OLEH :
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini menfokuskan pada keuntungan
mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak
dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan negara lain. Adam Smith mengemukakan bahwa negara akan makmur
apabila mampu mengembangkan produksinya melalui perdagangan. Agar produksinya
meningkat perlu adanya pembagian kerja internasional dalam menghasilkan barang.
Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai
negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli
Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Teori Heckscher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan
dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit
model H-O tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik
pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai
mekanisme harga neoklasikal ke dalam teori perdagangan internasional. Model ini
berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam
factor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang
yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor
barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris
dengan model H-O, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh
Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk
mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal dan sebagainya.
a. Pemilik barang menunjuk salah satu broker yangahli dalam salah satu komoditi.
b. Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama mengenai jenis
dan jumlah serta mutu dari barang tersebut.
c. Broker meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya, harga transaksi
ini disampaikan kepada pemilikbarang.
d. Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah disesuaikan dengan
situasi pasar serta serta kondisi perkembangan dari barang yang akan dijual. Harga
ini akan menjadi pedoman bagi broker untuk melakukan transaksi.
e. Jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang mendapat
tawaran dari pembeli yang sama atau yang melebihi harga lelang.
f. Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar lelang secara
bawah tangan.
g. Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggota yang tergabung
dalam salah satu commodities exchange untuk barang-barang tertentu.
h. Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh pihak yang di
wakilinya.
5. Package Deal
Untuk memperluas pasaran hasil kita terutama dengan negara-negara sosialis,
pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan
salah satu negara. Perjanjian itu menetapkan jumlah tertentu dari barang yang akan di
ekspor ke negara tersebut dan sebaliknya dari Negara itu akan mengimpor sejumlah
barang tertentu yang dihasilkan negara tersebut.
6. Penyelundupan (Smuggling)
Adalah setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara
lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu: a.
Seluruhnya dilakukan secara ilegal
b. Penyelundupan administratif / penyelundupan tak kentara / manipulasi (Custom
Fraud)
7. Border Crossing
Merupakan perdagangan bagi negara yang berbatasan yang dilakukan dengan
persetujuan tertentu. Tujuan perdagangan ini untuk mempermudah penduduk yang
berada di Negara perbatasan agar lebih mudah dalam berbelanja. Border Crossing
dapat terjadi melalui:
a. Sea Border Crossing (lintas batas laut)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua Negara yang memiliki batas negara
berupa lautan, perdagangan dilakukan dengan cara penyebrangan laut dan
dilakukan berdasarkan persetujuan serta ketentuan yang berlaku.
b. Overland Border Crossing (lintas batas darat)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua Negara yang memiliki batas negara
berupa daratan, perdagangan dilakukan dengan cara setiap penduduk negara
tersebut melakukan interaksi dengan melewati batas daratan di masing-masing
negara melalui persetujuan yang berlaku.
Indonesia sudah mulai terlibat dalam WTO (World Trade Organization) sejak tahun
1994. Dengan terbitnya UU 7 Tahun 1994 tanggal 2 November 1994 tentang ratifikasi
(pengesahan) “Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia” dan Indonesia resmi
menjadi anggota WTO dan persetujuan di dalamnya secara hukum bagian dari legislasi
nasional. Sebagai anggota WTO, Indonesia tentu tidak bisa lepas dari berbagai perjanjian
liberalisasi perdagangan. Perdagangan bebas dalam perjanjian apapun, baik regional, bilateral
dan multilateral memberikan lebih banyak manfaat bagi negara-negara yang meningkatkan
daya saing. Ini adalah alat, bukan tujuan, satu-satunya ideologi. Aksesi Indonesia ke WTO
harus mengarah agar perdagangan internasional menjadi lebih baik, juga dapat meningkatkan
nilai ekonomi dari perdagangan internasional membawa manfaat besar bagi pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bangsa. Dalam perkembangannya, perdagangan
internasional di Indonesia mengalami naik turun. Neraca perdagangan Indonesia di April 2019
defisit US $ 2,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor dan impor naik adalah kembali defisit
perdagangan lebih dari $ 2 miliar selama lima bulan terakhir. Kenaikan defisit perdagangan
minyak dan gas memasak hampir tiga kali lipat menjadi 1,49 miliar US $, dan defisit neraca
perdagangan non-minyak dari US $ 1 miliar untuk memicu penurunan kinerja penjualan
Indonesia. Indonesia juga mencatat defisit perdagangan yang besar yang mencapai $ 2,3 miliar
pada bulan Juli 2013 kenaikan harga minyak mentah membuat impor minyak dan gas
melonjak 155% menjadi $ 1,86 miliar. Demikian pula, impor non-minyak tiga kali lipat
menjadi $ 450 juta.
2. Faktor Internal
Keharusan perusahaan-perusahaan ekspor impor untuk memenuhi persyaratan
berusaha adakalanya tidak mendapat perhatian sungguh-sungguh. Persiapan teknis yang
seharusnya telah dilakukan diabaikan karena diburu oleh tujuan yang lebih utama yakni
mendapatkan keuntungan yang cepat dan nyata. Masalah yang bersifat internal meliputi
hal-hal yang terjadi di dalam perusahaan yang akan mempengaruhi kegiatan ekspor impor.
Masalah tersebut antara lain :
1) Persiapan Teknis
Menyangkut persyaratan-persyaratan dasar untuk pelaksanaan transaksi ekspor
impor berupa :
• Status badan hukum perusahaan
• Adanya izin usaha (SIUP) serta izin ekspor maupun impor (APE,APES,
API, APIS, APIT)
• Kemapuan menyiapkan persyaratan-persyaratan lain seperti dokumen
pengapalan, realisasi pengapalan serta kejujuran dan kesungguhan
berusaha termasuk itikad baik.
Dari sisi eksportir terkadang masalah yang timbul adalah kemampuang yang
bersangkutan dalam menyiapkan dokumen-dokumen pengapalan serta itikad baik
dan kejujuran untu mengirimkan barangnya. Perusahaan ekspor impor haruslah
menjaga reputasi perusahannya, disamping itu untuk menjamin kelangsungan izin
usahanya maka kontinuitas aktivitas –aktivitas transaksinya harus dipertahankan
dan ditingkatkan.
2) Kemampuan dan Pemahaman Transaksi Luar Negri
Keberhasilan transaksi ekspor impor sangat didukung oleh sejauhmana
pengetahuan atau pemahaman eksportir/importir menyangkut dasar-dasar
transaksi ekspor impor, tata cara pelaksanaan, pengisian dokumen serta
peraturanperaturan dalam dan luar negri.
3) Pembiayaan
Pembiayaan transaksi merupakan masalah yang penting yang tidak jarang
dihadapi oleh para pengusaha eksportir/importir kita. Biasanya masalah yang
dihadapi antaralain ketercukupan akan dana, fasilitas pembiayaan dana yang dapat
di peroleh serta bagaimana cara memperolehnya. Dalam hal ini para pengusaha
harus mampu mengatur keuangannya secara bijak dan mempelajari serta
memanfaatkan kemungkinan fasilitas-fasilitas pembiayaan untuk pelaksanaan
transaksi-transaksi yanmg dilakukan. Menyangkut bagaimana para
eksportir/importir membiayai transaksi perdagangan.
4) Kekurangsempurnaan Dalam Mempersiapkan Barang
Khusus dalam transaksi ekspor, kurang mampunya eksportir dalam
menanggulangi penyiapan barang dapat menimbulkn akibat yang tidak baik bagi
kelangsungan hubungan transaksi dengan rekannya di luar negri. Masalahmasalah
yang timbul adalah akibat dari hal-hal berikut :
• Pengiriman barang terlambat disebabkan oleh kesulitas administrasi dan
pengaturan pengangkutan, peraturan-peraturan pemerintad dan
sebagainya.
• Mutu barang yang tidak dapat dipertahankan sesuai dengan perjanjian
• Kelangsungan penyediaan barang sesuai dengan perjanjian tidak dapat
dipenuhi.
• Pengepakan yang tidak memenuhi syarat
• Keterlambatan dalam pengiriman dokumen-dokumen pengapalan.
3. Kecendrungan Perdagangan Luar Negeri (Globalisasi)
Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih negara
di pasar dunia. Dewasa ini, hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi semua kebutuhannya
sendiri tanpa mengimpor barang/jasa dari negara lain. Begitu pula, suatu negara yang memiliki
surplus dapat mengekspor produknya ke luar negeri. Dalam sistem perdagangan internasional,
biasanya suatu negara yang melakukan impor barang ke luar negeri tidak terorientasi kepada laba
atau keuntungan, akan tetapi pemenuhan kebutuhan akan barang terhadap masyarakat negara
tersebut.
Faktor-Faktor Pendorong Adanya Perdagangan Internasional
a. Keanekaragaman Kondisi Produksi
Keanekaragaman kondisi produksi merujuk kepada potensi faktor-faktor produksi yang
dimiliki suatu negara. Dengan kata lain, melalui perdagangan, suatu negara dapat
memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkannya di dalam negeri.
b. Penghematan Biaya Produksi / Spesialisasi
Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara memproduksi barang dalam
jumlah besar, sehingga menghasilkan increasing returns to scale atau biaya produksi rata-
rata yang semakin menurun ketika jumlah barang yang diproduksi semakin besar. c.
Perbedaan Selera
Sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah sama, namun setiap negara
mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka berbeda.
Kritik terhadap globalisasi bersumber dari efek buruk yang mungkin ditimbulkan oleh
globalisasi. berikut implikasi buruk dari globalisasi :
Dalam rangka pencapaian tujuan suatu negara maka diperlu adanya program-program
pembangunan yang berkesinambungan dengan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Salah satu
syarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan adalah cukup tersedianya dana investasi.
Kebutuhan dana investasi tersebut secara ideal seharusnya dapat dibiayai dari dana (tabungan)
dalam negeri. Tetapi dalam kenyataannya seperti negara berkembang lainnya, Indonesia masih
menghadapi masalah keterbatasan modal dalam negeri yang dibutuhkan untuk pembiayaan
pembangunan. Hal tersebut tercermin dengan adanya kesenjangan antara tabungan dalam negeri
dengan dana investasi yang diperlukan. Untuk menutup investasi yang diperlukan ini, pinjaman
luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia. Di
samping itu, pinjaman luar negeri diperlukan dalam upaya menutup kesenjangan antara kebutuhan
valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil kegiatan
ekspor.
a. Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam
upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.
Dengan adanya utang luar negeri membantu pembangunan negara Indonesia, dengan
menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat
dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, hutang luar
negeri bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu dan mempermudah negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN
3. Sebagai sumber investasi swasta
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar
modal
5. Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu
negara
b. Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam
persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar
rupiah jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN, karena utang
luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya, dan masih banyak
akibat jangka panjang yang ditimbulkan pijaman luar negeri ini.
Transaksi yang dicatat di NPI memperlihatkan perubahan, pemberian (tanpa imbalan), timbul atau
hapusnya suatu nilai ekonomi. Pergerakan nilai ekonomi ini dapat terjadi akibat perpindahan
kepemilikan atas barang atau aset finansial, penyediaan jasajasa, penyediaan tenaga kerja, atau
penyediaan modal.