Dosen Pembimbing :
Desmizar, S.E., M.M.
Disusun Oleh :
Dhea Rahma Dianika Ifada 201980080
Merianda Octaviana 201980144
Umi Hapsari Ningsih 201980154
Amanda Berliana Putri 201980165
Rafli Habenula 201980196
Perdagangan internasional merupakan salah satu indikator untuk dapat mengetahui maju
tidaknya pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Kegiatan utama yang berjalan di
dalamnya ada dua, yaitu impor dan ekspor. Impor merupakan kegiatan membeli barang
atau jasa dari luar negeri dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan ekspor
merupakan kegiatan menjual barang atau jasa kepada suatu negara untuk dipakai dalam
memenuhi kebutuhan negara yang bersangkutan.
Kegiatan impor dan ekspor inilah yang dapat meningkatkan kemajuan ekonomi. Keuntungan
yang didapatkan dari sektor impor yaitu negara dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya yang tidak
bisa dipenuhi secara mandiri. Keuntungan dari sektor ekspor adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mendatangkan devisa untuk negara. (Singkatnya, semakin
banyak aktivitas ekspor, maka semakin tinggi pula jumlah devisa negara yang masuk)
Karena itulah, perdagangan internasional menjadi salah satu hal yang penting bagi kemajuan
suatu negara.
1. Teori Absolut, yang dikembangkan oleh adam smith, ia berpendapat bahwa teori
keunggulan mutlak dijelaskan sebagai kondisi dimana suatu negara dapat menghasilkan
atau memproduksi barang atau jasa lebih banyak dibandingkan dengan para pesaingnya
dengan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dalam produksinya sehingga mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. contoh nya Jepang adalah negara yang memproduksi mobil
dalam jumlah besar dengan merk-merk ternama seperti Honda, Suzuki, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Jepang memiliki keunggulan mutlak dalam produksi mobil-mobil
bermerek tersebut karena di negara lain tidak dapat menghasilkannya.
2. Teori Comparative, Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo. Teori ini muncul untuk
mengatasi kelemahan dalam teori keunggulan absolut dimana negara yang tidak memiliki
keunggulan absolut berbeda nasibnya dibandingkan dengan negara yang memiliki
keunggulan absolut. Menurutnya, negara yang tidak memiliki keunggulan absolut tetap
dapat berkontribusi dalam perdagangan internasional dengan cara melakukan spesialisasi
pada produk-produk yang dihasilkan di negara tersebut. Contohnya : china dalam
melakukan produksi elektronik dan beras lebih unggul daripada indonesia, yaitu masing-
masing 60 kg/perhari untuk beras dan 120 unit/hari untuk barang elektronik, sedangkan
indonesia melakukan produksi beras dan elektronik masing-masing 40 kg dan 40 unit per
harinya. China memiliki keunggulan terbesar pada barang-barang elektronik. Sedangkan
Indonesia lemah pada kedua produksi, namun kelemahan paling kecil ada di produksi
beras. Seharusnya Indonesia berspesialisasi pada beras dan China pada barang-barang
elektronik sehingga apabila kedua negara melakukan perdagangan internasional, akan
saling menguntungkan satu sama lain. Maka dari itu, walau Indonesia memiliki
kelemahan absolut, namun tetap dapat berkontribusi melalui ekspor beras yang lebih baik
daripada China.
● Ekspor, Kegiatan untuk menjual barang ke luar negeri. Misalnya, Indonesia mengekspor
pakaian ke Amerika Serikat.
● Impor, Kegiatan pembelian barang dari luar negeri.
● Border Crossing, Perdagangan yang terjadi antara negara yang berbatasan dengan
perjanjian tertentu.
● Barter, Transaksi dengan cara menukar barang satu sama lain. Barter dilakukan dengan
menentukan nilai barangnya terlebih dahulu. Kemudian, dibayar kembali dengan barang
yang nilainya sesuai dan telah disepakati.
● Consignment, Dalam lingkungan internasional, barang-barang yang ingin dijual dan
dititipkan di pasar internasional, harus menunggu adanya pembeli.
● Package deal, perdagangan internasional yang bertujuan untuk memperluas pasar dari
suatu produk. Sistem ini dilakukan dengan membuat perjanjian dagang antara suatu
negara.
Pelaku Perdagangan Internasional
1. Kelompok Eksportir, Sering disebut dengan penjual (seller) atau penyuplai (pemasok)
atau supplier.
2. Kelompok Importir, Dalam perdagangan internasional, memikul tanggung jawab atas
terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini berarti pihak importir
menanggung resiko atas segala sesuatu mengenai barang yang diimpor, baik resiko
kerugian, kerusakan, keterlambatan serta resiko manipulasi dan penipuan. Kelompok ini
biasanya sering disebut dengan pembeli ( buyer )
3. Kelompok Identitor, Bilamana kebutuhan atas suatu barang belum dapat dipenuhi dari
produksi dalam negeri, maka terpangsa diimpor dari luar negri. Di antara barang-barang
kebutuhan itu ada yang di impor untuk konsumsi sendiri dan ada kalanya untuk dijual
kembali. kelompok identitor terdiri dari : Para pemakai langsung, Para pedagang, Para
pengusaha perkebunan, industriawan, dan instansi pemerintah.
4. Kelompok Promosi, Agar kegiatan perdagangan ekspor impor dapat berjalan dan
mendatangkan devisa yang besar bagi negara perlu pula dukungan dari berbagai pihak
yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan tersebut, salah satunya adalah
kelompok promosi yang terdiri atas: BPEN, Kantor Perwakilan Produsen, Kantor Bank
Devisa (DN/LN).
5. Kelompok Pendukung, Pihak-pihak yang dimaksud adalah kelompok pendukung, yang
mendukung terlaksananya kegiatan ekspor impor atau perdagangan internasional. seperti:
Badan Usaha Transportasi, Maskapai, Bank Devisa, Kedutaan, Pabean.
1. Dumping,
2. Pemberian Premi
3. Diskriminasi Harga
1. Tarif
2. Kuota
3. Subsidi
4. adanya larangan impor
● Perbedaan nilai mata uang, Pada umumnya, negara eksportir akan meminta
pembayaran kepada negara pengimpor menggunakan mata uang negara pengekspor.
Apabila nilai mata uang negara eksportir lebih tinggi dari negara importir, hal ini
mengakibatkan negara pengimpor harus menambah pengeluarannya. Oleh karena itu,
untuk melancarkan proses perdagangan internasional perlu adanya penetapan mata uang
internasional yang diterima oleh setiap negara
● Pemberlakuan kebijakan perdagangan oleh pemerintah, Setiap negara memiliki
kebijakan ekonomi yang berbeda-beda. Terkadang kebijakan yang diterapkan tersebut
menghambat proses perdagangan internasional. Contohnya adalah pembatasan jumlah
impor. Negara yang membatasi impor akan membuat negara eksportir kehilangan sedikit
peluangnya untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya pajak impor/ekspor yang
tinggi, surat perijinan yang berbelit-belit akan menghambat proses perdagangan
internasional.
● Kebijakan lembaga ekonomi internasional/regional mementingkan negara
anggotanya, Organisasi perdagangan internasional, baik regional maupun internasional
ibarat dua mata pisau. Di satu sisi menimbulkan keuntungan, di sisi lain merupakan
hambatan. Negara-negara yang terdaftar sebagai anggota organisasi tersebut akan
mendapatkan keuntungan tertentu, sebaliknya, negara-negara yang bukan anggota akan
mengalami hambatan. Contohnya adalah, Negara yang bukan anggota akan membayar
tariff pajak yang lebih tinggi
● Terdapat Konflik/Peperangan, Apabila kondisi keamanan suatu negara tidak stabil,
seperti adanya peperangan, kerusuhan, dan lain sebagainya, negara-negara lain akan
merasa takut untuk melakukan perdagangan. Akibatnya, mereka akan beralih ke negara
yang lebih aman. (contohnya kasus afghanistan)
Penyebab Terjadinya Perdagangan internasional
Perdagangan internasional memberikan manfaat dan arti yang sangat penting bagi negara
yang berkembang. Kegiatan tersebut memberi arti dalam hal melakukan pembangunan di
beberapa sektor, mengembangkan pengetahuan dan menambah pengalaman yang
memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk melaksanakannya. Menurut
Haberler dalam (Jhingan, 2018) untuk pembangunan di negara yang kurang berkembang,
perdagangan internasional dapat memberikan kontribusi/sumbangan diharapkan sumbangan
tersebut dapat memperbaiki penyimpangan yang tidak mendasar atau marginal adalah
kebijaksanaan yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi.
Ketergantungan suatu negara terhadap perdagangan internasional yaitu sebagai mesin
penggerak perekonomian suatu negara memberikan pengaruh yang cukup besar. Menurut
Salvatore dalam (Safitriani, 2014), perdagangan internasional merupakan salah satu aktivitas
perekonomian di mana aktivitas tersebut meliputi aliran modal, baik yang sifatnya masuk
maupun keluar, dari suatu negara ketika terjadi aktivitas perdagangan internasional berupa
kegiatan ekspor dan impor maka besar kemungkinan terjadi perpindahan faktor-faktor
produksi dari negara eksportir ke negara importir yang disebabkan oleh perbedaan biaya
dalam proses perdagangan internasional. Manfaat lain dari perdagangan internasional
tersebut akan meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar serta mampu mengefisiensikan
perekonomian, Susantro dalam (Fakhrudin, 2008).
Adam Smith berpendapat bahwa agar output dunia dapat optimal maka masing-
masing negara harus memproduksi barang dan jasa di mana negara tersebut memiliki
keunggulan absolut (absolute advantage). Dengan adanya pembagian tenaga kerja
internasional (international division of labor) seperti halnya yang terjadi pada divisi
tenaga kerja di suatu pabrik, akan mampu mendorong tingkat produksi dunia yang
melampaui jumlah tingkat produksi pada keadaan autarki. Surplus produksi yang dihasilkan
dalam situasi seperti ini kemudian dapat dibagi antar negara melalui perdagangan
internasional sehingga semua negara akan mendapat barang lebih besar dari apa yang
diperoleh apabila tanpa melakukan perdagangan. Konsep inilah yang direkomendasikan oleh
Adam Smith tentang bagaimana produksi dunia harus dipetakan.
Adam Smith berpendapat bahwa pembagian internasional tenaga kerja yang
tepat akan mendorong negara-negara tersebut melakukan spesialisasi dalam memproduksi
barang di mana negara tersebut memiliki keunggulan absolut. Dari perhitungan ini dapat
kita simpulkan bahwa ada keuntungan yang diberikan dari pembagian internasional tenaga
kerja. Tanpa menggunakan tambahan sumber daya baru (tambahan jumlah jam kerja
tenaga kerja), total output dunia dapat meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh
diberlakukannya aturan sederhana yaitu bahwa tiap-tiap negara seharusnya
mengkonsentrasikan diri pada produksi barang yang diproduksi dengan paling efisien.
Teori ini mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif. Teori
ini berlandaskan pada asumsi:
1. Labor Theory of Value menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, di mana nilai
barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
2. Perdagangan Internasional sebagai pertukaran barang dengan barang.
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran.
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak
berpengaruh.
Maka dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu negara akan
melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya apabila negara
tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika
mempunyai kerugian dalam memproduksi.
Ekspor-Impor
Ekspor
Ekspor adalah suatu aktivitas pengiriman dan penjualan barang-barang dari dalam negeri
tujuan ke pasar luar negeri. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara
lain apabila barang tersebut diperlukan oleh negara lain dan mereka tidak dapat
memproduksi sendiri barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan
dalam negeri.
Kegiatan ekspor ini umumnya dikerjakan oleh suatu negara yang mampu
menghasilkan produk barang dalam jumlah yang cukup besar dan yang mana produk yang
dihasilkan juga sudah terpenuhi di dalam negara tersebut.
Contohnya biji kopi yang tumbuh di Flores, Nusa Tenggara Timur, dijual di mancanegara
mulai dari Amerika Serikat hingga Eropa.
Impor
Impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam negeri yang
mana tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri.
Dalam melakukan aktivitas pengiriman barang impor juga membutuhkan proses
pendampingan oleh bea cukai. Umumnya pihak pemerintah akan menentukan jumlah tarif
pajak atas setiap produk impor ke masing-masing importernya. Maka hal tersebut yang
membuat produk barang impor mempunyai harga yang lebih mahal, sebab didalamnya sudah
dibebankan biaya pajak yang harus ditanggung oleh pihak konsumen.
Contoh : Baju merk desainer asal Perancis, sepeda buatan Inggris, kedelai dari Amerika
Serikat, dan semua yang masuk ke Indonesia dari luar negeri adalah barang impor.
Kegiatan perdagangan ke luar negeri juga berkontribusi dalam hal memperkenalkan tentang
produk yang berbeda dan menarik dari negara yang memproduksi. Hal ini akan mendorong
agar konsumen menyimpang uangnya agar dapat membeli produk impor tersebut sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian kegiatan ini akan menghimpun modal
bagi kepuasan atas keinginan baru, mengembangkan kemampuan teknis, serta bakat manajer
untuk kewiraswastaan. Akhirnya, dengan adanya kegiatan itu akan memberikan dorongan
persaingan antar pelaku bisnis secara sehatI dan mencegah terjadinya monopoli. Dengan
adanya perdagangan internasional secara tidak langsung memberikan manfaat yaitu
(Jhingan, 2018)
Tujuan Ekspor :
Tujuan Ekspor merupakan suatu bentuk kegiatan perdagangan lingkup internasional untuk
membangkitkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri
pabrik besar, & membuka peluang pasar baru di luar negeri sebagai upaya menumbuhkan
investasi, perluasan pasar domestik, serta meningkatkan devisa pada suatu negara.
Ekspor adalah suatu aktivitas perdagangan dalam ruang lingkup internasional yang dilakukan
untuk memberikan suatu rangsangan atas suatu permintaan dari dalam negeri, sehingga
mampu melahirkan industri-industri lain yang lebih besar.
Meningkatnya permintaan ekspor pada suatu produk akan berimbas langsung pada
perkembangan industri dalam suatu negara. Sehingga, hal tersebut akan mampu melahirkan
suatu iklim usaha yang lebih kondusif. Selain itu, suatu negara juga nantinya akan mampu
membiasakan dirinya untuk bisa bersaing dalam pasar internasional dan juga akan lebih
terlatih dengan persaingan yang ketat jika melakukan perdagangan internasional.
Kenapa? Karena saat suatu produk mampu diproduksi dengan mudah dan melimpah, maka
produk dalam negeri tersebut pasti akan memiliki harga yang lebih murah. Untuk itu, negara
harus melakukan ekspor ke negara lain yang lebih membutuhkan produk tersebut agar negara
mampu mengendalikan harga di pasar.
Aktivitas ekspor pastinya akan memberikan dampak yang positif untuk perkembangan
ekonomi pada suatu negara. Manfaat dari adanya kegiatan ekspor adalah demi membuka
peluang pasar baru di luar negeri sebagai upaya menumbuhkan investasi, perluasan pasar
domestik, serta meningkatkan devisa pada suatu negara.
Tujuan Impor :
Tujuan utama Impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan untuk meningkatkan
neraca pembayaran. Untuk manfaatnya, kegiatan impor akan meningkatkan potensi pada
suatu negara dalam mendapatkan bahan baku, barang serta jasa pada suatu jenis produk
tertentu yang jumlahnya terbatas atau tidak mampu diproduksi dari dalam negerinya.
Sehingga, hal tersebut akan mampu mendukung stabilitas negara secara tidak langsung.
Faktor Ekspor-Impor
Ekspor
Jika suatu negara melakukan ekspor barang dan jasa ke negara lain, maka ia harus
memproduksi barang dan jasa melebihi jumlah produksi yang diperlukan di dalam negeri.
Dengan meningkatnya jumlah produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara,
maka akan meningkatkan pendapatan nasional (Y) negara tersebut.
Karena ekspor merupakan salah satu jenis pengeluaran agregat (aggregate
expenditure), sehingga dapat memengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai
oleh negara tersebut. Apabila ekspor meningkat maka pengeluaran agregat akan meningkat
pula, dan keadaan ini selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Namun sebaliknya,
pendapatan nasional (Y) tidak dapat memengaruhi besar kecilnya ekspor. Apabila pendapatan
nasional bertambah besar, ekspor belum tentu meningkat, atau besarnya ekspor dapat
meningkat atau mengalami perubahan, meskipun pendapatan nasional tetap besarnya.
Besarnya kecilnya ekspor tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional yang terjadi
dalam perekonomian sehingga fungsi ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi
investasi dan pengeluaran pemerintah.
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang
tersebut diperlukan oleh negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi sendiri barang
tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Ada faktor
terpenting yang menentukan ekspor suatu negara yaitu kemampuan dari negara tersebut
untuk mengeluarkan barang- barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri, baik
dalam mutu, harga barang yang diekspor dan diperjual-belikan dalam pasaran luar negeri,
serta cita rasa masyarakat luar negeri terhadap barang yang diekspor.
Sedangkan penyebab kemerosotan pada ekspor, yaitu terjadinya perubahan cita
rasa penduduk luar negeri, merosotnya kemampuan bersaing di pasar luar negeri serta terjadi
permasalahan ekonomi yang sedang dialami di luar negeri.
Faktor Impor :
Dalam analisis makro ekonomi diasumsikan bahwa faktor yang memengaruhi besar kecilnya
pembelian barang dari luar negeri (impor) suatu negara adalah kemampuan membayar (daya
beli) negara tersebut terhadap barang impor. Makin tinggi tingkat kemampuan membayar
(daya beli) negara tersebut maka semakin tinggi pula impor yang dapat dilakukannya.
Impor suatu negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin
tinggi pendapatan masyarakatnya, semakin banyak impor yang akan dilakukan. Inflasi juga
dapat menyebabkan secara keseluruhan barang buatan dalam negeri menjadi lebih mahal.
Faktor lainnya yaitu kemampuan suatu negara menghasilkan barang yang lebih baik
mutunya juga dapat menimbulkan perubahan impor terhadap tingkat pendapatan nasional
Devisa
Adalah valuta asing yang berfungsi sebagai medium pembiayaan transaksi perdagangan
antarnegara (perdagangan internasional). Pada definisi yang lain, devisa dapat diartikan
sebagai nilai kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara dalam bentuk mata uang asing, yang
mana nilai kekayaan tersebut perlu diakui oleh secara global oleh negara-negara lainnya.
Atau alat pembayaran luar negeri yang dapat ditukarkan dengan uang luar negeri.
Sebagai contoh, di Indonesia. Mata uang asing yang bisa dijadikan nilai devisa adalah
mata uang seperti Dollar (Amerika), Yen (Jepang), Yuan (Tiongkok), Euro (negara-negara
eropa), dan Poundsterling (Inggris). Sementar mata uang dari negar seperti Honduras tidak
bisa dijadikan nilai devisa negara Indonesia oleh karena mata uang tersebut belum memiliki
catatan kurs resmi di Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia.
Selain mata uang asing, devisa suatu negara bisa berbentuk emas, maupun surat-surat
berharga yang dapat digunakan sebagai alat transaksi pembayaran internasional.
Setidaknya ada lima komoditas ekspor paling besar yang dimiliki oleh Indonesia, kelima
komoditas paling besar tersebut adalah:
1. Komoditas Karet
Perlu Anda ketahui bahwa Indonesia adalah negara penghasil karet paling besar kedua di
dunia, untuk itu jangan heran bisa karet dijadikan sebagai suatu komoditas utama di
Indonesia. Produk karet Indonesia banyak dikirimkan ke beberapa negara maju, seperti
Jepang, China, dan Amerika.
2. Produk Tekstil
Banyaknya jumlah industri tekstil di Indonesia berhasil meningkatkan devisa dalam negeri.
3. Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah produk yang biasa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sabun,
minyak goreng, mentega, dan beberapa produk kecantikan. Sebagian besarnya akan diekspor
berupa minyak inti sawit palm kernel oil, dan minyak sawit. Biasanya, Indonesia akan
mengirim kelapa sawit dalam jumlah besar ke negara India, Pakistan, hingga Cina.
Indonesia adalah salah satu negara tropis yang mempunyai banyak sekali hutan, sehingga
industri kayu di Indonesia memiliki prospek perkembangan yang bagus. Beberapa hasil hutan
yang dikirim ke luar negeri adalah pulp kertas dan kayu.
5. Kakao
Perlu Anda ketahui bahwa Indonesia adalah negara penghasil biji kakao ketiga paling banyak
di dunia. Nantinya, biji kakao ini akan diolah menjadi coklat atau makanan lain. Produk biji
kakao yang akan dikirim keluar negeri ini adalah produk yang sudah memenuhi Standar
Nasional Indonesia.
Jenis Devisa :
1. Devisa Kredit : Devisa yang berasal dari kredit (pinjaman) luar negeri. Contohnya,
pemerintah memperoleh pinjaman dari Bank Dunia, kredit itu disalurkan ke
masyarakat dalam bentuk devisa kredit.
2. Devisa Umum : Devisa yang dapat diperoleh tanpa adanya kewajiban untuk
mengembalikannya. Contoh: ekspor, penyelenggaraan jasa-jasa, dan penerimaan
modal.
Berdasarkan wujudnya, jenis devisa terbagi menjadi devisa kartal dan devisa giral. Devisa
kartal adalah devisa berbentuk uang kertas dan uang logam. Sedangkan devisa giral
merupakan jenis devisa yang berbentuk surat berharga, seperti cek, wesel, Internasional
Money Order (IMO), dll
1. Devisa Kartal : Devisa yang berwujud uang logam dan uang kertas.
2. Devisa Giral : Devisa yang berwujud surat-surat berharga. Misalnya wesel, cek, cek
perjalan (travellers cheque), IMO (Internasional Money Order) dan lain-lain.
Fungsi Devisa :
Selain sebagai alat transaksi antar-negara, juga menjadi semacam indikator kuat atau
lemahnya perekonomian suatu negara. Agar lebih jelas, fungsi devisa negara adalah sebagai
berikut:
Di samping sebagai alat pembayaran pengadaan barang luar negeri, devisa juga akan
digunakan pemerintah untuk membayar cicilan utang luar negeri. Pengelolaan devisa yang
baik sangat diperlukan agar devisa tak hanya dipakai untuk membayar utang, tetapi juga bisa
dialokasikan ke hal-hal lainnya di internal negara, seperti pembangunan nasional.
Tak hanya sebagai alat pembayaran, fungsi devisa juga mencakup aktivitas hubungan (relasi)
internasional dengan negara-negara sahabat. Misalnya untuk membiayai perjalanan dinas ke
luar negeri bagi para pejabat negara. Kantor perwakilan suatu negara seperti Kedutaan Besar
juga dibiayai oleh devisa guna menjalankan fungsinya.
Dalam melakukan hubungan antar negara, pastinya memerlukan suatu biaya tertentu.
Pembiayaan berbagai operasional yang berhubungan dengan dunia internasional ini berasal
dari devisa negara. Contohnya saja seperti kegiatan diplomatik antar negara, perjalanan dinas
ke negara lain, atau kegiatan luar negeri lainnya.
Sumber-Sumber Devisa :
1. Kegiatan ekspor
Kegiatan ekspor (pengiriman barang ke luar negeri) adalah salah satu andalan negara untuk
mendapatkan devisa. Semakin banyak ekspor barang atau jasa, maka semakin besar pula
pemasukan devisa bagi negara.
2. Perdagangan jasa
Negara yang bergerak dan mengandalkan perdagangan jasa merupakan negara yang tidak
kaya dengan sumber daya alam. Contohnya, Singapura yang mengandalkan jasa perdagangan
sebagai sumber utama devisa. Beberapa contoh jasanya seperti pengiriman barang,
perbankan, bandar udara, pelabuhan kapal laut dan kapal-kapal layar ke luar negeri, dan lain
sebagainya
3. Kegiatan pariwisata
Devisa diperoleh dari kunjungan turis mancanegara. Turis asing akan menukarkan mata uang
negara asal dengan mata uang negara yang dikunjungi. Sehingga valuta asing yang
ditukarkan dengan mata uang negara tersebut merupakan devisa. Semakin banyak turis yang
berkunjung ke suatu negara maka semakin banyak pula devisa akan mengalir ke negara
tersebut.
Pinjaman luar negeri menjadi sumber devisa khususnya bagi negara-negara yang sedang
berkembang. Pinjaman tersebut biasanya digunakan untuk membiayai kegiatan impor barang
atau jasa.
Hibah atau hadiah merupakan sumber devisa yang sifatnya tidak mengikat. Jika hibah yang
diterima berupa mata uang asing, maka akan menambah cadangan devisa suatu negara.
Warga negara yang mempunyai investasi, tabungan, atau perusahaan di luar negeri tentu akan
mendapatkan devisa jika investasi atau perusahaannya itu memberi keuntungan.
Nilai tukar adalah nilai dari satu unit mata uang domestik terhadap nilai dari satu unit mata
uang asing. Kurs dapat ditetapkan melalui dua cara yaitu harga mata uang luar negeri dinilai
dalam Dollar disebut cara langsung, sedangkan harga Dollar dinilai dengan mata uang asing
disebut cara tidak langsung (Krugman dan Obstfeld, 2003). Apabila melakukan transaksi
antara dua Negara, maka akan terjadi perbandingan nilai tukar mata uang antar Negara.
Demikian pula jika terjadi pertukaran mata uang antara dua Negara maka akan terdapat pula
perbandingan nilai tukar antar kedua Negara tersebut. Perbandingan inilah yang sering
disebut dengan kurs (exchange rate). (Nopirin, 1999).
Kurs paling sering digunakan oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam melakukan
transaksi internasional baik perdagangan barang maupun aset-aset financial yang dilakukan
dengan Negara mitra dagang. Nilai tukar (exchange rate) menurut Eiteman Stonehill, dan
Moffet (2010) adalah harga satu mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang
negara lain. Nilai tukar merupakan elemen penting karena nilai tukar berpengaruh pada harga
barang domestik relatif terhadap harga barang luar negeri. Menurut Sukirno (2004), kurs
valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara
dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Sebagai contoh, untuk mendapatkan satu dollar
Amerika, seorang konsumen harus mengeluarkan Rp. 13.000 agar bisa mendapatkan satu
dollar Amerika. Hal ini lah yang dikatakan nilai tukar satu unit mata uang asing terhadap
mata uang domestik. Kurs digunakan sebagai alat perbandingan untuk seorang konsumen
membandingkan harga-harga segenap barang maupun jasa yang diproduksi oleh negera-
negara luar.
Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga dari barang-barang yang diproduksi oleh
produsen mengalami kenaikan secara terus-menerus, yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat dan distribusi akan barang produksi yang
kurang baik. Dalam ekonomi moneter (Boediono, 1985) menyebutkan definisi singkat dari
inflasi “kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus”.
Kenaikan dari harga barang-barang produksi jika hanya terjadi pada satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, karena inflasi sendiri kenaikan dari harga barang-barang secara meluas
dan terus-menerus. Semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi dipasar makan semakin besar
pula dampak yang akan ditimbulkan diperekonomian Negara. Berdasarkan tingkat
keparahannya, inflasi dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Inflasi Ringan Inflasi ringan terjadi ketika tingkat harga umum mengalami kenaikan
dibawah 10% per tahunya. Inflasi ringan merupakan salah satu gejala ekonomi yang
wajar karena masih mudah dikendalikan. Harga-harga secara umum mengalami
kenaikan, namun tidak menyebabkan krisis ekonomi. Inflasi ringan sering pula
disebut single digit inflation atau inflasi satu digit.
b) Inflasi Sedang Inflasi sedang berkisar antara 10% hingga 25% per tahun. Inflasi ini
belum membahayakan perekonomian, namun sudah menyebabkan penurunan tingkat
kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang ber penghasilan tetap karena
akan mengurangi daya beli mereka.
c) Inflasi Berat Pada tingkat berat sudah mengacaukan kondisi perekonomian.
Harga-harga barang mengalami lonjakan yang drastis, sehingga masyarakat
cenderung untuk menimbun barang. Kenaikan harga barang umum pada inflasi
berat bisa mencapai 25% hingga 100%per tahun. Dalam kondisi ini, masyarakat
enggan menabung, karena bunga tabungan lebih rendah dari pada tingkat
inflasi.
d) Hiperinflasi (Inflasi Sangat Berat) Dalam kondisi hiperinflasi, perekonomian
sudah sangant kacau balau. Kebijakan fiskal maupoun moneter yang ditempuh
sudah tidak mampu untuk mengendalikan situasi perekonomian. Inflsi ini bisa
mencapai lebih dari 100% per tahun dan tidak hanya berdampak bada bidang
ekonomi namun berdampak pula pada bidang sosial politik.
Ekspor Netto
Ekspor netto adalah hasi ekspor bersih dari nilai ekspor yang dikurangi dengan nilai impor.
Net ekspor merangsang meningkatnya pendapatan dan merangsang pertumbuhan ekonomi
apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada jumlah impor, sebaliknya apabila jumlah ekspor
lebih kecil dari jumlah impor maka net ekspor akan menurunkan pendapatan nasional. Ekspor
merupakan salah satu sumber devisa. Untuk mampu mengekspor, negara harus mampu
menghasilkan barang dan jasa di pasaran internasional. Kemampuan bersaing ini sangat
ditentukan berbagai faktor, antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi,
manajemen dan bahkan sosial budaya. Menurut Sukirno (2000), ekspor yaitu suatu kegiatan
menjual barang-barang dan jasa dalam negeri keluar negeri. Selain memberikan kontribusi
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ekspor juga berdampak pada peningkatan kreatifitas
masyarkat untuk menjadi semakin produktif dengan membuat barang-barang yang dihasilkan
dan bisa dijual bahkan mampu bersaing dipasaran Internasional. Ada beberapa jenis dan cara
dalam melakukan transaksi perdagangan internasional, diantaranya:
a) Ekspor biasa, dalam, hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan
umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi
suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri.
Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari
ekspor ini dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima
pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai kurs valuta asing
yang ditentukan dalam bursa valuta atau juga dapat dipakai sendiri oleh eksportir.
b) Barter, adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung
dengan barang, tidak menerima pembayaran di dalam mata uang rupiah. Apabila
mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarakat suku tersing, mereka
kebanyakan menerapkan sistem barter.
c) Konsinyasi, adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual sedangkan hasil
penjualanna diperlakukan dengan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi, dalam hal ini
barang dikirim ke luar negeri bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumya
dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. Intinya di dalam pengiriman barang sebagai
konsinyasi belum ada pembelian yang tentu di luar negeri.
d) Package Deal, dalam rangka memperluas pasar hasil bumi Indonesia terutama dengan
negara sosialis, pemerintah dapat mengadakan perjanjian perdagangan. Dilakukan
dengan salah satu negara mitra, jumlah dan jenis barang sudah ditentukan dalam
perjanjian. Satu pihak mengimpor, satu pihak mengekspor tergantung kebutuhan
masing-masing. Hampir mirip dengan barter, namun terdiri dari berbagai komoditas
e) Penyelundupan (Smuggling), di negara manapun, paraktik penyelundupan hampir
selalu ada. Baik secara perorangan maupun badan usaha yang memikirkan
keuntungan sepihak tanpa menghiraukan peraturan yang ditetapkan. Pihak-pihak yang
mencoba meloloskan barang dan jasa tanpa melalui peraturan pemerintah, bisa
dikatakan sebagai tindakan penyelundupan.
Cadangan Devisa
Cadangan devisa atau foreign exchange reserves adalah simpanan mata uang asing oleh bank
sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan
dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen, dan
digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan
cadangan berbagai bank yang disimpan dibank sentral oleh pemerintah atau lembaga
keuangan. Cadangan devisa merupakan sumber pendanaan penting yang digunakan Indonesia
untuk melakukan pembangunan nasional, yang disimpan dan dipertanggungjawabkan oleh
Bank Indonesia. Cadangan devisa negara didapat dari kegiatan perdagangan antar negara.
Adanya perdagangan antar negara ini dikarena suatu negara tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhannya yaitu memproduksi barang atau jasa karena keterbatasan dan kelangkaan
sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, sehingga hal ini dapat
mendorong suatu negara untuk melakukan perdagangan yang dikenal dengan kegiatan ekspor
dan impor. Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas
moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca pembayaran (BOP).
Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi apabila posisi cadangan
devisa itu terus menipis. Namun, jika pasokan valas senantiasa tersedia dalam jumlah besar,
maka kondisi nilai tukar rupiah tidak mudah tertekan akibat sentiment negatif. Maka dari itu,
cadangan devisa Negara diharapkan untuk selalu bertambah agar dapat membuat nilai tukar
rupiah tetap stabil dipasar uang. Sumber-sumber devisa :
Kerangka Konseptual
Mengacu pada tujuan penelitian yakni mengetahui dan menganalisa dampak pengaruh
masing-masing variabel independen yakni inflasi, ekspor netto dan cadangan devisa terhadap
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar As.
2. METODA PENELITIAN
Jenis dan sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan
yaitu data yang bersumber dari halaman web Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat
Statistik (www.bps.go.id), serta dari hasil jurnal penelitian-penelitian terdahulu. Data
sekunder yang bersifat kuantitatif runtun waktu (time series) triwulan dari tahun 2000-2018.
Data
Data penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder (secondary data).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan (Sugiyono, 2014). Data yang
diperoleh untuk penelitian ini diperoleh dari web Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan
Pusat Statistik (www.bps.go.id). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut
waktu (time series) triwulan dari tahun 2000-2018. Metode analisis yang digunakan
penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Data sekunder dalam penelitian yaitu
data triwulan di Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi data nilai tukar, inflasi, ekspor
netto, dan cadangan devisa. Keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data yang diamati adalah data dari tahun 2000-2018.
1. Hasil pengumpulan data akan dianalisis secara kuantitatif untuk menjawab fenomena
yang diperoleh didalam penelitian. Menurut Martono (2011), penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka, atau data
berupa kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang berbentuk angka.
2. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis regresi
berganda. Metode analisis regresi berganda yaitu metode yang menguji
ketergantungan satu varibel dependen terhadap variabel independen yang lebih dari
satu variabel penjelas dengan tujuan untuk mengestimasi atau memperkirakan nilai
rata-rata (populasi) variabel dependen dari nilai yang diketahui atau nilai teap dari
variabel penjelas (Gujarati,2010).
3. Untuk mendukung metode analisis data tersebut maka akan dilakukan beberapa
rangkaian uji antara lain, Uji Stasioneritas meliputi; Uji Akar-akar Unit (Unit Root
Test) dan Uji Kointegrasi (Cointegration Test), Uji Statistik meliputi; Uji t (t test), Uji
F (F test) dan Uji R2 (Koefisien Determinan)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 diatas, merupakan hasil dari uji akar-akar unit pada tingkat level dengan
menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika nilai absolut ADF-nya lebih kecil dari
nilai kritikalnya maka data tersebut tidak stasioner. Begitu juga sebaliknya, data dikatakan
stasioner apabila nilai absolute ADF-nya lebih besar dari nilai kritikalnya. Dilihat dari hasil
uji pada tabel diatas bahwa, nilai kurs, inflasi, netto, SBI dan juga devisa memiliki nilai ADF
absolute yang lebih rendah dari nilai kritiknya. Dengan kata lain, data kurs, netto, SBI dan
devisa tidak stasioner pada tingkat level. Sedangkan untuk nilai PMA, dengan nilai ADF
absolutnya sebesar -4.402617 lebih besar dari nilai kritikal α 1%, dengan nilainya sebesar
-3.521579. (-4.402617 > -3.5215579). Karena nilai setiap variabel pada tingkat level hanya
ada satu yang stasioner terhadap nilai kritikalnya, maka untuk melanjutkan kepenelitian
selanjutnya data setiap variabel harus stasioner terhadap nilai kritikalnya. Untuk itu, maka
akan dilakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan untuk menstasionerkan data
sebelumnya dengan menggunakan nilai perbedaan pertama (first defference)
Pada tabel 2 diatas merupakan hasil dari uji akar-akar unit pada first defference dengan ADF.
Diketahui apabila nilai dari ADF absolut lebih besar dari nilai kritikalnya maka data tersebut
stasioneritas dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada tingkat
pertama, dilihat pada tabel diatas dengan nilai ADF pada setiap variabel bahwa nilai ADF
dari kurs, inflasi, netto, SBI, devisa dan juga PMA memiliki nilai ADF absolut yang lebih
besar dari nilai kritikal pada tingkat signifikansi 1% 5% 10%. Yang akan dipakai pada
penelitian ini adalah tingkat signifikasi pada α 5%. Jadi, pada tingkat keyakinan 5% semua
variabel yang diuji telah stasioner pada first defference. Yang artinya, semua variabel sudah
tidak mengandung masalah akar unit dan mempunyai kondisi data yang stasioner
Dilihat dari data tabel 3 yang merupakan hasil dari uji kointegrasi yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa variabel dependen kurs dengan variabel independen inflasi, ekspor
netto, dan cadangan devisa memiliki kointegrasi dalam satu vector yang ditunjukkan dengan
nilai trace statistic lebih besar dari nilai caritical value yaitu sebesar 115.2870 > 95.75366
dengan probabilitas sebesar 0.0012 yang kurang dari 5% (0.05). Nilai max-eigen pada tabel
diatas memiliki nilai lebih besar dari nilai caritical value yaitu sebesar 52.76509>40.07757
dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0011 yang kurang dari nilai α sebesar 5% (0.05). Yang
artinya bahwa terdapat hubungan kointegrasi antar variabel atau adanya hubungan
keseimbangan dalam jangka panjang antar variabel dependen maupun independen. Dengan
demikian, dari hasil kointegrasi mengindikasikan bahwa diantara pergerakan inflasi, ekspor
netto, dan cadangan devisa memiliki hubungan stabilitas/keseimbangan dalam jangka
panjang. Dengan kata lain, dalam setiap periode jangka pendek, seluruh variabel cenderung
menyesuaikan untuk mencapai ekuilibrium jangka Panjang
Tabel diatas merupakan hasil dari uji regresi dan error correction model (ECM) yang
bertujuan untuk mengoreksi hasil estimasi jangka pendek menuju keseimbangan jangka
panjang. Jika nilai error term signifikan secara statistic maka spesifikasi pengujian dalam
model ini adalah valid. Dari data diatas diketahui nilai statistic koefisien ECT sebesar
0.115832 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0160, lebih kecil dari nilai signifikan pada
tingkat keyakinan 5%, yang artinya tingkat kesalahan dalam keseimbangan jangka pendek
mempengaruhi keseimbangan jangka Panjang
Hasil dari uji variabel independen dan variabel dependen akan dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas hasil dari pengujian regresi pada data time series, dapat diketahui
nilai probabilitas inflasi terhadap kurs sebesar 0.0151 dengan tingkat alpha 5% (0.05). Jadi,
jika dibandingkan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (0.0151 <
0.05). Sehingga hasilnya adalah H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara tingkat inflasi terhadap kurs.
Berdasarkan tabel diatas hasil dari pengujian regresi pada data time series, dapat diketahui
nilai probabilitas ekspor netto terhadap kurs sebesar 0.0126 dengan tingkat alpha 5% (0.05).
Jadi, jika dibandingkan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas ekspor netto lebih kecil dari
nilai alpha (0.0126 < 0.05). Sehingga hasilnya adalah H0 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan positif antara tingkat ekspor netto terhadap kurs.
Berdasarkan tabel diatas hasil dari pengujian regresi pada data time series, dapat diketahui
nilai probabilitas cadangan devisa terhadap kurs sebesar 0.0021 dengan tingkat probabilitas
5% (0.05). Jadi, jika dibandingkan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas cadangan devisa
lebih rendah dari nilai alpha (0.0021 < 0.05). Sehingga hasilnya adalah H0 ditolak, maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara cadangan devisa terhadap kurs.
Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas, hasil uji F terlihat bahwa nilai probabilitas dari
Fstatistic sebesar 0.009894 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0.05 (0.009894 < 0.05) yang
artinya bahwa hipotesis H0 ditolak dan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi,
ekspor netto, dan cadangan devisa secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kurs.
Berdasarkan hasil diatas dari koefisien determinasi, yang dilihat adalah nilai Adj. R-
squared untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Nilai sebesar 0.186964 yang menunjukkan bahwa kemampuan model variabel
independen yang terdiri dari variabel inflasi, ekspor netto, dan cadangan devisa dalam
menjelaskan perubahan kurs sebesar 19%, sedangkan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar dari variabel dalam penelitian ini.
Pembahasan
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa nilai inflasi
berpengaruh negatif terhadap kurs atau nilai tukar. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4,
nilai koefisien inflasi sebesar -0.001767 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.3384.
Hal ini menyatakan bahwa pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs berpengaruh negatif
dan tidak signifikan. Variabel tingkat inflasi tidak signifikat terhadap kurs dilihat dari
nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha 5% yaitu (0.3384 > 0.05). Hasil
analisis menyatakan bahwa hipotesis penelitian H1 diterima. Secara umum tingkat
inflasi di Indonesia masih dibawah 10%, artinya bahwa inflasi di Indonesia masih
dalam golongan rendah atau terkendali. Sehingga inflasi yang masih dikategorikan
rendah tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar secara signifikan.
Pergerakan inflasi yang fleksibel ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam
menikkan harga tarif dasar listrik, harga bahan bakar minyak dan barang-barang
sembako. Selain itu, disisi lain kondisi sosial yang tidak stabil juga memicu tuntutan-
tuntutan kenaikan upah dan gaji yang disebabkan meningkatnya inflasi. Hal tersebut
membuat tingkat harga bergerak menyesuaikan secara lebih cepat atau fleksibel.
Dalam hubungannya dengan nilai tukar, inflasi memiliki hubungan timbal balik atau
hubungan kausalitas. Depresiasi nilai tukar perlu dikendalikan untuk menekan laju
inflasi, begitu juga inflasi perlu ditekan agar tidak memicu depresiasi.
Hasil analisis yang telah dilakukan pada tabel 4 menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang ekspor netto (DLEN) memiliki nilai koefisien sebesar -0.004453 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.6175. Nilai ekspor netto bertanda negatif dan tidak signifkan
karena nilai probabilitas lebih besar dari tingkat alpa 5% (0.6175 > 0.05). Hal ini
sesuai dengan teori Mundell-Fleming yang menyebutkan bahwa, penurunan dalam
kurs (depresiasi) membuat barang-barang domestik menjadi relatif mahal terhadap
barang-barang luar negeri dan meningkatkan ekspor bersih. (Mankiw, 2000). Hasil
penelitian menyatakan bahwa hipotesis H1 diterima. Kurs sangat berpengaruh dalam
kegiatan ekspor maupun impor di Indonesia. Hal ini karena harga dari barang-barang
yang akan diekspor maupun diimpor ke Indonesia tergantung dari harga kurs yang
berlaku. Apabila kurs mengalami apresiasi terhadap mata uang asing khususnya
dollar, maka akan direspon oleh pasar luar negeri dengan mengurangi jumlah ekspor
barang maupun jasa karena dipandang sangat mahal. Sebalinya, apabila kurs
mengalami depresiasi terhadap mata uang asing khususnya dollar maka pasar luar
negeri akan meningkatkan ekspor karena dipandang harga dari barang dan jasa yang
diekspor lebih rendah.
Neraca Pembayaran
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan atau balance of trade (BoT) adalah perbedaan antara nilai semua barang
dan jasa yang diekspor serta diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Neraca
perdagangan menjadi komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena jadi indikator
untuk mengukur seluruh transaksi internasional.
Ada dua hal yang dibutuhkan untuk menghitung neraca perdagangan, yaitu nilai ekspor dan
nilai impor. Neraca perdagangan punya rumus yang sederhana, yaitu nilai ekspor dikurangi
nilai impor.
Yang dimaksud ekspor adalah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri dan dijual kepada
orang asing. Sementara, impor adalah barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu
negara, di mana barang dan jasa tersebut dibuat di luar negeri.
Surplus vs Defisit
Dalam neraca perdagangan, surplus tidak selamanya baik, begitu juga defisit yang
tidak selamanya menunjukkan tanda bahaya terhadap perekonomian.
Sedangkan, defisit perdagangan akan sangat dibutuhkan ketika ekonomi suatu negara
dalam keadaan ekspansi. Karena, di saat seperti itulah jumlah barang yang diimpor akan
semakin banyak, namun harga tetap rendah karena banyaknya persaingan usaha.