NIM : 2020512013
Magister Ekonomi Taylormade Angkatan XVII Tahun 2020
TUGAS EKONOMI MAKRO
“International Trade”
Adanya kerjasama internasional di bidang perdagangan dapat memberikan beberapa manfaat dan
keuntungan yang bisa didapatkan dari masing-masing negara yang melakukan kerja sama dalam
bidang perdagangan.
Kebijakan proteksionis
Berbagai kebijakan telah diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan proteksionis, yaitu:
1. Tarif
2. Kuota impor
3. Pembatasan administratif
4. Undang-undang anti-dumping
5. Subsidi langsung
6. Subsidi ekspor
7. Manipulasi nilai tukar
8. Sistem paten internasional
10. Kampanye politik yang mendorong konsumsi produk dalam negeri (e.g. kampanye "100%
Indonesia" atau "Buy American" yang dianggap sebagai proteksionisme di luar hukum)
11. Belanja pemerintah preferensial, misalnya Buy American Act, UU federal yang meminta
pemerintah Amerika Serikat mengutamakan pembelian produk-produk buatan A.S.
Setiap negara akan mempublikasikan laporan neracanya secara berkala biasanya dalam tempo
bulanan atau kuartal. Hasilnya akan diamati Pemerintah, bank sentral, investor, spekulan, dan
para pemain pasar lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi.
Transaksi barang dan jasa, ini meliputi transaksi ekspor impor barang maupun jasa.
Transaksi modal, transaksi ini meliputi kredit perdagangan dari negara lain dan juga
investasi langsung di luar negeri.
Transaksi satu arah, meliputi hadiah atau bantuan, karena dalam transaksi ini tidak
mengharuskan pengembalian dana atau pembayaran.
Selisih perhitungan, ini merupakan sebuah rekening untuk penyeimbang antara kredit dan
debet.
Untuk menghitung neraca perdagangan, yaitu dengan mengurangi nilai ekspor dan impor suatu
negara.
Neraca menjadi tidak akurat, karena adanya pasar gelap yang hanya tercatat di suatu negara, baik
yang mengekspor atau mengimpor dan membuat akumulasi dari seluruh dunia menjadi tidak
seimbang.
Surplus-Defisit
Surplus tidak selalu baik, dan defisit tidak selalu menunjukkan tanda bahaya dalam
perekonomian. Neraca perdagangan adalah surplus apabila pendapatan lebih banyak daripada
pengeluarannya. Artinya, nilai ekspornya lebih besar ketimbang nilai impornya.
Surplus akan sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Pasalnya, dalam
keadaan tersebut, surplus perdagangan akan membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa. Umumnya setiap negara membuat kebijakan
ekonomi tersendiri untuk menghasilkan surplus. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan
dalam wujud proteksionisme perdagangan. Caranya adalah dengan melindungi industri dalam
negeri melalui pengenaan tarif, kuota, atau subsidi impor.
Sebaliknya, neraca dikatakan defisit apabila nilai impornya lebih besar daripada nilai ekspornya.
Tapi, hal ini tidak selamanya negatif. Jika pemerintah membuka keran impor daripada ekspor,
maka akan semakin banyak barang-barang di pasar. Hal ini bisa mendorong persaingan usaha
dan menjaga harga-harga barang tetap stabil. Namun, defisit perdagangan dianggap sebagai suatu
yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara.
Jika negara terus-menerus menerima impor, kemungkinan terburuknya dapat membuat bisnis dan
produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah. Pada jangka panjang, negara dengan
defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang disebut merkantilisme, yaitu
menghapus defisit perdagangan dengan segala cara.Salah satu yang paling umum untuk
dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor yang sering kali diikuti dengan
kenaikan harga konsumen. Hal tersebut akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra
dagang negara sehingga kemungkinan terbesarnya perdagangan internasional dan pertumbuhan
ekonomi akan menurun.
2. Meningkatnya inflasi
Ilmu Ekonomi Internasional adalah suatu bidang studi yang mempelajari implikasi-implikasi
perdagangan internasional baik barang maupun jasa dan investasi atau keuangan internasional.
Secara garis besar terdapat dua subbidang studi dalam ekonomi internasional, yaitu: perdagangan
internasional dan keuangan internasional.
Adapun hubungan ekonomi antarnegara ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai
berikut:
1. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran barang atau jasa satu negara dengan negara yang
lain. Misalnya, Indonesia mengekspor tekstil, kayu lapis, mebel, menjual jasa turisme kepada
orang asing, dan Indonesia mengimpor gandum, beras, mobil, mesin-mesin industri,
menggunakan jasa angkutan laut dan udara dari negara lain.
2. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran atau aliran faktor produksi (tenaga kerja, modal,
teknologi dan kewirausahaan). Faktor produksi tersebut dapat berpindah dari satu negara ke
negara yang lain karena berbagai sebab, misalnya: karena balas jasa yang lebih menguntungkan,
adanya program bantuan luar negeri, perang atau resesi ekonomi. Saat ini faktor produksi yang
paling mudah berpindah dari satu negara ke negara yang lain adalah faktor produksi modal
beserta teknologi dan kewirausahaan yang melekat di dalamnya.
3. Hubungan ekonomi yang dilihat dari segi hubungan posisi utangpiutang. Suatu negara dapat
mempunyai utang ataupun piutang dengan negara lain. Biasanya hubungan utang piutang ini
timbul sebagai konsekuensi dari adanya dua bentuk hubungan ekonomi yang sudah kita bahas,
yaitu hubungan perdagangan dan hubungan pertukaran faktor produksi. Misalnya Indonesia
mengimpor mesin industri dari Jerman dengan kredit dari penjualnya. Dalam hal ini hubungan
perdagangan dengan mengimpor mesin industri sebagai penyebab timbulnya utang Indonesia
kepada pengusaha Jerman.
Bila ditinjau dari kebijakannya maka secara garis besar terdapat 6 tujuan utama kebijakan
ekonomi internasional, yaitu: autarki (autarky), kesejahteraan ekonomi (economic welfare),
proteksionisme (proteksinism), tingkat employment yang stabil (stable levels of high
employment), neraca pembayaran yang menguntungkan (favorable balance of payments), dan
pembangunan ekonomi (economic development).
Model Heckscher-Ohlin
Teorema Heckscher–Ohlin: ekspor negara yang memiliki sumber daya modal yang berlimpah
akan berasal dari industri yang menggunakan sumber daya modal secara intensif, dan negara
yang memiliki sumber daya buruh yang berlimpah akan mengimpor barang tersebut dan
mengekspor barang yang menggunakan tenaga buruh secara intensif sebagai gantinya.
Dengan segala manfaat yang dimiliki dalam perdagangan Internasional, kebebasan yang
memungkinkan persaingan yang lebih luas, dapat menyebabkan kekalahan daya saing dagang
suatu Negara. Untuk melindungi perekonomian domestiknya, maka suatu Negara akan membuat
kebijakan perdagangan yang dapat menjadi hambatan dalam perdagangan Internasional.
Beberapa kebijakan tersebut diantaranya yaitu:
1. Tarif
Pemberlakuan kebijakan tarif berkaitan dengan pajak yang diberikan terhadap barang impor yang
masuk ke suatu Negara dalam rangka membatasi jumlah barang Impor yang masuk. Hal ini akan
menguntungkan produsen dalam negeri sebab daya saing produk dalam negeri meningkat akibat
barang impor yang sulit didapat dan harganya yang menjadi tinggi akibat tarif pajak. Sedangkan
untuk pengekspor, kebijakan tarif menjadi sebuah kerugian karena produk mereka menjadi
kurang kompetitif di Negara tersebut.
2. Non Tarif
Hambatan non tarif ini biasanya berhubungan dengan persyaratan dan regulasi yang membuat
kegiatan ekspor impor menjadi lebih sulit. Contohnya seperti wajibnya penggunaan lisensi untuk
barang-barang tertentu. Atau pengemasan barang yang harus sesuai standar tertentu. Kemudian
pemeriksaan barang yang harus dilakukan di sejumlah badan juga bisa menjadi hambatan non
tarif. Tentunya dengan regulasi yang ketat dan bermacam-macam ini dapat membuat pengekspor
menjadi berpikir ulang untuk melakukan ekspor.
3. Kuota
Kuota dilakukan dengan membatasi jumlah barang impor yang masuk ke suatu negara. Untuk
membuat barang masuk tersebut pun tiap pengimpor harus memiliki lisensi yang menetapkan
jumlah barang yang boleh diimpor.
Sedangkan hambatan pengekangan ekspor sukarela adalah sebuah aturan yang mirip seperti
kuota, namun aturan ini diberlakukan untuk pengekspor. Dalam Voluntary Export Restraints,
para pengekspor harus menyetujui aturan untuk membatasi jumlah barang yang diekspor ke
negara tujuan.
5. Subsidi
Sama seperti halnya peraturan perdagangan internasional lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah, subsidi dilakukan untuk melindungi pasar dalam negeri.Subsidi dilakukan dengan
memberi bantuan kepada produsen lokal agar bisa bersaing dengan produk-produk asing yang
masuk. Dalam beberapa kasus, subsidi juga dilakukan untuk melindungi kesejahteraan rakyat.
Karena subsidi biasanya dilakukan untuk barang yang tergolong penting untuk hajat hidup orang
banyak seperti minyak, gas, atau listrik misalnya. Dengan subsidi, biasanya harga barang akan
menjadi lebih stabil dan mampu bersaing dengan produk asing.
6. Anti-Dumping
Kebijakan anti dumping adalah kebijakan yang melindungi industri dalam negeri. Praktik
dumping sendiri adalah kegiatan dimana suatu negara menjual barang dengan harga yang sangat
mura di negara lain. Meskipun murah, namun negara pengekspor tetap mendapatkan untung.
Dengan beredarnya barang murah dari luar negeri tersebut, tentunya produsen lokal akan
dirugikan karena sulit untuk bersaing. Untuk mengantisipasi praktik tersebut, maka pemerintah
menggunakan kebijakan anti dumping. Kebijakan tersebut dilakukan dengan meningkatkan tarif,
memberlakukan kuota perdagangan, dan peraturan lainnya untuk membuat harga dari produk
impor tersebut menjadi mahal.
7. Embargo
Embargo atau sanksi ekonomi adalah sebuah kebijakan yang mengatur pelarangan atau
penghentian aktivitas perdagangan antar dua atau lebih negara. Kebijakan embargo biasanya
dilakukan karena terdapat konflik pada kedua negara tersebut atau karena alasan keamanan.
Contohnya adalah ketika Amerika Serikat menerapkan embargo terhadap Iran sehingga Iran
tidak bisa lagi mengekspor komoditas minyak mereka ke AS pada tahun 2012. Embargo tersebut
pun dilakukan agar Iran mau untuk mengikuti dan menjaga komitmen dalam program
pengendalian senjata nuklir. Melihat dampaknya ke perekonomian yang cukup besar, kebijakan
embargo sering digunakan sebagai alat diplomasi yang cukup ampuh.
3. Perbedaan Bahasa