Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

A. Pengertian Ekonomi Internasional

Ekonomi internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang seberapa banyak sumberdaya
yang langka

dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam ruang lingkup kehidupan
internasional. Artinya,

masalah alokasi sumberdaya ini dipelajari dalam hubungan antara pelaku ekonomi suatu negara
dengan negara

lain.

Banyak bentuk hubungan dalam kaitannya dengan ekonomi internasional ini, yang meliputi
perdagangan,

investasi, pinjaman, bantuan serta kerjasama internasional. Para pelaku yang mengadakan
hubungan ekonomi

internasional meliputi pihak pemerintah, swasta maupun organisasi internasional.

Berikut ini adalah data neraca perdagangan Internasional total periode tahun 2014 – 2019:

Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Indonesia Total Periode 2014 – 2020

(Dalam Juta US $)

1 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Gambar 1.1 Grafik Neraca Perdagangan Total 2015 – 2020 (Dalam Juta US$)

Neraca Perdagangan Total

400.000

368.724

350.000

325.813

310.023

293.061

300.000

280.839

273.898

250.000

188.711
156.985

200.000

150.366

142.694

145.186

135.652 168.828

180.012

153.254

156.769

127.130

150.000

100.000

50.000

7.672

9.534

11.843

19.638

-50.000

-8.699

-3.515

2015

2016

2017

2018

Nov-19

Nov-20

Ekspor

150.366

145.186

168.828
180.012

153.254

Impor

142.694

135.652

156.985

188.711

156.769

127.130

Neraca Perdagangan

7.672

9.534

11.843

-8.699

-3.515

19.638

Total Perdagangan

293.061

280.839

325.813

368.724

310.023

273.898

Ekspor

Impor

Neraca Perdagangan

Total Perdagangan

Ekonomi internasional mencakup beberapa aspek baik aspek mikro maupun aspek makro. Antara
lain:

1. Aspek Mikro

Menyangkut masalah jual beli secara internasional (ekspor-impor), dimana kegiatan perdagangan ini
tergantung pada keadaan pasar hasil produksi mapun pasar faktor produksi, juga meliputi transaksi-
transaksi

investasi luar negeri, transaksi internasional yang sifatnya unilateral serta neraca pembayaran.

2. Aspek Makro

Menyangkut masalah

dimana masing-masing pasar saling berhubungan satu dengan lainnya yang dapat

mempengaruhi pendapatan ataupun kesempatan kerja.

a.b.c.

Selain itu pula, pada ekonomi internasional ada permasalahan antar beberapa Negara yang meliputi:

Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal relative lebih sukar (immobilitas faktor
produksi).

Sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang berbeda

Faktor-faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) berbeda sehingga dapat menimbulkan
perbedaan harga

barang yang dihasilkan.

2 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

B. Hubungan Antara Ilmu Ekonomi Internasional dengan Ilmu Ekonomi Umum

a. Aspek Praktis

Sisi praktisnya ilmu ekonomi internasional meliputi seluruh kegiatan ekonomi yang dilaksanakan
oleh para

subjek ekonomi (perorangan atau badan pemerintahan) dari suatu negara dengan subjek ekonomi
dari negara

lain.

b. Aspek Ilmiah

Sisi ilmiahnya ilmu ekonomi internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi umum, atau sebagai
cabang

dari ilmu ekonomi umum dan merupakan bagian yang menurut sifat-sifatnya dapat dijadikan sebagai
suatu objek

yang berdiri sendiri.

C. Mengapa Suatu Negara Perlu Berdagang dengan Negara Lain?

Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh keuntungan, yakni dapat membeli
barang
yang harganya lebih

rendah dan mungkin dapat menjual keluar negeri dengan harga yang relative lebih tinggi.

Perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai negara.
Orientasi

keuntungan: Perbedaan Antar Negara → Spesialisasi→ COST→ P → Transaksi →

keuntungan.

Pada segi Harga biasanya sangat ditentukan oleh biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya modal,
sewa

tanah, biaya bahan mentah serta efisiensi dalam proses produksi. Untuk menghasilkan suatu jenis
barang tertentu

antara suatu negara dengan negara lain akan berbeda ongkos produksinya, dengan demikian akan
berbeda pula

harga hasil produksinya. Sedangkan Permintaan akan sesuatu barang sangat ditentukan oleh selera
dan

pendapatan. Selera dapat memainkan peranan penting dalam menentukan permintaan akan suatu
barang antar

berbagai negara. Apabila persediaan suatu barang di satu negara tidak cukup untuk memenuhi
permintaan, negara

tersebut dapat mengimpor dari negara lain. Dan selain selera, Permintaan akan sesuatu barang
ditentukan oleh

pendapatan.

Kita dapat menduga bahwa hubungan antara pendapatan suatu negara dengan pembelian barang

luar negeri (impor). Jika pendapatan naik, maka pembelian barang-barang dan jasa (dari dalam
negeri maupun

impor) dapat mengalami kenaikan.

Ekananda, 2015 merangkum penyebab terjadinya perdagangan internasional:

1. Perbedaan harga barang

Perbedaan harga barang mendorong adanya perdagangan internasional. Misalnya harga komputer
di Indonesia

dan Malaysia lebih murah daripada harga di Filipina, sehingga mendorong orang Indonesia membeli
komputer

tersebut di Indonesia atau Malaysia untuk untuk di jual di Filipina

2. Perbedaan hasil produksi

Perbedaan ini karena setiap negara mempunyai modal, teknologi, kekayaan alam, dan kebudayaan
yang
berbeda. Setiap negara mempunyai hasil produksi yang berbeda-beda. Ada negara yang dapat
memproduksi

suatu barang atau jasa yang melimpah, tetapi ada negara yang kekurangan hasil produksi barang
atau jasa

tersebut tetapi memiliki barang atau jasa lainnya.

3 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

3. Keinginan untuk meningkatkan produktivitas

Setiap negara mempunyai kebutuhan mengonsumsi berbagai jenis barang. Namun pada
kenyataannya, tiap

negara lebih baik memproduksi beberapa macam barang kemudian melakukan perdagangan
internasional,

sehingga tindakan ini menimbulkan spesialisasi. Dengan spesialisasi ini produktivitas tiap negara
menjadi lebih

tinggi.

Perbedaan perdaganan luar negeri dan dalam negeri tergambar pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Perbedaan Perdagangan

Perbedaan

Perdagangan Internasional

Perdagangan Domestik

(Luar Negeri)

(Dalam Negeri)

Cakupan Wilayah

Melewati batas beberapa negara

Dalam satu wilayah negara

Metode Pembayaran

Bermacam-macam uang

Satu macam uang

Sistem Distribusi

Sistem Distribusi tidak langsung

Umumnya distribusi langsung

Peraturan dan Hukum


Melibatkan

aturan

dari

berbagai

Menggunakan aturan yang berlaku

negara

dalam negeri

Biaya transportasi

Lebih mahal karena menjangkau

Lebih mahal karena menjangkau

jarak yang jauh

jarak yang relatif lebih dekat

D. Dampak Positif Perdagangan Internasional

Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya perdagangan


internasional.

Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara pengimpor memperoleh kemudahan untuk
mendapatkan

barang yang dibutuhkan. Adanya perdagangan internasional juga membawa dampak yang cukup
luas bagi

perekonomian suatu negara. Dampak tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Mempererat persahabatan antar bangsa

2. Menambah kemakmuran negara

3. Menambah kesempatan kerja

4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

5. Sumber pemasukan kas negara

6. Menciptakan efisiensi dan spesialisasi

7. Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara

8. Memperoleh devisa

9. Memperoleh kesempatan kerja

10. Menstabilkan harga

11. Meningkatkan kualitas produk

12. Meningkatkan kualitas konsumsi


13. Mempercepat alih teknologi

14. Memperluas pangsa pasar

4 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

E. Dampak Negatif Perdagangan Internasional

Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang melakukannya.
Dampak

negatifnya sebagai berikut:

1. Produk dalam negeri menurun karena kurang disukai masyarakat

2. Ketergantungan terhadap negara-negara maju yang menghasilkan barang, jumlah, kualitas dan
teknologi yang

lebih tinggi mengalahkan barang sejenis yang diproduksi dalam negeri.

3. Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar karena tidak mampu
bersaing dengan

produk impor

4. Adanya persaingan tidak sehat dalam perdagangan internasional seperti praktik dumping, praktik
tariff impor

dan lain sebagainya

5. Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju sehingga
mengubah perilaku

konsumtif pada penduduk negara yang mengimpor barang dengan teknologi tinggi
BAB 2

EKONOMI INTERNASIONAL

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Mahasiswa mampu memahami dan mengerti teori klasik dan modern yang ada dalam perdagangan

internasional.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1.

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami teori klasik ( Teori Keunggulan Absolut dan Teori
Keunggulan

Komparatif) dan teori modern (Teori Faktor Proporsi model HO/ Hecksher & Ohlin)

2.

Mahasiswa mampu menganalisis teori klasik dan teori modern dalam perdagangan internasional

Teori Perdagangan Internasional

1.

Teori Pra klasik : Merkantilisme dan David Hume

2.

Teori Klasik : Absolute advantage/kemanfaatan absolut oleh Adam Smith, Comparative


advantage/kemanfaatan

relative oleh David Ricardo dan Comparative Cost/biaya relatif oleh David Ricardo

3.

Teori Modern: Faktor Proporsi Hecksher & Ohlin dan teori Paradoks Leontief oleh Wassily Leontief

A.

Merkantilisme

Merkantilisme merupakan sekumpulan pemikiran ekonomi yang ada di Eropa selama periode 1500-
1700. Peran

pemerintah sebagai pihak yang membuat kebijakan dalam mengawasi penggunaan dan pertukaran
logam mulia.

Negara melarang ekspor emas, perak, dan logam mulia lain oleh individu dan mengatur keluarnya
mata uang dari

dalam negeri. Memberikan hak istimewa pada perusahaan-perusahaan tertentu untuk rute-rute
perdagangan sebagai

monopoli dan monopsony. Kebijakan ini dikenal dengan nama Bullionism

1.
Ide pokok merkantilisme:

1. Suatu negara/ raja akan kaya/ makmur dan kuat bila ekspor lebih besar daripada impor (X > M)

6 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

2.

3.

7 |2. Surplus yang diperoleh dari selisih (X – M) positif Pada waktu LM digunakan sebagai alat
pembayaran,

sehingga Negara atau raja yang memiliki LM yang banyak akan kaya, makmur dan kuat maka
pemasukan

logam mulia (LM) yang dimiliki harus lebih besar juga

3. Pada waktu LM digunakan sebagai alat pembayaran, sehingga Negara atau raja yang memiliki LM
yang

banyak akan kaya, makmur dan kuat

4. Semakin besar ekspor netto, semakin banyak LM yang dimiliki atau diperoleh dari luar negeri

5. LM yang banyak digunakan oleh raja untuk membiayai armada perang guna memperluas
perdagangan luar

negeri dan penyebaran agama

6. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas perdagangan luar negeri diikuti dengan
kolonialisasi

di Amerika latin, Afrika dan Asia terutama abad XVI s.d XVIII

Kebijakan Merkantilisme

1. Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM

2. Melarang/ membatasi impor dengan ketat kecuali LM

3. Kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong ekonomi industri nasional dengan kebijakan
tariff dan

kebijakan Nontariff Barrier

4. Contoh tariff barrier : countervailing duty, bea anti dumping dan surcharge

5. Contoh Nontariff Barrier: larangan, sistem kuota, ketentuan teknis, harga patokan, peraturan
kesehatan/

karantina

Kritik David Hume


Salah satu kritik terhadap merkantilisme yang paling populer adalah yang disampaikan oleh David
Hume. David

Hume banyak mengajukan ulasan tentang konsep kesejahteraan sebagai ide pokok dari kaum
merkantilisme.

Berikut adalah beberapa kritik David Hume terhadap merkantilisme :

1. Potensi inflasi akibat penumpukan logam mulia.

2. Menurunnya kuantitas ekspor barang.

3. Kuantitas impor meningkat.

4. Terjadi defisit neraca perdagangan.

5. Raja menjadi miskin.

Penjelasan : Kemakmuran seorang raja atau suatu negara diidentikkan dengan ukuran standar emas.
Ide

pokok pemikiran merkantilisme menyatakan bahwa kemakmuran negara atau raja dapat dicapai
dengan jumlah

ekspor yang lebih tinggi dari impor (surplus).

Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

4.

Dengan adanya surplus, negara dapat memupuk logam mulia yang semakin banyak. Sebab, alat

pembayaran atau uang yang digunakan waktu tersebut adalah logam mulia. Jadi, jika logam mulia
semakin

banyak, maka juga berarti jumlah uang yang beredar juga semakin banyak, yang artinya terjadi
Money Supply.

Jumlah uang beredar yang tinggi, sementara jumlah produksi tetap inilah yang kemudian memicu
terjadinya

inflasi atau kenaikan harga. Terjadinya kenaikan harga di dalam negeri pada akhirnya berimbas
terhadap harga

barang-barang ekspor yang juga akan ikut naik. Pada akhirnya, kuantitas ekspor akan ikut menurun.

Ketika kuantitas ekspor menurun dan harga barang dalam negeri meningkat akibat inflasi, maka
barang impor

akan menjadi lebih murah. Hal ini berimbas pada peningkatan kuantitas impor. Pada akhirnya, akan
terjadi defisit,

kepemilikan logam mulia akan berkurang, dan raja atau negara pun menjadi miskin.
Raja atau negara yang tadinya kaya raya atau makmur karena memiliki logam mulia yang banyak pun
akan

berubah miskin. Perubahan raja dari makmur menjadi miskin inilah yang dikritik oleh David Hume.
Menurut Hume,

kondisi ini disebut sebagai “Mekanisme Otomatis” dari “Price-Specie Flow Mechanism” (PSFM).

Kritik Adam Smith

1.2.3.4.5.6.Ukuran kemakmuran suatu negara tidak seharusnya ditentukan oleh banyaknya logam
mulia yang dimiliki.

Kemakmuran negara ditentukan berdasarkan pada nilai GDP (Gross Domestic Product) dan
sumbangan

perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP.

Untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, pemerintah harus mengurangi campur
tangan

terhadap perdagangan agar dapat tercipta perdagangan bebas atau free trade.

Free trade memunculkan persaingan perdagangan yang semakin ketat, sehingga mendorong masing-
masing

negara untuk melakukan spesialisasi dan pembagian kerja internasional, berdasarkan keunggulan
absolut

yang dimiliki oleh masing-masing negara.

Spesialisasi dan pembagian kerja internasional yang didasarkan pada konsep absolute advantage
dapat

memacu peningkatan produktivitas dan efisiensi. Pada akhirnya, hal ini dapat mendorong
peningkatan GDP

dan perdagangan luar negeri.

Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan kemakmuran suatu negara.

B.

Teori Klasik

Teori Klasik disusun berdasarkan anggapan:

Hanya ada 2 Negara, 2 barang

Keadaan Full Employment

Persaingan Sempurna
-

Mobilitas dalam negara tinggi dari faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) tetapi immobile
secara

internasional

8 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

1. Adam Smith

Ekonom bernama Adam Smith menjelaskan tentang teori Keunggulan Mutlak dalam bukunya
“Wealth Of

Nations” yang diterbitkan pada tahun 1776. Teori ini disebut teori murni perdagangan. Dalam
keunggulan absolut

yang digagasnya, Adam Smith mengemukakan arti pentingnya sistem ekonomi liberal, yakni bebas
dari

keterlibatan dan campur tangan pemerintah. Menurutnya, pengelolaan perekonomian negara dapat
dilakukan

dengan cara melaksanakan persaingan bebas tanpa adanya intervensi pemerintah. Dengan catatan
adanya

pembagian kerja dan pengalokasian sumber daya secara efisien.

Smith memandang kemakmuran rakyat di suatu negara dapat dicapai melalui produksi dan
perdagangan.

Untuk menghasilkan kekayaan yang universal, maka produksi dan perdagangan harus dilakukan
secara maksimal.

Sebab itulah, Adan Smith menganjurkan agar pemerintah di setiap negara memberikan kebebasan
ekonomi

kepada rakyat untuk melakukan perdagangan bebas baik dalam lingkup domestik maupun
internasional. Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui pertumbuhan penduduk dan total output
yang dihasilkan.

Total output menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber

daya alam, tenaga kerja, dan persediaan barang. Untuk memaksimalkan pertumbuhan output, maka
segala

sumber daya alam yang ada harus dikelola secara efektif dan efisien oleh tenaga kerja dengan
barang modal.
Dengan pertumbuhan output yang maksimal akan mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal
pula.

Dalam teorinya, Adam Smith mengungkapkan bahwa keuntungan absolut dapat diperoleh suatu
negara

apabila berhasil membuat biaya produksi barang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.

Menurut Adam Smith, Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional

dan

meningkatkan kemakmurannya bila:

a. Terdapat Free Trade

b. Melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan absolut

Mengapa free trade?

Free trade

ekspor

GDP

income, employment, devisa

Impor

peningkatan transfer

technology, penanaman modal dan demonstration effect yang positif

monopoli

menurun

persaingan

meningkat, peningkatan produktivitas dan efisiensi harga lebih murah, kualitas lebih baik daya saing
produk

meningkat akses pasar ke luar negeri semakin besar.

Adam Smith juga berpendapat Setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional
karena

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan
mutlak, serta

mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak.

9 | Halaman

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL
Contoh:

Tabel 2.1 Data hipotesis Teori Keunggulan Absolut

Produk per

Teh

Sutra

DTDN

satuan TK/ hari

Indonesia

12 kg

3m

4 kg =1m

1kg = 1⁄4 m

Cina

4 kg

8m

1⁄2 kg = 1m

1 kg = 2m

Analisis :

Di Indonesia

- 1 kg teh dinilai sama dengan 1⁄4 m sutra

- 1 m sutra dinilai sama dengan 4 kg teh

Di Cina

- 1 kg teh dinilai sama dengan 2 m sutra

- 1 m sutra dinilai sama dengan 1⁄2 kg teh

Kesimpulan 1:

- Harga 1 kg teh di indonesia lebih murah (hanya 1⁄4 sutra) dibandingkan di Cina lebih mahal (2 m
sutra)

- Harga 1 m sutra di Cina lebih murah ( hanya 1⁄2 kg teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih
mahal

(4 kg teh)

Kesimpulan 2 :
- Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam produksi teh

- Cina memiliki keunggulan absolut dalam produksi sutra

GAIN FROM TRADE

- Indonesia mendapat keuntungan : 2m – 1⁄4 m = 1 3⁄4 m sutra = 1,75 m

- Cina Mendapat keuntungan : 4 kg – 1⁄2 kg = 3 1⁄2 kg = 3,5 kg

Berikut Data hipotesis untuk Gain From Trade Berdasarkan Teori Absolut Advantage dari Adam
Smith

10 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Produk Per

satuan

TK/ hari

Teh

Tabel 2.2 Data Hipotesis Gain From Trade

Sutra

Tanpa

Dengan

TS

spesialisasi

spesialisasi

(DS)

(TS)

Indonesia

Cina

Produk dua

negara

12 kg

4 kg

16 kg

24 kg
0 kg

24 kg

3m

8m

11 m

DS

0m

16 m

16 m

Kelemahan teori Adam Smith adalah sebagai berikut:

a. Perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masing-masing
negara

memiliki keunggulan absolut yang berbeda.

b. Bila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut , maka tidak akan terjadi perdagangan

internasional yang menguntungkan

2.

David Ricardo

Keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya Principles of Political
Economy

and Taxation (1817). walaupun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian
absolut terhadap)

negara lain dalam memproduksi kedua jenis komoditi yang dihasilkan, namun masih tetap terdapat
dasar untuk

melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Teori keunggulan absolut tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional
apabila

salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Atau dengan kata lain
bahwa bila salah

satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi, maka perdagangan tidak akan
terjadi. Namun

dengan teori keunggulan komparatif, perdagangan internasional antara dua negara masih dapat
berlangsung

walaupun salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.

Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo terbagi menjadi dua:


1. Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency)

2. Production Comparative Advantage (Labor Productivity)

Pada Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency) Nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh
jumlah

waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya dan suatu negara juga akan
memperoleh manfaat

11 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana
negara

tersebut dapat berproduksi relatif efisien .

Tabel 2.3 Data Hipotesis Cost Comparative

Negara

Produksi

1 kg gula

1 m kain

Indonesia

3 hari kerja

4 hari kerja

Cina

6 hari kerja

5 hari kerja

Tabel 2.4 Data Perhitungan Cost Comparative

Perhitungan Cost Comparative

Perbandingan Cost

1 kg gula

1 m kain

Indonesia/Cina

3/6 HK (0,5)

4/5 HK (0,8)

Cina/ Indonesia
6/3 HK (2)

5/4 HK

HK = Hari Kerja

12 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Perbandingan Produksi

Negara

Gula

Indonesia

1/3 kg

Tabel 2.5 Gains From Trade

Gains From Trade

DTDN (Dasar Tukar dalam Negeri)

Kain

1⁄4 m

1 kg = 3⁄4 m

4/3 kg = 1 m

Cina

1/6 kg

1/5 m

1 kg = 6/5 m

5/6 kg = 1 m

Keuntungan Indonesia : 6/5 m – 3⁄4 m = 9/20 m = 0,45 m

Keuntungan Cina : 4/3 kg – 5/6 kg = 9/18 kg = 0,5 kg


Pada Production Comparative Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional jika

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi
relatif produktif.

Bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.6 Data hipotesis Labor Productivity

Negara

Produksi Setiap Tenaga Kerja per hari

DTDN

kerja

Indonesia

1/3 kg gula (0,3)

1⁄4 m sutra

4/3 kg = 1 m

(0,25)

1 kg = 3⁄4 m

Cina

1/6 kg gula (0,1)

1/5 m sutra

(0,20)

5/6 kg = 1m

1 kg = 6/5 m

13 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Tabel 2.7 Data Perhitungan Labor Productivity

Perhitungan Production Comparative Advantage

Perbandingan Produksi

Gula

Kain

Indonesia/ Cina

6/3 (2)
5/4 (1,25)

Cina/ Indonesia

3/6 (0,5)

4/5 (0,8)

Kesimpulan I

- Indonesia unggul produk gula dan tenaga kerja Indonesia lebih produktif dalam produksi gula (6/3
kg)

- Cina unggul produk kain dan tenaga kerja China lebih produktif produksi kain (0,8m)

Kesimpulan II

- Indonesia memperoleh keuntungan : 6/5 m -3/4 m = 9/20 m kain

- Cina memperoleh keuntungan: 4/3 kg – 5/6 kg = 3/6 kg

Kelemahan dari Teori Comparative Advantage adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang/ produk sejenis
walaupun fungsi

faktor produksi (produktivitas dan efisiensi) sama di kedua negara

2. Teori keunggulan komparatif menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena
adanya

perbedaan fungsi faktor produksi. Sedangkan pada teori H-O menjelaskan bahwa fungsi produksi
(tenaga

kerja) pada dua Negara sama, perdagangan internasional tetap akan terjadi

3. Perbedaan fungsi menimbulkan terjadinya perbedaan produktivitas dan efisiensi timbul


perbedaan harga

4. Logika : Jika efisiensi dan produktivitas sama , maka tidak terjadi perdagangan karena harga sama.

C.

Teori Modern

1.

Teori H-O

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919)
dan Bertil Ohlin

(1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu


dijelaskan dalam teori

keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan
mengemukakan

kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O.


Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi
karena adanya

perbedaan dalam productivity of labor

(faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara

(Salvatore,2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab


perbedaaan produktivitas

tersebut.

14 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi
faktor produksi

yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan
terjadinya

perbedaan harga barang yang dihasilkan.

Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya
negara-

negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan
melakukan spesialisasi

produksi untuk kemudian mengekspor barangnya.

Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki
faktor produksi

yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost yaitu kurva
yang melukiskan

total biaya produksi sama serta kurva isoquant yang melukiskan total kuantitas produk yang sama.

Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva
isocost maka

akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya tertentu suatu negara akan
memperoleh produk

maksimal atau sebaliknya dengan biaya yang minimal suatu negara dapat memproduksi sejumlah
produk tertentu.

Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 berikut :

a.

Perdagangan internasional terjadi antara dua negara


b.

Masing masing negara memproduksi dua macam barang yang sama

c.

Masing masing negera menggunakan dua faktor produksi yang sama,misal tenaga kerja dan mesin

2.

Kurva Isocost

Penjelasan dengan menggunakan kedua kurva tersebut misalnya dengan contoh angka hipotesis
perdagangan

antara Indonesia yang padat karya/labor dengan Jepang yang padat modal/kapital. Misal Indonesia
mempunyai kurva

isocost seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Kurva Isocost Indonesia dan Jepang

Tenaga

Kerja

60

40

IsocostIsocost$600

$400

30

Tenaga

Kerja

Isocost $400

Isocost $600

10

Indonesia

15 | H a l a m a n

15

Mesin

20

Jepang

Mesin
40

60

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Tenaga

Kerja

60

40

30

20

Tenaga

Kerja

60

40

30

20

Isocuant 100 unit pakaian

Isocuant 20 Unit Radio

Mesin

Mesin

10

15

40

60

10

15

40

60

Tabel 2.8 Gain From Trade Indonesia dan Jepang

Negara

Indonesia
Jepang

Barang

Pakaian

Radio

Pakaian

Radio

Faktor Produksi

Tenaga Kerja

Mesin

Tenaga Kerja

Mesin

Proses Produksi

Padat Karya

Padat Modal

Padat Karya

Padat Modal

Proporsi Faktor

60 TK

15 M

30 TK

60 M

Produksi

Isoquant

100

20

100

20

Isocost

$400

$600

$600
$400

Unit Cost

$4

$30

$6

$20

Unit cost produksi pakaian di Indonesia ($4) lebih murah dari pada di Jepang ($6). Sedangkan unit
cost produksi

radio di Jepang ($20) lebih murah daripada di Indonesia ($30) Hal ini yang menyebabkan terjadinya
spesialisasi produksi

dan perdagangan internasional

16 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Kesimpulan dari Teori H-O yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah/proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-

masing negara

Keunggulan komperatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan
oleh struktur

dan proporsi faktor produksi yang dimiliki

Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena

negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya

Masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor
produksi yang

relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya

Hipotesis teori H-O adalah:

1.
Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun.

2.

Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi
yang dimiliki

masing-masing negara

3.

Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung sama
demikian pula

harga barang B di kedua negara cenderumg sama

4.

Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya Labor.

5.

Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena

negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi.
Sehingga

Negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan
negara kaya labor

ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.

Kelemahan Teori H-O adalah sebagai berikut:

Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional akan
dikemukan

beberapa asumsi yang kurang valid:

a.

Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam

memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi
yang berbeda.

b.

Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi
masalah. Hal ini karena

sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk
dan skala

ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.

17 | H a l a m a n
WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

c.

d.

Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara internasional mampu

mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan
faktor

antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas
model H-O.

Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak

sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar
adalah dari

impor.

2.

Teori Paradoks Leontief

Wassily leontief,pada tahun 1947 menemukan fakta mengenai perdagangan AS yang bertentangan
dengan teori

Heckscher Ohlin

Secara umum AS adalah negara yang memiliki banyak modal dan sedikit tenaga kerja jika
dibandingkan negara

lain.Seharusnya sesuai teori H-O maka barang expor AS akan terdiri dari barang barang padat modal
dan impor AS

akanterdiri dari barang barang padat karya.Namun ternyata barang barang ekspor AS terdiri dari
barang barang padat

karya dan impornya terdiri dari barang padat modal

Kebalikan dari teori H-O yang menyebutkan bahwa eksport AS akan terdiri atas barang-barang yang
padat

modal/kapital (capital intensive) sebaliknya impor akan terdiri atas barang-barang yang padat
karya/tenaga kerja (labor

intensive).

Sedangkan menurut teori Leontief bahwa ekspor AS justru terdiri atas barang-barang padat karya
(labor intensive)

dan impor terdiri atas barang-barang padat modal (capital intensive).

Sebab terjadinya Paradoks Leontief:


1.

Tariff and non-tarif barrier

2.

Intensitas faktor produksi yang berbalikan (factors intensity reversals)

3.

Perbedaan dalam skills dan human capital

4.

Perbedaan dalam faktor sumber daya alam

Penemuan Leontief tidaklah seluruhnya bertentangan dengan teori HO,sebagaimana diketahui, AS


lebih banyak

tenaga kerja terdidik (skilled labor) dibandingkan negara lain.Dalam batasan tertentu penemuan
leontief justru sesuai

dan mendukung teori H-O.

18 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E


BAB 3

EKONOMI INTERNASIONAL

A. Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional

Kebijakan ekonomi internasional merupakan suatu tindakan/kebijakan ekonomi pemerintah, yang


secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk perdagangan dan
pembayaran

internasional.

Sedangkan definisi lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional diartikan berbagai tindakan
dan peraturan

yang dijalankan suatu Negara, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan
mempengaruhi struktur,

komposisi dan arah perdagangan internasional dari/ ke Negara tersebut.

B. Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional

1. Kebijakan Perdagangan Internasional

Mencakup

tindakan

terhadap

neraca

berjalan

yang

berkaitan

dengan transaksi ekspor dan impor.

Dengan perangkat tarif, subsidi, perjanjian perdagangan bilateral (bilateral trade agreement), daerah

perdagangan bebas (Free Trade Area) dll.

2. Kebijakan Pembayaran Internasional

Mencakup tindakan terhadap neraca modal dengan melakukan pengawasan atas pembayaran
internasional

dengan perangkat pengendalian lalu lintas devisa dan modal jangka panjang.

Gambar 3.1 Grafik Neraca Pembayaran Indonesia

20 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL
C.1.2.3.4.5.Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional

Autarki

Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional.

Tujuan autarki bermaksud

untuk menghindari pengaruh- pengaruh negera lain, baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.

Kesejahteraan nasional (welfare)

Tujuan ini bertentangan dengan tujuan autarki. Dengan mengadakan perdagangan internasional,
suatu negara

akan memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Untuk mendorong adanya perdagangan
internasional,

maka halangan-halangan dalam perdagangan internasional (tarif, quota dsb) dihilangkan atau paling
tidak

dikurangi.

Hal ini berarti harus ada perdagangan bebas.

Proteksi

Tujuan ini adalah untuk melindungi industri-industri nasional dari persaingan barang impor. Hal ini
dapat

dijalankan dengan tarif, quota dsb.

Keseimbangan neraca pembayaran

Apabila suatu negara mempunyai kelebihan cadangan valuta asing, maka kebijakan

pemerintah

untuk

mengadakan stabilis ekonomi dalam negeri tidak banyak menimbulkan problem dalam neraca
pembayaran

internasionalnya. Kebijakan ini umumnya berbentuk pengawasan devisa (exchange control).


Pengawasan

devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas barang, tetapi juga modal.

Pembangunan Ekonomi

Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil kebijakan dengan cara :

a. Perlindungan terhadap industri dalam negeri (infant industries)

b. Mendorong ekspor dan mengurangi impor

c.

Meningkatkan pendapatan nasional


D. Tujuan Perdagangan Internasional

1. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk dari kondisi perdagangan
internasional yang

tidak menguntungkan

2. Melindungi kepentingan industry di dalam negeri

3. Melindungi lapangan kerja (employment)

4. Menjaga keseimbangan dan stabilitas BOP (Balance Of Payment) atau neraca pembayaran
internasional

5. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil

6. Menjaga stabilitas nilai tukar/ kurs valas

E. Kebijakan Ekspor di dalam negeri

1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun


pengenaan pajak

ekspor / PET (Pajak Ekspor Tambahan) untuk barang-barang ekspor tertentu.

Contoh : Pajak ekspor atas CPO

2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang-barang
tertentu.

3. Penetapan prosedur / tata laksana ekspor yang relatif mudah.

4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor

5. Pembentukan asosiasi eksportir

21 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

6. Pembentukan

kelembagaan

seperti bounded

warehouse (Kawasan

Berikat

Nusantara),bounded

island Batam, export processing zone, dan lain-lain

7. Larangan / pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil) oleh Menperindag

F.1.2.3.Kebijakan Ekspor di Luar Negeri


Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai negara.

Pemanfaatan General system of Preferency atau GSP, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang
diberikan

negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang
seperti

Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development),

Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and Comsumer, seperti ICO
(International Coffe

Organization), MFA (Multifibre Agreement) dan lain-.lain

G. Kebijakan Impor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan
peraturan yang

dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi struktur,
komposisi dan

kelancaran usaha untuk melindungi dan mendorong pertumbuhan industry dalam negeri dan
penghematan devisa.

Berikut ini adalah macam-macam restriksi (pembatasan) pada kebijakan impor:

a. Kebijakan Tariff Barrier:

1. Pembebasan bea masuk/ tariff rendah (0% - 5%). Dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan
vital seperti

beras, mesin-mesin, alat-alat militer/ pertahanan/ keamanan dll

2. Tarif sedang antara 5% s.d 20%

Dikarenakan untuk barang setengah jadi dan barang lain yang belum cukup diproduksi dalam negeri

3. Tarif tinggi diatas 20%

4. Dikarenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di
dalam

negeri dan bukan kebutuhan barang pokok

b. Kebijakan Tarif dan Efek-efek tariff

Tariff adalah pungutan bea masuk yang dikenakan ataas barang impor yang masuk untuk dipakaio/
dikonsumsi

habis di dalam negeri. Dalam pelaksanaannya, sistem/ cara pemungutantarif bea masuk ini dapat
dibedakan

sebagai berikut:

a. Bea harga (Ad Valorem Tariff)


Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat prosentase tariff dikalikan
harga

CIF (Cost, Insurance and Freight) dari barang tersebut (BM = % tariff x Harga CIF)

b. Bea Spesifik (Specific Tariff)

Pungutan bea masuk ini didasarkan pada ukuran atau satuan tertentu dari barang impor

c.

Bea campuran (Compund Tarif)

Pungutan bea masuk ini merupakan kombinasi antara sistem a dan sistem b.

c.

Sifat dan Keuntungan/ Kelemahan masing-masing sistem tarif

a. Bea harga (Ad Valorem Tariff) bersifat proporsional

22 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Keuntungan:

1.

Dapat mengikuti perkembangan tingkat harga/ inflasi

2.

Terdapat diferensiasi harga produk sesuai kualitasnya

Kerugian:

1.

Memberikan beban cukup berat bagi administrasi pemerintahan

2.

Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk perhitungan bea masuk antara
importir

dan bea cukai

b. Bea spesifik (Specific Tariff)

Keuntungan:

1.

Mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan perincian harga barang sesuai kualitasnya

2.

Dapat digunakan sebagai alat control proteksi industry dalam negeri


Kerugian:

1.

Pengenalan arif dirasakan kurang karena tidak membedakan harga/ kualitas barang

2.

Hanya dapat digunakan sebagai alat control proteksi yang bersifat statis

Tujuan dan Fungsi Tarif Bea Masuk

1. Menurut tujuannya, kebijakan tariff bea masuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tarif Proteksi,yaitu pengenaan tariff bea masuk yang tinggi untuk mencegah/ membatasi barang

tertentu

b. Tarif revenue,yaitu pengenaan tariff bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan

Negara

2. Berdasakan tujuan tersebut maka fungsi tariff bea masuk adalah sebagai berikut:

a. Fungsi mengatur (regulerenf) yaitu untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/ industry
dalam

negeri

b. Fungsi budgeter, yaitu sebegai salah satu sumber penerimaan Negara.

c.

Fungsi demokrasi, yaitu penetapan besarnya tariff bea masuk melalui persetujuan DPR.

d. Fungsi pemerataan, yaitu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional, misalnya dengan

pengenaan tariff bea masuk yang tinggi untuk barang mewah.

23 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Gambar 3.2 Grafik Analisis Efek-efek tariff bea masuk

Keterangan:

1. Pada harga P0 dan titik keseimbangan E0, perekonomian berada dalam keadaan autarki dengan
kondisi

sebagai berikut:

- Tidak adanya ekspor dan impor

- Produksi DN=Konsumsi DN=OQ0

2. Pada harga P1 dan titik keseimbangan E2, perekonomian berada dalam keadaan free trade
dengan kondisi
sebagai berikut:

- Produksi DN = OQ1

- Konsumsi DN = OQ2

- Impor = Q1Q2

Karena produksi dalam negeri menurun dari OQ0 menjadi OQ1, maka industry dalam negeri akan
rugi

sehingga dapat menimbulkan pengangguran. Untuk itu, pemerintah memberikan proteksi dalam
bentuk

tariff bea masuk sebesar P1P2

3. Dengan pengenaan tariff bea masuk sebesar P1 p2 maka akan menimbulkan efek-efek tariff
sebagai

berikut:

a. Harga akan naik dari P1 ke P2

b. Konsumsi DN akan turun dari Q2 ke Q4

c. Produksi DN akan naik dari Q1 ke Q 3

d. Pemerinah akan mendapatkan penerimaan Negara dalam bentuk bea masuk sebesar ruang:

24 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

e. Redistribusi income atau subsidi dari konsumen kepada produsen sebesar ruang:

P2

P1

f. Cost of protection sebesar ruang:

+
f

g. Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q3Q4

H.

Tarif Nominal dan Tarif Protelsi Efektif

Tarif nominal adalah Besarnya prosentase suatu barang tertentu yang tercantum dalam Buku Tarif
Bea Masuk

Indonesia (BTBMI). Buku Tarif Bea Masuk Indonesia yang digunakan saat ini adalah buku tariff
berdasarkan

ketentuan harmonized system atau HS yang menggunakan penggolongan barang dengan sistem 9
digit (*** *** ***)

Sedangkan tarif proteksi efektif atau yang disebut juga dengan Effective Rate of Protection (ERP)
yaitu kenaikan

value added Manufacturing (VAM) yang terjadi karena perbedaan antara prosetase tariff nominal
untuk barang jadi

atau CBU (Completely Built Up) dengan tariff nominal untuk bahan baku/ komponen input impornya
atau CKD

(Completely Knock Down)

Rumusan ERP = tj - aij.ti =

VAM

1 - aij

tj = Trf bea msk utk brg jadi (CBU)

ti = Trf bea msk utk bhn baku /komponen input M (CKD)

Aij = Bagian atau persentase komponen input M (CKD/CBU)

VAM = Value Added Manufacturing (nilai tambah fabrikasi)

Tarif proteksi efektif diatas pada dasarnya sama dengan tingkat kenaikan vaue addes manufacturing
suatu

sector/ cabang industri. Pada slide berikut akan disajikan contoh perhitungannya.

Contoh perhitungan ERP:

I.

Mula2 dilakukan impor spd mtr Honda, baik dlm keadaan CBU maupun CKD tanpa pengenaan bea
masuk:
Impor motor Honda CBU

: $ 1.000 (100%)

Impor motor Honda CKD (aij)

:$

600 (60%) -

Value Added Manufacturing I

:$

400 (40%

II.

Kemudian untuk menaikkan VAM maka pemerintah mengenakan bea masuk sebagai berikut:

25 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Untuk motor Honda CBU : 20% (tj)

Untuk motor Honda CKD : 5% (ti)

Dengan pengenaan bea masuk tersebut maka didapat perhitungan VAM II berikut:

Impor motor Honda CBU :

USD $ 1.000 (1+20%)

= $ 1.200 (100%)

Impor motor Honda CKD:

USD $ 600 (1+5%)

=$

630 (52,5%)

Value Added Manufatcturing II

=$

570 (47,5%)

Dari kedua perhitungan di atas dapat diketahui besarnya tingkat kenaikan Value Added
Manufacturing

sebagai berikut:

VAM = VAM II – VAM I

VAM I
VAM = 570 – 400 = 170 = 42,5 %

400

400

Jika perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumusan ERP, maka akan diperoleh hasil berikut:

ERP = tj - aij.ti = 20% - 60% x 5% = 42,5%

1 - aij

100%-60%

Catatan : tj = Tarif Bea masuk barang jadi CBU

ti = Tarif bea masuk komponen input impor (CKD)

aij= Prosentase komponen input impor (CKD/ CBU)

Dari kedua perhitungan diatas terbukti bahwa ERP sama dengan kenaikan Value Added
Manufacturing (

VAM) untuk proses industrialisasi di dalam negeri yakni sebesar 42,5%.

Kenaikan VAM dalam suatu proses industrialisasi sangat penting karena VAM diartikan sebagai balas
jasa

dari faktor produksi yang digunakan dalam proses industrialisasi tersebut yaitu:

1. Tenaga kerja mendapat upah/ gaji

2. Tanah/ bangunan mendapat sewa

3. Modal mendapat bunga

4. Teknologi mendapat royalty fee

5. Pengusaha/ manajemen mendapat laba.

I.

Infant Industry Argument

Pelaksanaan pembangunan ekonomi di Negara-Negara yang sedang berkembang seperti halnya


Indonesia

banyak berlandaskan pada infant industry argument. Infant Industry argument adalah suatu
kebijaksanaan untuk

melindungi industry-industry dalam negeri yang baru lahir/ tumbuh dengan “proteksi edukatif”
sehingga dapat

bersaing baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

26 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

Gambar 3.3 Grafik Infant Industry Argument


EKONOMI INTERNASIONAL

Agar tujuan infant industry argument tersebut dapat dicapai, maka perlu dijalankan suatu kebijakan
“proteksi

edukatid” yaitu kebijakan untuk melindungi infant industry secara mendidik dengan ciri-ciri atau
karakteristik sebagai

berikut:

a. Transparan

b. Selektif

c.

Limitatif

d. Kuantitatif

e. Declining (penurunan proteksi)

J.

Kebijakan Non Tariff Barrier

Kebijakan non tariff barrier (NTB) dapat dilakukan dgn cara:

a. Pembatasan spesifik (specific limitation)

1) Larangan M secara mutlak

2) Quota system

3) Peraturan / ketentuan teknis utk M produk tertentu

4) Peraturan kesehatan/karantina

5) Peraturan pertahanan & keamanan negara

6) Peraturan kebudayaan

7) Perizinan M (import licenses)

8) Embargo

9) Hambatan pemasaran:

- VER (voluntary export restraint) atau pembasan X secara sukarela oleh negara eksportir

27 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

- OMA (Orderly Marketing Agreement) atau pembatasan pemasaran produk tertentu atas

permintaan negara importir

c. Government Participation
b. Peraturan bea cukai (customs administraton rules)

1) Kebijakan pengadaan pemerintah

1) Prosedur M

2) Penetapan P pabean (customs value)

2) Subsidi dan insentif ekspor

3) Quality and testing standard

3) Countervailing duties

4) Pungutan administrasi (fee)

4) Domestic assistance programs

5) Packaging and/labelling regulation

5) Trade-diverting

6) Documentation need.

d.

Import Charges

7) Quality and testing standard

1) Import deposits

8) Pungutan administrasi

2) Supplementary duties

9) Tarif Classification

3) Varable levies

K. Sistem Kuota dan Efek-efek Kuota

Kuota adalah Kuota: pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan brg (kuota
M) &

pengeluaran brg (kuota X) dari atau ke suatu negara utk melindungi kepentingan industri &
konsumen.

Menurut GATT/WTO, sistem quota hanya diperbolehkan dgn maksud:

a. Utk melindungi hasil pertanian

b. Menjaga Balance of Payment

c.

Melindungi kepentingan nasional

Macam-macam kuota Impor:

a. Absolut/unilateral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa negosiasi)
b. Negotiated/ bilateral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan atas kesepakatan atau menurut
perjanjian

c. Tarif kuota, yaitu pembatasan impor yang dillakukan dengan mengkombninasikan sistem tariff dan
sistem kuota

d. Mixing Quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi industri dalam
negeri.

Kelemahan Sistem Quota Bila Digunakan sebagai Instrumen Proteksi:

1. Sifatnya tidak transparan

2. Jika kuota diberikan kepada perusahaan swasta, maka yang menarik manfaat hanyalah
perusahaan itu

28 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

3. Dapat menimbulkan distorsi pasar berupa monopoli yang merugikan masyarakat konsumen

L.

Subsidi

Subsidi adalah Adalah kebijakan pemerintah utk memberikan perlindungan atau bantuan kepada
industri

DN dlm bentuk keringanan pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dll yg bertujuan utk:

1.

Menambah produksi DN

2.

Mempertahankan konsumsi DN

3.

Menjual dgn P lebih murah drpd produk M

Gambar 3.3 Grafik Analisis Subsidi

1. Pada keadaan persaingan/ perdagangan bebas (tanpa subsidi):

Produksi dalam negeri = OQ1

Konsumsi dalam negeri = OQ2

Impor = Q1Q2
2. Jika pemerintah ingin menaikkan produksi dalam negeri dari Q1 ke Q3, maka:

a. Secara teoritis produsen akan bersedia menaikkan/ menambah produksinya jika harga naik dari P1
ke P2

b. Supaya produksi dalam negeri naik, tetapi harga tidak naik maka pemerintah memberikan subsidi
harga sebesar

P1P2 atau BC

c.

Dengan pemberian subsidi sebesar P1P2 atau BC, maka:

Produksi dalam negeri naik dari OQ 1 ke OQ3

Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q2Q 3

Konsumen tetap membayar dengan harga P1

Produsen menerima pembayaran harga P2

29 | H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Kebijakan proteksi terhdap industri dalam negeri dengan pemberian subsidi ini dalam hal tertentu
mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan cara proteksi lainnya karena:

a. Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang kebutuhan pokok masyarakat banyak

b. Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol oleh masyarakat


BAB 4

EKONOMI INTERNASIONAL

A.

KARTEL INTERNASIONAL

Perjanjian secara formal antara beberapa perusahaan dari negara yang berbeda untuk membagi
pasar atau

mengurangi persaingan diantara mereka sering disebut dengan kartel internasional. Pada umumnya
tujuan utama

kartel adalah keuntungan maksimal dengan cara mengurangi persaingan diantara mereka. Caranya
dapat dengan

membagi pasar secara geografis atau dasar kategori produk sehingga setiap perusahaan mempunyai
monopoli pada

segmen pasar tertentu, menjual kembali dari satu pasar ke pasar yang lain dilarang.

Pengertian lainnya kartel internasional atau international carter adalah suati bentuk organisasi dari
beberapa

negara/ perusahaan pemasok (supplier) produk tertentu yang sepakat membatasi produksi dan
ekspor mereka

dengan tujuan memonopoli sehingga dapat memaksimalkan keuntungannya. Contohnya OPEC


(Organization of

Petroleum Exporting Countries), IATA (International Air Transport Association), IBA (International
Bauxite

Assoociation) dan lain-lain

Kartel dapat mengalami kegagalan bila penetapan harga mereka sedemikian tingginya, sehingga
mendorong

munculnya produk pengganti (subtitute), ataupun proses produksi alternatif yang sebelumnya
tidak/belum

menguntungkan, misalnya minyak dari laut utara yang diexplorasi oleh Inggris dan Norwegia.

Pada umumnya tujuan utama kartel adalah keuntungan maksimal dengan cara mengurangi
persaingan diantara

mereka. Caranya dapat dengan membagi pasar secara geografis atau dasar kategori produk sehingga
setiap

perusahaan mempunyai monopoli pada segmen pasar tertentu, menjual kembali dari satu pasar ke
pasar yang lain

dilarang.

Ilustrasi tentang profit maksimum yang diperoleh dari pembentukan kartel dapat digambarkan
dengan
grafik berikut :

31 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

Gambar 5.1 Grafik Analisis Kartel

EKONOMI INTERNASIONAL

Keterangan :

MC = Marginal Cost

MR = Marginal Revenue

Dalam keadaan perfect competition kurva marginal cost (MC) akan sama dengan kurva supply dan

kesimbangan akan berada pada titik C yang merupakan titik potong antara kurva supply atau MC dan

kurva demand pada harga minyak $20 per barel.

Pada titik C ini, keuntungan yang diperoleh kartel belum mencapai maksimal. Jika kartel menaikan

harga sedikit saja, misalnya menjadi $20,5 per barel, tentu kartel akan mendapat keuntungan karena

permintaan hanya mengalami penurunan sangat kecil.

Sebaliknya bila kartel menaikkan harga menjadi $95 per barel atau pada titik A, maka tidak akan

ada ekspor minyak karena harganya terlalu tinggi. Untuk mencapai keuntungan maksimum bagi
kartel

(dalam keadaan monopoli), maka harga

minyak harus pada tingkat $50 atau pada titik B, yaitu MR

berpotongan dengan MC pada titik D. Maksimum profit yang akan diperoleh kartel adalah sebesar
30 juta

barel X ($50-$5) = $1.350 juta per hari. Di lain pihak, dunia secara keseluruhan akan mengalami
kerugian

(world net loss) sebesar area BCD atau sekitar $450 per hari. Kesimpulan pembentukan kartel pada

dasarnya hanya menguntungkan dan mementingkan kepentingan negara/perusahaan anggota


kartel, tetapi

merugikan perdagangan internasional secara keseluruhan.

32 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

DUMPING
Dumping adalah suatu kebijakan diskriminasi harga secara internasional (international price
discrimination)

yang dilakukan dengan menjual suatu komoditi di luar negeri dengan harga yang lebih murah (net of
transportation

cost, tariffs, etc.) dibandingkan yang dibayar konsumen di dalam negeri.

Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut :

1.

Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang berkelanjutan (continous) dari suatu
perusahaan di

pasar domestik untuk memperoleh profi tmaksimum dengan menetapkan harga yang lebih tinggi di
dalam

negeri daripada di luar negeri.

2.

Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barangnya di luar negeri dengan
harga yang

lebih murah untuk sementara (temporary), sehingga dapat menggusur atau mengalahkan
perusahaan lain dari

persaingan bisnis. Setelah dapat memonopoli pasar, barulah harga kembali dinaikkan untuk
mendapat profit

maksimum.

3.

Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual produknya di luar negeri dengan
harga yang

lebih murah secara sporadis (tidak menentu) dibandingkan harga di dalam negeri karena adanya
surplus

produksi di dalam negeri.

Secara grafis, analisis tentang dumping dapat diilustrasikan dengan grafik berikut :

Gambar 5.2 Grafik Analisis Dumping

Grafik di atas, menjelaskan dampak kebijakan yang dijalankan Korea Selatan dalam menjual besi baja

secara dumping ke AS. Diasumsikan harga besi baja per ton di pasar dunia sama dengan harga di
dalam negeri

Korea Selatan, yaitu sebesar Pw. Dengan demikian,ceteris paribus, dalam keadaan perdagangan
bebas (free

trade), harga besi baja Korea Selatan di AS juga sebesar Pw dan impor AS sebesar MN.
Jika Korea Selatan menjalankan kebijakan dumping dengan menjual besi bajanya seharga ke AS,
maka tentu

jumlah impor besi baja AS dari Korea Selatan akan meningkat menjadi sebesar RS. Keadaan ini akan
menyebabkan

produksi besi baja di AS akan menurun dari OM menjadi OR.

Selanjutnya, jika Korea Selatan menurunkan harga besi bajanya menjadi P2, yaitu harga di bawah
atau lebih

rendah dari harga pokok produksi di AS maka tentu produsen di AS akan menghentikan produksinya
dan perusahaan

33 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Korea Selatan tentu akan memonopoli pasar besi baja di USA. Kedaan yang merugikan karena
praktek perdagangan

yang tidak jujur ini (unfair trade practice) tentu tidak diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat AS.
Sesuai

ketentuan GATT/WTO, pemerintah AS dapat mengambil tindakan anti-dumping dengan


mengenakan anti-

dumping duties sebesar kerugian yang dideritanya sesuai anti-dumping duties sebesar kerugian yang
dideritanya

sesuai Anti- Dumping Code (ADC).

Berdasarkan ketentuan ADC ini, suatu negara dapat mengenakan anti-dumping duties apabila telah

dibuktikan dengan “injury test”, yaitu suatu penyelidikan tentang apakah telah terjadi perdagangan
luar negeri yang

tidak jujur (unfair trade), sehingga menyebabkan kerugian bagi industri dalam negerinya.

TAMBAHAN

(Menghitung Bea Masuk Barang Impor)

Importir PT Giman Maju Jaya mengimpor barang dari Denmark dengan harga FOB USD 1.000.
Forwarding yang

ditunjuk mengenakan biaya freight sebesar USD 100 dan asuransi USD 10. Kurs Menteri Keuangan
pada situs

beacukai.go.id yang berlaku pada saat itu 1 USD setara dengan IDR 10.000. Tarif bea masuk atas
barang tersebut

menurut portal insw sebesar 5%, PPN 10% dan PPh pasal 22 impor 2,5%. Berapa besarnya bea
masuk dan pajak

impor yang harus dibayar oleh PT Giman Maju Jaya?


34 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

TAMBAHAN

(Menghitung Bea Masuk Barang Impor tergolong barang Mewah)

Untuk memudahkan pemahaman wajib pajak mengenai jenis pajak satu ini, mari kita lihat beberapa

contoh soal di bawah ini:

Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat beliau
membeli

sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000. Berdasarkan DPP (Dasar pengenaan
Pajak),

mobil tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang harus dibayarkan
Bapak

Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?

PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)

PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))

PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)

PPN = 10% x Rp540.000.000 =Rp54.000.0000

Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:

Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp.900.000.000+54.000.000 +360.000.000

Rp1.314.000.000
BAB 5

EKONOMI INTERNASIONAL

A.

Latar Belakang

Perjanjian secara formal antara beberapa perusahaan dari negara yang berbeda untuk membagi
pasar atau

mengurangi persaingan diantara mereka sering disebut dengan kartel internasional. Pada umumnya
tujuan utama

kartel adalah keuntungan maksimal dengan cara mengurangi persaingan diantara mereka. Caranya
dapat dengan

membagi pasar secara geografis atau dasar kategori produk sehingga setiap perusahaan mempunyai
monopoli pada

segmen pasar tertentu, menjual kembali dari satu pasar ke pasar yang lain dilarang.

Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran AdamSmith yang mengusung


perdagangan bebas

dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Liberalisasi perdagangan mulai mengalami
perpecahan pada

tahun 1914 karena menghadapi berbagai distorsi sebagai akibat diterapkannya larangan impor,
subsidi dan

peningkatan tarif.

Sehingga pada Tahun 1930 berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali sistem
perdagangan yang

lebih terbuka, hingga pada akhirnya terbentuklah General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
yang kemudian

bertransformasi menjadi World Trade Organization (WTO), yang diprakarsai oleh Amerika Serikat
dan Inggris.

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) merupakan perjanjian multilateral yang menentukan
aturan-

aturan bagi pelaksanaan perdagangan internasional. Pada perkembangannya, GATT berhasil menjadi
forum resmi

antar pemerintah dunia untuk membahas permasalahan dan solusi perdagangan internasional. GATT
terbentuk

setelah Perang Dunia II berakhir. Keadaan sosial, politik dan ekonomi yang kacau mendorong negara-
negara di

dunia untuk saling bekerja sama demi mengatasi krisis dalam negeri. Selain itu, latar belakang
pembentukan GATT
juga dipengaruhi oleh keinginan dari negara-negara dunia untuk melakukan negosiasi terhadap
perdagangan bebas

internasional. GATT secara resmi terbentuk melalui kesepakatan 23 negara pada 30 Oktober 1947 di
Jenewa, Swiss.

Hingga tahun 1994, GATT memiliki jumlah anggota sebanyak lebih dari 128 negara.

Pada tahun 1994, GATT mengalami perubahan secara besar-besaran. Perubahan tersebut dibahas
dalam

perjanjian putaran Uruguay pada tahun 1994. Dalam perjanjian putaran Uruguay, peran dan fungsi
GATT digantikan

oleh World Trade Organization (WTO) yang terbentuk pada 1 Januari 1995.

B.

Pengertian Liberalisasi Perdagangan

Analisa kebijakan perdagangan internasional (tarif dan nontarif) merupakan penyimpangan dari
perdagangan

bebas. Memang banyak alas an (apakah karena internasional maupun kelompok) mengapa
diberlakukan

37 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

kebijaksanaan tarif maupun nontarif meskipun disadari bahwa keuntungan akan banyak diperoleh
apabila

perdagangan itu bebas.

Liberalisasi perdagangan

(trade liberalization)

adalah

konsep

ekonomi

yang mengacu kepada

berlangsunganya penjualan produk antar Negara dengan tanpa dikenai pajak ekspor-impor atau
hambatan

perdagangan

lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan

(hambatan atas dasar regulasi yang diterapkan dalam satu negara) dalam perdagangan antar
individual dan antar
perusahaan yang berbeda di Negara yang berbeda. Liberalisasi bisa dikatakan juga pelepasan
campur tangan

pemerintah dalam pasar keuangan, pasar modal dan hambatan perdagangan.

C.

Teori Aplikasi Free Trade (Liberalisasi Perdagangan Internasional)

Adanya hambatan atas impor untuk memproteksi industri dalam negeri baik tarif ataupun kuota,
telah

membuat distorsi terhadap harga pasar internasional baik produk lokal maupun impor. Terdapat
penurunan

consumer surplus dimana untuk kuantitas yang sama, konsumen harus membayar lebih mahal.

Berdasarkan analisa makroekonomi, walaupun terdapat producer surplus dari kenaikan harga pasar
global dan

tax revenue buat pemerintah, namun jumlahnya lebih kecil daripada penurunan consumer surplus.
Hal inilah yang

menjadi net loss bagi seluruh masyarakat. Atas dasar itulah, terdapat gagasan untuk melakukan
liberalisasi

perdagangan (free trade) dimana tarif diminimalkan bahkan dihapuskan untuk meningkatkan
consumer surplus.

Peningkatan consumer surplus ini dapat meningkatkan investasi maupun pajak penghasilan serta
memperbesar

volume perdagangan.

Berikut ini adalah ciri-ciri Liberalisasi Perdagangan:

1. Perdagangan barang tanpa dikenai pajak dari pemerintah

2. Akses bebas ke pasar

3. Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam negara

4. Kepemilikan tunggal atau perorangan terhadap segala bentuk alat dan sumber produksi

5. Terdapat pembagian kelas atau tahta dalam perekonomian masyarakat

6. Persaingan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya selalu terjadi campur tangan


pemerintah

terbatas

Menurut dari para ahli seperti Adam Smith yang mengatakan bahwa Dengan liberalisasi adalah
sebuah wadah

yang dihasilkan individu dengan landasan kebebasan untuk menjalankan sebuah roda perekonomian
dan atmosfer
perekonomian. Sedangkan menurut David Ricardo Perdagangan bebas ialah perdagangan tanpa ada
alas an

halangan dari negara

Berikut ini adalah Keuntungan Liberalisasi Perdagangan:

1. Memenuhi kebutuhan suatu negara

2. Meningkatkan Kualitas produk

3. Memperluas lapangan kerja

4. Kreativitas dan inovasi masyarakat bisa dikembangkan

5. Motivasi tinggi untuk bersaing dalam upaya mendapatkan dan menghasilkan produk yang
berkualitas

38 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

Sedangkan Kerugian Liberalisasi Perdagangan:

1. Menghambat pertumbuhan industri dalam negeri

2. Banyak tenaga kerja yang tidak terserap

3. Mengurangi pendapatan negara

4. Eksploitasi yang dilakukan oleh penguasa terhadap masyarakat ekonomi lemah

5. Terjadinya monopoli yang berujung pada kerugian

6. Munculnya kesenjangan ekonomi

7. Banyaknya terjadi masalah dalam pasar

D.

Tujuan Liberalisasi Perdagangan

Liberalisasi perdagangan adalah kebijakan mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan


perdagangan

(tarif maupun non tarif) dalam

rangka meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa. Dasar Liberalisasi

Perdagangan, Kerangka Paradigma Neoklasik yang dianjurkan untuk melawan restriksi perdagangan.

Berikut adalah alasan yang digunakan pada Liberalisasi Perdagangan:

a. Liberalisasi Perdagangan diharapkan mampu mendorong berlangsungnya proses rasionalisasi


industri

bersamaan denganproses alokasi manajemen ekonomi yg optimal.


b. Menghindari atau meminumkan ketidakstabilan ekonomi makro. Kebijakan proteksi yg disertai
oleh adanya

kurs mata uang yang tidak realistis.

c.

Mendorong berlangsungnya proses produksi dalam skala penuh dengan perluasan produksi untuk
ekspor.

Berikut Manfaat Perdagangan Bebas:

1. Untuk konsumen pada perdagangan bebas juga memiliki lebih banyak pilihan

2. Para pedagang memiliki pasar lebih besar dan mampu menjual lebih banyak barang

3. Memberikan keunggulan komparatif bagi Negara, karena produsen memproduksi barang-barang


untukekspor dan mengimpor barang lain dari Negara lain

4. Sumber daya dialokasikan dengan tepat

5. Memicu produksi yang efisien

6. Pertumbuhan ekonomi yang dikaitkan dengan perdagangan bebas menciptakan lebih banyak
pekerjaan

di

E.

Contoh Kegiatan Liberalisasi Perdagangan

Berikut contoh dari kegiatan Liberalisasi Perdagangan:

1. Perjanjian antar Negara-Negara Amerika Utara. North America Free Trade (NAFTA)

2. Perjanjian antar Negara-Negara Amerika Tengah. Central America Free Trade Area (CAFTA)

3. Perjanjian antar Negara Asean. Asean Free Trade Area (AFTA)

4. Perjanjian ASEAN dengan China (Asean China Free Trade Area)

Berdasarkan contoh kegiatan di atas, Indonesia sepatutnya waspada terhadap Liberalisasi


Perdagangan.

Perdagangan yang lebih liberal memang menjadi tujuan hampir sebagian besar negara di dunia,
dengan harapan

liberalisasi dapat meningkatkan volume dan nilai perdagangan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Terbukanya akses pasar dunia, dalam arti
bahwa pasar

domestik Indonesia juga akan semakin terbuka bagi produk dari negara lain, alias dibanjiri produk
impor. Bagi para
pengusaha liberalisasi perdagangan yang sudah berjalan melalui ASEAN China Free Trade Agreement
(ACFTA)

39 |H a l a m a n

WAHYUDI, S.E., M.E

EKONOMI INTERNASIONAL

merupakan mimpi buruk untuk industri. Sebab, mengakibatkan produksi industri nasional menurun
hingga 50%

karena kalahnya persaingan, khususnya pada produk usaha kecil dan menengah di pasar dalam
negeri.

Akibatnya adalah sektor industri terpaksa memangkas jumlah tenaga kerja hingga 20%, bahkan ada
beberapa

pelaku usaha mengalami kerugian dan harus menutup usahanya. Peneliti dari Lembaga Pengkajian
Penelitian

dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri Ina Primiana mengatakan, tujuan
negara-

negara maju melakukan liberalisasi perdagangan adalah melihat peluang akses pasar karena akibat
krisis yang

melanda negara-negara tersebut. Liberalisasi perdagangan salah satunya ditandai dengan


penurunan atau bahkan

penghapusan hambatan perdagangan, baik berupa tarif maupun non tarif. Hambatan perdagangan
penting untuk

dihapuskan karena tanpa hambatan dapat mendorong arus pergerakan barang dan jasa.

Anda mungkin juga menyukai