F032100024
PENGANTAR
EKONOMI
MAKRO
Perekonomian Terbuka:
Dana Pinjaman & Pasar Valuta
Asing
Abstrak Sub-CPMK
S = I + NX
Pada pasar dana pinjaman, bahwa tingkatan atau kuantitas penawaran dan
permintaan akan dana pinjaman itu ditentukan oleh suku bunga riil. Semakin
tinggi suku bunga riilnya, masyarakat akan lebih bersemangat untuk
menabung uangnya sehingga mengakibatkan kuantitas penawaran dana-dana
pinjaman. Suku bunga yang lebih tinggi juga mendorong peminjaman untuk
membiayai proyek-proyek permodalan menjadi lebih mahal, sehingga
menurunkan investasi dan juga akan menurunkan kuantitas permintaan dana
pinjaman.
Pada Gambar 2.1, disajikan pasar dana pinjaman secara grafis dalam bentuk
diagram penawaran dan permintaan.
NFI = NX (2.5)
Pada persamaan di atas, dapat dilihat pada kedua sisi dari identitas
tersebut sebagai cerminan dari dua sisi pasar valuta asing. Investasi asing
bersih mencerminkan kuantitas rupiah yang ditawarkan untuk membeli
berbagai aset luar negeri.
Kurva permintaan miring ke bawah karena nilai tukar riil yang lebih
tinggi menjadikan barang-barang Indonesia lebih mahal dan menurunkan
kuantitas rupiah yang diminta untuk membeli barang-barang tersebut.
Kurva investasi asing bersih ini merupakan mata rantai yang menghubungkan
pasar dana pinjaman dan pasar valuta asing.
Pada Gambar 2.4 memperlihatkan pasar dana pinjaman dan pasar valuta
asing secara bersama menentukan berbagai variabel makroekonomi yang
penting dari sebuah perekonomian terbuka.
Bagian (b) memperlihatkan investasi asing bersih (diambil dari Gambar 2.3).
Gambar tersebut menunjukkan suku bunga dari bagian (a) menentukan
investasi asing bersih. Suku bunga yang lebih tinggi di dalam negeri akan
membuat aset-aset domestik lebih menarik, dan hal ini pada gilirannya
menurunkan investasi asing bersih. Dengan demikian, kurva investasi asing
pada bagian (b) miring ke bawah atau menghadap pusat sumbu.
Sedangkan bagian (c) memperlihatkan pasar valuta asing (yang diambil dari
Gambar 2.2). Karena investasi asing bersih harus dibayar dengan valuta asing,
maka kuantitas investasi asing bersih dari bagian (b) menentukan penawaran
rupiah yang hendak ditukarkan dengan valuta asing. Nilai tukar riil tidak
mempengaruhi investasi asing bersih, sehingga kurva penawarannya pun
berbentuk garis tegak lurus (vertikal). Permintaan rupiah berasal dari net
ekspor. Karena depresiasi nilai tukar riil meningkatkan net ekspor, maka
bentuk kurva permintaan valuta asing juga miring ke bawah. Nilai tukar riil
ekuilibrium (E1) menyeimbangkan kuantitas rupiah yang ditawarkan dengan
kuantitas rupiah yang diminta di pasar valuta asing.
Kedua pasar yang diperlihatkan pada Gambar 2.4 menentukan dua harga
relatif, yakni suku bunga riil dan nilai tukar riil. Suku bunga riil yang ditentukan
pada bagian (a) merupakan harga sekarang atas berbagai barang dan jasa
relatif terhadap harganya di masa mendatang. Sedangkan nilai tukar riil yang
digambarkan pada bagian (c) adalah harga barang dan jasa domestik relatif
terhadap harga barang dan jasa luar negeri. Kedua jenis harga relatif ini dapat
bergerak serentak guna menyeimbangkan permintaan dan penawaran di
kedua pasar itu. Ketika penyesuaian sedang berlangsung, kedua harga relatif
itu menentukan berapa tabungan nasional, investasi domestik, investasi asing
bersih, dan net ekspor akan tercipta.
Tentu saja mekanisme permintaan dan penawaran ini bukan di dasarkan atau
terjadi pada suatu negara, namun merupakan mekanisme yang terjadi di pasar
valuta asing dunia. Artinya satu mata uang asing dapat ditransaksikan untuk
dipertukarkan oleh berbagai mata uang asing pada periode yang hampir
bersamaan. Meningkatnya permintaan Dollar Amerika tidak hanya disebabkan
oleh transaksi Euro yang dipertukarkan dengan Dollar Amerika, namun
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin tinggi pula kebutuhan
terhadap valuta asing. Tingginya kebutuhan permintaan valuta asing ini akan
mendorong tingginya nilai valuta asing. Artinnya mata uang domestic nilainya
turun atau melemah terdepresiasi
Sebaliknya, jika impor barang dan jasa menurun, maka permintaan terhadap
valuta asing akan rendah. Turunnya permintaan terhadap valuta asing ini akan
mendorong turunnya nilai valuta asing tersebut. Sehingga mata uang domestic
menguat atau terapresiasi.
Transaksi ekspor akan menghasilkan aliran valuta asing masuk ke dalam negeri.
Artinya, transaksi ekspor akan mempengaruhi penawaran valuta asing. Semakin
tinggi nilai transaksi ekspor semakin tinggi penawaran valuta asing. Penawaran
yang tinggi cenderung menurunkan nilai valuta asing atau menguatkan mata uang
domestic.
Sebaliknya, jika aliran modal ke dalam negeri rendah, maka penawaran valuta
asing juga rendah. Penawaran valuta asing rendah ini, cenderung melemahkan
nilai mata uang domestic. Sehingga mata uang domestic terdepresiasi.
3). Spekulasi
Sukirno, Sukirno 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Tiga, Penerbit Rajawali
Pers. Jakarta.