F032100024
PENGANTAR
EKONOMI
MAKRO
Perekonomian Terbuka:
Perdagangan Internasional
Abstrak Sub-CPMK
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional yaitu:
1. Faktor alam atau potensi alam
2. Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri
3. Keinginan mendapatkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya,
dan jumlah penduduk yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik, dan dukungan dari negara lain
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak ada satu pun negara yang dapat
hidup sendiri
1. Kerjasama Bilateral
2. Kerjasama Regional
Kerjasama regional adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Negara-negara
yang berada dalam satu wilayah. Contohnya adalah kerjasama yang dijalin oleh Negara
ASEAN, MEE, atau NAFTA.
3. Kerjasama Multilateral
Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama antar dua Negara atau lebih. Kerjasama
jenis ini bisa dalam satu wilayah, atau bisa dalam beda wilayah. Misalnya adalah
hubungan kerjasama yang berada dalam satu wilayah yaitu ASEAN, MEE, NAFTA.
Contoh kerjasama dalam beda wilayah yaitu OPEC.
2. Subsidi
Dengan adanya subsidi, produsen dalam negeri bisa menjual barangnya lebih murah,
sehingga bisa bersaing dengan barang impor. Subsidi yang diberikan bisa dalam
berbagai bentuk, misalnya: Subsidi langsung berupa sejumlah uang tertentu dan
subsidi per unit produksi.
Tujuan Proteksi
1. Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran
Wujud pengangguran akan berlaku. Masalah inflasi dalam negeri, tuntutan upah yang
tinggi, kenaikan biaya. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan dalam negeri tidak
dapat bersaing. Kecenderungan impor akan naik dan dapat menyebabkan
bertambahnya jumlah pengangguran.
7. Menghindari dumping
Dumping adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga
lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri,
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.
Proteksi meliputi tarif dan non tarif melalui tarif bea masuk, digolongkan atas dua
jenis, yakni tarif nominal dan tarif efektif. Tarif nominal dinyatakan beberapa% dari nilai
impor (FOB), sedangkan tarif efektif dihitung dengan mengetahui lebih dulu nilai tambah
suatu komoditi, yang dapat diciptakan di dalam negeri dan nilai tambah komoditi itu di
pasar internasional. Kemudian, dihitung persentase perbedaannya. Proteksi non tarif
dapat berupa pelarangan impor, membatasi impor, rintangan-rintangan administrasi, dan
lisensi impor
Kebijakan tarif dan non tarif ini berkaitan dengan variabel-variabel ekonomi
lainnya, seperti pendapatan pemerintah, harga barang-barang di dalam negeri, termasuk
dalam hal bahan baku, kurs mata uang di dalam negeri dan luar negeri, teknologi
produksi, kesempatan kerja, dan berkaitan pula dengan produksi sektor pertanian dan
efisiensi industri. Tingkat tarif yang relatif tinggi untuk barang-barang konsumsi akan
mengurangi daya saing, sedangkan bagi bahan baku, akan menimbulkan harga yang
relatif tinggi, dan sukar mendapat daya saing. Dalam batas waktu tertentu proteksi dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi jika terus- menerus akan merugikan ekonomi di
dalam negeri karena setiap komoditi akan mengalami masa jenuh. Produksi di dalam
negeri relatif lebih banyak tersedia, sedangkan harganya relatif mahal maka
kemampuan daya beli tidak naik sebagaimana diharapkan. Hal ini dapat
menimbulkan keadaan under-capacity yang lebih tinggi, dan makin mendorong ekonomi
biaya tinggi.
Sukirno, Sukirno 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Tiga, Penerbit
Rajawali Pers. Jakarta.