A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia yang tidak ada habisnya dan akan selalu bertambah akan menjadikan
sebuah permasalahan disuatu negara. Permintaan barang dan jasa yang tinggi namun tidak
dapat diimbangi dengan penawaran di pasar barang dan jasa menyebabkan
ketidakseimbangan pasar. Dalam jangka panjang, usaha pemenuhan barang dan jasa akan
mencapai titik maksimal dan mengakibatkan kelangkaan serta inflasi di pasar akan terjadi.
Ketidakmampuan negara dalam menghasilkan berbagai macam barang dan jasa merupakan
hal yang wajar, sehingga diperlukannya bantuan dari pihak lain agar tidak ada dampak yang
berkelanjutan. Dengan perkembangan jaman yang selalu menuju kearah perbaikan dan
pemeliharaan, kesulitan dalam mendapatkan barang dan jasa antar negara sudah dapat
diminimalisir. Peran dan kebijakan dari pemerintah dalam mempermudah jalur masuk
barang dan jasa adalah langkah yang tepat dalam menekan laju inflasi.
Negara berkembang pada umumnya masih berpusat pada kegiatan ekonomi tradisional
seperti sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat memiliki pekerjaan yang sama sehingga
penawaran di pasar meningkat, namun tidak diimbangi dengan permintaan. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan pasar dan memaksa para penjual untuk menurunkan
harga jualan mereka. Keuntungan yang tidak maksimal ini menyebabkan pertumbuhan
ekonomi negara tidak berkembang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah suatu kegiatan perekonomian jual-beli dengan adanya
kerjasama antar negara. Pelaku kegiatan tersebut dapat dilakukan antara individu negara
satu dengan negara lainnya, individu dengan pemerintah negara lain maupun antara
pemerintah dengan pemerintah. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah ekspor, yaitu
menjualan faktor ekonomi kepada luar negeri dan impor, yaitu pembelian faktor ekonomi
dari luar negeri. Perdagangan internasional sendiri merupakan salah satu faktor pendorong
adanya pertumbuhan ekonomi disuatu negara.
1. Adam smith
2. David Ricardo
3. Heckscher-Olin
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori David Ricardo, yaitu menggunakan produk
keunggulan komparatif dan diproduksi secara besar-besaran untuk di ekspor serta
melakukan impor untuk produk yang susah ditemukan di dalam negeri. Namun, teori ini
dikritik oleh Blaug (1992) bahwasanya teori ini tidak akan berjalan jika negara pengekspor
tersebut juga memiliki ketergantungan terhadap produk komparatif tersebut.
Perdagangan Internasioanl akan berhubungan erat dengan bidang ekonomi. Transaksi jual-
beli yang dilakukan menghasilkan 4 poin penting, yaitu:
1. Perdagangan Internasional
Berkaitan dengan banyaknya alur keluar dan masuk barang yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disuatu negara. Bagaimana hal tersebut
terhadap struktur ekonomi, kerugian atau keuntungan serta spesialisasi.
2. Pembayaran international
Kegiatan ekspor dan impor yang terjadi akan menghasilkan tagihan dan hutang luar negeri.
Jika terjadi kemacetan dalam transaksi tersebut dibutuhkan bantuan dari pihak lain seperti
IMF atau Bank Dunia, selain itu akan ada jasa saling pemberian kredit dan hal ini akan di
catat pada neraca pembayaran internasional.
Perdagangan internasional yang baik membutuhkan balas jasa antar kedua belah pihak,
kegiatan akan berjalan jika keduanya saling membutuhkan dan tidak ada yang merasakan
kerugian sehingga hubungan kedua negara tersebut menjadi baik. Hubungan yang awalnya
hanya pada sektor ekonomi, akan ada kemungkinan dapat berdampak pula pada sektor
lainnya seperti sektor keamanan, pendidikan, teknologi. Sebagai contoh, Negara A dan B
saling membutuhkan dengan faktor ekonomi yang berbeda, saat negara A mengalami krisis
pertahanan negara, negara B memiliki kemungkinan untuk membantu negara A agar
perdagangan internasional mereka tetap berjalan dengan lancar dan Negara B tidak perlu
mencari pasokan faktor ekonomi dari negara lain yang dimana mungkin tidak semaksimal
dari Negara A.
Selanjutnya pada sektor pendidikan maupun teknologi, akan dengan sendiri dapat saling
belajar dari satu sama lain tanpa disadari. Hubungan yang erat membuat mereka saling
menyebar pengetahuan agar satu sama lain semakin efisien dan maksimal dalam produksi
serta dengan harapan akan ada timbal balik dimasa mendatang.
Dengan melakukan kerjasama, suatu negara menjadi tidak perlu memproduksi banyak
barang ataupun jasa. Mereka menjadi fokus pada satu produk serta berusaha
memaksimalkan produk tersebut, dan tidak perlu memikirkan kebutuhan produk lainnya
karena sudah terjamin pasokan akan terpenuhi dengan bantuan dari negara lain. Kegiatan
memilih dan fokus pada satu produk adalah yang dinamakan dengan Spesialisasi.
Dikarenakan adanya spesialisasi ini, faktor ekonomi seperti tenaga kerja atau sumber daya
alam yang awalnya terbagi kedalam beberapa produksi menjadi disatukan pada satu
produksi saja. Sehingga, hasil yang didapatkan menjadi lebih banyak dari sebelumnya dan
terjadilah efisiensi ekonomi serta tidak perlu khawatir dengan meningkatnya penawaran
tanpa adanya peningkatan permintaan, karena kelebihan atau surplus produksi tersebut
akan diekspor kepada negara lain.
Efisiensi Ekonomi dapat terjadi jika semua faktor ekonomi dapat digunakan dengan
maksimal sehingga hal ini akan berdampak pula pada pelaku ekonomi, yaitu produsen,
konsumen serta pemerintah. Produsen mendapatkan keuntungan dari produksi yang
meningkat yang dibarengi dengan permintaan yang sesuai sehingga tidak ada surplus
produksi. Keseimbangan pasar terjadi dan laba usaha yang didapatkan akan maksimal.
Bagi konsumen, kebutuhan mereka akan produk maupun jasa dijamin akan terpenuhi
dengan penawaran yang sesuai dengan permintaan yang ada. Tidak adanya halangan atau
kesusahan yang dirasakan konsumen menjadikan daya guna atau utility yang didapatkan
konsumen meningkat. Selanjutnya bagi pemerintah, perdagangan internasional yang
berjalan dengan baik akan berdampak pada nilai ekspor yang meningkat pula bahkan yang
awalnya jika dibandingkan dengan impor memiliki nilai negatif akan menjadi berkurang atau
positif. Peningkatan ekspor akan meningkatkan pendapatan nasional atau GDP serta
meningkatkan devisa negara.
Dari papatan tersebut, peningkatan laba usaha produsen, daya guna konsumen serta GDP
negara merupakan ciri-ciri akan adanya kemakmuran negara.
Terjadinya efisiensi ekonomi berkaitan erat dengan terserapnya faktor produksi seperti
tenaga kerja yang maksimal. Pemerintah akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan
agar sumber daya alam dapat diproduksi dengan banyak pada kurun waktu yang sedikit
sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak. Tenaga kerja yang digunakan secara
maksimal tentu akan berdampak pada penurunan tingkat pengangguran di negara tersebut.
5. Pertukaran pengetahuan
Proses perdagangan internasional perlu berjalan dengan lancar agar kedua negara yang
berkaitan dapat merasakan hasil dari kerjasama ekonomi. Ketimpangan fasilitas akan
menghambat proses produksi dan hal ini sering terjadi pada negara berkembang, sehingga
peran dari negara maju sangat dibutuhkan untuk memberikan solusi seperti pengetahuan
bahkan teknologi yang lebih canggih. Negara berkembang dalam proses perdagangan
internasional dapat belajar dari proses manajemen negara maju dan diharapkan dapat
menerapkannya sehingga pembangunan negara dapat menjalan pula.
6. Stabilisasi harga
Mendapatkan pasokan produk dari negara lain membuat penawaran produk meningkat dan
akan memenuhi permintaan produk di pasar. Keseimbangan pasar terjadi dan akan
meminimalisir inflasi harga dikarenakan langkanya produk di pasar. Kerjasama yang terjadi
dalam jangka panjang dapat menghasilkan pengendalian harga yang mudah dilakukan serta
stabilisasi harga akan didapatkan.
Perdagangan internasional memiliki banyak dampak positif, namun berikut ini beberapa
dampak negatif yang perlu diperhatikan:
Banyaknya pasokan produk yang masuk ke dalam negeri memang menghasilkan penawaran
yang meningkat serta didapatinya keseimbangan pasar, namun perlu di perhatikan bahwa
produk lokal belum tentu memiliki kualitas dan harga seperti produk luar negeri. Jika produk
luar negeri dapat memiliki kualitas yang baik dengan harga yang rendah, ataupun kualitas
yang baik dengan harga yang standar pasar akan menimbulkan permasalahan baru.
Tentunya bagi produk lokal yang masih memiliki kualitas lebih rendah ataupun kualitas yang
baik namun harga yang mahal dikarenakan keterbatasan teknologi maupun belum terjadi
proses yang efisien maka akan kalah dengan produk luar negeri.
Para konsumen akan lebih memilih produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri
sehingga terjadi nilai impor yang lebih besar dibandingkan ekspor. Keseimbangan di dalam
negeri tidak terjadi bagi beberapa produk konsumsi. Alih-alih untung dengan adanya
perdagangan internasional, yang ada malah menguntungkan negara impor saja dikarenakan
kekayaan dalam negeri berpindah dalam jumlah yang besar kepada devisa negara impor.
2. Terjadi ketergantungan
Ketergantungan dapat terjadi jika suatu negara benar-benar tidak bisa menghasilkan suatu
produk atau dapat berproduksi namun mengalami kekurangan terus-menerus, sehingga
hanya mengharapkan supply dari surplus produksi negara lain. Jika suatu ketika negara
pemasok barang produksi tersebut memutuskan kerjasama maka negara yang
membutuhkan akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lalu, jika negara
pemasok tiba-tiba memberikan kenaikan harga yang signifikan, maka negara yang sudah
bergantung tersebut mau tidak mau harus mengikuti kenaikan harga dan tujuan awal yang
harusnya saling menguntungkan menjadi tidak terealisasikan dengan baik.
Pada pandangan lainnya, negara berkembang hanya akan menjadi konsumen saja. Hal ini
disebabkan karena negara maju dengan segala teknologi dan manajemen yang sudah
canggih dapat memproduksi banyak produk dalam waktu yang cepat berbanding terbalik
dengan negara berkembang yang masih kesulitan sehingga mereka tidak dapat berproduksi
seperti negara maju namun hanya menjadi konsumen khususnya pada produk elektronik
ataupun lokomotif.
Masuknya banyak produk luar ataupun produk perusahan besar lokal dengan kualitas yang
baik membuat perusahaan baru kesulitan dalam membuat produk dengan inovasi baru.
Keterbatasan modal dan teknologi menjadi satu satu faktor terbesar dari kesulitan
perusahaan kecil. Bahkan pada kenyataannya, produk baru dengan kualitas baik dan harga
terjangkau bisa terkalahkan eksistensinya jika dibandingkan dengan produk dari perusahaan
besar. Salah satu alasannya adalah konsumen sudah menaruh kepercayaan bahwa produk
perusahaan besar lebih baik padahal tidak dapat dipungkiri bahwa produk perusahaan kecil
mungkin saja memiliki kualitas yang sama namun harga yang lebih mudah.
Langkah yang akan diambil pemerintah dalam mengurangi impor adalah dengan adanya bea
cukai. Pemberiaan tarik masuk atau pajak tersebut tentu membuat barang impor lebih susah
masuk pasar dalam negeri karena harga akan menjadi lebih mahal dibandingkan barang
lokal. Seringkali, beberapa barang dilarang masuk dikarenakan tidak ada perizinan dan lain
sebagainya
Beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah tersebut memang baik bagi
perekonomian dalam negeri sebab dapat menghindari dari proses monopoli ataupun
kapitalisasi. Namun, hal ini sudah melenceng dari makna awal adanya perdagangan
internasional. Persaingan perdagangan internasional menjadi tidak lagi sehat.
Perdagangan internasional adalah kegiatan kerjasama dalam pertukaran barang dan jasa
antara negara satu dengan yang lainnya dengan adanya asas saling membutuhkan dan
menguntungkan. Perdagangan internasional memiliki beberapa teori, seperti teori Adam
Smith, David Ricardo dan Heckscher-Olin. Perdagangan internasional dapat dilakukan
dengan ekspor dan impor dengan memperhatikan keunggulan dan spesialisasi barang
produksi dari setiap negara.
Perdagangan internasional adalah kegiatan yang positif untuk dilakukan khususnya untuk
negara berkembang yang pada umumnya belum dapat memenuhi segala kebutuhannya
dengan sendirinya. Keterbatasan tersebut dapat di minimalisir dengan perdagangan
internasional, namun harus adanya kebijakan pemerintah dalam memproteksi usaha lokal
agar tidak adanya monopoli pasar ataupun kapitalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Argenti, G. (2019). GLOBALISASI DAN DAMPAKNYA BAGI NEGARA DUNIA KETIGA. The
Indonesian Journal of Politics and Policy Vol. 1 No.1 Januari 2019 Hal: 41-51.