PERDAGANGAN INTERNASIONAL
negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu
Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya
jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan
mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang
secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki
keuntungan mutlak dalam produksi barang. Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih
unggul terhadap satu macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika
dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain.
Kalau dilihat dari tabelnya, lebih baik Indonesia mengalokasikan sumber dayanya dan juga
menspesialisasikan diri untuk fokus memproduksi beras, kemudian Jepang lebih ke produksi motor.
Dengan begitu, jika kedua negara melakukan perdangangan internasional (ekspor dan impor),
keduanya bisa sama-sama mendapat keuntungan.
Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk
yang dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
tenaga kerja di negara lain.
Meskipun Jepang memiliki keunggulan dalam produksi TV dan motor, kedua negara tersebut
tetap dapat memperoleh keuntungan jika melakukan perdagangan internasional setelah
berspesialisasi pada produksi barang yang memiliki keunggulan komparatif (perbandingan lebih
besar).
Pada gambar tersebut terlihat bahwa Jepang memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi
TV dan motor dibandingkan dengan Indonesia. Keuntungan didapat jika Jepang memilih produksi yang
paling unggul, yaitu motor. Mengapa memilih motor?
Hal ini karena keunggulan produksi motor adalah 2, yaitu 160 : 80. Jika memilih TV, keunggulan
produksinya adalah 1,5, yaitu 120 : 80.
Sebaliknya Indonesia akan memilih produksi barang yang kekurangannya paling kecil, yaitu TV,
hal ini karena kekurangan 80 dengan 120 lebih kecil daripada kekurangan motor, yaitu 80 dengan 160.
Kesimpulannya, Jepang melakukan spesialisasi untuk memproduksi motor dan Indonesia
memproduksi TV. Setelah dilakukan perdagangan internasional, kedua negara mendapatkan
keuntungan.
Keuntungan Jepang.
Sebelum perdagangan internasional, Jepang menukarkan satu motor dengan 0,75 TV. Setelah
melakukan perdagangan internasional, satu motor dapat ditukar dengan satu TV. Dengan demikian,
keuntungan Jepang adalah ( 1 – 0,75 ) = 0,25 TV.
Keuntungan Indonesia.
Sebelum perdagangan internasional, Indonesia menukarkan satu TV dengan satu motor. Setelah
melakukan perdagangan internasional, satu TV dapat ditukarkan dengan 1,3 motor. Dengan demikian
keuntungan Indonesia adalah ( 1,3 – 1 ) = 0,3 motor.
kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase tertentu dari harga barang yang
diimpor tersebut. Akibat dan pengenaan tarif, sebagai berikut : Harga barang naik, Produksi
dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar turun, dan Impor barang turun.
Ada tiga macam penentuan Tarif, atau bea masuk, yaitu :
1) Bea ekspor (export duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (diluar costum area)
2) Bea transito (transit duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
3) Bea impor (import duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara.
b. Pelarangan impor.
Pelarangan impor adalah kebijakan pemerintah untuk melarang masuknya barang-barang dari
luar negeri, dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan meningkatkan produksi
dalam negeri. Akibat Kebijakan pelarangan impor sebagai berikut : Harga barang naik, Produksi
dalam negeri meningkat, dan Jumlah barang di pasar turun
c. Kuota
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari luar
negeri. Akibat kuota serbagai berikut : Harga barang naik, Produksi dalam negeri meningkat,
Jumlah barang di pasar turun, dan Impor barang turun
d. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi per
unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual barangnya
yang lebih murah dan bisa bersaing dengan barang impor. Dampak kebijakan subsidi sebagai
berikut : Harga barang di pasar tetap, Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar
tetap dan Impor barang turun
e. Dumping
Dumping adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga, yakni produsen
menjual barang di luar negeri lebih murah dan pada di dalam negeri. Syarat yang harus dipenuhi
dalam kebijakan dumping yaitu :
Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar dan pada luar negeri, sehingga kurva
permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli
barang dan luar negeri
c. Larangan Ekspor
Larangan ekspor adalah kebijakan suatu negara untuk melarang ekspor barang-barang
tertentu ke luar negeri. Contoh : Larangan ekspor Kayu mentah, larangan ekspor minyak mentah
ke negara tertentu, larangan ekspor hewan-hewan tertentu dan sebagainya.
e. Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan
adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus
membeli uang dollar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku,
kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
Penyelesaian dari utang piutang di atas yaitu dengan cara Susilo membayar utangnya sebesar
Rp 49.000.000,00 kepada Siska, sedangkan Sylva membayar utang sebesar $5.000 kepada Mich.
Dengan cara seperti itu, maka utang piutang dapat diselesaikan tanpa menukarkan uangnya ke
mata uang negara lain. Namun cara seperti ini memiliki kesulitan, yaitu sulit menemukan orang
yang memiliki utang piutang dengan jumlah yang sama.
b. Devisa kredit adalah devisa yang berasal dari kredit atau pinjaman luar negeri. Tingkat kurs
devisa kredit ditentukan oleh pemerintah, yang bertindak sebagai debitur, bukan oleh
permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing.
Sumber-Sumber Devisa:
Kegiatan ekspor.
Semakin sering suatu negara melakukan kegiatan ekspor, maka semakin besar pula devisa yang
akan didapatkannya.
Hibah atau pemberian dari negara lain.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
TKI yang bekerja di luar negeri akan mendapatkan upah berupa mata uang asing, yang kemudian
akan dibawa pulang ke Indonesia sehingga akan menambah devisa negara.
Sektor pariwisata.
Pada sektor pariwisata, devisa diperoleh dari turis asing yang berkunjung ke negara kita.
Contoh:
Pak Totok dari Jakarta ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk studi banding
ke kantor pusat di Amerika. Perusahaan tempat Pak Totok bekerja memberikan akomodasi
sebesar Rp 130.000.000,00. Sebelum berangkat ke Amerika, Pak Totok menukarkan uang
tersebut ke bank, pada layar bank tersebut menunjukkan kurs jual Rp 13.000,00 dan kurs
beli Rp 12.800,00. Berdasarkan data tersebut, hitunglah besarnya USD yang didapatkan
oleh Pak Totok !
Kurs yang digunakan oleh bank adalah kurs jual, hal ini disebabkan karena bank menjual
valuta asing.
negara. Ekspor jasa akan menyebabkan arus masuk (kredit) dan impor jasa akan
menyebabkan arus keluar (debet).
Neraca Transfer
Neraca transfer adalah neraca yang terdiri atas hibah, hadiah yang tidak termasuk ke
dalam modal, dan transfer barang dan uang.
Lalu lintas moneter merupakan penyeimbang agar seluruh hasil penjumlahan dalam neraca
pembayaran bernilai nol. Jadi, lalu lintas moneter bukanlah suatu transaksi ekonomi, tetapi
dijadikan pedoman untuk mengetahui apakah neraca pembayaran mengalami defisit atau
negatif. Apabila lalu lintas moneter menunjukkan nilai positif maka neraca pembayaran
mengalami defisit. Sedangkan apabila lalu lintas moneter menunjukkan nilai negatif, maka
neraca pembayaran mengalami surplus.