Anda di halaman 1dari 20

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM ISLAM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah:


Mikro dan Makro Ekonomi

Oleh:
Imam Muchtar (501210011)

Dosen Pengampu:
Dr. Ely Masykuroh, S.E., M.S.I.

Program Studi Magister Ekonomi Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


PONOROGO
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
I. PENDAHULUAN
Tidak ada satu negara pun yang mampu memenuhi kebutuhan penduduknya
sendiri. Banyak barang-barang yang kita gunakan sehari- hari berasal dari luar negeri,
di antaranya: komputer, mobil, sepeda motor, TV, kapas bahan pakaian kita, dan
lainnya. Bagaimana jika barang- barang dari luar negeri tersebut tidak ada? Kita
terpaksa menggantikan barang tersebut dengan barang-barang buatan dalam negeri.
Namun, sayangnya kita tidak bisa membuat barang tersebut semuanya, karena kita tidak
menguasai teknologi dan mungkin tidak memiliki bahan mentahnya.
Akibat dari ketidaksamaan kondisi-kondisi ekonomis tersebut, maka terjadilah
perbedaan biaya produksi sesuatu barang antara negara yang satu dengan negara yang
lain. Sebab itu sesuatu negara mungkin lebih untung mengimport sesuatu barang
daripada menghasilkan sendiri. Dengan adanya perdagangan maka sesuatu negara
dapat memperoleh sejumlah barang dengan harga yang lebih murah daripada bila
barang tersebut dihasilkan sendiri di dalam negeri.
Perdagangan internasional sendiri sudah terjalin sejak masa kuno, ribuan tahun
sebelum Masehi. Ditemukannya peninggalan barang-barang buatan Sumeria di Mesir,
ataupun buatan Babilonia di pesisir Laut Tengah menjadi bukti adanya perdagangan
antar kerajaan. Kemungkinan besar, transaksi dilakukan dengan cara barter, meskipun
ada juga yang sudah menggunakan mata uang dari logam ataupun perak.
Dalam pandangan Islam pada perdagangan internasional, setiap warga negara
baik muslim maupun dzimmi berhak dan bebas untuk mengimpor dan mengekspor
barang dari atau ke negara manapun yang mereka sukai tanpa ada ikatan maupun syarat
apa pun, karena pada dasarnya hukum perdagangan internasional adalah mubah,
dengan catatan bahwa barang yang diekspor maupun yang diimpor tidak memberikan
dampak negatif.
Jauh sebelum teori perdagangan internasional ditemukan di Barat, Islam telah
menerapkan konsep-konsep perdagangan internasional, bahkan dalam sejarahnya
perdagangan internasional Islam sendiri adalah perdagangan yang hebat, tak
tertandingi. Dalam sejarahnya tak ada perdagangan Internasional sebagaimana yang
dilakukan oleh umat Islam masa lampau. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh
Ahmad Yusri dalam bukunya Al Iqtishad Al Dauliyyah bahwa perdagangan Daulah
Islamiyah bersinar dengan berkilauan berlangsung sampai mencapai batas-batas yang
tidak dikenal di seluruh dunia sebelumnya.
I. PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Konsep Dasar Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah proses tukar-menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing negara. Adapun motifnya adalah memperoleh
manfaat perdagangan atau gains off trade.1 Perdagangan Internasional dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu),
antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain.
Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka
perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan
oleh faktor-faktor antara lain2 :
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya
melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari
pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.
3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa,
mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan
sebagainya.
Perdagangan internasional sendiri sudah terjalin sejak masa kuno, ribuan tahun
sebelum Masehi. Ditemukannya peninggalan barang-barang buatan Sumeria di Mesir,
ataupun buatan Babilonia di pesisir Laut Tengah menjadi bukti adanya perdagangan
antar kerajaan. Kemungkinan besar, transaksi dilakukan dengan cara barter, meskipun
ada juga yang sudah menggunakan mata uang dari logam ataupun perak. Wilayah
perdagangan internasional masa kuno mesih terbatas. Alasan utamanya adalah
internasional masa kuno masih terbatas. Alasan utamanya adalah transportasi.
Perjalanan jauh, entah lewat darat ataupun laut, amatlah mahal dan penuh risiko.
Ekspansi perdagangan Internasional semakin meningkat sesuai dengan perkembangan
teknologi, mulai dari transportasi, industri, dan informasi.Kegiatan tersebut semakin

1
Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Rio Adhitya, S.T., S.H., M.Kn., Hukum Perdagangan Internasional, PT
Rajagrafindo Persada (2020), hlm. 1
2
Muhammad Dinar Muhammad Hasan, Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Pustaka Taman Ilmu (2018),
hlm. 152.
berkembang pada transaksi barang dan jasa antar negara melalui ekspor maupun
impor.3

Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting saat ini,


maka tidak ada negara-negara di dunia yang tidak terlibat di dalam perdagangan,
baik perdagangan antarregional, antarkawasan, ataupun antarnegara.

B. Tujuan Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran sesuatu
bangsa, antara lain, karena4:
1. Tidak semua negara mempunyai peralatan produksi ataupun kondisi
ekonomis yang sama, kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlahnya).
2. Akibat dari ketidaksamaan kondisi-kondisi ekonomis tersebut, maka
terjadilah perbedaan biaya produksi sesuatu barang antara negara yang satu
dengan negara yang lain. Sebab itu sesuatu negara mungkin lebih untung
mengimport sesuatu barang daripada menghasilkan sendiri. Dengan adanya
perdagangan maka sesuatu negara dapat memperoleh sejumlah barang
dengan harga yang lebih murah daripada bila barang tersebut dihasilkan
sendiri di dalam negeri. Keuntungan lain yang timbul karena adanya
perdagangan adalah bahawa sesuatu negara dapat menghindarkan diri dari
jenis produksi sesuatu barang yang harga biayanya realtif tinggi karena
jarangnya (scarce) factor-faktor produksi.

C. Manfaat Perdagangan Internasional


Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tetntu akan
memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfat tersebut antara lain5 :
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

3
Suyanto dan Nurhadi, IPS Ekonomi, Erlangga Yogyakarta (2004).
4 Dr. H. Abdul Wahab, SE., M. Si, Ekonomi Internasional, Alauddin University Press, 2013, hlm 2
5
Ibid, hlm 152
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negri.Sebagai contoh : Amerika Serikat dan Jepang
mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Akan tetapi, Jepang dapat
memproduksi dengan lebih efesien dari Amerika Serikat. Dalam keadaan
seperti ini, untuk mempertinggi keefisienan penggunaan faktor-faktor
produksi, Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan
mengimpor barang tersebut dari Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi
dan perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan sebagai
berikut:
a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan
dengan lebih efesien.
b. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat
diproduksi dalam negeri.
3. Memperluas Pasar Dan Menambah Keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negri.
4. Transfer Teknologi Modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.6

6
Ibid, hlm 5
D. Teori Perdagangan Internasional
Mempelajari teori perdagangan internasional sangat bermanfaat untuk
memahami tujuan perdagangan itu sendiri, manfaat-manfaat itu di antaranya sebagai
berikut:
1. Membantu menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antarnegara, serta
efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara.
2. Dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya
perdagangan internasional (gains from trade).
3. Dapat mengatasi permasalahan neraca pembayaran yang defisit.
Adapun teori-teori perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut7:

1. Pandangan Kaum Merkantilisme


Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-
cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik
kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk memperkuat posisi dan
kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan.
Teori perdagangan internasional dari kaum merkantilisme berkembang
pesat sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi
nasional dan pembangunan ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor
harus melebihi jumlah impor. Dalam sektor perdagangan luar negeri,
kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok, yaitu:
a. Pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara
nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasional untuk
mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara tersebut.
b. Setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor
di atas impor (neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh
neraca perdagangan yang aktif, maka ekspor harus didorong dan impor
harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama perdagangan luar negeri
adalah memperoleh tambahan logam mulia.

Dengan demikian, dalam perdagangan internasional atau perdagangan


luar negeri, titik berat politik merkantilisme ditujukan untuk memperbesar

7
Ibid, hlm. 14
ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayar dengan logam
mulia. Kebijakan merkantilis lainnya adalah kebijakan dalam usaha untuk
monopoli perdagangan dan yang terkait lainnya, dalam usahanya untuk
memperoleh daerah-daerah jajahan guna memasarkan hasil industri. Pelopor
teori merkantilisme, antara lain Sir Josiah Child, Thomas Mun, Jean Bodin,
Von Hornich, dan Jean Baptiste Colbert.

2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute ADVANTAGE) oleh Adam Smith


Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide
sebagai berikut:
a. Adanya division of labour (pembagian kerja internasional) dalam
menghasilkan sejenis barang dengan adanya pembagian kerja. Suatu
negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah
dibanding negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan negara
tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
b. Spesialisasi internasional dan efisiensi produksi. Dengan spesialisasi,
suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki
keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila
diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang
menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu
negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.

Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan


dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat
barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang tertentu
karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara
mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara
tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang. Jadi,
keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu
macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah
jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain. Berdasarkan
ulasan di atas dapat diketahui, bahwa Indonesia lebih unggul untuk
memproduksi rempah-rempah dan Jepang lebih unggul untuk produksi
elektronik, sehingga negara Indonesia sebaiknya berspesialisasi untuk
produk rempah-rempah dan negara Jepang berspesialisasi untuk produk
elektronik. Dengan demikian, seandainya kedua negara tersebut
mengadakan perdagangan atau ekspor dan impor, maka keduanya akan
memperoleh keuntungan.

3. Teori Keunggulan Komparatif (COMPARATIVE ADVANTAGE) oleh


David Ricardo
David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang
dikemukakan oleh Adam Smith memiliki kelemahan, di antaranya sebagai
berikut:
a. Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua
jenis barang dibanding dengan negara lain? Sebagai gambaran awal, di
satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga kerja dan alam
yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain, sehingga
negara tersebut lebih unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan
barang daripada negara lain. Sebaliknya, di lain pihak negara lain
tertinggal dalam memproduksi barang. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan, bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua
jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan
pertukaran atau perdagangan.
b. Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan
internasional. Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya
yang dapat dibandingkan) yang digunakan sebagai dasar dalam
perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja yang
digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan
perdagangan bukan sekadar mutlak lebih produktif (lebih
menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang, tetapi menurut
David Ricardo sekalipun suatu negara itu tertinggal dalam segala rupa,
ia tetap dapat ikut serta dalam perdagangan internasional, asalkan negara
tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga
kerja) dibanding dengan lainnya. Jadi, keuntungan komparatif terjadi
bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk yang
dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika
dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.
4. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart
Mill
Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori
Keunggulan Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik
keseimbangan pertukaran antara dua barang oleh dua negara dengan
perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar Dalam
Negeri (DTD). Maksud teori timbal balik adalah menyeimbangkan antara
permintaan dengan penawarannya karena, baik permintaan dan penawaran
menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor. Jadi,
menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi
antara kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat
dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan suatu negara akan memperoleh
manfaat apabila jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat seluruh
barang-barang ekspornya lebih kecil daripada jumlah jam kerja yang
dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.

E. Sebab Terjadinya Perdagangan Internasional


Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan interaksi
dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu
berbentuk perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Beberapa alasan
yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara (perdagangan internasional)
antara lain8:
a. Revolusi Informasi Dan Transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem
berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit
serta digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta
masih banyak lagi.
b. Interdependensi Kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing
aspek, bisa di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya

8
Ibid, hlm.154
itu akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang
lainnya.
c. Liberalisasi Ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki
implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi
melalui perdagangan antar negara.
d. Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang
tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan
yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.
e. Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa
suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki
cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu
sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.

F. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional


Adapun beberapa faktor pendorong perdagangan internasional antara lain9:
1. Perbedaan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap negara
Misalnya Arab Saudi tidak mampu menghasilkan sayur-mayur maka mereka
mengimpor dari negara di kawasan Asia yang dapat menghasilkan sayur-mayur.
Sementara Amerika Serikat yang tidak mampu menghasilkan minyak akan
mengimpornya ke Arab Saudi.
2. Perbedaan tingkat kualitas sumber daya manusia
Suatu negara yang mempunyai sumber daya manusia baik akan menghasilkan
barang dan jasa dengan mutu atau kualitas yang lebih baik.
3. Berbedanya ilmu pengetahuan dan teknologi
Negara yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akan mampu
memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak, bermutu, dan efisien dibanding
dengan negara yang tidak menguasainya.
4. Perbedaan budaya suatu bangsa

9
Setiawan, Heri. Lestari, Sari. 2011. Perdagangan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Nusantara, hlm 11.
Perbedaan budaya suatu negara akan sangat mempengaruhi barang yang
dihasilkan. Misalnya, seni ukir dan batik Indonesia, merupakan daya tarik sendiri
bagi negara lain untuk membeli barang tersebut.
5. Berbagai perbedaan lain yang mempengaruhi perdagangan internasional
Misalnya perbedaan harga barang, perbedaan upah dan biaya produksi, serta
perbedaan selera.

G. Dampak Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional dengan konsekensi terjadinya ekspor dan impor barang,
membawa dampak positif serta negatif pada perekonomian suatu negara, yakni10:
1. Dampak Positif Ekspor
a. Memperluas lapangan kerja.
b. Meningkatkan cadangan devisa.
c. Memperluas pasar karena dapat memasarkan hasil produksi ke seluruh dunia.
2. Dampak Negatif Ekspor
a. Menimbulkan kelangkaan barang di dalam negara.
b. Menyebabkan eksploitasi besar-besaran sumber daya alam.
Misalnya: ekspor barang tambang telah menyebabkan semakin tipisnya
cadangan bahan tambang dan menimbulkan kerusakan alam/ lingkungan.

3. Dampak Positif Impor


a. Meningkatkan kesejahteraan konsumen karena masyarakat Indonesia dapat
menggunakan barang-barang yang tidak terdapat di dalam negeri.
b. Meningkatkan industri dalam negeri, terutama yang bahan bakunya berasal
dari luar negeri.
c. Dengan adanya impor memungkinkan terjadinya alih teknologi secara
bertahap negara kita mencoba mengembangkan teknologi modern untuk
mengurangi ketertinggalan kita dengan bangsa yang sudah maju.
4. Dampak Negatif Impor
a. Menciptakan pesaing bagi industri dalam negeri.
b. Menciptakan pengangguran, artinya kita telah kehilangan kesempatan untuk
membuka lapangan kerja.

10
Ibid, hlm. 19
c. Konsumerisme, artinya konsumen berlebihan, terutama untuk barang-barang
mewah.
Contoh: pakaian mewah, mobil mewah, dan alat-alat rumah tangga mewah.

H. Jenis-Jenis Perdagangan Internasional


Perdagangan internasiaonal atau antara negara dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara diantaranya11:
a) Ekspor
Dibagi dalam beberapa cara antara lain :
1. Ekspor Biasa
Pengiriman barang keluar negri sesuai dengan peraturan yang berlaku,
yang ditujukan kepada pembeli di luar negri, mempergunakan Letter of
Credit (L/C) dengan ketentuan devisa.
2. Ekspor Tanpa L/C
Barang dapat dikirim terlebih dahulu, sedangkan eksportir belum
menerima L/C harus ada ijin khusus dari departemen perdagangan.

b) Barter
Pengiriman barang ke luar negri untuk ditukarkan langsung dengan barang
yang dibutuhkan dalam negri. Jenis barter antara lain :
1. Direct Barter
Sistem pertukaran barang dengan barang dengan menggunakan alat
penetu nilai atau lazim disebut dengan denominator value suatu mata uang
asing dan penyelesaiannya dilakukan melalui clearing pada neraca
perdagangan antar kedua negara yang bersangkutan.
2. Switch Barter
Sistem ini dapat diterapkan bilamana salah satu pihak tidak mungkin
memanfaatkan sendiri barang yang akan diterimanya dari pertukaran
tersebut, maka negara pengimpor dapat mengambil alih barang tersebut
ke negara ketiga yang membutuhkannya.
3. Counter Purchase

11
Ibid, hlm 155
Suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Sebagai contoh
suatu negara yang menjual barang kepada negara lain, mka negara yang
bersangkutan juga harus membeli barang dari negara tersebut.
4. Buy Back Barter
Suatu sistem penerapan alih teknologi dari suatu negara maju kepada
negara berkembang dengan cara membantu menciptakan kapasitas
produksi di negara berkembang, yang nantinya hasil produksinya
ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju.

c) Konsinyasi (Consignment)
Pengiriman barang dimana belum ada pembeli yang tertentu di LN.
Penjualan barang di luar negri dapat dilaksanakan melalui Pasar Bebas ( Free
Market) atau Bursa Dagang (Commodites Exchange) dengan cara lelang.
Cara pelaksanaan lelang pada umumnya sebagai berikut :
1. Pemilik brang menunjuk salah satu broker yang ahli dalah salah satu
komoditi.
2. Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama
mengenai jenis dan jumlah serta mutu dari barang tersebut.
3. Broker meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya,
harga transaksi ini disampaikan kepada pemilik barang.
4. Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah disesuaikan
dengan situasi pasar serta serta kondisi perkembangan dari barang yang
akan dijual. Harga ini akan menjadi pedoman bagi broker untuk
melakukan transaksi.
5. Jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang
mendapat tawaran dari pembeli yang sana atau yang melebihi harga
lelang.
6. Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar
lelang secara bawah tangan
7. Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggota yang
tergabung dalam salah satu commodities exchange untuk barang-barang
tertentu.
8. Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh pihak
yang diwakilinya.
d) Package Deal
Untuk memperluas pasaran hasil kita terutama dengan negara-negara
sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (rade
agreement) dengan salah satu negara. Perjanjian itu menetapkan jumlah
tertentu dari barang yang akan di ekspor ke negara tersebut dan sebaliknya
dari negara itu akan mengimpor sejumlah barang tertentu yang dihasilkan
negara tersebut.

e) Penyelundupan (Smuggling)
Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke
negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku. Dibagi menjadi 2
bagian:
1. Seluruhnya dilakuan secara ilegal
2. Penyelundupan administratif/penyelundupan tak kentara/ manipulasi
(Custom Fraud).

f) Border Crossing
Bagi negara yang berbatasan yang dilakukan dengan persetujuan tertentu
(Border Agreement), tujuannya pendudukan perbatasan yang saling
berhubungan diberi kemudahan dan kebebasan dalam jumlah tertentu dan
wajar. Border Crossing dapat terjadi melalui :
1. Sea Border (lintas batas laut) Sistem perdagangan yang melibatkan dua
negara yang memiliki batas negara berupa lautan, perdagangan dilakukan
dengan cara penyebrangan laut
2. Overland Border (lintas batas darat) Sistem perdagangan yang
melibatkan dua negara yang memiliki batas negara berupa daratan,
perdagangan dilakukan dengan cara setiap pendudik negara tersebut
melakukan interaksi dengan melewati batas daratan di masing-masing
negara melalui persetujuan yang berlaku.

I. Perdagangan Internasional dalam Pandangan Islam


Dalam perdagangan internasional, setiap warga negara baik muslim maupun
dzimmi berhak dan bebas untuk mengimpor dan mengekspor barang dari atau ke negara
manapun yang mereka sukai tanpa ada ikatan maupun syarat apa pun, karena pada
dasarnya hukum perdagangan internasional adalah mubah, dengan catatan bahwa
barang yang diekspor maupun yang diimpor tidak memberikan dampak negatif.12
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mencari rezeki baik
di daerahnya maupun ke daerah/negara lain dan keseluruh penjuru dunia. Hal tersebut
sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al Jumua'h: 10 serta QS. Al Mulk: 15 yang
berbunyi13 :

َ‫ّٰللاَ َك ِثي ًْرا لَّعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬


‫ّٰللاِ َواذْ ُك ُروا ه‬ ِ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى ْاْلَ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬
‫ض ِل ه‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
Artinya : Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (QS. Al-
Jumu'ah : 10)

ُ ُّ‫ش ْوا فِ ْي َمنَا ِك ِب َها َو ُكلُ ْوا ِم ْن ِ ِّر ْزقِ ٖۗه َواِلَ ْي ِه الن‬
‫ش ْو ُر‬ ُ ‫ض ذَلُ ْو ًْل فَا ْم‬ ْ ‫ه َُو الَّذ‬
َ ‫ِي َجعَ َل لَ ُك ُم ْاْلَ ْر‬
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk: 15).

Tujuan perdagangan Internasional dalam Islam adalah suaya tercipta


kemaslahatan di antara umat manusia dan salah satu bentuk tolong menolong. Supaya
tercapai kemaslaahtan tersebut bagi umat manusia, Dr. Jaribah bin Ahmad Al Haritsi
pengarang buku Fikih ekonomi Umar bin Al Khatab mengatakan bahwa agar hubungan
ekonomi Internasional dapat merelisasikan kemanfaatan sebesar mungkin bagi kaum
muslimin dan menjauhkan mereka dari mudharat yang akan terjadi, maka hubungan
tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut14 :
a. Pertama, Kehalalan barang dan jasa di tempat perdagangan;
b. Kedua, Jika hubungan ekonomi internasional dapat merealisasikan kemaslahatan
bagi kaum muslimin;
c. Ketiga, Jika wilayah-wilayah Islam sebagai prioritas;
d. Keempat, Pengaturan masuk dan menetapnya non muslim di bumi Islam;

12
Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Perspektif Islam, terj.Moh. Maghfur
Wachid (Surabaya: Risalah Gusti, 2009), 326.
13
Al-Quran Digital, Merdeka.com, https://www.merdeka.com/quran/al-jumuah/ayat-10 , diakses tanggal 29
November 2021
14
Ibid.
e. Kelima, Perjanjian perdagangan;
f. Keenam, Negara Islam seyogyanya memiliki otoritas dalam pengaturan dan
pengawasan hubungan ekonomi luar negeri;
g. Ketujuh, Urusan kegiatan ekonomi harus dipimpin seorang Muslim jika terdapat
non-Muslim yang andil di dalamnya.

Perdagangan internasional sejak dahulu kala sudah dilakukan oleh semua


manusia dan bangsa. Salah satu potret perdagangan internasional yang dicatat oleh Al
Quran adalah perdagangan Qurais dan karena kehebatan perdagangan Suku Quraisy
tersebut Al Quran mengabadikan aktivitas perdagangan mereka sebagaimana yang
termaktub dalam QS. Al Quraisy. Mereka dengan segala keterbatasan sumber daya
alam di negeri mereka telah mampu menjadi pemain global dalam perdagangan
internasional. Mereka biasanya melakukan aktivitas perdagangan internasional pada
musim dingin (Al syita) dan musim panas (Al shaif). Pada musim dingin, mereka
melakukan perdagangan internasional ke daerah Yaman, sedangkan pada musim panas
ke daerah Syam.15
Dalam sejarahnya perdagangan internasional Islam adalah perdagangan yang
hebat, tak tertandingi. Dalam sejarahnya tak ada perdagangan Internasional
sebagaimana yang dilakukan oleh umat Islam masa lampau. Hal tersebut sebagaimana
yang dikatakan oleh Ahmad Yusri dalam bukunya Al Iqtishad Al Dauliyyah bahwa
perdagangan Daulah Islamiyah bersinar dengan berkilauan berlangsung sampai
mencapai batas-batas yang tidak dikenal di seluruh dunia sebelumnya. Hal itu
berlangsung sejak masa kekuasaan 'Abbasiyah hingga masa kebangkitan Eropa pada
abad ke-14 M. Ada banyak bukti yang mendukung hal itu berdasarkan yang
dikumpulkan oleh Al Mas'ûdi, at-Tabari, dan Ibn Khaldûn. Rute perdagangannya
melalui darat dan laut, membentang seluas Daulah Islamiyah di Timur dan Barat.
Mengirimkan barang antara negara-negara Eropa di utara dan barat, antara India dan
China dan antara rute yang lama baik selatan maupun timur, demikian juga Afrika,
khususnya negara-negara pesisir. Ketika itu Daulah Islamiyah memimpin peradaban di
dunia. Tidak pernah disebut dalam sejarah ada aktivitas dagang yang tegak, masuk ke
negara besar atas prinsip keadilan dan kesetaraan seperti perdagangan Daulah

15
Atep Hendang Waluya, M.E.I, Perdagangan Internasional Dalam Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang
(2019)
Islamiyah masa lalu. Sebagaimana yang diketahui, perdagangan Imperium Romawi
yang demikian besarnya adalah penjajahahan, pada akhirnya untuk melengkapi
kepentingan Roma.16
Dari segi konsep, menurut Hendri Tanjung bahwa jauh sebelum teori
perdagangan internasional ditemukan di Barat, Islam telah menerapkan konsep-konsep
perdagangan internasional. Adalah ulama besar yang bernama Abû 'Ubaid bin Salâm
bin Miskîn bin Zaid Al Azdi telah menyoroti praktik perdagangan internasional ini,
khususnya impor dan ekspor. Lahir tahun 774 M dan wafat 838 M, Abû Ubaid
merupakan orang pertama yang memotret kegiatan perekonomian di zaman Rasulullah
saw., khulafaur Rasyidin, para sahabat dan tabi'in-tabi'in. Pemikiran Abû Ubaid tentang
ini dapat dilihat dalam kitabnya, Al Amwâl yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum
Adam Smith (1723-1790) menelurkan teori keunggulan absolutnya. Dan menurut
penulis sebelum Abû 'Ubaid adalah Abû Yûsuf (w. 182 H/798 M) dalam bukunya Al
Kharâj juga telah membahas bagaimana perdagangan internasional dalam Islam.17
Perdagangan Internasional Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu : adanya tarif dalam perdagangan internasional, cukai
bahan makanan pokok lebih murah, dan ada batas tertentu untuk dikenakan cukai.
Adapun penjelasanya sebagai berikut18:
1. Adanya Tarif Dalam Perdagangan Internasional
Para penganut perdagangan bebas (free trade), mndengungkan bahwa tidak
boleh ada tarif barrier pada suatu negara. Barang dagangan harus bebas masuk
dan keluar dari suatu negara. Dengan kata lain, bea masuknya nol persen.
Tetapi, dalam konsep Islam, tidak ada sama sekali yang bebas, meskipun
barang impor itu adalah barang kaum muslimin. Untuk barang impor kaum
muslimin dikenakan zakat yang besarnya 2.5%. Sedangkan non muslim,
dikenakan cukai 5% untuk ahli dzimmah (kafir yang sudah melakukan
perdamaian dengan Islam) dan 10% untuk kafir harbi (Yahudi dan nasrani).
Jadi, tidak ada prakteknya sejak dari dahulu, bahwa barang suatu negara bebas
masuk ke negara lain begitu saja.
2. Cukai Bahan Makanan Pokok Lebih Murah

16
Ibid, hlm. 2
17
Ibid.
18
Hendri Tanjung, “Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional”, (Jurnal Ekonomi Islam Republika Iqtishodia,
Kamis, 30 September 2010), 6.
Untuk minyak dan gandum yang merupakan bahan makanan pokok, cukai
yang dikenakan bukan 10% tetapi 5% dengan tujuan agar barang impor
berupa makanan pokok banyak berdatangan ke Madinah sebagai pusat
pemerintahan saat itu. Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, ia
berkata, “Umar telah memungut cukai dari kalangan pedagang luar; masing-
masing dari minyak dan gandum dikenakan bayaran cukai sebanyak setengah
dari ‘usyur (5%). Hal ini bertujuan supaya barang impor terus berdatangan
ke negeri madinah. Dan dia telah memungut cukai dari barang impor al-
Qithniyyah sebanyak ‘usyur (10%)”
3. Ada Batas Tertentu Untuk Dikenakan Cukai
Yang menarik, tidak semua barang dagangan dipungut cukainya. Ada batas-
batas tertentu dimana kalau kurang dari batas tersebut, maka cukai tidak akan
di pungut. Dari Ruzaiq bin Hayyan ad-Damisyqi (dia adalah petugas cukai di
perbatasan Mesir pada saat itu) bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis
surat kepadanya, yang isinya adalah, “Barang siapa yang melewatimu dari
kalangan ahli zimmah, maka pungutlah barang dagangan impor mereka.
Yaitu, pada setiap dua puluh dinar mesti dikenakan cukai sebanyak satu
dinar. Apabila kadarnya kurang dari jumlah tersebut, maka hitunglah dengan
kadar kekurangannya, sehingga ia mencapai sepuluh dinar. Apabila barang
dagangannya kurang dari sepertiga dinar, maka janganlah engkau
memungut apapun darinya. Kemudian buatkanlah surat pembayaran cukai
kepada mereka bahwa pengumpulan cukai akan tetap diberlakukan se hingga
sampai satu tahun”. Menurut Abu Ubaid, seratus dirham inilah ketentuan
kadar terendah pengumpulan cukai atas harta impor ahli dzimmah dan kafir
harbi.

II. KESIMPULAN
1. Perdagangan Internasional adalah kegiatan perekonomian dan perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Perdagangan bebas adalah keadaan di mana pertukaran
barang/jasa antarnegara terjadi dengan sedikit atau tanpa mengalami rintangan.
2. Membahas tentang perdagangan internasional tentunya tidak terlepas dari
pembicaraan mengenai kegiatan ekspor impor. Dalam melakukan kegiatan ekspor
impor tersebut perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang
tersebut.
3. Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentunya akan
memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfat tersebut antara lain: Memperoleh
barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, Memperoleh keuntungan dari
spesialisasi, Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan, Transfer teknologi
modern.
4. Perdagangan internasional sejak dahulu kala sudah dilakukan oleh semua manusia
dan bangsa. Salah satu potret perdagangan internasional yang dicatat oleh Al Quran
adalah perdagangan Qurais dan karena kehebatan perdagangan Suku Quraisy
tersebut Al Quran mengabadikan aktivitas perdagangan mereka sebagaimana yang
termaktub dalam QS. Al Quraisy.
5. Dari segi konsep, menurut Hendri Tanjung bahwa jauh sebelum teori perdagangan
internasional ditemukan di Barat, Islam telah menerapkan konsep-konsep
perdagangan internasional. Adalah ulama besar yang bernama Abû 'Ubaid bin
Salâm bin Miskîn bin Zaid Al Azdi telah menyoroti praktik perdagangan
internasional ini, khususnya impor dan ekspor.
6. Perdagangan Internasional Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu : adanya tarif dalam perdagangan internasional,
cukai bahan makanan pokok lebih murah, dan ada batas tertentu untuk dikenakan
cukai.
DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Perspektif Islam, terj.Moh.


Maghfur Wachid, Surabaya: Risalah Gusti. (2009).

Aprita, Dr. Serlika, S.H., M.H. Rio Adhitya, S.T., S.H., M.Kn., Hukum Perdagangan
Internasional, PT Rajagrafindo Persada. (2020).

Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
(2010).
Dinar, Muhammad dan Muhammad Hasan, Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Pustaka
Taman Ilmu. (2018).

Karim, Adiwarman Azmi. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Rajagrafindo


Persada, (2012).

Setiawan, Heri. Lestari, Sari. Perdagangan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Nusantara.


(2011)
Suyanto dan Nurhadi, IPS Ekonomi, Erlangga Yogyakarta. (2004).

Tanjung, Hendri, Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional, Jurnal Ekonomi Islam
Republika Iqtishodia. (2010).

Wahab, Dr. H. Abdul, SE., M. Si, Ekonomi Internasional, Alauddin University Press. (2013).

Waluya, Atep Hendang, M.E.I, Perdagangan Internasional Dalam Islam, Universitas


Muhammadiyah Tangerang. (2019)

Referensi online :
Al-Quran Digital, Merdeka.com, https://www.merdeka.com/quran/al-jumuah/ayat-10 , diakses
tanggal 29 November 2021

Anda mungkin juga menyukai