Anda di halaman 1dari 4

A.

Analisa Kecenderungan Perdagangan Luar Negeri


1. Prinsip-prinsip perdagangan internasional
Terdapat sejumlah konsep atau teori yang menjelaskan faktor-faktor apa yang mendorong terjsdinya
perdagangan antar negara, mengapa perdagangan antar negara bisa menguntungkan kedua belah
pihak dan dalam produk-produk apa sebaiknya tiap negara berspesialisasi. Dari teori-teori tersebut
orang bisa mengambil prinsip-prinsip yang bisa menjadi pedoman dalam melaksanakan perdagangan
internasional.
a) Teori Perdagangan Klasik
1) Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)
Adalah bahwa suatu negara akan melaksanakan spesialisasi dana negara tersebut memiliki
keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau melakukan impor tehadap jenis barang
lain di mana negara tersebut tidak memiliki keunggulann absolut terhadap negara lain yang
memproduksi barang sejenis. Dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor (impor)
suatu jenis barang jika negara tersebut dapat (tidak dapat) membuatnya lebih efisien atau
murah di bandingkan negara lain.
2) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Sering dijumpai bahwa suatu negara yang efisien dalam memproduksikan suatu barang,
juga efisien dalam memproduksikan barang-barang lain. Ini disebabkan, misalnya oleh
penggunaan teknologi dan mesin-mesin yang lebih efisien atau tenaga kerja yang trampil.
Negara tersebut mempunyai keunggulan mutlak dalam produksi semua barang. Dalam hal
ini, menurut David Ricardo, yang berlaku adalah teori keunggulan komparatif. Suatu
negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan
mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah.
3) Teori Proporsi Faktor Produksi
Dasar pemikian teori faktor-faktor proporsi dari Hecksher dan Ohlin bahwa perdagangan
antara dua negara terjadi karena adanya perbedaan alam opportunity cost antara dua negara
tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya.
Jadi teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan atau sebaiknya mengekspor barang-
barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif banyak (harga relatif faktor
produksi tersebut murah), sehingga barang-barang tersebut harganya murah. Indonesia
sebaiknya mengekspor barang-barang yang padat karya atau padat bahan baku yang
melimpah, seperti minyak dan komoditi pertanian.
b) Teori Perdagangan Modern
1) Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)
The Competitive Advantage of Nations, 1990 yang dikemukakan oleh Michael E. Porter
adalah tentang tidak adanya korelasi langsung antara dua faktor produksi (sumber daya
alam yang tinggi dan sumber daya manusia yang murah) yang dimiliki suatu negara untuk
dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan. Ada empat atribut
utama yang menentukan mengapa industri tertentu dalam suatu negara dapat mencapai
sukses internasional :
 Kondisi faktor produksi
 Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri
 Eksistensi industry pendukung
 Kondisi persaingan dan struktur perusahaan dalam negeri

Selain itu, pemerintah juga berperan sentral dalam pembentukan keunggulan kompetitif.
Kebijakan seperti anti trust, regulasi, deregulasi atau pembeli juga sangat mempengaruhi
persaingan ini.

2) Pendekatan alternatif dalam teori perdagangan


Apa yang telah diuraikan di atas adalah teori atau pandangan mengenai perdagangan
internasional dari para ekonom yang disebut “main – stream economics” yang bersumber
dari pandangan kaum Klasikd an Nekolasik, yang tidak lain adalah ilmu ekonomi “liberal”
(liberal economics). Dalam kenyataan, menurut pandangan ini, selalu terdapat perbedaan
“kekuatan ekonomi” pihak-pihak yang melakukan perdagangan (hubungan ekonomi), ada
unsur “kekuasaan monopoli” (monopolistic power), yang bisa meerusak harmoni dan
keseimbangan seperti yang digambarkan teori Neoklasik, yang menimbulkan
ketidakmerataan dalam pembanguan manfaat perdagangan bisa beraneka ragam.
B. Analisa Hutang Luar Negeri
Hutang luar negeri diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa ataupun dalam bentuk
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang diterima dari Pemberi
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu atau
hutang luar negeri adalah sumber pembiayaan negara yang berasal dari negara asing, badan/lembaga
keuangan internasional atau dari pasar uang internasional yang berbentuk devisa, barang, dan atau
jasa termasuk penjaminan yang mengakibatkan pembayaran di masa yang akan datang yang harus
dibayar kembali sesuai kesepakatan bersama.
Faktor penyebab meningkat atau menurunnya utang Luar negeri Indonesia secara umum yaitu :
a) Defisit Transaksi Berjalan (TB)
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan
jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan
luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran
transfer. Transaksi berjalan yang menurun tiap tahunnya, sebenarnya masih surplus, artinya
seharusnya tidak perlu melakukan pinjaman utang. Tetapi ada peramalan-peramalan yang
mengatakan triwulan kedepan defisit sehingga dibutuhkan utang pinjaman luar negeri, akhirnya
indonesia kembali berhutang dan semakin menambah hutang Indonesia terhadap luarg negeri.
Dalam hal ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan sekali. Kebijaksanaa dalam menyelesaikan
masalah juga sangat dibutuhkan. Dimana pemerintah seharusnya memaksimalkan sumber daya
alam yang melimpah di Indonesia agar menimimalisir import dari luar negeri dan juga
mengurangi pinjaman luar negeri.
b) Meningkatnya kebutuhan investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan
tingkat suku bunga. Hal yang paling tidak dapat dihindari disini adalah perbedaan tingkat suku
bunga, hal ini sangat berpengaruh sekali dimana rupiah sebagai mata uang Indonesia nilai mata
uangnya jauh di banding negara-negara asing. Sehingga cukup sulit untuk mengendalikan
hutang luar negeri. Karena meningkatnyasemakin meningkatnya investasi yang terjadi, hal itu
yang mendorong Indonesia untuk berhutang karena tingkat suku bunga yang berbeda tersebut.
c) Meningkatnya Inflasi
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Laju inflasi
mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga
nominal. Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka
pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri. Karena minat
orang Indonesia rendah pemerintah terpaksa melakukan utang luar negeri, kenaikan harga-harga
barang yang terus-menerus inilah yang menyebabkan orang enggan untuk berinvestasi.
d) Sistem perekonomian tidak efisien – dengan alat ukur ICOR
Incremental capital output ratio (ICOR) adalah rasio antara investasi di tahun yang lalu dengan
pertumbuhan output (PDRB). ICOR mencapai 4,9 (1984 – 2011) yang seharusnya antara 3 –
3.5. Jadi ada pemborosan sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka
memerlukan invetasi besar. Hal ini akan mendorong utang luar negeri.

Dampak Hutang Luar Negeri Indonesia

a) Dampak Positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan adanya utang luar
negeri membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari
negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selain itu, hutang luar negeri bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
 Membantu dan mempermudah negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
 Sebagai penurunan biaya bunga APBN
 Sebagai sumber investasi swasta
 Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
 Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu negara
b) Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan
ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi).
Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN, karena utang luar negeri tersebut harus
dibayarkan beserta dengan bunganya, dan masih banyak akibat jangka panjang yang
ditimbulkan pijaman luar negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai