Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat saling
ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan internasional
maupun pasar kredit internasional.Sumber energi Amerika Serikat, misalnya, sangat
bergantung pada produsen luar negeri, sedangkan Jepang mengimpor hampir setengah
dari makanan yang di konsumsi oleh penduduknya.Sebaliknya, negara-negara
berkembang sangat membutukan teknologi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh
negara-negara industri.Dalam jangka panjang, pola perdagangan internasional ditentukan
oleh prinsip – prinsip keunggulan komparatif.

Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide,
bakat, IPTEK, beserta barang dan jasa yang dihasilkan dapat dengan mudah melewati
batas Negara.Pergerakan yang relative bebas dari manusia, barang dan jasa yang
dihasilkan ternyata bukan hanya telah menimbulkan saling keterkaitan dan
ketergantungan, tetapi juga telah menimbulkan saling keterkaitan dan ketergantungan,
tetapi juga telah menimbulkan persaingan global yang semakin ketat.Adanya keterkaitan
dan ketergantungan serta persaingan global di atas menyebabkan hampir semua
kehidupan dalam suatu Negara terpengaruh oleh ekonomi internasional.

Menurut Hamdy (2004:17) dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini
dapat dikatakan tidak ada lagi negara yang autarki, yaitu negara yang hidup terisolasi,
tanpa mempunyai hubungan ekonomi, keuangan, maupun perdagangan internasional
(ekspor dan impor). Secara teoritis, keseimbangan ekonomi nasional suatu Negara dapat
dirumuskan sebagai suatu keseimbangan antara jumlah barang/jasa yang ditawarkan
(supply total = St)

Sebagai negara sedang berkembang sangat memperhatikan kesejahteraan


masyarakat dan negara di bandingkan lingkungan hidup maka dari pada itu perdagangan
internasional di bidang misalkan ekspor impor sangat mempengaruhi perekonomian
dalam negri kita ini. Mengapa demikian karena kita ketahui pajak atau bea cukai dalam
melakukan kegiatan transaksi ekspor impor sangat besar dibandingkan pendapatan negara
lainya hal tersebut sangat menunjang kesejahteran dalam negeri.

Namun tidaklah dapat disangkal bahwa perdagangan pada umumnya (inclusive


perdagangan internasional) merupakan suatu proses kegiatan ekonomi yang sangat
penting dewasa ini. Perdagangan yang dilaksanakan baik antar daerah (inter-regional)
maupun antar Negara (internasional) merupakan suatu cara penting untuk meningkatkan
tingkat hidup dan kemakmuran bagi bangsabangsa atau negara yang bersangkutan.
Perdagangan internasional adalah transaksi dagang diantara para subyek ekonomi negara
yang satu dengan subyek ekonomi negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa.
Dengan barang tentu harus memperhatikan syarat-syarat dalam commercial diplomacy
yang timbul akibat transaksi-tranksasi itu. Diplomacy merupakan kegiatan tersendiri yang
penting dan memberikan dasar atas pelaksanaan internasional.

Mengapa perdagangan internasional merupakan suatu cara untuk meningkatkan


kemakmuran sesuatu bangsa, antara lain, karena:
1. Tidak semua negara mempunyai peralatan produksi ataupun kondisi ekonomis yang
sama, kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlahnya).
2. Akibat dari ketidaksamaan kondisi-kondisi ekonomis tersebut, maka terjadilah
perbedaan biaya produksi sesuatu barang antara negara yang satu dengan negara yang
lain. Sebab itu sesuatu negara mungkin lebih untung mengimport sesuatu barang
daripada menghasilkan sendiri. Dengan adanya perdagangan maka sesuatu negara
dapat memperoleh sejumlah barang dengan harga yang lebih murah daripada bila
barang tersebut dihasilkan sendiri di dalam negeri. Keuntungan lain yang timbul
karena adanya perdagangan adalah bahawa sesuatu negara dapat menghindarkan diri
dari jenis produksi sesuatu barang yang harga biayanya realtif tinggi karena jarangnya
(scarce) factor-faktor produksiyang dibutuhkan tersedia secara cukup, dan kemudian
berdagang . Akhirnya dengna timbulnya perdagangan maka bagi Negara-negara yang
bersangkutan akan saling dapat memperoleh sejumlah barang dengan total cost yang
lebih rendah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional

D. MANFAAT
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai sarana untuk dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang perdagangan internasional yang dibahas serta
dapat mengetahui berbagai teorinya.

BAB II

1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Undang – Undang No. 7 Tahun 2014 perdagangan adalah tatanan
kegiatan yang terkait dengan transakasi barang atau jasa di dalam negeri dan
melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan atau
jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
Secara umum perdagangan internasional merupakan sarana untuk melakukan
pertukaran barang dan jasa internasional. Dalam lima puluh tahun terakhir,
perdagangan internasional telah tumbuh dan berkembang secara drastis dan dalam
ukuran yang besar. Hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama yang dilakukan oleh
berbagai negara untuk menghilangkan proteksi perdagangan dan adanya keinginan
untuk mempromosikan perdagangan barang dan jasa secara bebas.
Huala Adolf mendefinisikan perdagangan internasional atau international trade
sebagai aktivitas tukar menukar atau jual beli antar negara sebagai upaya
mendapatkan manfaat atau keuntungan. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan
dagang dengan Prancis, Jepang, Cina, AmerikaSerkat ,Singapura ,Malaysia, danlain-
lain

Kriteria Perdagangan internasional

a. Adanya tukar-menukar barang-barang dan jasa-jasa,


b. Terjadi pergerakan sumberdaya melalui batas negara,baik sumber daya alam,
sumber daya manusia,maupun sumber daya modal,
c. Adanya pertukaran dan perluasan penggunaanteknologi, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhanekonomi negara-negara yang terlibat di dalamnya
d. Adanya pengaruh terhadap perkembangan ekspor danimpor serta Neraca
Pembayaran Internasional (NPI)atau
Balance of Payment,
e. Terjadi kerja sama ekonomi antarnegara di dunia.

Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

1. Perbedaan sumber alam


2. Perbedaan faktor produksi
3. Kondisi ekonomis yang berbeda
4. Tidak semua negara dapat memproduksi sendiri suatu barang
5. Adanya motif keuntungan dalam perdagangan
6. Adanya persaingan antar pengusaha dan antarbangsa

Faktor - Faktor Penghambat terjadinya Perdagangan

1. Tidak amannya suatu negara


2. Kebijakan ekonomi internasional yang dilakukan oleh pemerintah. Misalnya,
pembatasan jumlah impor, pungutan biaya impor / ekspor yang tinggi,
perijinan yang berbelit – belit.
3. Tidak stabilnya kurs mata uang asing internasional

Bentuk dan Jenis Perdagangan Internasional

 Berdasarkan bentuknya perdagangan internasional terbagi menjadi 3, yaitu:


1. Perdagangan Bilateral
2. Perdagangan Regional, merupakan perdagangan yang melibatkan negara-
negara di satu wilayah misalnya ASEAN
3. Perdagangan Multilateral, merupakan perdagangan yang melibatkan negara-
negara tanpa batasan wilayah

 Berdasarkan jenisnya perdagangan internasional terbagi menjadi 4, diantaranya:


1. Ekspor dan Impor, kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling sering
dilakukan oleh hampir semua negara.
2. Barter, Kegiatan barter merupakan kegiatan jual-beli yang dilakukan dengan
bertukar barang. Sebelum ada uang, seluruh kegiatan jual-beli menggunakan
sistem barter, dan saat ini sistem barter masih berlaku untuk perdagangan
internasional, seperti direct barter, counter purchase, ataupun bay back barter
3. Konsinyasi, Kegiatan mengirimkan barang ke luar negeri untuk dijual tanpa
ada pembeli khusus di luar negeri, dengan kata lain barang dikirimkan
terlebih dahulu kemudian diperjualkan secara langsung di tempat tujuan.
Sistem seperti ini sangatlah menguntungkan bagi penjual di negara tujuan,
karena ia hanya perlu membayarakan barang yang terjual kepada pemasok di
negara asal.
4. Border Crossing, Kegiatan perdagangan internasional yang terjadi pada 2
negara bertetangga. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempermudah para
masyarakat dikedua negara dalam melakukan transaksi jual-beli.

Jenis – Jenis Teori Perdagangan Internasional

A. Teori Klasik
Setiap teori dalam ilmu ekonomi selalu didasarkan atas asumsi – asumsi tertentu.
Demikian juga teori – teori klasik dalam perdagangan internasional didasarkan pada pada
sejumlah asumsi sebagai berikut:
1. Dua barang dan dua negara
Asumsi ini memang sangat menyederhanakan permasalahan dalam
perdagangan internasional sehingga jauh dari realistis, apalagi zaman sekarang ini
dimana negara yang tertutup /tidak melakukan sama sekali perdagangan dengan
negara – negara lain praktis tidak ada terkecuali hanya korea utara. Namun
dengan asumsi ini dasar pemikiran dari teori – teori klasik dapat lebih mudah
dipahami.selanjutnya dengan memakai kerangka analisis dari teori – teori klasik
tersebut, isu – isu aktual yang terkait dengan perdagangan internasional dapat
dianalisis dengan kasus lebih dari 2 negara dan 2 barang (Tambunan,2004:45).
2. Nilai atas dasar biaya tenaga kerja yang sifatnya homogen
Nilai suatu barang tergantung hanya atas biaya tenaga kerja yakni jumlah
tenaga kerja (dalam jam/hari kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi dikali
upah per pekerja.Pada masa teori klasik faktor – faktor produksi lainnya seperti
modal dan tanah dianggap tidak penting dalam menentukan biaya produksi dan
berarti juga harga produk. Dalam teori – teori klasik faktor produksi tenaga kerja
diasumsikan homogen, artinya tidak ada perbedaan tenaga kerja antarnegara
dalam kualitas (Tambunan,2004:45).
3. Biaya produksi yang tetap tidak berubah
Menurut teori – teori klasik, biaya produksi per unit output konstan, tidak
berubah walaupun volume produksi berubah. Dengan demikian, berapa pun
sesuatau negara memproduksi suatu barang, biaya atau harga per satu unitnya
tetap tidak berubah. Asumsi ini juga tidak realistis karena tidak
mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap sisi suplai/produksi
(Tambunan,2004:45).

4. Tidak ada biaya transportasi


Ini juga merupakan penyederhanaan dari masalah karena dalam kenyataan
nya biaya transportasi sangat mempengaruhi harga jual dari suatu barang ekspor,
yang berarti juga daya saing dari barang tersebut dan akhirnya pertumbuhan
ekspornya. Walaupun harus diakui bahwa dengan kemajuan tehnologi dalam
transportasi, biaya transportasi menurun dan jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan 30 tahun yang lalu (Tambunan,2004:46).
5. Faktor – faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri tetapi tidak antar
negara
Asumsi ini pada zaman nya teori – teori klasik baru muncul munkin dekat
dengan kenyataan pada masa itu karena kendala transportasi antar negara. Tetapi
sekarang dapat dilihat banyak negra yang kinerja impor manufaktur nya sangat
cemerlang padahal negara – negara tersebut sangat miskin akan bahan baku, jadi
harus dibeli dari negara sedang berkembang. Dalam kata lain tingginya mobilitas
dari faktor – faktor produksi dan input – input lain antar negara merupakan salah
12 satu faktor yang harus diperhitungkan dalam menganalisis kinerja perdagangan
internasional dan daya saing dari suatu negara (Tambunan,2004:46).
6. Distribusi pendapatan tidak berubah
Dasar pemikiran dari teori – teori klasik adalah bahwa perdagangan dunia
bebas akan memberi manfaat yang sama bagi semua negara yang terlibat, jadi
tidak mengakibatkan perubahan dalam distribusi pendapatan antar negara. Dalam
kenyataan nya tentu tidak demikian karena dalam perdagangan dunia ada pihak
yang dirugikan dan ada pihak yang diuntungkan yang disebabkan oleh kondisi
yang berbeda antarnegara berbeda (Tambunan,2004:46).
7. Tidak ada perubahan teknologi
Ini termasuk asumsi yang sangat penting dalam arti perdagangan dunia
sangat ditentukan oleh teknologi. Buruknya kinerja ekspor dari NSB
dibandingkan dengan negara – negara maju salah satunya dikarenakan
ketertinggalan NSB dalam teknologi (Tambunan,2004:46).
8. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter
Mungkin karena pada zaman itu belum ada uang maka perdagangan
antarnegara dilakukan atas dasar tukar menukar barang atau barter atau umum
disebut imbal beli. Sekarang ini perdagangan internasional didominasi oleh
pembayaran dengan uang walaupun tetap ada transaksi – transaksi perdagangan
antarnegara dengan sistem barter dengan alasan – alasan tertentu. Pemerintah
indonesia juga sering melakukan nya misalnya penjualan pesawat buatan IPTN ke
pemerintah thailand dengan pembayaran dalam bentuk komoditi pertanian dari
thailand pada masa habibie dan pembelian beberapa pesawat perang sukhoi dan
13 helikopter dari rusia yang ditukar dengan minyak kelapa sawit (CPO)
(Tambunan,2004:46).

Perdagangan internasional yang selama ini dilakukan oleh banyak orang tidaklah terlepas
dari tokoh-tokoh yang mencetuskan adanya perdagangan internasional.

Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori
klasik dan teori modern. Teori klasik yang banyak dikenal adalah teori keunggulan absolut dari
Adam Smith, dan teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S. Mill dan David
Ricardo, sebagai berikut:

a. Teori Keunggulan Absolut


Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut sebagai teori
murni perdagangan internasional.Adam Smith mengemukakan bahwa suatu
negara akan melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu jenis barang
tertentu yang memiliki keunggulan absolut (absolute advantage) dan tidak
memproduksi atau melakukan impor jenis barang lain yang tidak mempunyai
keunggulan absolut (absolute disadvantage) terhadap negara lain yang
memproduksi barang sejenis. Keunggulan absolut dapat terjadi karena
perbedaan keadaan, seperti letak geografis, iklim, kekayaan sumber daya
alam, kualitas tenaga kerja, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), jumlah penduduk, modal, dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teori Adam Smith, perhatikan
tabel berikut ini!
Produksi Indonesia dan Belanda

Negara Kemungkinan Produksi Perbandingan Dasar Tukar Dalam


Negeri (DTDN)
Kain Tv Kain/Tv Tv/Kain
Indonesia 90 60 90/60 = 1.5 60/90 = 0.67
Belanda 50 100 50/100 = 0.5 100/50 = 2

Belanda dan Indonesia memproduksi dua macam barang, yaitu kain dan tv dengan
tenaga kerja merupakan satu-satunya input untuk memproduksi kedua jenis barang
tersebut. Indonesia mampu memproduksi maksimum 90 yard kain per satu orang pekerja
dalam setahun kalau semua pekerja yang ada di dalam negeri dipekerjakan di industri
tekstil. Dan mampu memproduksi maksimum 60 unit tv per satu orang pekerja dalam
setahun bila semua tenaga kerja digunakan untuk memproduksi tv.

Rasio ini menunjukkan bahwa Indonesia lebih baik dalam memproduksi kain
daripada tv.Belanda hanya mampu memproduksi sebanyak 50 yard kain dan 100 unit tv
per satu orang pekerja dalam setahun. Rasio ini menunjukkan bahwa Belanda lebih baik
dalam memproduksi tv daripada kain. Harga jual tv di Indonesia lebih tinggi karena
diproduksi lebih lama sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi daripada
kain. Sedangkan di Belanda, kain lebih mahal daripada tv karena biaya produksi kain
lebih besar daripada tv.

Perbedaan harga ini merupakan kondisi utama untuk terjadinya perdagangan


internasional. Bila harga dari jenis barang yang sama tidak berbeda antarnegara maka
tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional karena masingmasing
negara tidak akan menikmati manfaat dari perdagangan internasional. Perbedaan rasio
harga (biaya produksi) tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan
absolut atas Belanda dalam memproduksi kain atau Indonesia dapat memproduksi kain
dengan lebih efisien daripada Belanda, sedangkan Belanda memiliki keunggulan absolut
atas Indonesia dalam memproduksi tv, atau Belanda dapat memproduksi tv lebih efisien
dibandingkan Indonesia.

b. Teori Keunggulan Komparatif


Pada teori keunggulan absolut terdapat permasalahan bila antara dua
negara hanya satu negara saja yang mempunyai keunggulan absolut atas
semua barang. Maka, perdagangan tidak akan terjadi karena bila dilakukan
hanya akan menguntungkan salah satu negara saja.
Munculnya teori keunggulan komparatif dari John Stuart Mill dan David
Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut.John Stuart Mill
beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor
barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
(keunggulan relatif) terbesar, dan akan mengkhususkan melakukan impor
barang, bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (kerugian relatif).
Atau dengan kata lain, suatu negara akan melakukan ekspor barang, bila
barang itu dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan akan melakukan
impor barang, bila barang itu diproduksi sendiri akan memerlukan biaya
produksi yang lebih besar.
David Ricardo mempunyai pemikiran yang senada, yaitu perdagangan
internasional antara dua negara akan terjadi bila masing – masing memiliki
biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda.

Untuk mengetahui lebih jelas teori David Ricardo, perhatikan tabel dibawah ini!

Berdasarkan efisiensi tenaga kerja, di Indonesia, untuk memproduksi 1


kemeja seorang pekerja hanya membutuhkan 1 hari kerja, dan untuk memproduksi 1
pasang sepatu diperlukan waktu 2 hari kerja. Di Filipina, untuk memproduksi 1
kemeja dan 1 pasang sepatu diperlukan masing- masing 4 dan 3 hari kerja.
Ilustrasi Tingkat Efisiensi Tenaga Kerja dari David Ricardo!

Negara Produksi : Jumlah Jam Kerja Per Biaya Relatif DTDN


Satu Unit
Kemeja Sepatu
Indonesia 1 2 1/2 2
Filipina 4 3 4/3 3/4

Tabel di atas menunjukkan bahwa bila menurut teori keunggulan absolut


dari Adam Smith, maka perdagangan internasional antara Indonesia dan Filipina
tidak akan terjadi karena Indonesia memiliki keunggulan absolut atas Filipina
untuk kemeja dan sepatu. Ini berarti hanya Indonesia yang bisa mengekspor. Jika
perdagangan internasional tetap dilaksanakan maka hanya Indonesia yang akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional (gains from trade).

David Ricardo berpendapat bahwa perdagangan internasional antara kedua


negara tetap dapat dilakukan dengan memperhitungkan tingkat efisiensi tenaga
kerja relatif. Perhatikan tabel berikut!

Perbandingan Efisiensi Tenaga Kerja

Negara Perbandingan Efisiensi Tenaga Kerja


Kemeja Sepatu
Indonesia/Philipina 1/4 2/3
Philipina /Indonesia 4 3/2

Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi tenaga kerja di Indonesia lebih


tinggi dibandingkan Filipina dalam produksi kemeja daripada produksi sepatu.Ini
berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam produksi kemeja,
sedangkan tenaga kerja Filipina lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia
dalam memproduksi sepatu.Ini berarti, Filipina memiliki keunggulan kompa- ratif
dalam produksi sepatu. Berdasarkan perbandingan tersebut bila dilakukan
perdagangan internasional maka Indonesia akan mengkhususkan pada ekspor
kemeja dan Filipina ekspor sepatu. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan di atas,
dapat disimpulkan bahwa walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut
dibandingkan Filipina untuk kemeja dan sepatu, perdagangan internasional tetap
bisa dilakukan dan saling menguntungkan keduanya, yaitu melalui pengkhususan
di masing-masing negara jika ada perbedaan dalam tingkat efisiensi atau
produktivitas tenaga kerja.

B. TEORI MODERN
Terdapat beberapa teori mengenai teori modern perdagangan Internasional yang akan
dibahas menurut beberapa ahli ekonom, antara lain:
1. Teori H-O (The Proportional Factor Theory)
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan
mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori
keunggulan komparatif yang terdapat pada teori klasik. Kelemahan teori klasik ini
yang mendorong munculnya teori H-O yaitu merupakan gabungan nama dari
kedua ekonom tersebut.
Pada teori klasik comparative advantage (keunggulan komparatif)
menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya
perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara jelas
dinyatakan) antar negara. Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai
penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Sehingga teori H-O menyatakan
penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara, sehingga hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern
H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”.
Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak
atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dengan
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka
atau mahal dalam memproduksinya. Setiap negara menggunakan dua jenis faktor
produksi yaitu labor (tenaga kerja) dan capital (modal) dengan jumlah proporsi
yang berbeda.
Teori ini menggunakan dua kurva, yaitu kurva isocost dan kurva isoquant.
Jika kurva isocost adalah kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang
harus dikeluarkan atas penggunaan faktor produksi. Sedangkan kurva isoquant
adalah kurva yang menggambarkan kombinasi input yang digunakan untuk
menghasilkan output yang sama di sepanjang kurva. Menurut teori ekonomi
mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik
optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau
dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Untul mengetahui hal ini bisa dijelaskan dengan suatu negara, misalnya A
memiliki tenaga kerja yang besar dan relatif
Sedikit modal, maka untuk sejumlah pengeluaran uang tertentu akan
memperoleh jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada modal. Misalnya uang
Rp 100,00 dapat dibeli 20 unit tenaga atau 5 unit modal, jadi 20 unit tenaga sama
dengan 5 unit modal.
Dalam Gambar 1, dengan uang sebanyak 100 dapat dibeli kombinasi
modal, yang ditandai dengan titik-titik pada sumbu vertical (tenaga) dan sumbu
horizontal (modal). Kalau kedua titik ini dihubungkan dengan suatu garis lurus
merupakan suatu kurva yang disebut isocost, yaitu berbagai kombinasi dua
faktor produksi yang dapat dibeli dengan sejumlah tertentu uang.
Sudut arah isocost ini menunjukkan perbandingan harga antara tenaga
kerja dan modal yaitu 20 : 5 atau 4 : 1, artinya 4 unit tenaga nilainya sama dengan
1 unit modal. Negara B lebih banyak memiliki /modal dan relatif sedikit tenaga.
Konsekuensinya di negara B pengeluaran Rp 100,00 akan memperoleh tenaga 10
unit atau 20 unit modal. Harga 1 unit tenaga sama dengan 2 unit modal sehingga
perbandingan harga tenaga dengan modal adalah 1 : 2. Semua isocost untuk
berbagai alternatif pengeluaran bagi negara B yang mempunyai harga
perbandingan/price ratio tenaga : capital 1 : 2 akan paralel. Negara A akan lebih
murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak tenaga dan
sedikit capital (labor intensive), sedangkan Negara B lebih murah apabila
memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak capital dan sedikit tenaga
kerja (capital intensive).

Isoquant Negara A terletak dekat sumbu vertical (tenaga) menunjukkan


bahwa barang X yang dihasilkannya bersifat padat tenaga kerja (labor intensive).
Hal ini dikarenakan Negara A lebih banyak memiliki faktor produksi tenaga,
sedangkan isoquant Negara B mendekati sumbu horizontal modal menunjukkan
bahwa barang Y yang dihasilkan bersifat padat modal (capital intensive) karena
negara B relatif lebih banyak memiliki modal. Isocost dan isoquant negara A dan
negara B digabungkan bersama-sama seperti pada Gambar 3.

Isocost yang menyinggung isoquant menunjukkan ongkos terendah untuk


menghasilkan sejumlah tertentu barang yang ditujukan oleh isoquant tersebut.
Dalam Gambar 3 dapat dilihat bahwa Negara A dapat memproduksi 20 unit
barang X pada ongkos Rp 200,00 dengan menggunakan 32 unit tenaga dan 2 unit
modal.
Negara B untuk memproduksi barang X sebesar 20 unit akan
mengeluarkan ongkos yang lebih besar karena barang X tersebut bersifat padat
tenaga, sedangkan negara B relatif sedikit memiliki factor produksi
tenaga.Sebaliknya untuk memproduksi barang Y sebanyak 50 unit negara
mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 300,00 dengan menggunakan 32 unit tenaga
dan 8 unit modal, sedangkan Negara B untuk memproduksi barang Y sebanyak 50
unit hanya mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 200,00 dengan menggunakan 8
unit tenaga dan 20 unit modal. Oleh karena itu negara A akan berspesialisasi pada
produksi barang X dan negara B pada barang Y. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa proporsi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu
negara berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan harga di berbagai negara.
 Analisis teori H-O :
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-
masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi
yang dimilkinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor
produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan
mahal untuk memproduksinya.

 Kelemahan dari teori H-O :


Jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing
negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga
perdagangan internasional tidak akan terjadi. Aplikasi teori H-O terbatas, atau
tidak dapat diterapkan secara umum. Oleh karena itu teori hanya dapat
menjelaskan terjadinya perdagangan antara negara yang kaya tenaga kerja
dengan negara yang kaya modal, dimana hanya merupakan sekitar 40% dari
volume perdagangan dunia.

2. Kesamaan Harga Faktor Produksi (Factor Price Equalization)


Dikemukakan oleh Stolper-Samuelson dalam teori perdagangan internasional.
Teori ini mendeskripsikan hubungan harga relatif barang denganperolehan faktor
relatif, seperti upah dan pendapatan modal. Arti penting dari teori ini didasarkan
pada fakta bahwa kesamaan pembelian faktor rill antarkedua negara adalah
penting. Bahwa sumberdaya alokasi yang efisien pada kondisi ekonomi tertutup
membutuhkan unit yang sama dari faktor homogen yang sama untuk memperoleh
hasil yang sama. Efisiensi alokasi sumberdaya dalam ekonomi dunia memerlukan
kesamaan harga faktor yang lengkap. Pada kenyataannya harga faktor tidak sama
antar bangsa. Upah untuk membuat sepatu, membuatpakaian, pemotong rumput
tidak sama di Indonesia dengan Amerika. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
skill (Human Capital).Teori ini menekankan bahwa perdagangan bebas saling
menggantikan (sekalipun tidaksempurna) untuk perpindahan faktor antar negara,
dan menjelaskan dampaknya terhadap harga faktor produksi. Inti dari teori ini
adalah perdagangan bebas (perdagangan internasional) mengakibatkan harga
faktor-faktor produksi sama diberbagai negara.
Dari teori H-O, selama negara A memperbanyak produksi barang X akan
mengakibatkan bertambahnya permintaan tenaga kerja, sebaliknya makin
berkurangnya produksi barang Y berarti makin sedikit permintaan akan modal.
Hal ini akan cenderung menurunkan upah (harga daripada tenaga kerja) dan
menaikkan harga daripada modal (rate of return). Keadaan ini dapat dijelaskan
pada gambar 1.

Sebelum berdagang upah dan pendapatan modal di negara A adalah S1 dan


R1 dengan kurva penawaran dan permintaan S dan D1, sedang di negara S1 dan
R1. Upah di negara A lebih rendah dan pendapatan modal lebih tinggi daripada
negara B. Setelah kedua negara tersebut mengadakan perdagangan produksi
barang X (labor intensive product) bertambah dan barang Y (capital intensive
product) berkurang. Konsekuensinya, bagi negara A bahwa permintaan tenaga
kerja bertambah dan permintaan modal berkurang. Kurva permintaan tenaga kerja
bergeser ke D2 sehingga upah naik menjadi S2 dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan adalah L2. Selanjutnya dengan berkurangnya permintaan modal, maka
kurva permintaan akan modal bergeser ke D2 sehingga pendapatan modal turun
menjadi R2 dan jumlah modal yang digunakan adalah C2. Negara B yang
memiliki lebih banyak faktor produksi modal dengan makin banyaknya produksi
barang Y, permintaan akan modal bertambah sehingga harganya cenderung naik.
Sebaliknya makin sedikit produksi barang X, maka permintaan akan tenaga kerja
berkurang sehingga harganya turun. Sebelum berdagang upah lebih tinggi di B,
tetapi pendapatan modal lebih tinggi di A Dengan berdagang tendensi upah dan
pendapatan modal akan sama di kedua Negara
tersebut.

3. Teori Permintaan & Penawaran (Teori Parsial)


Menurut Nopirin perdagangan di antara dua negara akan terjadi jika terdapat
adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran. Perbedaan dalam
permintaan dapat disebabkan karena adanya perbedaan dalam pendapatan dan
selera. Untuk penawaran disebabkan adanya perbedaan dalam jumlah dan kualitas
faktor-faktor produksi, tingkat teknologi, dan eksternalitas.
 Anggapan atau asumsi utama yang dipergunakan dalam teori permintaan dan
penawaran adalah:
1) Persaingan sempurna
2) Perubahan faktor produksi adalah tetap
3) Tidak ada biaya angkut
4) Kesempatan kerja penuh atau full employment
5) Tidak ada unsur perubahan teknologi
6) Produksi dengan ongkos yang menaik (increasing cos of production)
7) Tidak ada pemindahan kapital.
Sebelum terjadinya perdangan internasional, harga wool di negara A adalah P A
di mana kurva penawaran berpotongan dengan kurva permintaan. Harga wool di
negara B dikatakan sebesar PB di mana harga tersebut lebih tinggi daripada di negara
A. Jika produksi dilakukan dengan keadaan constant cost, maka negara A dapat
menjual wool dalam jumlah yang tidak terpada pada harga P A, sedangkan negara B
tidak dapat menjual wool satu unit pun pada harga yang lebih rendah daripada P B.
Dalam keadaan perdagangan internasional di mana terjadi kondisi constant cost, maka
akan terjadi spesialisasi. Wool hanya akan dihasilkan di negara A, sedangkan Negara
B akan mengimpor sejumlah OF’ pada harga P A. Adapun ilustrasinya dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut ini (Nopirin, 1996: 26).

Gambar 2.1
Teori Permintaan dan Penawaran

Jika terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan
naik untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan mengakibatkan
kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya, bagi negara B, produksi
akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari negara A sehingga harga akan terus
menurun. Proses penyesuaian ini akan berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh
negara A (AB) sama dengan jumlah yang diimpor.
oleh negara B (FC) dan harga yang terjadi adalah P.

Jika terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan
naik untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan mengakibatkan
kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya, bagi negara B, produksi
akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari negara A sehingga harga akan terus
menurun. Proses penyesuaian ini akan berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh
negara A (AB) sama dengan jumlah yang diimpor oleh negara B (FC) dan harga yang
terjadi adalah P.
Pembebanan ongkos angkut (freight cost) sebesar PA’PB’ akan menyebabkan volume
perdagangan menjadi lebih rendah. Jumlah wool yang diekspor oelh negara A (A’B’) sama
dengan impor oleh negara B (F’G’). Berdasarkan keterangan tersebut, ongkos angkut dapat
menyebabkan adanya perbedaan harga di antara kedua negara yang melakukan
perdagangan.
Berdasarkan keterangan di atas, perdagangan internasional dapat dijelaskan sebagai
bentuk interaksi yang lebih luas dari aktivitas permintaan dan penawaran. Sisi permintaan
merepresentasikan pihak yang membutuhkan komoditas di pasar internasional atau dikenal
dengan istilah importir. Pihak yang disebut eksportir adalah
pihak yang menjalankan peran sisi penawaran. Dalam hal ini, sesuai dengan model
dasar teori permintaan dan penawaran, peran yang dijalankan adalah interaksi keduanya
terhadap adanya perubahan pada faktor harga (price) dan kuantitas komoditas yang
diperdagangkan. Pada perkembangan selanjutnya, kedua unsur dasar dari permintaan dan
penawaran tersebut masih tetap digunakan, akan tetapi lebih berkembang lagi karena mulai
disertakannya pembahasan mengenai nilai tukar

(kurs), pendapatan nasional, dan biaya produksi.

Faktor harga dalam perdagangan internasional merepresentasikan nilai komoditas


yang diperdagangkan. Besarnya nilai komoditas ditentukan oleh faktor kapasitas produktif
dari suatu perekonomian dan kekuatan mata uang dalam perdagangan valuta asing. Faktor
kuantitas tidak lagi menyempit pada aspek kelangkaan, akan tetapi berkembang pada aspek
pemenuhan selera internasional. Krugman dan Obstfeld (1991: 115) menerangkan bahwa
pada prinsipnya pola perdagangan melalui mekanisme permintaan dan penawaran memiliki
ciri-ciri umum sebagai berikut:
1) Kapasitas produktif suatu perekonomian dapat direpresentasikan melalui batas-batas
kemungkinan produksi dan perbedaan-perbedaan dalam batasbatas kemungkinan
produksi. Inilah yang selanjutnya membuka peluang terjadinya perdagangan
internasional.
2) Batas-batas kemungkinan untuk menentukan skedul penawaran relatif suatu negara.
3) Keseimbangan dunia yang ditentukan oleh besarnya permintaan relatif dunia dan
skedul penawaran relatif dunia yang terletak di antara skedul-skedul penawaran relatif
nasional.
Berdasarkan ketiga ciri-ciri umum ini kemudian berkembang
pembahasanpembahasan sesuai dengan pokok permasalahannya. Misalnya
pembahasan dalam menentukan besarnya keseimbangan pada sisi permintaan
internasional yang dijelaskan melalui mekanisme pertukaran, permasalahan hutang
luar neger, posisi tawar di antara dua negara, dan lain sebagainya.
4. KURVA KEMUNGKINAN PRODUKSI (PRODUCTION POSSIBILITIES) &
DIFFIRENCE (DIFFIRENCE CURVES)

Kurva kemungkinan produksi (production possibilities curve) atau


batas kemungkinan produksi (production possibilities frontier) adalah model
ekonomi untuk menggambarkan dua barang yang dapat kita hasilkan secara
efisien menggunakan sumber daya dan teknologi yang tersedia.

Efisiensi penting karena kita menghadapi sumber daya yang


terbatas. Tidak semua barang dapat kita produksi untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan kita dengan sumber daya yang tersedia. Dan kita harus memilih output
mana yang harus kita hasilkan dan berapa banyak.

Dan kurva menunjukkan bagaimana kita menghadapi trade-off


antara memproduksi dua barang ketika kita dihadapkan pada sumber daya yang
terbatas. Sehingga, ketika kita menggunakan lebih banyak sumber daya untuk
memproduksi sebuah barang, lebih sedikit sumber daya yang tersedia untuk
memproduksi barang lainnya. Dan titik-titik di sepanjang kurva mewakili jumlah
yang kita produksi untuk dua barang dengan memaksimalkan sumber daya yang
ada.

Mengapa kurva kemungkinan produksi penting?

Kurva menjabarkan konsep penting dalam produksi di ilmu


ekonomi. Pertama, itu memberikan wawasan tentang efisiensi ketika dua produk
diproduksi bersama. Misalnya, kita dapat menggunakan kurva ini untuk
memutuskan rasio ideal antara dua produk yang kita pilih untuk diproduksi untuk
meminimalkan biaya sambil memaksimalkan keuntungan.

Kurva menunjukkan output maksimal yang bisa kita capai ketika


semua sumber daya kita gunakan sepenuhnya. Misalnya, sebuah perusahaan
mengoperasikan jalur produksi untuk memproduksi mobil penumpang dan truk.
Kurva menunjukkan berapa banyak mobil penumpang dan truk yang bisa
dihasilkan. Ketika memproduksi truk lebih sedikit, berapa tambahan mobil
penumpang yang bisa dicapai ketika memaksimalkan sumber daya dan sebaliknya
berlaku

Kedua, kurva menunjukkan bagaimana kita menghadapi trade-off


dalam mengalokasikan sumber daya. Dan oleh karena itu, kita menghadapi biaya
peluang.

Misalnya, jika kita mengalokasikan lebih banyak sumber daya


untuk memproduksi sebuah barang, lebih sedikit yang tersisa. Sehingga, kita
hanya bisa mendapatkan lebih sedikit barang lain. Dalam kasus di atas,
perusahaan menghasilkan lebih sedikit truk ketika perusahaan tersebut
memproduksi lebih banyak mobil penumpang. Dan sebaliknya, ketika
menghasilkan lebih banyak truk, perusahaan tersebut hanya bisa memproduksi
lebih sedikit mobil penumpang.

Kurva kemungkinan produksi membantu kita menjawab pertanyaan


dasar dalam ilmu ekonomi, yakni bagaimana kita memproduksi barang dan jasa.
Itu menjelaskan bagaimana kita bisa memaksimalkan sumber daya yang ada untuk
menghasilkan dua barang yang paling kita butuhkan dan inginkan.

Kita menghadapi kelangkaan, yang mana membutuhkan kita untuk


mengambil pilihan. Kita tidak bisa memproduksi semua barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan kita yang tidak terbatas. Sumber daya
tersedia terbatas. Kita harus memilih mana yang harus kita produksi.

Kemudian, ekonom menjelaskan bagaimana kita mengalokasikan


sumber daya melalui kurva kemungkinan produksi. Kurvanya adalah seperti di
bawah ini:

Katakanlah, sepatu dan pakaian adalah yang paling kita butuhkan


dan kita inginkan. Kita memutuskan untuk menggunakan sumber daya untuk
memproduksi keduanya.

Misalnya, dengan sumber daya yang ada, kita bisa berproduksi pada
titik A. Di titik tersebut, kita memaksimalkan sumber daya dan dapat
memproduksi 60 unit pakaian dan 80 unit sepatu. Titik A adalah titik ideal di
mana kita bisa memaksimalkan produksi dan sumber daya.
Lantas bagaimana dengan titik B dan C? Keduanya juga bisa kita
capai menggunakan sumber daya dan teknologi yang ada dan karena itu, juga
merupakan titik ideal. Hanya saja, jika kita berproduksi pada titik B dan C, kita
mendapatkan lebih banyak pakaian tapi lebih sedikit sepatu. Karena itu, misalnya,
kita mungkin memilih berproduksi pada titik B dengan lebih sedikit sepatu
sebagai biaya peluang.

Secara umum, titik-titik ideal di mana kita berproduksi secara efisien dan
memaksimalkan sumber daya akan membentuk kurva ketika kita menghubungkan
mereka. Kemiringan kurva mewakili pengorbanan antara memproduksi sepatu
atau pakaian. Karena kita mengalihkan lebih banyak sumber daya untuk
menghasilkan pakaian, itu mengurangi produksi sepatu dan sebaliknya berlaku.

Bagaimana dengan titik Z? Di titik itu, kita tidak berproduksi secara efisien.
Kita tidak memaksimalkan sumber daya yang ada. Kita memproduksi sepatu dan
pakaian lebih sedikit padahal kita bisa meningkatkan kedua output menggunakan
sumber daya yang ada.

Kemudian, bagaimana dengan titik X? Itu mewakili titik yang tidak


mungkin kita capai dengan sumber daya dan teknik produksi yang ada. Sumber
daya kita tidak cukup atau teknik produksi yang ada tidak memungkinkan untuk
berproduksi pada titik itu. Dan kita bisa mencapai itu hanya jika kita memiliki
sumber daya lebih banyak dan lebih baik.

Atau, kita berinovasi untuk mendapatkan teknologi dan teknik produksi


yang lebih produktif. Sehingga, kita bisa menghasilkan lebih banyak sepatu dan
pakaian menggunakan sumber daya yang ada saat ini.

Ekonom menggunakan beberapa asumsi ketika menjelaskan kurva kemungkinan


produksi. Mereka adalah:

 Hanya dua barang yang kita produksi


 Sumber daya kita gunakan secara sepenuhnya
 Sumber daya adalah tetap
 Teknologi atau teknik produksi adalah tetap

Perubahan dalam dua poin terakhir menyebabkan kurva bergeser ke kanan atau ke
kiri. Pergeseran ke kanan berarti kita mendapatkan lebih banyak output.
Sebaliknya, pergeseran ke kiri menunjukkan kita mendapatkan lebih sedikit
output (inefisiensi).
Mengapa kurva kemungkinan produksi cekung?

Alasan mengapa kurva kemungkinan produksi cekung adalah karena sumber


daya tidak mampu beradaptasi. Akibatnya, ketika kita memproduksi sebuah
barang lebih banyak, biaya peluang yang terlibat lebih tinggi. Dengan kata
lain, ketidakmampuan beradaptasi (inadaptability) membuat kita mengorbankan
lebih banyak barang lain ketika meningkatkan produksi sebuah
barang. Inadaptability tersebut terjadi karena tidak semua sumber daya sama-
sama cocok untuk memproduksi kedua barang tersebut.

Misalnya, di titik C, kita memproduksi 80 pakaian dan 60 sepatu.


Katakanlah, kita kemudian meningkatkan produksi sepatu dan beroperasi pada
titik B. Kita memproduksi 70 unit sepatu, 10 unit lebih banyak dibandingkan di
titik C (60 unit). Tapi, peningkatan tersebut memiliki biaya peluang, yakni
pakaian yang lebih sedikit. Di titik B, kita hanya bisa memproduksi 71 unit, 9 unit
lebih sedikit daripada di titik C (80 unit).

Kemudian, dari titik B, jika kita meningkatkan produksi sepatu menjadi 80


dan beroperasi di titik A, kita harus mengurangi produksi pakaian menjadi 60 unit.
Dengan kata lain, untuk mendapatkan 10 sepatu lebih banyak (80 – 70) , kita
harus mengorbankan lebih banyak dengan mengurangi produksi pakaian sebanyak
11 unit (dari 71 unit menjadi 60 unit). Ada lebih banyak biaya peluang yang
terlibat dibandingkan dengan ketika kita meningkatkan operasi dari titik C ke titik
B.

KURVA INDIFFERENCE

Kurva indifference (indifference curves) adalah kurva yang menghubungkan titik-


titik kombinasi dari sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi dan memberikan
tingkat kepuasan yang sama, atau keadaan di mana konsumen berada dalam
keadaan indifferen dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Gambar di bawah
ini menunjukkan (a) kurva indiferen konsumen dalam mengkonsumsi barang X
dan Y, dan (b) sekumpulan kurva indiferen atau sering dinamakan peta indiferen
(indifference map). Sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Y, sumbu
horizontal menunjukkan jumlah barang X, sedang I1, I2 dan I3 menunjukkan kurva
indiferen kesatu, kedua, dan ketiga. Penggunaan diagram dua dimensi ini adalah
untuk memudahkan analisis, sedangkan untuk lebih dari dua jenis barang dapat
digunakan metode lain , seperti metode matematis atau ekonometrika.
Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum,
yaitu mencapai kurva indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan yang tersedia. Jadi dalam
satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sama. Perhatikan gambar (a),
konsumsi dititik A, B, C dan D adalah terletak pada kurva indiferen yang sama, berarti kepuasan
yang diperoleh juga sama. Pergerakan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari titik A ke
titik C dan sebagainya (perpindahan dari satu ke titik lainnya), berarti konsumen ingin
mendapatkan lebih banyak barang X untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan
konsumen tetap sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C, perpindahan dari C ke
titik B dan sebagainya , berarti harus ada barang X yang dikorbankan untuk mendapatkan
tambahan barang Y . Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat penggantian
barang X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian subsitusi marginal (Marginal rate of
subsitustion), yaitu berapa suatu barang yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang
lain.

Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map, makin jauh
dari titik origin berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva indiferen
I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan yang
diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva indiferen
I1.

Menurut Prof.Dr.Soeharno ( 2006 : 43-44 ) sifat2 kurva indiferen dapat dijelaskan sbb :

 Terdapat banyak kurva indiferen UI , U2 , U3..Un Susunan kurva indiferen


disebut peta indi feren .
 Kurva indiferen yang letaknya lebih tinggi menunjukkan kepuasan yang lebih
tinggi .
 Kurva indiferen mempunyai arah ( slope ) yang negatif . Apabila konsumen
berkeinginan untuk menambah konsumsi barang X maka konsumsi barang Y
hams dikurangi untuk mendapatkan kepuasan yang sama .
 Dua kurva indiferen tidak berpotongan.Kurva indiferen yang tinggi
menggambarkan kepuasan yang lebih tinggi.Kalau dua kurva indiferen
berpotongan misalnya di titik Z maka berarti kombinasi barang X dan Y yang
sama akan memberikan kepuasan yang lebih tinggi
 Sesuai dengan sifat ( 3 ) , kurva indiferen mencekung terhadap titik O
 Kemiringan ( slope ) kurva indiferensi menunjukkan Substitusi Marginal
( Marginal Rate of Substitution = MRS )

Contoh analisis kurva indifference (indifference curve)

Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat memilih kombinasi
konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia memilihnya. Sebagai contoh, Anda diberi
kombinasi barang tertentu, misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, Anda diberi
beberapa alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda, misalnya 8 unit
pakaian dan 10 unit buku.

Jika Anda menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit buku lebih rendah
daripada pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan memilih kombinasi barang yang pertama. Anda
menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak berbeda atau indifferen.
Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh beberapa kombinasi
barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Anda
akan memberikan utilitas yang sama. Setiap kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.

Kombinasi barang Pakaian Buku


A 20 4
B 10 8
C 8 10
D 5 16
E 4 20
Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.

Tabel dan Kurva di atas merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang tak terhitung
banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini dapat diulang sebanyak yang diperlukan.
Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang
memberikan tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen.

Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih
tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua
barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan
semakin jauh dari titik nol.

Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang
diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan
peta indiferen (indifference map). Sebagai contoh, Kurva berikut ini memperlihatkan kurva
indiferen yang dikembangkan dari Kurva sebelumnya, yaitu sebagai berikut.
Jadi, kurva IC2 menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi dibandingkan kurva IC1, kurva
IC3 lebih tinggi dibandingkan kurva IC2, dan seterusnya.

5. KURVA PENGORBANAN ( OFFER CURVE )

Di dalam hukum permintaan yang timbal balik ini, baik permintaan maupun penawaran,
keduanya menentukan jumlah barang yang dljual dan dibeli serta tingkat harganya.
Alfred Marshall membandingkan permintaan dan penawaran dengan bagian atas dan
bawah dari sebuah gunting, di mana keduanya itulah yang melakukan pemotongan
Menurut John Stuart Mill diperlukan banyak informasi untuk menentukan tingkat harga.
Sebagai tambahan terhadap biaya-biaya produksi diperlukan data-data mengenai
permintaan. Harga di dalam perdagangan internasional ditentukan oleh Hukum
Permintaan yang Timbal Balik.

Hukum tersebut tidak akan berlaku apabila perdagangan berlangsung antara suatu negara
besar dengan suatu negara kecil, karena tingkat harga di negara besarlah yang akan
berlaku. Akan tetapi dalam hal pennintaan dan penawaran negara lain, maka akan berlaku
hukum tersebut untuk menentukan harga dalam perdagangan yang akan dilangsungkan.

Kurva-kurva Pengorbanan dari Marshall dan Edgeworth

Teori dari hukum permintaan timbal balik dari Mill tersebut oleh Marshall dan
Edgeworth diterangkan dengan menggunakan kurva yang disebut "Kurva Pengorbanan".
Di dalam gambar la, kita lihat bahwa perbandingan harga antara barang X dan barang Y
serupa dengan kurva kemungkinan produksi pada biaya konstan, tetapi mempersoalkan
suatu jumlah harga Y, ini diperlihatkan olehslope kurva yang negatif.

Opportunity Cost

Salah satu hasil dari model posibilitas yang sangat nyata dalam kehidupan kita adalah
ketika memiliki sedikit sumber daya untuk memperoleh output, seperti untuk
memperoleh nilai tinggi matakuliah ekonomi, maka Anda mesti mengorbankan output
yang lain misalnya nilai matakuliah matematika. Pengotbanan ini dinamakan dengan
Opportunity Cost. Secara definisi, Opportunity Cost merupakan suatu alternatif bernilai
tertinggi yang dikorbankan oleh pembuat keputusan ketika membuat suatu pilihan lain.

Nilai 0 jam Eko


Matematika jam Eko

jam Eko
c jam MM
10 jam Eko
iam MM
F Nilai
Ekonomi
Lihat Grafik, Ketika seorang mahasiswa ingin mendapatkan nilai matakuliah ekonomi yang
lebih tinggi, maka ia harus hisa menerima nilai matematika yang lebih rendah. Biaya Penuh
(Full Cost) yang ada dalam setiap pilihan bukanlah biaya sesuatu barang berlabel harga saja.

Jadi, selain biaya langsung yang keluar dari kantong (secara monetary), ada biaya lain yang
bisa mempengaruhi keputusan yakni Opportunity Cost. Contoh berikut merupakan contoh
pilihan yang biasa dialami oleh mahasiswa di dalam kelas. Mereka telah membuat pilihan
untuk kuliah. Penanyaannya, apakah Biaya Penuh dari keputusan yang mereka buat?

Binya Kuliah Biaya langsung kuliah 4 Binya tak langsung kuliah (Opportunity Cost)

Menurut Anda, apakah Opportunity Coşt merupakan suatu hal yang penting untuk difikirkan
öleh mahasiswa dalam membuat keputusan unluk kuliah? Anda perlu memikirkan dua
pertanyaan berikut:
 Apakah biaya langsung kuliah? yakni biaya yang keluar dari kantong si mahasiswa
antara lain membqyar biaya bimbingan belajar, biaya pendaftaran, uang kuliah, bükü,
alat-alat tulis dan lain-lain?
 Apakah biaya tidak langsung kuliah? Yakni, adakah kegiatan lain yang dapat dilakukan
oleh mahasiswa dengan waktu dan energinya untuk kuliah?

Mesti Anda ingat bahwa Opportunity Coşt bukan saja terkait besaran rupiah yang keluar dari
kantong Anda, tetapi yang dilihat dişini adalah nilainya. Apabila Anda tidak kuliah, mungkin
Anda dapat bekerja di satu instansi. Allinya Anda akan mengorbankan gaji yang hisa diperoleh
jika bekerja, atau mungkin kehilangan waktu luang unluk bermain bersama keluarga, mengurus
anak, liburan atau waktu bersantai.

Apabila nilai Opportunity Coşt kuliah itü terlalu tinggi, Sebagai pembuat keputusan sebaiknya
Anda memutuskan untuk tidak kuliah. Satü contoh lagi, misalkan saja Anda seorang atlit
kampus. Ada tim profesional yang mendatangi Anda dan menawarkan agar bergabung dalam
tim mereka, maka ada kemungkinan Anda akan mengoıbankan gaji bernilai jutaan rupiah yang
bisa diperoleh jika Anda tetap memilih untuk kuliah, atau bisa juga kehilangan kesempatan
menjadi seorang atlit profesional.

Anda mungkin juga menyukai