Anda di halaman 1dari 8

Nama : Cempaka Rizki Ambar Sari

NIM : 2020512013
Magister Ekonomi Taylormade Angkatan XVII Tahun 2020
TUGAS EKONOMI MAKRO
“International Trade”

1. International Trade (Perdagangan Internasional)


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antarperorangan, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain.
Latar belakang adanya perdagangan secara internasional ini karena tidak semua negara mampu
memenuhi kebutuhan negaranya akan barang atau jasa. Oleh karena itu, perdagangan secara
internasional ini menjadi penting dan memiliki manfaat antar negara sehingga bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam artian yang sebenarnya antar sesama negara tidak melakukan
perdagangan secara internasional. Namun, warga negaranya yang melakukan siklus dagang
internasional, yaitu dengan mengadakan kerjasama, investasi hingga penjualan barang dan jasa.

Manfaat Perdangangan Internasional

Adanya kerjasama internasional di bidang perdagangan dapat memberikan beberapa manfaat dan
keuntungan yang bisa didapatkan dari masing-masing negara yang melakukan kerja sama dalam
bidang perdagangan.

Manfaat perdagangan Internasional antara lain:


1. Dapat memperoleh barang atau jasa yang tidak bisa dihasilkan sendiri karena adanya
perbedaan sumber daya alam, kemampuan sumber daya manusia, teknologi dan lainnya.
2. Dapat memperluas pasar untuk tujuan menambah keuntungan dari spesialisasi
3. Memungkinkan transfer teknologi modern untuk memahami teknik produksi yang lebih
efisien dan modern dalam hal manajemen.
4. Dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sebuah negara
5. Menambah devisa negara dari hasil ekspor
6. Perdagangan internasional dapat membuka lapangan pekerjaan di sebuah negara
7. Menjalin persahabatan dengan negara lain
8. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam sebuah negara

Proteksionisme dalam Perdagangan


Proteksionisme atau Proteksi Perdagangan (bahasa Inggris: trade protection) adalah suatu
kebijakan yang diambil pemerintah suatu negara yang mengarah pada perlindungan ekonomi
yang mengetatkan perdagangan atau membatasi persaingan dengan negara-negara lain melalui
cara-cara pembatasan arus ekspor dan impor barang dan jasa seperti tarif barang impor,
batas kuota, dan berbagai peraturan pemerintah yang bertujuan melindungi ekonomi dalam
negeri.
Lebih jauh lagi, proteksionisme dipandang sebagai upaya menanamkan slogan nasionalisme
dalam ekonomi. Trump menggambarkannya dengan “ America First”. Soekarno
menggambarkannya dengan “Berdikari dalam Ekonomi”. Dalam bidang ekonomi, produk dalam
negeri harus didahulukan dan diprioritaskan secara absolut dalam konsumsi dan kebijakan
publik.

Kebijakan proteksionis
Berbagai kebijakan telah diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan proteksionis, yaitu:

1. Tarif
2. Kuota impor

3. Pembatasan administratif

4. Undang-undang anti-dumping

5. Subsidi langsung

6. Subsidi ekspor

7. Manipulasi nilai tukar

8. Sistem paten internasional

9. Batasan imigrasi berbasis pekerjaan, misalnya syarat sertifikasi tenaga kerja atau kuota


visa kerja.

10. Kampanye politik yang mendorong konsumsi produk dalam negeri (e.g. kampanye "100%
Indonesia" atau "Buy American" yang dianggap sebagai proteksionisme di luar hukum)

11. Belanja pemerintah preferensial, misalnya Buy American Act, UU federal yang meminta
pemerintah Amerika Serikat mengutamakan pembelian produk-produk buatan A.S.

Proteksionisme bertentangan dengan pasar perdagangan bebas yang meminimalkan pembatasan


perdagangan oleh pemerintah. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah adanya dependensi dari
produsen lokal terhadap tarif, dimana persaingan tidak kompetitif dan kesulitan akses bahan baku
dari luar negeri akan menyebabkan harga output produsen bertambah. Ditambah dengan harga
impor yang sengaja dibuat mahal, harga output secara makro menjadi semakin tinggi. Akhirnya
terjadi inflationary spiral dalam perekonomian yang mengurangi dayabeli konsumen secara
drastis.

Surplus-Defisit Neraca Perdagangan


Suatu negara dikatakan surplus apabila negara tersebut lebih banyak melakukan ekspor daripada
impor. Hal ini disebut juga sebagai surplus perdagangan. Semenetara defisit terjadi saat nilai
impor lebih tinggi daripada nilai ekspor, maka terjadilah defisit. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat sepanjang tahun 2019 defisit neraca perdagangan adalah US$3,20 miliar. Namun,
angka tersebut masih lebih baik jika dibandingkan jumlah defisit pada tahun sebelumnya yang
mencapai US$8,6 miliar. 
Neraca perdagangan adalah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan
diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Balance of trade atau neraca
perdagangan adalah komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi indikator
untuk mengukur seluruh transaksi internasional. Artinya, jika dalam satu tahun negara lebih
banyak melakukan ekspor ketimbang impor, kondisi neraca perdagangan adalah surplus.
Sebaliknya, jika lebih banyak melakukan impor ketimbang ekspor, kondisi neraca perdagangan
adalah defisit. 

Setiap negara akan mempublikasikan laporan neracanya secara berkala biasanya dalam tempo
bulanan atau kuartal. Hasilnya akan diamati Pemerintah, bank sentral, investor, spekulan, dan
para pemain pasar lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Unsur-unsur neraca perdagangan

 Transaksi barang dan jasa, ini meliputi transaksi ekspor impor barang maupun jasa. 
 Transaksi modal, transaksi ini meliputi kredit perdagangan dari negara lain dan juga
investasi langsung di luar negeri. 

 Transaksi satu arah, meliputi hadiah atau bantuan, karena dalam transaksi ini tidak
mengharuskan pengembalian dana atau pembayaran. 

 Selisih perhitungan, ini merupakan sebuah rekening untuk penyeimbang antara kredit dan
debet. 

 Lalu lintas moneter.

Untuk menghitung neraca perdagangan, yaitu dengan mengurangi nilai ekspor dan impor suatu
negara.

Neraca perdagangan = Ekspor – Impor

Neraca menjadi tidak akurat, karena adanya pasar gelap yang hanya tercatat di suatu negara, baik
yang mengekspor atau mengimpor dan membuat akumulasi dari seluruh dunia menjadi tidak
seimbang.

Surplus-Defisit
Surplus tidak selalu baik, dan defisit tidak selalu menunjukkan tanda bahaya dalam
perekonomian. Neraca perdagangan adalah surplus apabila pendapatan lebih banyak daripada
pengeluarannya. Artinya, nilai ekspornya lebih besar ketimbang nilai impornya. 

Surplus akan sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Pasalnya, dalam
keadaan tersebut, surplus perdagangan akan membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa. Umumnya setiap negara membuat kebijakan
ekonomi tersendiri untuk menghasilkan surplus. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan
dalam wujud proteksionisme perdagangan. Caranya adalah dengan melindungi industri dalam
negeri melalui pengenaan tarif, kuota, atau subsidi impor.

Sebaliknya, neraca dikatakan defisit apabila nilai impornya lebih besar daripada nilai ekspornya.
Tapi, hal ini tidak selamanya negatif. Jika pemerintah membuka keran impor daripada ekspor,
maka akan semakin banyak barang-barang di pasar. Hal ini bisa mendorong persaingan usaha
dan menjaga harga-harga barang tetap stabil. Namun, defisit perdagangan dianggap sebagai suatu
yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara.

Jika negara terus-menerus menerima impor, kemungkinan terburuknya dapat membuat bisnis dan
produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah. Pada jangka panjang, negara dengan
defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang disebut merkantilisme, yaitu
menghapus defisit perdagangan dengan segala cara.Salah satu yang paling umum untuk
dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor yang sering kali diikuti dengan
kenaikan harga konsumen. Hal tersebut akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra
dagang negara sehingga kemungkinan terbesarnya perdagangan internasional dan pertumbuhan
ekonomi akan menurun. 

Dampak Defisit Neraca Perdagangan :

1. Neraca perdagangan defisit diiringi pelemahan mata uang

2. Meningkatnya inflasi

3. Suku bunga acuan dinaikkan

4. Investasi asing yang masuk berpotensi meningkat

Economic Basis for Trade

Ilmu Ekonomi Internasional adalah suatu bidang studi yang mempelajari implikasi-implikasi
perdagangan internasional baik barang maupun jasa dan investasi atau keuangan internasional.
Secara garis besar terdapat dua subbidang studi dalam ekonomi internasional, yaitu: perdagangan
internasional dan keuangan internasional.

Adapun hubungan ekonomi antarnegara ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai
berikut:

1. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran barang atau jasa satu negara dengan negara yang
lain. Misalnya, Indonesia mengekspor tekstil, kayu lapis, mebel, menjual jasa turisme kepada
orang asing, dan Indonesia mengimpor gandum, beras, mobil, mesin-mesin industri,
menggunakan jasa angkutan laut dan udara dari negara lain.

2. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran atau aliran faktor produksi (tenaga kerja, modal,
teknologi dan kewirausahaan). Faktor produksi tersebut dapat berpindah dari satu negara ke
negara yang lain karena berbagai sebab, misalnya: karena balas jasa yang lebih menguntungkan,
adanya program bantuan luar negeri, perang atau resesi ekonomi. Saat ini faktor produksi yang
paling mudah berpindah dari satu negara ke negara yang lain adalah faktor produksi modal
beserta teknologi dan kewirausahaan yang melekat di dalamnya.

3. Hubungan ekonomi yang dilihat dari segi hubungan posisi utangpiutang. Suatu negara dapat
mempunyai utang ataupun piutang dengan negara lain. Biasanya hubungan utang piutang ini
timbul sebagai konsekuensi dari adanya dua bentuk hubungan ekonomi yang sudah kita bahas,
yaitu hubungan perdagangan dan hubungan pertukaran faktor produksi. Misalnya Indonesia
mengimpor mesin industri dari Jerman dengan kredit dari penjualnya. Dalam hal ini hubungan
perdagangan dengan mengimpor mesin industri sebagai penyebab timbulnya utang Indonesia
kepada pengusaha Jerman.

Bila ditinjau dari kebijakannya maka secara garis besar terdapat 6 tujuan utama kebijakan
ekonomi internasional, yaitu: autarki (autarky), kesejahteraan ekonomi (economic welfare),
proteksionisme (proteksinism), tingkat employment yang stabil (stable levels of high
employment), neraca pembayaran yang menguntungkan (favorable balance of payments), dan
pembangunan ekonomi (economic development).

Teori yang Mendasari Adanya Perdagangan Internasional


1. Teori Keunggulan Mutlak
Teori keunggulan mutlak merupakan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith. Menurutnya,
suatu negara dapat disebut memiliki keunggulan mutlak dari negara lain jika negara tersebut
memproduksi barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi oleh negara lain. Pada teori
keunggulan mutlak dijelaskan bahwa perdagangan secara internasional akan memberikan
keuntungan pada suatu negara. Dengan syarat negara yang melakukan produksi menetapkan
harga lebih rendah. Dan dibandingkan dengan harga yang telah ditetapkan di negara lain.

2. Teori Keunggulan Komparatif


David Ricardo, seorang pakar ekonomi politik asal Inggris, mengatakan bahwa keunggulan
komparatif terjadi ketika sebuah negara lebih unggul dalam 2 macam produk yang dihasilkan,
dan dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di
negara lain.Adanya teori keunggulan komparatif yaitu suatu negara tidak mempunyai
keunggulan secara mutlak pada produksi barang.

Model Heckscher-Ohlin

Model Heckscher–Ohlin adalah model matematis perdagangan internasional yang


dikembangkan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Model ini didasarkan dari teori keunggulan
komparatif David Ricardo dan memprediksi pola perdagangan dan produksi berdasarkan jumlah
faktor (factor endowment) suatu negara. Model ini pada intinya menyatakan bahwa suatu negara
akan mengekspor produk yang menggunakan faktor yang murah dan berlimpah dan mengimpor
produk yang menggunakan faktor langka.

Teorema Heckscher–Ohlin: ekspor negara yang memiliki sumber daya modal yang berlimpah
akan berasal dari industri yang menggunakan sumber daya modal secara intensif, dan negara
yang memiliki sumber daya buruh yang berlimpah akan mengimpor barang tersebut dan
mengekspor barang yang menggunakan tenaga buruh secara intensif sebagai gantinya.

Asumsi-asumsi dalam model ini adalah:


 Kedua negara yang berdagang memiliki teknologi produksi yang identik
 Output produksi harus memiliki skala hasil (return to scale) yang konstan
 Mobilitas faktor
 Persaingan sempurna
Trade Barriers (Hambatan dalam Perdagangan Internasional)

Dengan segala manfaat yang dimiliki dalam perdagangan Internasional, kebebasan yang
memungkinkan persaingan yang lebih luas, dapat menyebabkan kekalahan daya saing dagang
suatu Negara. Untuk melindungi perekonomian domestiknya, maka suatu Negara akan membuat
kebijakan perdagangan yang dapat menjadi hambatan dalam perdagangan Internasional.
Beberapa kebijakan tersebut diantaranya yaitu:

1. Tarif

Pemberlakuan kebijakan tarif berkaitan dengan pajak yang diberikan terhadap barang impor yang
masuk ke suatu Negara dalam rangka membatasi jumlah barang Impor yang masuk. Hal ini akan
menguntungkan produsen dalam negeri sebab daya saing produk dalam negeri meningkat akibat
barang impor yang sulit didapat dan harganya yang menjadi tinggi akibat tarif pajak. Sedangkan
untuk pengekspor, kebijakan tarif menjadi sebuah kerugian karena produk mereka menjadi
kurang kompetitif di Negara tersebut.

2. Non Tarif

Hambatan non tarif ini biasanya berhubungan dengan persyaratan dan regulasi yang membuat
kegiatan ekspor impor menjadi lebih sulit. Contohnya seperti wajibnya penggunaan lisensi untuk
barang-barang tertentu. Atau pengemasan barang yang harus sesuai standar tertentu. Kemudian
pemeriksaan barang yang harus dilakukan di sejumlah badan juga bisa menjadi hambatan non
tarif. Tentunya dengan regulasi yang ketat dan bermacam-macam ini dapat membuat pengekspor
menjadi berpikir ulang untuk melakukan ekspor.

3. Kuota

Kuota dilakukan dengan membatasi jumlah barang impor yang masuk ke suatu negara. Untuk
membuat barang masuk tersebut pun tiap pengimpor harus memiliki lisensi yang menetapkan
jumlah barang yang boleh diimpor.

4. Pengekangan Ekspor Sukarela / Voluntary Export Restraints

Sedangkan hambatan pengekangan ekspor sukarela adalah sebuah aturan yang mirip seperti
kuota, namun aturan ini diberlakukan untuk pengekspor. Dalam Voluntary Export Restraints,
para pengekspor harus menyetujui aturan untuk membatasi jumlah barang yang diekspor ke
negara tujuan.

5. Subsidi

Sama seperti halnya peraturan perdagangan internasional lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah, subsidi dilakukan untuk melindungi pasar dalam negeri.Subsidi dilakukan dengan
memberi bantuan kepada produsen lokal agar bisa bersaing dengan produk-produk asing yang
masuk. Dalam beberapa kasus, subsidi juga dilakukan untuk melindungi kesejahteraan rakyat.
Karena subsidi biasanya dilakukan untuk barang yang tergolong penting untuk hajat hidup orang
banyak seperti minyak, gas, atau listrik misalnya. Dengan subsidi, biasanya harga barang akan
menjadi lebih stabil dan mampu bersaing dengan produk asing.

6. Anti-Dumping

Kebijakan anti dumping adalah kebijakan yang melindungi industri dalam negeri. Praktik
dumping sendiri adalah kegiatan dimana suatu negara menjual barang dengan harga yang sangat
mura di negara lain. Meskipun murah, namun negara pengekspor tetap mendapatkan untung.
Dengan beredarnya barang murah dari luar negeri tersebut, tentunya produsen lokal akan
dirugikan karena sulit untuk bersaing. Untuk mengantisipasi praktik tersebut, maka pemerintah
menggunakan kebijakan anti dumping. Kebijakan tersebut dilakukan dengan meningkatkan tarif,
memberlakukan kuota perdagangan, dan peraturan lainnya untuk membuat harga dari produk
impor tersebut menjadi mahal.

7. Embargo

Embargo atau sanksi ekonomi adalah sebuah kebijakan yang mengatur pelarangan atau
penghentian aktivitas perdagangan antar dua atau lebih negara. Kebijakan embargo biasanya
dilakukan karena terdapat konflik pada kedua negara tersebut atau karena alasan keamanan.
Contohnya adalah ketika Amerika Serikat menerapkan embargo terhadap Iran sehingga Iran
tidak bisa lagi mengekspor komoditas minyak mereka ke AS pada tahun 2012. Embargo tersebut
pun dilakukan agar Iran mau untuk mengikuti dan menjaga komitmen dalam program
pengendalian senjata nuklir. Melihat dampaknya ke perekonomian yang cukup besar, kebijakan
embargo sering digunakan sebagai alat diplomasi yang cukup ampuh.

Hambatan Perdagangan Internasional faktor Eksternal

1. Kebijakan Regional dan Kebijakan Free Trade Agreement

2. Perbedaan Nilai Mata Uang

3. Perbedaan Bahasa

4. Konflik dan Peperangan

Anda mungkin juga menyukai