PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat saling
ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan internasional
maupun pasar kredit internasional.Sumber energi Amerika Serikat, misalnya, sangat
bergantung pada produsen luar negeri, sedangkan Jepang mengimpor hampir setengah
dari makanan yang di konsumsi oleh penduduknya.Sebaliknya, negara-negara
berkembang sangat membutukan teknologi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh
negara-negara industri.Dalam jangka panjang, pola perdagangan internasional ditentukan
oleh prinsip – prinsip keunggulan komparatif.
Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide,
bakat, IPTEK, beserta barang dan jasa yang dihasilkan dapat dengan mudah melewati
batas Negara.Pergerakan yang relative bebas dari manusia, barang dan jasa yang
dihasilkan ternyata bukan hanya telah menimbulkan saling keterkaitan dan
ketergantungan, tetapi juga telah menimbulkan saling keterkaitan dan ketergantungan,
tetapi juga telah menimbulkan persaingan global yang semakin ketat.Adanya keterkaitan
dan ketergantungan serta persaingan global di atas menyebabkan hampir semua
kehidupan dalam suatu Negara terpengaruh oleh ekonomi internasional.
Menurut Hamdy (2004:17) dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini
dapat dikatakan tidak ada lagi negara yang autarki, yaitu negara yang hidup terisolasi,
tanpa mempunyai hubungan ekonomi, keuangan, maupun perdagangan internasional
(ekspor dan impor). Secara teoritis, keseimbangan ekonomi nasional suatu Negara dapat
dirumuskan sebagai suatu keseimbangan antara jumlah barang/jasa yang ditawarkan
(supply total = St)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional
D. MANFAAT
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai sarana untuk dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang perdagangan internasional yang dibahas serta
dapat mengetahui berbagai teorinya.
BAB II
1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Undang – Undang No. 7 Tahun 2014 perdagangan adalah tatanan
kegiatan yang terkait dengan transakasi barang atau jasa di dalam negeri dan
melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan atau
jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
Secara umum perdagangan internasional merupakan sarana untuk melakukan
pertukaran barang dan jasa internasional. Dalam lima puluh tahun terakhir,
perdagangan internasional telah tumbuh dan berkembang secara drastis dan dalam
ukuran yang besar. Hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama yang dilakukan oleh
berbagai negara untuk menghilangkan proteksi perdagangan dan adanya keinginan
untuk mempromosikan perdagangan barang dan jasa secara bebas.
Huala Adolf mendefinisikan perdagangan internasional atau international trade
sebagai aktivitas tukar menukar atau jual beli antar negara sebagai upaya
mendapatkan manfaat atau keuntungan. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan
dagang dengan Prancis, Jepang, Cina, AmerikaSerkat ,Singapura ,Malaysia, danlain-
lain
A. Teori Klasik
Setiap teori dalam ilmu ekonomi selalu didasarkan atas asumsi – asumsi tertentu.
Demikian juga teori – teori klasik dalam perdagangan internasional didasarkan pada pada
sejumlah asumsi sebagai berikut:
1. Dua barang dan dua negara
Asumsi ini memang sangat menyederhanakan permasalahan dalam
perdagangan internasional sehingga jauh dari realistis, apalagi zaman sekarang ini
dimana negara yang tertutup /tidak melakukan sama sekali perdagangan dengan
negara – negara lain praktis tidak ada terkecuali hanya korea utara. Namun
dengan asumsi ini dasar pemikiran dari teori – teori klasik dapat lebih mudah
dipahami.selanjutnya dengan memakai kerangka analisis dari teori – teori klasik
tersebut, isu – isu aktual yang terkait dengan perdagangan internasional dapat
dianalisis dengan kasus lebih dari 2 negara dan 2 barang (Tambunan,2004:45).
2. Nilai atas dasar biaya tenaga kerja yang sifatnya homogen
Nilai suatu barang tergantung hanya atas biaya tenaga kerja yakni jumlah
tenaga kerja (dalam jam/hari kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi dikali
upah per pekerja.Pada masa teori klasik faktor – faktor produksi lainnya seperti
modal dan tanah dianggap tidak penting dalam menentukan biaya produksi dan
berarti juga harga produk. Dalam teori – teori klasik faktor produksi tenaga kerja
diasumsikan homogen, artinya tidak ada perbedaan tenaga kerja antarnegara
dalam kualitas (Tambunan,2004:45).
3. Biaya produksi yang tetap tidak berubah
Menurut teori – teori klasik, biaya produksi per unit output konstan, tidak
berubah walaupun volume produksi berubah. Dengan demikian, berapa pun
sesuatau negara memproduksi suatu barang, biaya atau harga per satu unitnya
tetap tidak berubah. Asumsi ini juga tidak realistis karena tidak
mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap sisi suplai/produksi
(Tambunan,2004:45).
Perdagangan internasional yang selama ini dilakukan oleh banyak orang tidaklah terlepas
dari tokoh-tokoh yang mencetuskan adanya perdagangan internasional.
Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori
klasik dan teori modern. Teori klasik yang banyak dikenal adalah teori keunggulan absolut dari
Adam Smith, dan teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S. Mill dan David
Ricardo, sebagai berikut:
Belanda dan Indonesia memproduksi dua macam barang, yaitu kain dan tv dengan
tenaga kerja merupakan satu-satunya input untuk memproduksi kedua jenis barang
tersebut. Indonesia mampu memproduksi maksimum 90 yard kain per satu orang pekerja
dalam setahun kalau semua pekerja yang ada di dalam negeri dipekerjakan di industri
tekstil. Dan mampu memproduksi maksimum 60 unit tv per satu orang pekerja dalam
setahun bila semua tenaga kerja digunakan untuk memproduksi tv.
Rasio ini menunjukkan bahwa Indonesia lebih baik dalam memproduksi kain
daripada tv.Belanda hanya mampu memproduksi sebanyak 50 yard kain dan 100 unit tv
per satu orang pekerja dalam setahun. Rasio ini menunjukkan bahwa Belanda lebih baik
dalam memproduksi tv daripada kain. Harga jual tv di Indonesia lebih tinggi karena
diproduksi lebih lama sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi daripada
kain. Sedangkan di Belanda, kain lebih mahal daripada tv karena biaya produksi kain
lebih besar daripada tv.
Untuk mengetahui lebih jelas teori David Ricardo, perhatikan tabel dibawah ini!
B. TEORI MODERN
Terdapat beberapa teori mengenai teori modern perdagangan Internasional yang akan
dibahas menurut beberapa ahli ekonom, antara lain:
1. Teori H-O (The Proportional Factor Theory)
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan
mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori
keunggulan komparatif yang terdapat pada teori klasik. Kelemahan teori klasik ini
yang mendorong munculnya teori H-O yaitu merupakan gabungan nama dari
kedua ekonom tersebut.
Pada teori klasik comparative advantage (keunggulan komparatif)
menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya
perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara jelas
dinyatakan) antar negara. Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai
penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Sehingga teori H-O menyatakan
penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara, sehingga hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern
H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”.
Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak
atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dengan
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka
atau mahal dalam memproduksinya. Setiap negara menggunakan dua jenis faktor
produksi yaitu labor (tenaga kerja) dan capital (modal) dengan jumlah proporsi
yang berbeda.
Teori ini menggunakan dua kurva, yaitu kurva isocost dan kurva isoquant.
Jika kurva isocost adalah kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang
harus dikeluarkan atas penggunaan faktor produksi. Sedangkan kurva isoquant
adalah kurva yang menggambarkan kombinasi input yang digunakan untuk
menghasilkan output yang sama di sepanjang kurva. Menurut teori ekonomi
mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik
optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau
dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Untul mengetahui hal ini bisa dijelaskan dengan suatu negara, misalnya A
memiliki tenaga kerja yang besar dan relatif
Sedikit modal, maka untuk sejumlah pengeluaran uang tertentu akan
memperoleh jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada modal. Misalnya uang
Rp 100,00 dapat dibeli 20 unit tenaga atau 5 unit modal, jadi 20 unit tenaga sama
dengan 5 unit modal.
Dalam Gambar 1, dengan uang sebanyak 100 dapat dibeli kombinasi
modal, yang ditandai dengan titik-titik pada sumbu vertical (tenaga) dan sumbu
horizontal (modal). Kalau kedua titik ini dihubungkan dengan suatu garis lurus
merupakan suatu kurva yang disebut isocost, yaitu berbagai kombinasi dua
faktor produksi yang dapat dibeli dengan sejumlah tertentu uang.
Sudut arah isocost ini menunjukkan perbandingan harga antara tenaga
kerja dan modal yaitu 20 : 5 atau 4 : 1, artinya 4 unit tenaga nilainya sama dengan
1 unit modal. Negara B lebih banyak memiliki /modal dan relatif sedikit tenaga.
Konsekuensinya di negara B pengeluaran Rp 100,00 akan memperoleh tenaga 10
unit atau 20 unit modal. Harga 1 unit tenaga sama dengan 2 unit modal sehingga
perbandingan harga tenaga dengan modal adalah 1 : 2. Semua isocost untuk
berbagai alternatif pengeluaran bagi negara B yang mempunyai harga
perbandingan/price ratio tenaga : capital 1 : 2 akan paralel. Negara A akan lebih
murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak tenaga dan
sedikit capital (labor intensive), sedangkan Negara B lebih murah apabila
memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak capital dan sedikit tenaga
kerja (capital intensive).
Gambar 2.1
Teori Permintaan dan Penawaran
Jika terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan
naik untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan mengakibatkan
kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya, bagi negara B, produksi
akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari negara A sehingga harga akan terus
menurun. Proses penyesuaian ini akan berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh
negara A (AB) sama dengan jumlah yang diimpor.
oleh negara B (FC) dan harga yang terjadi adalah P.
Jika terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan
naik untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan mengakibatkan
kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya, bagi negara B, produksi
akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari negara A sehingga harga akan terus
menurun. Proses penyesuaian ini akan berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh
negara A (AB) sama dengan jumlah yang diimpor oleh negara B (FC) dan harga yang
terjadi adalah P.
Pembebanan ongkos angkut (freight cost) sebesar PA’PB’ akan menyebabkan volume
perdagangan menjadi lebih rendah. Jumlah wool yang diekspor oelh negara A (A’B’) sama
dengan impor oleh negara B (F’G’). Berdasarkan keterangan tersebut, ongkos angkut dapat
menyebabkan adanya perbedaan harga di antara kedua negara yang melakukan
perdagangan.
Berdasarkan keterangan di atas, perdagangan internasional dapat dijelaskan sebagai
bentuk interaksi yang lebih luas dari aktivitas permintaan dan penawaran. Sisi permintaan
merepresentasikan pihak yang membutuhkan komoditas di pasar internasional atau dikenal
dengan istilah importir. Pihak yang disebut eksportir adalah
pihak yang menjalankan peran sisi penawaran. Dalam hal ini, sesuai dengan model
dasar teori permintaan dan penawaran, peran yang dijalankan adalah interaksi keduanya
terhadap adanya perubahan pada faktor harga (price) dan kuantitas komoditas yang
diperdagangkan. Pada perkembangan selanjutnya, kedua unsur dasar dari permintaan dan
penawaran tersebut masih tetap digunakan, akan tetapi lebih berkembang lagi karena mulai
disertakannya pembahasan mengenai nilai tukar
Misalnya, dengan sumber daya yang ada, kita bisa berproduksi pada
titik A. Di titik tersebut, kita memaksimalkan sumber daya dan dapat
memproduksi 60 unit pakaian dan 80 unit sepatu. Titik A adalah titik ideal di
mana kita bisa memaksimalkan produksi dan sumber daya.
Lantas bagaimana dengan titik B dan C? Keduanya juga bisa kita
capai menggunakan sumber daya dan teknologi yang ada dan karena itu, juga
merupakan titik ideal. Hanya saja, jika kita berproduksi pada titik B dan C, kita
mendapatkan lebih banyak pakaian tapi lebih sedikit sepatu. Karena itu, misalnya,
kita mungkin memilih berproduksi pada titik B dengan lebih sedikit sepatu
sebagai biaya peluang.
Secara umum, titik-titik ideal di mana kita berproduksi secara efisien dan
memaksimalkan sumber daya akan membentuk kurva ketika kita menghubungkan
mereka. Kemiringan kurva mewakili pengorbanan antara memproduksi sepatu
atau pakaian. Karena kita mengalihkan lebih banyak sumber daya untuk
menghasilkan pakaian, itu mengurangi produksi sepatu dan sebaliknya berlaku.
Bagaimana dengan titik Z? Di titik itu, kita tidak berproduksi secara efisien.
Kita tidak memaksimalkan sumber daya yang ada. Kita memproduksi sepatu dan
pakaian lebih sedikit padahal kita bisa meningkatkan kedua output menggunakan
sumber daya yang ada.
Perubahan dalam dua poin terakhir menyebabkan kurva bergeser ke kanan atau ke
kiri. Pergeseran ke kanan berarti kita mendapatkan lebih banyak output.
Sebaliknya, pergeseran ke kiri menunjukkan kita mendapatkan lebih sedikit
output (inefisiensi).
Mengapa kurva kemungkinan produksi cekung?
KURVA INDIFFERENCE
Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map, makin jauh
dari titik origin berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva indiferen
I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan yang
diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva indiferen
I1.
Menurut Prof.Dr.Soeharno ( 2006 : 43-44 ) sifat2 kurva indiferen dapat dijelaskan sbb :
Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat memilih kombinasi
konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia memilihnya. Sebagai contoh, Anda diberi
kombinasi barang tertentu, misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, Anda diberi
beberapa alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda, misalnya 8 unit
pakaian dan 10 unit buku.
Jika Anda menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit buku lebih rendah
daripada pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan memilih kombinasi barang yang pertama. Anda
menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak berbeda atau indifferen.
Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh beberapa kombinasi
barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Anda
akan memberikan utilitas yang sama. Setiap kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel dan Kurva di atas merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang tak terhitung
banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini dapat diulang sebanyak yang diperlukan.
Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang
memberikan tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen.
Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih
tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua
barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan
semakin jauh dari titik nol.
Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang
diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan
peta indiferen (indifference map). Sebagai contoh, Kurva berikut ini memperlihatkan kurva
indiferen yang dikembangkan dari Kurva sebelumnya, yaitu sebagai berikut.
Jadi, kurva IC2 menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi dibandingkan kurva IC1, kurva
IC3 lebih tinggi dibandingkan kurva IC2, dan seterusnya.
Di dalam hukum permintaan yang timbal balik ini, baik permintaan maupun penawaran,
keduanya menentukan jumlah barang yang dljual dan dibeli serta tingkat harganya.
Alfred Marshall membandingkan permintaan dan penawaran dengan bagian atas dan
bawah dari sebuah gunting, di mana keduanya itulah yang melakukan pemotongan
Menurut John Stuart Mill diperlukan banyak informasi untuk menentukan tingkat harga.
Sebagai tambahan terhadap biaya-biaya produksi diperlukan data-data mengenai
permintaan. Harga di dalam perdagangan internasional ditentukan oleh Hukum
Permintaan yang Timbal Balik.
Hukum tersebut tidak akan berlaku apabila perdagangan berlangsung antara suatu negara
besar dengan suatu negara kecil, karena tingkat harga di negara besarlah yang akan
berlaku. Akan tetapi dalam hal pennintaan dan penawaran negara lain, maka akan berlaku
hukum tersebut untuk menentukan harga dalam perdagangan yang akan dilangsungkan.
Teori dari hukum permintaan timbal balik dari Mill tersebut oleh Marshall dan
Edgeworth diterangkan dengan menggunakan kurva yang disebut "Kurva Pengorbanan".
Di dalam gambar la, kita lihat bahwa perbandingan harga antara barang X dan barang Y
serupa dengan kurva kemungkinan produksi pada biaya konstan, tetapi mempersoalkan
suatu jumlah harga Y, ini diperlihatkan olehslope kurva yang negatif.
Opportunity Cost
Salah satu hasil dari model posibilitas yang sangat nyata dalam kehidupan kita adalah
ketika memiliki sedikit sumber daya untuk memperoleh output, seperti untuk
memperoleh nilai tinggi matakuliah ekonomi, maka Anda mesti mengorbankan output
yang lain misalnya nilai matakuliah matematika. Pengotbanan ini dinamakan dengan
Opportunity Cost. Secara definisi, Opportunity Cost merupakan suatu alternatif bernilai
tertinggi yang dikorbankan oleh pembuat keputusan ketika membuat suatu pilihan lain.
jam Eko
c jam MM
10 jam Eko
iam MM
F Nilai
Ekonomi
Lihat Grafik, Ketika seorang mahasiswa ingin mendapatkan nilai matakuliah ekonomi yang
lebih tinggi, maka ia harus hisa menerima nilai matematika yang lebih rendah. Biaya Penuh
(Full Cost) yang ada dalam setiap pilihan bukanlah biaya sesuatu barang berlabel harga saja.
Jadi, selain biaya langsung yang keluar dari kantong (secara monetary), ada biaya lain yang
bisa mempengaruhi keputusan yakni Opportunity Cost. Contoh berikut merupakan contoh
pilihan yang biasa dialami oleh mahasiswa di dalam kelas. Mereka telah membuat pilihan
untuk kuliah. Penanyaannya, apakah Biaya Penuh dari keputusan yang mereka buat?
Binya Kuliah Biaya langsung kuliah 4 Binya tak langsung kuliah (Opportunity Cost)
Menurut Anda, apakah Opportunity Coşt merupakan suatu hal yang penting untuk difikirkan
öleh mahasiswa dalam membuat keputusan unluk kuliah? Anda perlu memikirkan dua
pertanyaan berikut:
Apakah biaya langsung kuliah? yakni biaya yang keluar dari kantong si mahasiswa
antara lain membqyar biaya bimbingan belajar, biaya pendaftaran, uang kuliah, bükü,
alat-alat tulis dan lain-lain?
Apakah biaya tidak langsung kuliah? Yakni, adakah kegiatan lain yang dapat dilakukan
oleh mahasiswa dengan waktu dan energinya untuk kuliah?
Mesti Anda ingat bahwa Opportunity Coşt bukan saja terkait besaran rupiah yang keluar dari
kantong Anda, tetapi yang dilihat dişini adalah nilainya. Apabila Anda tidak kuliah, mungkin
Anda dapat bekerja di satu instansi. Allinya Anda akan mengorbankan gaji yang hisa diperoleh
jika bekerja, atau mungkin kehilangan waktu luang unluk bermain bersama keluarga, mengurus
anak, liburan atau waktu bersantai.
Apabila nilai Opportunity Coşt kuliah itü terlalu tinggi, Sebagai pembuat keputusan sebaiknya
Anda memutuskan untuk tidak kuliah. Satü contoh lagi, misalkan saja Anda seorang atlit
kampus. Ada tim profesional yang mendatangi Anda dan menawarkan agar bergabung dalam
tim mereka, maka ada kemungkinan Anda akan mengoıbankan gaji bernilai jutaan rupiah yang
bisa diperoleh jika Anda tetap memilih untuk kuliah, atau bisa juga kehilangan kesempatan
menjadi seorang atlit profesional.