Jika kita lihat pada dasarnya negara A memiliki keunggulan baik dalam produksi pensil maupiun
buku. Meskipun demikian, biaya relatif pensil yang diproduksi di negara A lebih besar dibandingkan
negara B (1 pensil di negara A = 2 buku di negara A, sementara 1 pensil di negara B = 1 buku negara
B). Oleh karenanya negara A dan B dapat melakukan perdagangan, dengan A memproduksi buku dan
B memproduksi pensil.
a. Pembayaran Internasional
Dalam perdagangan intemasional jika suatu barang ditukar dengan barang
lain akan dapat dibandingkan dengan nilai tukar. Nilai tukar adalah harga. Adapun
kegiatan perdagangan internasioanal menimbulkan hak dan kewajiban yang disebut
pembayaran internasional. Perbandingan nilai mata uang dinamakan kurs, sehingga
ada dua kurs yaitu kurs jual dan kurs beli. Untuk menetapkan empat kurs ada sistem
berikut.
1. Kurs letap (fixed exchange rate) adalah penetapan kurs ditentukan oleh pemerintah,
di mana kurs yang berlaku sesuai dengan kurs yang ditetapkannya.
2. Kurs mengambang (floating exchange), adalah kurs dibiarkan fluktuasi bergerak
sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran.
3. Kurs stabil (stabil exchange rafe) adalah kurs yang dibiarkan oleh pemerintah
sedikit menyimpang dari ketentuan yang ada.
4. Multiple kurs adalah kurs yang berlaku di atas atau di bawah kurs yang sudah
diletapkan oleh pemerintah.
1. Diskriminasi Harga/Dumpin
Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yakni menjual
barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah daripada harga di dalam negeri
atau bahkan di bawah biaya produksi.
2. Kebijakan selanjutnya adalah kebijakan premi. Kebijakan premi merupakan salah
satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk memajukan ekspor. Bagaimana
caranya, ya? Caranya adalah dengan memberikan premi kepada badan usaha atau
industri yang melakukan ekspor. Pemberian premi banyak bentuknya nih. Bentuknya
antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pemberian pajak dan fasilitas lain,
dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri.
3. Politik Dagang Bebas
Politik dagang bebas merupakan suatu kondisi ketika masing-masing Pemerintah
memberi kebebasan dalam ekspor dan impor. Kebebasan dalam perdagangan ini akan
membawa beberapa keuntungan seperti mutu barang yang tinggi dan harga yang
relatif murah.
4. Larangan Ekspor
Sesuai dengan namanya, larangan ekspor adalah kebijakan suatu negara untuk
melarang ekspor barang-barang tertentu keluar negeri. Ada beberapa alasan yang
melatarbelakanginya, antara lain karena ada alasan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya
c. Perbandingan Ekspor Indonesia ke Jepang
Ekspor non migas Indonesia selama Januari-Mei 2018 masih didominasi oleh batubara
(HS 27) yang ekspornya masih didorong oleh perbaikan harga dimana nilai ekspornya
mengalami peningkatan 7,7% (YoY) sedangkan volumenya turun 12,6% (YoY). Selain itu,
ekspor juga didominasi oleh bijih, kerak, dan abu logam (HS 26), mesin dan peralatan
listrik (HS 85), perhiasan/permata (HS 71), kayu serta barang dari kayu (HS 44), dan karet
serta barang dari karet (HS 40) dengan nilai ekspor masing-masing sebesar USD 653,3
juta, USD 623,9 juta, USD 527,4 juta, USD 412,9 juta, dan USD 395,8 juta. Ekspor barang-
barang tersebut mengalami peningkatan baik dari sisi nilai dan volume, kecuali ekspor
karet dan barang dari karet yang nilainya mengalami penurunan sebesar 18,7%
meskipun volumenya naik 1,9%.
d. Import Indonesia ke Jepang
Produk impor non migas utama Indonesia dari Jepang selama Januari-Mei 2018 didominasi
oleh mesin dan peralatan mekanik (HS 84) yang impornya mencapai USD 2,0 miliar dan
mengalami peningkatan sebesar 37,7% dibandingkan dengan Januari-Mei 2017. Selain itu,
impor kendaraan bermotor dan bagiannya (HS 87) juga cukup besar dengan nilai impor
mencapai USD 1,2 miliar dan mengalami peningkatan sebesar 37,0% (YoY). Sementara itu,
impor yang mengalami peningkatan signifikan pada Januari-Mei 2018 terjadi pada impor
perhiasan/permata (HS 71) sebesar 1.270,9% (YoY) dan kapal laut dan bangunan terapung
sebesar 137,4% (YoY). Di sisi lain, impor yang mengalami penurunan antara lain serat stafel
buatan (HS 55) sebesar 11,7% (YoY) dan perkakas dan perangkat potong (HS 82) sebesar
21,7% (YoY).
9. DEVISA
Pengertian Devisa
adalah semua barang yang dapat dipakai seagai alat pembayaran antarnegara serta
dapat diterima oleh dunia internasioral. Devisa dapat berupa wesel asing, cek, valuta asing,
emas batangan, surat-surat berharga, dan sebagainya. Fungsi utama bursa adalah
mempermudah pertukaran dan pembayaran antarnegara.
Sumber Devisa
Devisa diperoleh dari sumber-sumber, antara lain sebagai berikut.
a. Ekspor barang migas dan nonmigas.
b. Penyelenggaraan jasa.
c. Pariwisata. .
d. Kiriman uang asing dari orang Indonesia yang bekerja di luar negeri.
e. Pinjaman dari luar negeri.
Berdasarkan sumber-sumber di atas devisa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. devisa umum yang meliputi nomor a, b, c, dan d.
b. devisa kredit yang berasal dari nomor e.
Suatu negara akan berusaha mendapatkan devisa, karena semakin banyak yang dimiliki oleh
pemerintah dan penduduk suatu negara, maka semakin besar kemampuan negara dalam melakukan
transaksi ekonomi, dan keuangan internasional serta makin kuat pula nilai mata uang negara itu.
Cadangan devisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Cadangan devisa resmi, yaitu cadangan devisa milik negara yang dikelola, dikuasai,
diurus, dan ditatausahakan oleh Bank Indonesia.
2. Cadangan devisa nasional, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perseorangan,
badan, atau lembaga perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional.