Anda di halaman 1dari 21

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

BAB I
KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1. Pengertian perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang dan jasa yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing negara guna memperoleh manfaat perdagangan dari
sebuah negara. Dewasa ini hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa mengimpor barang atau kasa dari negara lain. Contohnya , Jepang sebagai negara
yang memiliki ekonomi yang kuat dan maju masih mengimpor gas alam cair (LNG) dari
Indonesia. Demikian pula Indonesia masih mengimpor barang barang modal dari negara
Amerika atau negara Eropa lainnya untuk keperluan pembangunan industri.Fluktuasi ekspor
dan impor dalam perdagangan internasional tergantung pada faktor pendorong berikut
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional adalah:
a) Adanya sumber kekayaan alam dan keanekaragaman kondisi produksi, yang merujuk kepada
potensi faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara. Contohnya Indonesia, memiliki
potensi besar dalam memproduksi barang-barang hasil pertanian. Dengan kata lain, melalui
perdagangan, suatu negara dapat memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkannya di
dalam negeri dengan mendapatkannya dari negara lain.
b) Perluasan pasar sebuah produk yang dihasilkan oleh sebuah negara dimana produk tersebut
tidak diproduksi oleh negara lain
c) Penghematan biaya produksi/spesialisasi, dan perdagangan internasional memungkinkan
suatu negara memproduksi barang dalam jumlah besar, sehingga menghasilkan increasing
returns to scale atau biaya produksi rata-rata yang semakin menurun ketika jumlah barang
yang diproduksi semakin besar. Jadi, apabila suatu negara berspesialisasi memproduksi
barang tertentu dan mengekspornya, biaya produksi rata-ratanya akan turun
d) Perbedaan selera, sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah sama, namun setiap
negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka berbeda. Contohnya,
Norwegia mengekspor daging dan Swedia mengekspor ikan. Kedua negara akan memperoleh
keunggulan dari perdagangan bilateral tersebut berdasarkan produk unggulan yang berbeda.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 1

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

2. Manfaat Perdagangan Internasional


a) Efisiensi, melalui perdagangan internasional, setiap negara tidak perlu memproduksi semua
kebutuhannya, tetapi cukup hanya memproduksi apa yang bisa diproduksinya dengan cara
yang paling efisien dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan demikian, akan
tercipta efisiensi dalam pengalokasian sumber daya ekonomi sebuah negara.
b) Perluasan konsumsi dan produksi, perdagangan internasional juga memungkinkan
konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara.
c) Peningkatan produktivitas, negara-negara yang berspesialisasi dalam memproduksi barang
tertentu akan berusaha meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian mereka akan
tetap unggul dari negara lain dalam memproduksi barang tersebut.
d) Sumber penerimaan negara, dalam perdagangan internasional juga bisa menjadi sumber
pemasukan kas negara dari pajak-pajak ekspor dan impor sehingga mempercepat
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
e) Memperluas lapangan pekerjaan dengan menyerap penggunaan SDM bagi suatu negara

3. Keunggulan Perdagangan internasional


Dengan adanya perdagangan internasional, suatu negara akan memproduksi satu atau
beberapa barang saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebut
akan mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih murah daripada memproduksi
sendiri. Dengan cara ini negara-negara yang mengadakan hubungan perdagangan internasional
dapat memperoleh beberapa keuntungan.Adapun macam-macam keuntungan antara lain :
a) Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage)
Menurut Adam Smith , teori perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan
terjadi jika masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi barang
tertentu. Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut
mengekspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang
mempunyai kerugian mutlak (Absolute Disadvantage)
b) Keuntungan Komperative (Comperative Advantage)
Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan
menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak, dan
memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan
komperative dibandingkan dengan negara lain
Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 2

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

BAB II
PEMBAYARAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Pembayaran Internasional


Pembayaran intemasional adalah pembayaran atas transaksi yang dilakukan oleh negara-negara
yang terlibat dalam perdagangan internasional berdasarkan kesepakatan yang telah
dirundingkan sebelumnya dan dituangkan ke ddalam sebuah kontrak penjualan. Pembayaran
dalam perdagangan luar negeri pada umumnya dilaksanakan melalui bank.
2. Cara dan Alat Pembayaran Internasional
Pelaksanaan transaksi perdagangan luar negeri dapat diatur dengan cara pembayaran berikut.
a) Cash Payment , pembayaran secara tunai (cash) biasanya dilakukan oleh sksportir yang
belum kenal dengan inportir atau kurang percaya akan bonafiditas importir. Cara
pembayaran tunai di antaranya dilaksanakan melalui :
a. Wesel Bank atas Unjuk (Bankers Sight Draft) yaitu surat perintah yang dibuat oleh bank
domestik yang ditujukan kepada bank korespondennya di negara lain untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada si pembawa surat wesel.
b. Telegraphic Transfer (T/T), yaitu perintah pembayaran yang dikirimkan melalui telegram
atau telex dari bank dalam negeri ke bank korespondennya di luar negeri.
b) Open Account, cara ini merupakan kebalikan dari pembayaran cash. Dengan cara open
account, barang telah dikirim kepada importir tanpa disertai surat perintah membayar serta
dokumen-dokumen. Pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah kebijakan
importir. Dengan cara itu, risiko sebagian besar ditanggung eksportir. Misalnya, eksportir
harus mempunyai banyak modal dan apabila pembayaran akan dilakukan dengan mata uang
asing maka risiko perubahan kurs menjadi tanggungannya.
c) Letter of Credit ,(L/C) adalah sebuah instrumen yang dikeluarkan oleh bank atas nama salah
satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen
tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan atau atas salah satu bank
korespondennya, berdasarkan kondisi-kondisi yang tercantum pada instrumen itu. Eksportir
terjamin akan pembayarannya bila ia memenuhi persyaratan yang diminta oleh importir,
demikian pula importir.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 3

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


d)

Commercial Bills of Exchange , sering disebut juga wesel (draft) atau trade bills, adalah surat
yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah
uang pada waktu tertentu di masa datang. Surat perintah semacam itu sering disebut wese l.

3. Pasar Valuta Asing


Valuta asing atau mata uang asing adalah jenis mata uang yang digunakan di negara lain. Karena
adanya perbedaan nilai mata uang, maka dikenal dengan istilah kurs (nilai -tukar). Valuta asing
dapat diperoleh di pasar valuta asing dimana kita dapat membeli/menukar mata uang asing
untuk keperluan internasional. Fungsi pasar valuta/asing adalah :
a) Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari suatu negara ke negara
lain (misal melalui clearing)
b) Memperlancar terjadinya kegiatan ekspor/impor.
c) Memungkinkan dilakukan hedging. Hedging adalah tindakan pihak tertentu untuk
menghindari kerugian akibat kemungkinan terjadinya perubahan kurs valuta asing di masa
yang akan datang.
4. Sistem Kurs Valuta Asing
Meskipun kurs nilai tukar pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan pasar, namun sesungguhnya
ada faktor lain. yang menentukan besarnya kurs, yaitu sistem kurs valuta asing yang dianut oleh
suatu negara. Secara umum, terdapat tiga sistem penetapan kurs valuta asing, yaitu sistem kurs
tetap, sistem kurs bebas, dan sistem kurs mengambang terkendali. Perbedaan pokok ketiga
sistem tersebut terdapat pada sejauh mana campur tangan pemerintah dalam penetapan nilai
tukar.
a) Sistem Kurs Tetap
Menurut sistem kurs tetap (fixed exchange rate), nilai tukar mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lainnya ditetapkan oleh pemerintah. Walaupun nilai tukar
ditetapkan oleh pemerintah, namun tidak berarti bahwa tidak ada perubahan permintaan
dan penawaran atas suatu mata uang di pasar valuta asing. Dampak dari perubahan
permintaan dan penawaran mata uang asing di pasar valuta asing tersebut akan diredam
oleh pemerintah. Jika terjadi kelebihan penawaran, pemerintah akan membelinya.
Sebaliknya, jika terjadi kelebihan permintaan terhadap mata uang asing tertentu,
pemerintah akan menjual persediaan mata uang yang dimilikinya.
Kelebihan sistem kurs tetap adalah bahwa sistem ini mampu memberikan kepastian
mengenai nilai tukar disamping sistem ini pun banyak mengandung kelemahan, di
Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 4

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


antaranya pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang besar untuk berjaga-jaga jika
dibutuhkan untuk melakukan intervensi pasar.
b) Sistem Kurs Bebas
Kurs bebas adalah nilai kurs uang ditentukan oleh kekuatan pasar, yang biasa juga disebut
dengan kurs mengambang.Keuntungan dari sistem kurs bebas adalah bahwa tingkat kurs
yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan.Dalam sistem kurs devisa yang
betul-betul mengambang, tidak ada masalah surplus atau defisit-neraca pembayaran, sebab
bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa yang
keluar. Sistem ini bisa dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut dapat dipenuhi.
a) Kurs ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar.
b) Tidak ada pembatasan penggunaan valuta asing.
5. Peranan Bank dalam Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri
Transaksi pembayaran antar wilayah di dalam negeri tidak serumit transaksi antar negara
dimana pembayaran dalam negeri menggunakan mata uang yang sama.Dalam sebuah transaksi
perbankan antara dua belah pihak di dalam negeri dengan menggunakan cek dan giro hanya
merupakan pemindahbukuan dari saldo kredit pembayar ke saldo debet penerima pembayaran
saja.
Dalam sebuah contoh , pada lalu lintas pembayaran antarnegara misal seorang eksportir dari
Indonesia mengekspor produk ke Amerika Serikat.Transaksi jual beli yang dilaksanakan lebih
kompleks disbanding transaksi jual beli dua belah pihak dalam negeri.Hal ini disebabkan
perbedaan mata uang yang berlaku di dua negara khususnya di Indonesia menggunakan Rp
(Rupiah) dan Amerika Serikat menggunakan US $ (dollar).
Sering juga transaksi perdagangan antara dua negara menggunakan mata uang negara ketiga ,
misalnya dengan membeli barang dari Jepang kita memakai mata uang dollar Amerika (US$)
dimana kita harus terlebih dahulu menghitung kurs devisa dengan membandingkan nilai barang
dalam US$ ,dalam Yen Jepang atau dalam Rupiah.Permasalahan yang komplek tersebut
menyebabkan lalu lintas pembayaran luar negeri berbeda dengan lalu lintas pembayaran dalam
negeri.
Bagi importir dan eksportir bank devisa merupakan sebuah lembaga dimana mereka dapat
menjual belikan surat wesel luar negeri dan memakainya sebagai mediasi dalam penagihan

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 5

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


kepada debitur di luar negeri.Misalnya dalam transsaksi dengan importir dari Jerman oleh
eksportir dari Indonesia , dalam perjanjian jual beli ini pada dasarnya memalkai satuan mata
uang euro , rupiah dan bahkan dapat memakai mata uang pihak ketiga dalam hal ini US $ (Dollar
Amerika) misalnya.
Pada umumnya para eksportir menghendaki pembayaran atas barang yang dijualnya di negara
lain dengan menggunakan mata uang yang konvertibel dimana dibedakan menjadi dua
kelompok mata uang yaitu :
a) Hard Currencies , atau mata uang kuat yaitu mata uang yang memiliki sifat penerimaan yang
tinggi.Pada umumnya mata uang ini dengan sendirinya mempunyai tingkat konvertibilitas
tinggi , misalnya : US $ Dollar Amerika , Dollar Canada dan Swiss Franc
b) Soft Currencies atau mata uang lemah , yang jarang ada peminatnya jika dibandingkan
dengan hard currencies yang sangat disukai oleh masayarakat dunia.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 6

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

BAB III
PROSEDUR DAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR
1. PROSEDUR EKSPOR
Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan
perdagangan dalam negeri yaitu terdapat pembeli, penjual dan adanya transaksi jual beli. Dalam
perdagangan luar negeri, kegiatan jualnya disebut ekspor dan kegiatan belinya disebut impor
dan transaksinya adalah transaksi ekspor impor. Hanya saja wilayah atau domisili penjual dan
pembeli melintas batas negara dan batas wilayah
Ekspor :
Perdagangan barang antar dua negara dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar
wilayah pabean sebuah negara dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Impor :
Perdagangan barang antar dua negara dengan cara memasukkan barang dari luar ke dalam
wilayah Pabean sebuah negara dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Wilayah Pabean Indonesia:
Wilayah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,dan
ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas
Kontinen yang didalamnya berlaku Undang - undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Perusahaan yang menjual komoditas barang untuk dijual ke luar negeri harus memperhatikan
persyaratan untuk ekspor diantaranya memenuhi beberapa dokumen sebagai berikut :
a) Dokumen legalitas perusahaan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), perusahaan dapat
mengajukan permohonan melalui Departemen Perindustrian dan Perdagangan setempat
(Depdag)
b) Surat Ijin Usaha dari departemen terkait berdasarkan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Misalnya angka pengenal Ekspor (APE) bagi eksportir.
Perdagangan ekspor impor termasuk kegiatan yang mengandung risiko tinggi, karena eksportir
dan importir berjauhan secara geografis,berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum dalam transaksi
ekspor impor. Salah satu risiko yang dihadapi oleh eksportir adalah apabila terjadi penyimpangan
maupun pembatalan kontrak. Risiko tersebut dapat dihindari apabila setiap transaksi ekspor

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 7

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


yang dilakukan, dituangkan dalam bentuk tertulis atau ke dalam bentuk kontrak dagang (sales
contract).
Pada pelaksanaan perjanjian ekspor impor tahapannya sebagai berikut:
a) Pra kontraktual atau tahap awal perjanjian , dalam tahap ini terjadi penawaran produk yang
diajukan oleh penjual (eksportir) biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang,
jumlah serta syarat - syarat lain yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila
penawaran tersebut disetujui oleh pembeli (importir), maka kedua belah pihak
mengikatkan diri untuk melakukan perjanjian jual beli, dengan syarat-syarat yang telah
disepakati.
b) Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian , merupakan realisasi dari tahap awal
perjanjian, yang kemudian dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang
dianggap penting dalam transaksi ekspor impor.
c) Post kontraktual atau tahap setelah perjanjian ;merupakan realisasi dari perjanjian yaitu
pelaksanaan kontrak . Perjanjian jual beli antar negara dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan. Jika dibuat secara tertulis, perjanjian itu disebut kontrak jual beli (sales
contract). Disamping itu juga harus ada, kesepakatan tentang dokumen-dokumen ekspor
impor yang diperlukan.
Dalam suatu kontrak penjualan komoditas barang antara eksportir (penjual) dan importir
(pembeli) biasanya memperhatikan beberapa persyaratan dan kondisi yang disetujui oleh kedua
pihak. Hal ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh eksportir, karena sekali kontrak telah
disetujui, akan mengikat secara hukum.Beberapa kelengkapan berikut ini merupakan informasi
penting yang sebaiknya dimasukkan kedalam kontrak, yaitu :
a) Deskripsi komoditi, termasuk spesifikasi standar/ teknis yang harus dipenuhi
b) Jumlah atau tonasse yang dibeli
c) Harga yang dikenakan yang dinyatakan dalam syarat-syarat penjualan yang disetujui, dan
mata uang yang digunakan dalam transaksi.
d) Syarat-syarat pembayaran dan jangka waktunya
e) Waktu penyerahan barang
f) Prosedur hukum dan arbitrasi jika terjadi perselisihan
g) Syarat-syarat pengepakan
h) Cara angkut
i) Asuransi

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 8

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

2. DOKUMEN EKSPOR
Beberapa dokumen yang diperlukan untuk persyaratan ekspor ditentukan oleh antara kedua belah
pihak yaitu pembeli (importir) dan penjual (eksportir). Eksportir harus berhati-hati dalam
memenuhi secara tepat persyaratan dokumen yang diminta didalam L/C dan mengusahakan
penyerahannya dengan segera agar tidak terjadi kelambatan dalam pembayaran.
Jenis dokumen yang diperlukan adalah :
a)

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) , merupakan dokumen utama yang harus diisi

dengan benar untuk memperoleh persetujuan Bea dan Cukai sesuai dengan SK. Menteri
Keuangan No: 1012/KMK.00/1991 tahun 1991 tentang Pemberitahuan Ekspor Barang. PEB
merupakan satu-satunya dokumen yang diserahkan kepada Bea dan Cukai, dan berguna untuk :

i.

Customs Clearance di negara asal barang (Pelabuhan Muat Eksportir)

ii.

Dokumen utama untuk bahan statistic perdagangan

iii.

Penetapan pajak ekspor

Dokumen PEB yang lengkap terdiri dari 10 dengan perincian 3 lembar ekstra copy dan lainnya
7 lembar untuk keperluan : a. Bank Ekspor (dokumen asli) , b. Bank Indonesia , c. Biro Statistik
(BPS) , d. Kantor Wilayah Departemen Perdagangan , e. Departemen keuangan , f. Bea dan
Cukai , g. Copy untuk eksportir.
Bagi eksportir yang terkena Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET) diperlukan
lembar yang kesembilan untuk Direktorat Jenderal Moneter.
Sesudah PEB dibuat oleh pejabat bea cukai, komoditi ekspor dimasukkan ke dalam kapal, maka
dari pihak pelayaran akan menerbitkan Bill of Lading (B/L). Sebelum B/L diterbitkan, bila
terjadi kehilangan, kerusakan, atau hal-hal lainnya terhadap komoditi ekspor tersebut, maka
pihak pelayaran tidak dapat dituntut tanggungjawabnya.
b)

Bill of Lading (B/L) , dalam Uniform Customs and Practice for Documentary Credit

(UCPDC) Pasal 23 a UCP 600 menetapkan bahwa Bill of Lading adalah dokumen yang secara
nyata menunjukkan nama pengangkut ditandatangani oleh pengangkut/agen yang ditunjuk atas
nama pengangkut, menunjukkan bahwa barang sudah dimuat di atas kapal dengan tanggal
penerbitan. Bill of Lading menunjukkan pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar yang
ditentukan dalam Letter of Credit dan berisikan kondisi pengangkutan.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 9

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


B/L memuat 3 informasi penting yaitu:
i. Tanda terima barang
ii. Kontrak pengangkutan
iii. Pernyataan kepemilikan barang
Dilihat dari fungsinya , ada beberapa jenis B/L diantaranya :
i. Negotiable B/L atau Original B/L, yaitu B/L yang dapat dipergunakan sebagai dokumen
berharga untuk pencairan L/C atau dapat diperjual-belikan. Jenis B/L ini biasanya terdiri
dari satu set (Full Set) yakni Original 1,2,3. Hukum yang berlaku di sini adalah apabila salah
satu lembar original tersebut sudah dipergunakan, maka lembar lainnya tidak berlaku (One
for all, All for One).
ii. Non Negotiable B/L, yaitu copy B/L yang tidak dapat dipakai untuk pencairan L/C
iii. On Board B/L & Receipt B/L , On Board artinya barang sudah diterima di atas kapal yang
mengangkut barang tersebut yang pada prinsipnya tanggal B/L sama dengan tanggal On
Board. Permintaan dalam L/C umumnya adalah On Board B/L
iv. Clean and foul Bill of Lading , Hampir semua persyaratan L/C meminta Clean B/L yang
artinya di dalam B/L tidak terdapat catatan yang menyebutkan kekurang sempurnaan
packing termasuk cargonya sendiri, misalnya drum bocor (Breakage of drum), Steelband
berkarat (Rusted steelbend), packing yang jelek (Poor packing), kekurangan barang
(Shortage of quantity) dan lain-lain Singkatnya Clean B/L adalah B/L yang tanpa catatancatatan tambahan. Lawan dari Clean B/L adalah Foul B/L, artinya B/L tersebut cacat
dengan catatan tambahan yang menjelaskan tentang keadaan packing yang kurang
sempurna dan lain sebagainya.
v. Long Form and Short Form B/L , pada umumnya pada halaman belakang B/L tercantum
persyaratan B/L yang mencakup syarat pengangkutan yang ditetapkan sepihak oleh
pelayaran. Dengan demikian bila terjadi selisih pendapat antara pengirim dengan
pengangkut barang atau perusahaan pelayaran, syarat-syarat pengangkutan inilah yang kan
dijadikan sumber acuan. B/L semacam ini disebut Long Form B/L. Dalam hal ini jika terjadi
selisih pendapat antara pengirim dengan pengangkutan disebut dengan Short Form B/L.
Dalam hal ini jika terjadi selisih pendapat maka hukum negara di mana perusahaan
pelayaran berdomisili itulah yang akan dipakai sebagai sumber acuan
vi. Combined Transport B/L Multimodal B/L dan Single Modal B/L , Adalah jenis B/L yang
mempergunakan lebih dari semacam transportasi dengan B/L yang sama, artinya setelah sampai di
pelabuhan tujuan akan diteruskan dengan mempergunakan 2 atau lebih jenis alat angkut yang berbeda
(laut, darat, udara). Kebalikan dari Multi Modal adalah Single Modal
Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 10

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


vii. Stale B/L , Untuk jarak yang dekat seperti Jakarta-Singapura kapal akan tiba di pelabuhan tujuan
dalam waktu 124 jam sehingga ada kemungkinan kapal sudah tiba, Namun B/L terlambat 1 atau 2
hari. Sehingga B/L tersebut menjadi basi/Stale, inilah yang disebut sebagai Stale B/L

viii. Express B/L , Untuk menghindari Stale B/L maka dipergunakan Express B/L yakni B/L yang dikirim
melalui Fax, untuk itu B/L asli tidak perlu diserahkan. Dengan Faxed B/L tersebut maka barang
tersebut dikeluarkan dari pelabuhan tanpa perlu menggunakan B/L asli. Ada juga cara lain yaitu
dengan mempergunakn jaminan bank yang menjamin paling lama 3 bulan kemudian B/L asli akan
diserahkan

c) Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate Of Origin/ COO , surat keterangan asal barang,
yang dibuat oleh dinas teknis terkait di negara penjual dengan tujuan untuk menjamin keaslian
barang-barang yang bersangkutan. Di dalam sertifikat itu dijelaskan bahwa barang tersebut
benar-benar hasil produksl dari negara penandatangan sertifikat tersebut, sehingga secara
tidak langsung sertifikat itu merupakan suatu jaminan atas kualitas barang tersebut.
d) Faktur atau "Invoice", yaitu dokumen dari penjual sebagai, lampiran B/L, yang berisi catatan
barang-barang yang dikirim beserta harganya ditempat penjual. Ada dua macam "Invoice",
yaitu:
i. Commercial Invoice: Invoice yang dibuat oleh penjual, berisi perincian barang-barang yang
dikirim beserta harga
ii. Consular Invoice: invoice yang dibuat dan ditandatangani oleh konsul dagang dari negara
pembeli yang berdomisili di negara penjual.
e) Polis Asuransi, yaitu tanda bukti bahwa barang-barang yang dikirimkan itu sudah
diasuransikan
f) Packing List, yaitu suatu daftar tentang koli-koli beserta isinya, dibuat oleh perusahaan yang
mengepak barang-barang tersebut
g) Weight List (certificate of weight), yaitu daftar timbangan/beratnya barang-barang di
pelabuhan pemuatan.
3. PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI EKSPOR
Pembayaran dalam transaksi ekspor impor juga memegang peranan penting. Cara pembayaran
yang digunakan ditentukan dan disepakati bersama dalam sales contract.
Cara pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan:
a) Pembayaran di muka ( Advance Payment ) , Sistem pembayaran ini dilakukan manakala
pembeli (importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual, (eksportir) sebelum

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 11

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak. Kesepakatan tersebut tercantum
dalam kontrak jual beli (sales contract).
b) Wesel Inkaso , Cara pembayaran dimana eksportir adalah sebagai penarik wesel (drawer)
yang memerintahkan kepada importir sebagai si tertarik (drawee) untuk membayar sejumlah
uang pada waktu yang ditentukan dalam wesel itu.
c) Perhitungan kemudian (Open Account) , f. Importir akan membayar barang setelah barang
tiba di tempat importer berada. Eksportir menanggung segala risiko, sedang importir
mendapat penangguhan pembayaran. Transaksi ini merupakan transaksi yang langsung
antara eksportir dengan importir. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang, kemudian
mengirimkan "invoice" atau "faktur" kepada importir yang mencantumkan tanggal atau
waktu pembayaran harus diselesaikan.
d) Konsinyasi (Consignment) , h. Dalam pelaksanaan pembayaran konsinyasi importir tidak
berfungsi sebagai pembeli, melainkan hanya sebagai penerima titipan dari supplier untuk
menjualkan komiditi/barang tertentu yang dikirimkan. Pembayaran baru dilakukan setelah
komoditi tersebut terjual, kemudian mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier
melalui Bank atau pos. Dan importir mendapatkan komisi dari hasil penjualan.
e) Letter of Credits (L/C) ,pengertian secara umum Letter of Credit, merupakan suatu pernyataan
dari bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk
menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga
(eksportir).

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 12

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

BAB IV
PEMBAYARAN DAN MEKANISME LETTER OF CREDIT (L/C)
Pada prinsipnya, Letter of Credit atau L/C dan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri atau
SKBDN itu sama. Perbedaan antara keduanya, Pertama : Ditinjau dari lokasi penjual dan pembeli.
L/C digunakan untuk transaksi perdagangan yang melibatkan penjual dan pembeli yang berada di
negara yang berbeda dan bersifat internasional. Sedangkan untuk SKBDN berlaku untuk penjual
dan pembeli yang berada di wilayah domestik Indonesia.Kedua : Lalu lintas komoditas yang
diperdagangkan. Jika barang yang diperdagangkan melewati batas kepabeanan negara lain, maka
digunakanlah L/C. Jadi misalnya penjual dan pembeli sama-sama berlokasi di Indonesia, namun
barangnya didatangkan dari Jepang, maka yang digunakan adalah L/C, bukan SKBDN. SKBDN
digunakan jika barangnya asli dari Indonesia, atau dari luar negeri namun sudah masuk ke
kepabeanan Indonesia. Ketiga : Acuan Formal . Pelaksanaan L/C pada umumnya mengacu pada
kebiasaan praktik perdagangan yang telah dibakukan oleh International Chamber of Commerce
(ICC),

yaitu

Uniform

Customs

and

Practice

for

Documentary

Credit

(UCPDC).

Pertama kali dipublikasikan pada 1933, UCPDC telah mengalami beberapa kali revisi sesuai
perkembangan dan dinamika perdagangan internasional, yaitu tahun 1951, 1962, 1974, 1983
(dikenal dengan UCP 400), 1993 (UCP 500), dan pada 2006 dilakukan revisi keenam dengan
terbitnya publikasi ICC No. 600 yang berlaku efektif tanggal 1 Juli 2007, yang dikenal dengan UCP
600 dan banyak digunakan sebagai acuan sekarang.
Sedangkan pelaksanaan SKBDN mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2003 tentang Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
Bagaimanapun, klausul dan teknis yang diatur dalam PBI di atas banyak mengadopsi klausulklausul dalam UCPDC.
1. Pengertian Letter of Credit (L/C)
Letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan bank devisa atas permintaan importir
nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi
relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan bahwa eksportir penerima L/C diberi hak
oleh importir importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas Bank
Pembuka untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan menjamin
untuk mengakseptir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi syarat yang
tercantum di dalam surat itu.
Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 13

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

2. Keunggulan Letter of Credit (L/C)


L/C adalah suatu alat (instrumen) yang memudahkan transaksi dagang antara eksportir dengan
importir yang belum saling mengenal, atau yang tidak mempunyai ikatan khusus tertentu. L/C
dianggap instrumen yang paling penting dan paling aman didalam transaksi perdagangan
internasional, terutama dilihat dari sudut sistem pembayaran. Peranan L/C dalam perdagangan
internasional adalah
a) Mempermudah lalu lintas pembayaran
b) Mengamankan dana yang disediakan importir untuk melunasi kewajibannya
c) Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.
3. Persyaraan L/C
a) Dokumen L/C ekspor
a. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
b. Copy KTP pejabat perusahaan.
c. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor.
d. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor.
e. Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi).
f.

Membuka rekening di Bank.

b) Dokumen L/C impor


a. Copy API (Angka Pengenal Importir).
b. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
c. Copy KTP pejabat perusahaan.
d. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor.
e. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C.
f.

Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.

g. Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul dalam proses
L/C Impor).

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 14

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)

c) SKBDN
a. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
b. Copy KTP pejabat perusahaan.
c. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN.
d. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN.
e. Membuka rekening di Bank

4. Keuntungan yang diperoleh eksportir dari L/C


a) Kepastian pembayaran dan menghindari risiko .Sekalipun eksportir tidak mengenal
importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi eksportir bahwa
tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan.
b) Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan , jika barang sudah dikapalkan, maka
dengan adanya L/C shipping documents dapat langsung diuangkan atau dinegosiasikan
dengan Advising Bank dan tidak perlu lagi menunggu pembayaran atau kiriman uang dari
importir. Advising Bank atau Negotiating Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen
pengapalan itu karena pembayarannya sudah dijamin oleh Opening Bank.
c) Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila ada L/C
d) Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta . Di berbagai negara terdapat pembatasan
transfer valuta asing dan diperlukan izin impor sebelum dilakukan pembukaan L/C. Oleh
karena itu, pada setiap pembukaan L/C Opening Bank sudah menyediakan valuta asing
untuk setiap tagihan yang didasarkan pada L/C tersebut.
e) Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga bila importir bersedia
membuka L/C dengan syarat "Red Clause", maka eksportir dapat memperoleh uang muka
dari L/C yang tersedia. untuk memulai produksi barang yang akan diekspor itu.
5. Keuntungan L/C bagi importir:
a) Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank meminjamkan nama baik dan
reputasinya kepada importer sehingga dapat dipercayai oleh eksportir. Eksportir yakin
bahwa barang yang akan dikirimkan pasti akan dibayar.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 15

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


b) L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan
diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena akan diteliti oleh bank yang sudah
mempunyai keahlian dalam hal itu.
c) Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamananyang pasti akan dipatuhi
oleh eksportir agar dapat menarik uangdari L/C yang tersedia.
6. Perjanjian Dasar Pembukaan Letter of Credit
Perjanjian pembukaan Letter of Credit yang diadakan bukan merupakan perjanjian yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan, perjanjian tambahan dari perjanjian pokoknya yang berupa
perjanjian jual beli yang tertuang dalam kontrak dagang (Sales Contract) antara eksportir dan
importir. Proses pembukaan L/C dimulai dengan adanya kontrak jual beli antara penjual dan
pembeli yang mensyaratkan pembukaan L/C sebagai pembayarannya, pembeli kemudian
mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di negaranya untuk manfaat pihak penjual.
Jalannya pembukaan suatu L/C secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Importir meminta kepada bank devisanya untuk membuka sebuah Letter of Credit (L/C)
sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi hutangnya kepada eksportir, sejumlah
yang disepakati dalam sales contract dan sesuai dengan syarat-syarat pencairan. L/C yang
dibuka adalah untuk dan atas nama eksportir atau orang atau badan usaha lain yang
ditentukan eksportir, sesuai kesepakatan dalam sales contract. Bank devisa yang diminta
eksportir membuka L/C itu disebut opening bank. Opening bank inilah yang bertanggung
jawab melakukan pembayaran atas L/C itu kepada eksportir penerima L/C. Importir yang
disebut pembukaan L/C disebut applicant.
b) Opening bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan importir, melakukan
pembukaan L/C melalui bank korespondennya di negara eksportir. Pembukaan L/C
dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile, atau media elektronik lainnya yang sah.
Penegasan pembukaan UC dalam bentuk tertulis itu disebut L/C confirmation yang
diteruskan oleh opening bank kepada bank korespondennya untuk disampaikan kepada
penerima, yaitu eksportir yang disebut dalam surat itu. Bank koresponden yang diminta
opening bank untuk menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut Advising Bank.
c) Advising Bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C yang diterimanya dari
opening bank meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada eksportir yang berhak
menerima dengan surat pengantar dari Advising Bank. Surat pengantar itu disebut L/C
advice, sedangkan eksportir penerima L/C disebut sebagai beneficiary dari L/C itu. Bila

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 16

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


Advising Bank diminta dengan tertulis oleh opening bank untuk turut menjamin
pembayaran atas L/C tersebut,maka Advising Bank juga disebut sebagai confirming bank.
7. Isi pokok dari Letter of Credit antara lain:
a) Nomor dan tanggal L/C
b) Jenis dan sifat L/C yang dibuka.
c) Nama dan alamat eksportir (penerima L/C) yang lazim disebut sebagai "beneficiary".
d) Jumlah dana yang tersedia.
e) Uraian barang dan jumlahnya.
f) Perincian dokumen pengapalan yang disyaratkan seperti:
a. Bill of Lading
b. Faktur perdagangan
c.

Daftar Pengepakan

d. Daftar kubikasi
e. Daftar timbangan
f.

Keterangan negara asal

g. Sertifikat mutu
h. Laporan Kebenaran Pemeriksaan
i.

Polis asuransi, dan lain-lain.

g) Batas waktu pengapalan terakhir.


h) Batas waktu berlakunya L/C.
i) Syarat pengapalan seperti partial shipment, transshipment dan lain-lain.
j) Ketentuan negosiasi dokumen pengapalan.
8. Mekanisme pembayaran L/C dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
a) Tahap pembukaan
Importir mengajukan permohonan pembukaan L/C kepada sebuah bank yang dianggap
bonafide. Untuk ini importir diminta mengisivformulir aplikasi (permohonan) pembukaan
L/C yang mencantumkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir di negara lain.
b) Tahap penerusan kredit advis
Apabila Issuing Bank menyetujui aplikasi pembukaan L/C, maka Issuing Bank menerbitkan
"kredit advis" yang menyebutkan bahwa pembeli akan membayar sejumlah uang kepada

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 17

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


penjual atas barang yang dibeli. Kredit advis ini dilengkapi dengan syarat syarat yang
tercantum daim formulir permohonan L/C yang ditujukan kepada bank di tempat eksportir,
sebagaimana disyaratkan dalam formulir aplikasi tersebut. Apabila nama dari Bank di
negara eksportir tidak disyaratkan oleh importir, maka biasanya Bank pembuka L/C akan
memilih sendiri Advising Banknya yaitu Bank korespondennya yang setelah menerima
advis kredit kemudian akan meneruskannya kepada eksportir.Advising Bank ditempat
eksportir inilah yang akan melakukan pembayaran atau akseptasi atau negosiasi atas
dokumen dokumen yang disyaratkan dan diserahkan oleh eksportir. Dalam tahap
penerusan kredit advis ini, ada kalanya terjadi suatu perubahan dari kondisi L/C yang harus
dilakukan dan harusdisampalkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam L/C, sehingga L/C
yang dibuka harus dimintakan amandements (perubahan-perubahan) terhadap syarat L/C,
khususnya sebelum L/C jatuh tempo. Adanya perubahan terhadap syarat-syarat L/C harus
dimintakan persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam L/C. Sekiranya sudah
disetujui dan sudah cukup lengkap dan tepat, kemudian disampaikan oleh Advising Bank
kepada eksportir dengan surat,kawat atau telex sesuai dengan permintaan importir.
c) Tahap pengapalan barang
Setelah eksportir menerima kredit advis dari Bank koresponden,maka eksportir
mengajukan formulir Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) kepada Perusahaan Pelayaran
untuk dapat mengirim barang yang akan diekspor. Dalam instruksi muat tercantum: jumlah
dan kualitas, harga barang, pelabuhan tujuan, nama pembeli dan penerima barang di luar
negeri, shipping mark, serta syarat pembayaran freight.
Formulir PEB tersebut diajukan kepada kantor Bea dan Cukai untuk mendapatkan izin meat
barang, yang menunjukkan bahwa barang dapat diekspor dan Maskapai Pelayaran
melaksanakan pemuatan barang ke atas kapal dan mengeluarkan dokumen pengangkutan
atau Bill of Lading (B/L). Dokumen pengangkutan yang asli dikirimkan kepada pembeli,
sedang copy-nya diberikan kepada eksportir.
d) Tahap pengumpulan dokumen
Eksportir yang telah menerima dokumen pengangkutan selanjutnya mengumpulkan
dokumen-dokumen yang disyaratkan, yaitu dokumen pengangkutan (Bill of Lading/ Airway
Bill/ Railway Bill); Invoice (Profoma Invoice/ Comercial Invoice/ Consular Invoice); Dokumen
asuransi (Insurance Policy/ Insurance Certificate/ Cover Note).

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 18

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


Dokumen-dokumen utama tersebut masih harus ditambah dengan dokumen-dokumen lain
sebagai pelengkap, yaitu dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis barang yang
diperjanjikan. Misalnya certificate of analysis, certificate of origin dan sebagainya.
e) Tahap penyelesaian pembayaran
Setelah Bank pembayar meneliti kelengkapan dan kebenaran formal dokumen dari
dokumen yang dipersyaratkan dan ternyata sudah sesuai dengan kredit advis, maka Bank
pembayar sejumlah uang yang diperjanjikan kepada eksportir. Eksportir harus mempelajari
dengan seksama semua keterangan yang tercantum di dalam L/C. Kalau semua ketentuan
itu tidak dipenuhi secara cepat dan cermat, maka bank dari importer yang membuka L/C
berhak penuh untuk menolak dokumen pengapalan yang diajukan

dan menolak

pembayaran atas beban L/C itu.


9. Bentuk dan Jenis-jenis Letter of Credit.
Letter of Credit dapat dibedakan menjadi dua bentuk:
a) Revocable Letter of Credit;
Letter of Credit dalam bentuk ini mempunyai risiko yang tinggi, karena kurang menjamin
pembayaran. Pada Letter of Credit yang berbentuk revocable, importir setiap saat dapat
memerintahkan banknya (Issuing Bank) untuk membatalkan L/C yang telah dibuka tanpa
memberitahukan dan meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak eksportir.
Pembatalan yang diperintahkan oleh importir di luar negeri tidak berlaku (tidak
mempunyai kekuatan) bilaman eksportir telah mengapalkan dan wesel ekspor telah
dinegoisir oleh Negotiating Bank pada saat pembatalan diterima.
b) Irrevocable Letter of Credit.
Letter of Credit dalam bentuk ini dapat dibatalkan hanya atas persetujuan ksportir dan
importir. L/C dalam bentuk ini memberikan jaminan pembayaran yang lebih baik jika
dibandingkan dengan Revocable L/C. Dilihat dari segi saat pembayaran, L/C dapat dibagi
menjadi:
a. Sight L/C , L/C yang jika semua persyaratan dipenuhi, maka Negotiating Bank wajib
membayar nominal L/C kepada eksportir paling lama dalam 7 hari kerja.
b. Usance L/C , L/C yang pembayarannya baru dapat dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh
tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan (tanggal Bill of Lading).

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 19

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


c. Red Clause L/C , yaitu L/C dimana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank
pembayar untuk membayar uang muka kepada beneficiary sebagian tertentu atau seluruh
nilai L/C sebelum beneficiary menyerahkan dokumen.
10. Syarat-syaratnya L/C dibagi menjadi:
a) Open L/C , yaitu L/C yang memberi hak kepada eksportir penerima L/C untuk
menegoisasikan dokumen melalui bank mana saja yang diingininya.
b) Restricted L/C negotiating bank dibatasi pada bank tertentu.
c) Documentary L/C yaitu L/C yang mewajibkan eksportir penerima L/C untuk menyerahkan
dokumen pengapalan yang membuktikan pemilikan barang serta dokumen pelengkap
lainnya sebagai syarat untuk memperoleh pembayaran.
d) Revolving L/C yaitu L/C di mana kredit yang, tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu
mengadakan perubahan syarat baik dalam bentuk waktu maupun nilai uang.
e) Back to back L/C yaitu L/C yang dapat dibuka lagi oleh eksportir penerima L/C pertama
kepada eksportir kedua dengan menjaminkan L/C yang diterimanya. L/C ini biasa
digunakan dalam perdagangan segitiga.
11. Para Pihak yang terlibat dalam Letter of Credit.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan L/C adalah:
a) Opener atau Applicant , Importir yang meminta bantuan bank devisanya untuk membuka
L/C guna keperluan penjual atau eksportir.
b) Opening bank atau Issuing Bank , Bank devisa yang dimintai bantuannnya oleh importir
untuk suatu L/C untuk keperluan eksportir. Bank devisa inilah yang memberikan jaminan
kepada eksportir. Oleh karena itu, "nilai" L/C sangat bergantung pada nama baik dan
reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut.
c) Advising Bank , Opening bank membuka L/C untuk eksportir melalui bank lain di negara
eksportir yang menjadi koresponden dari Opening bank tersebut Bank korespondensi, ini
berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang terkandung dalam L/C kepadaeksportir
yang berhak. Oleh karena itu bank korespondensi yang bersangkutan disebut Advising Bank
atau Bank Penyampai Amanat.
d) Beneficiary , Eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang
dari dana L/C yang tersedia itu disebut sebagai penerima L/C atau beneficiary.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 20

DIKTAT MATA KULIAH : LLPDLN (KI 1432)


e) Negotiating Bank , Di dalam L/C biasanya disebutkan bahwa Beneficiary boleh
menguangkan (menegosiasikan shipping document) melalui bank mana saja yang
disukainya asalkan memenuhi syarat L/C. Bank yang membayar dokumen itu disebut
sebagai Negotiating Bank.

Oleh : M Riza Radyanto , S.T , M.T

Halaman 21

Anda mungkin juga menyukai