yang dimiliki oleh
lembaga-lembaga moneter asing.
Keempat konsep balance tersebut di atas sangat membantu di dalam analisa suatu
neraca pembayaran. Namun, sangat sukar untuk menentukan konsep balance yang paling
relevan, misalnya untuk pengambilan keputusan bagi pemerintah, analisa trend suatu
perekonomian atau membuat suatu perkiraan tentang arah perkernbangan ekonomi. Setiap
konsep balance menunjukkan aspek yang berbeda.
2. Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya defisit
dianggap jelek. Auggapan semacam ini tidak selalu benar. Sebagai contoh Amenika
Serikat, penerimaan keuntungan dari investasi luar negerinya lebib besar daripada
investasinya. Untuk mengimbangi aliran keuntungan yang masuk ini, transaksi yang
sedang berjalan harus defisit. Dalam hal ini jelas bahwa defisit tidak selalu jelek. Dengan
demikian, defisit atau surplus di dalam transaksi yang sedang berjalan tidak perlu
dikhawatirkan selama defisit atau surplus tersebut diimbangi dengan aliran modal masuk
atau keluar dalam jumlah yang sama.
3. Keputusan untuk memberi bantuan (Aid) seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan
ekonomi negara secara keseluruhan, bukan atas dasar pertimbangan neraca pembayaran.
Misalnya, Indonesia memiliki surplus neraca pembayaran sedangkan Inggris defisit,
bukan berarti Indonesia mulai memberi bantuan kepada lnggris.
Selalu dalam keseimbangan ini disebabkan karena setiap transaksi yang terjadi dicatat
baik dalam rekening debit maupun kredit dan akhirnya apabila terdapat sedikit perbedaan
dalam jumlah total debit dengan kredit, perbedaan tersebut dicatat dalam rekening selisih
perhitungan. Sebagai contoh ekspor kayu seharga US$X dan hasilnya semua digunakan untuk
mengimpor mesin. Kalau hasil ekspor kayu tersebut disimpan di bank luar negeri, maka akan
nampak dalam neraca pembayaran sebagai penerimaan bantuan dari negara lain sebesar
US$Y.
Dari contoh tersebut jelas bahwa setiap transaksi internasional selalu dibukukan pada
sisi debit dan kredit, sehingga jumlah total debit akan selalu sama dengan jumlah total kredit.