Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan
pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat
mengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi
secara sosial. Mengapa demikian? Karena jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa
berakibat pada krisis ekonomi dan akibat berantainya akan melanda ke semua negara.
Pembayaran internasional pada umumnya dilaksanakan melalui Bank. Hal ini karena
cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk lalu lintas
perdagangan internasional. Oleh karena itu muncullah cara-cara pembayaran yang lain.
Pada dasarnya pemerintah tidak membatasi penggunaan cara pembayaran yang lain
berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggarang-kelonggaran
agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional semakin meningkat untuk
menambah devisa negara dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Dengan
demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi perdagangan dapa
memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan
banyak keuntungan.
Pembayaran di muka (Advance Payment) ini dilakukan dengan cara pembeli membayar
harga barang sebelum barang tersebut diterimanya atau dikirimkan kepadanya. Ini
berarti bahwa pembeli telah memberika kredit kepada penjual (buyer’s credit), sehingga
penjual dengan kredit tersebut dapat menyiapkan barang yang akan dikirimkannya
kepada pembeli.
Namun cara pembayaran seperti ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain
sebagai berikut :
a) Untuk pembelian barang tersebut, importir harus menyediakan dana walaupun
barang yang dibelinya belum diterimanya.
b) Dengan cara ini, importir menanggung beberapa macam resiko. Yaitu resiko
mengenai sesuai tidaknya barang yang akan datang dengan barang yang dipesan,
resiko keterlambatan datangnya barang dan resiko yang timbul dari jujur tidaknya pihak
eksportir
Dengan demikian, cara semacam ini tidak banyak dipakai dalam perdagangan
internasional. Cara pembayaran semacam ini biasanya disyaratkan oleh eksportir
dimana importir belum dikenal oleh eksportir atau dimana eksportir kurang percaya akan
kredibilitas importir.
Ada beberapa metode pembayaran transaksi advance payment ini, yaitu dengan
menggunakan :
b) Telegraphic transfer
Biasa disingkat dengan menggunakan singkatan T/T, prinsipnya tidak berbeda dengan
wesel bank atas tunjuk seperti yang diuraikan diatas. Perbedaan antara kedua cara
pembayaran tersebut hanya terletak pada cara yang dipergunakan untuk mengirimkan
berita kepada pihak payee. Kalau surat wesel bank, pemberitahuan kepada payee
biasanya dilakukan dengan menggunakan pengiriman lewat pos, sedangkan transaksi
telegraphic transfer berita pembayaran dikirimkan lewat telex. Dengan sendirinya
pengiriman berita perintah pembayaran teresebut oleh pihak bank domestik sebagai
drawer dilakukan dengan menggunakan kata-kata sandi.
c) L/C tunai
Merupakan suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank dimana bank
memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut
dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah uang
tertentu yang harus dibayar bilamana diminta. Pembayaran dengan menggunakan L/C
tunai ini biasanya dilakukan dalam keadaan dimana importir tidak mau membayar harga
barang yang diimpornya sebelum barang yang dipesannya meninggalkan negara
pengekspor dan dimana eksportir menolak mengirimkan barang ke negara pengimpor
sebelum ia memperoleh kepastian atas terselenggaranya pembayaran dengan segera.
d) Traveler’s L/C
Merupakan surat dagang dimana bank memberikan otoritas kepada seseorang seperti
yang ditunjuk dalam L/C tersebut untuk menarik surat wesel atas tunjuk terhadap bank
yang mengeluarkan L/C dengan cara menunjukan L/C tersebut kepada pihak bank
korespondensinya di negara lain. L/C semacam ini banyak dipergunakan oleh
pedagang-pedagang yang keluar negeri dengan maksud berbelanja barang-barang
dagangan berupa barang-barang kelontong.
e) Traveler’s check
Banyak digunakan oleh wisatawan. Travelers Check tersebut oleh para wisatawan dapat
ditukarkan dengan mata uang negara dimana travelers check tersebut diuangkan atau
ditukarkan dengan mata uang lainnya tergantung kepada aturan yang berlaku di negara
bersangkutan, pada bank-bank atau bahkan mungkin juga dapat langsung dibelanjakan
di toko-toko besar di negara tertentu yang lembaga-lembaga finansialnya sudah cukup
maju.
Pada azasnya, travelers check merupakan surat wesel yang ditarik oleh sebuah bank
yang memerintahkan dirinya sendiri untuk memberikan sejumlah uang atas tunjuk
kepada orang yang namanya dicantumkan dalam travelers check tersebut.
Agar travelers check diterima oleh kebanyakan bank di negara lain, perlu dipenuhi
syarat : (1) adanya kepercayaan yang cukup besar dari bank-bank di berbagai negara
terhadap bank atau lembaga keuangan yang menerbitkan travelers check tersebut, (2)
nilai yang tercantum dalam travelers check dinyatakan dalam mata uang kuat dan (3)
travelers check tersebut tidak mudah dipalsu
f) International money order
Mirip dengan banker’s sight draft , perbedaanya yang pokok ialah kalau dalam banker’s
sight draft bank yang menarik surat wesel harus memiliki saldo pada bank yang
bertindak sebagai drawee, dalam money order hal itu tidak diperlukan. Untuk transaksi
money order biasanya transfer yang harus dibayar oleh pihak pengirim uang relatif
sangat rendah.
g) Cek perorangan (personal check)
Dalam artian yang luas, yang dimaksdu dengan cek perorangan meliputi disamping cek
yang dikeluarkan oleh orang perorangan juga cek yang dikeluarkan lembaga-lembaga
non-bank. Bagi pengirim, pembayaran dengan cara ini sangat menguntungkan.
Disamping mudah, penerbitan rekeningnya di bank tendensinya memakan waktu cukup
lama. Dari penerima di lain pihak, transaksi seperti ini kurang menguntungkan, sebab
untuk menguangkannya memakan waktu.
h) Uang kertas dan uang logam
Seperti halnya pembayaran dengan menggunakan cek perorangan, transaksi dengan
menggunakan mata uang asing yang dapat berupa uang kertas atau uang logam relatif
sangat kecil. Pada umumnya yang melakukan pembayaran dengan menggunakan mata
uang asing ialah wisatawan.
Metode open account ini merupakan salah satu cara membiayai transaksi perdagangan
internasional dan bukan merupakan cara melaksanakan pembayaran. Dari segi
pembiayaan transaksi perdagangan, metode open account dapat dipandang sebagai
lawan dari pada metode pembayaran di muka.
Dalam sistem pembayaran ini, pihak eksportir mengirimkan barang kepada importir
tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Commercial invoice atau
faktur dipakai sebagai tanda hutang. Pembayaran dilakukan setelah barang tersebut
laku atau setelah satu/tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai perjanjian yang
disepakati.
Eksportir akan mengalami kesulitan untuk mengurus barang-barang yang sudah berada
di luar negeri. Demikian pula walaupun akseptasi telah dilakukan oleh importir, masih
ada resiko yaitu tidak adanya pembayaran pada saat jatuh tempo jadi Importir bisa saja
membayar dalam waktu yang sangat lama bahkan tidak melakukan pembayaran apa-
apa (fraud) dan tidak mengambil document ekspor pada tempat Importir melakukan
Banking.
Cara pembayaran ini biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang telah saling percaya dan
telah menjalin kerjasama dalam jangka waktu yang relatif lama. Cara pembayaran
collection draft ini diatur dalam URC (Uniform Rules for Collection) edisi terakhir.
Dalam sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan importir hanya
merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Hal ini terjadi karena pengiriman
barang belum menemukan pembeli. Penjualan barang di luar negri dapat dilaksanakan
melalui Pasar Bebas (Free Market) atau Bursa Dagang (Commodites Exchange)
dengan cara lelang.
Untung - rugi pembayaran dengan konsinyasi biasanya cara ini paling menguntungkan
bagi importir karena tidak perlu modal yang besar untuk menjual barang, modal yang
dikeluarkan paling hanya space untuk gudang atau tempat menjualnya. Sedangkan bagi
eksportir timbul resiko, antara lain kemungkinan lamanya modal tertahan karena
menunggu sampai terjualnya barang, atau adanya keterlambatan pembayaran walau
barang sudah terjual. Untuk mengurangi resiko, eksportir dapat menggunakan jasa
"bonded warehouse" (entreport) sebagai pihak yang menyimpan barang untuk dititipkan
sampai barang terjual.
Berdasarkan L/C, maka bank yang terlibat setuju mengadakan pembayaran atas
dokumen-dokumen yang diserahkan, bila menurut pengamatannya telah memenuhi
persyaratan L/C. Bank sama sekali tidak terikat dan tidak punya kepentingan atas
kontrak-kontrak barang yang dikapalkan. Bila barang yang dikapalkan tersebut ternyata
salah atau rendah mutunya, tetapi dokumen yang bersangkutan memenuhi syarat, maka
importir lah yang bertanggung jawab atas pembayarannya, kendatipun dokumen-
dokumen tersebut telah dipalsukan.
a) 'opener' yang sering disebut juga 'account', yaitu pihak yang mengajukan
perrnintaan pembukaan letter of credit kepada bank. Sebagai 'opener' dalam pemiagaan
intemasional adalah importir,
b) 'issuer' atau 'issuing bank', yaitu bank di negara importir yang mengeluarkan letter
of credit atas permintaan importir,
c) 'beneficiary' yang disebut juga accredite, yaitu pihak untuk siapa letter of credit
dibuka. Dalam perdagangan intemasional, pihak beneficiary adalah eksportir.
Di samping ketiga pihak tersebut di atas dalam transaksi 'letter of credit' sering ada tiga
pihak lagi yang sifatnya membantu memperlancar pelaksanaan transaksi 'letter of credit'
tersebut. Mereka adalah :
a) 'the confirming bank', yang bertindak menjamin kredit tersebut.
b) 'the notifying bank', yang atas permintaan 'issuing bank' akan memberitahukan
kepada 'beneficiary' bahwa telah dibuka L/C untuknya,
c) 'the negotiating bank', yaitu bank di negara eksportir yang membayar atau
mengakseptir surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Mengenai prosedur penggunaan 'letter of credit', pada garis besarnya dapat dituturkan
sebagai berikut:
a) Eksportir dan importir saling bersepakat untuk mengadakan transaksi jual beli atas
sejumlah barang, dengan syarat-syarat pembayaran misalnya: pembayaran
dilakukan dengan 'irrevocable letter of credit' ( =· letter of credit yang tidak dapat
dibatalkan) dan eksportir akan menarik surat wesel yang harus dibayar dalam waktu 90
hari.
b) Sesudah ada persetujuan tersebut importir mengajukan permohonan pembukaan
L/C dengan cara mengisi formulir yang disajikan oleh bank di tempatnya dan kemudian
diserahkan kepada bank tersebut.
c) Kalau bank memandang bahwa kredit kepada importir cukup terjamin, maka bank
menerbitkan 'letter of credit'. 'Letter of credit' ini kemudian dikirimkan kepada bank
cabangnya atau bank korespondennya di negara eksportir.
d) Kalau bank yang menerima "letter of credit' tersebut menyetujui kredit tersebut
maka olehnya eksportir diberitahu bahwa atas permintaan importir telah dibuka
'letter of credit' untuknya.
f) Surat wesel beserta dengan semua dokumen yang diperlukan oleh 'conforming
bank' dikirimkan kepada 'issuing bank', Oleh karena dalam contoh surat wesel
pembayarannya baru dilaksanakan sesudah sembilan puluh hari, maka bank hanya
memberi akseptasi saja atas surat wesel tersebut. Dengan diakseptinya surat wesel
tersebut pada umumnya surat wesel dapat diperjualbelikan.
g) Kalau barang sudah sampai di ternpat importir, bank dapat memberi izin kepada
importir untuk menerima barang tersebut. Bank dapat juga meminta kepada importir
untuk menandatangani 'trust receipt', yang merupakan perjanjian bahwa sebelum
pembayaran seluruhnya dilaksanakan oleh importir hak milik atas barang ada di tangan
bank. Dengan cara ini biasanya barang tersebut disimpan dalam gudang dan surat
untuk mengeluarkan barang dari gudang diurus sendiri oleh bank. Kalau importir ingin
mengambil barang tersebut dari gudang, misalnya dengan maksud untuk menjual atau
untuk memakainya, terlebih dahulu ia harus mendapatkan izin dari bank.
h) Sesudah tiga bulan lewat, tiba saatnya bagi importir untuk membayar seluruh
hutangnya kepada bank. Apabila importir telah membayar surat wesel tersebut dan
'issuing bank' telah menyelesaikan pembayarannya kepada 'confirming bank', maka
berarti bahwa transaksi 'letter of credit' telah berakhir. Andaikan terjadi importir tidak
melunasi seluruh kewajibannya, maka kerugian yang timbul akan dipikul bersama oleh
'issuing bank' dan 'confirming bank'.
Perlu kiranya diketengahkan di sini, bahwa menurut kenyataan dalam praktek banyak
sekali variasinya. Jadi apa yang diuraikan di atas hanyalah merupakan gambaran umum
mengenai mekanisme pembayaran dengan menggunakan 'letter of credit'. Sedangkan
jenis-jenis L/C antara lain sebagai berikut :
a) Irrevocable L/C
L/C yang tidak dapat dibatalkan dan dirubah secara sepihak, sehingga semua
persyaratan tetap mengikat dan berlaku. Kecuali ada persetujuan perubahan dari
ekportir yang disahkan oleh Bank masing masing. Dibagi menjadi :
1) Irrevocable Sight L/C
Suatu Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan, bahwa pembayaran dapat
dilaksanakan secepatnya, setelah wesel ekspor diajukan/diserahkan.
2) Irrevocable Usance L/C
Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan “pembayaran berjangka”.
e) Restricted L/C
L/C yang membatasi pengambilalihan (negosiasi) wesel dan dokumen hanya pada Bank
yang tercantum dalam L/C tersebut.
f) Unrestricted L/C
L/C yang dapat diambil alih oleh Bank lain dan tidak terbatas pada Bank yang tercantum
dalam L/C tersebut.
g) Transferable L/C
L/C yang memberi hak kepada beneficiary untuk memindahkan dana yang tercantum
dalam L/C tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian kepada Beneficiary lain, dengan
cara memerintahkan kepada Bank untuk melakukan pemindahan dana tersebut.
h) Untransferable L/C
L/C dimana beneficiary tidak dapat memindahkan/mengalihkan hak kepada pihak ketiga,
sehingga penggunaanya terbatas pada Beneficiary yang tercantum dalam L/C tersebut.
i) Revolving L/C
L/C yang dipakai untuk mengekspor berulang-ulang selama waktu yang ditentukan.
j) Back to Back L/C
L/C yang dapat dijadikan jaminan oleh ekportir untuk membuka seperangkat L/C kepada
supplier untuk menggantikan barang yang dipesan atau diminta oleh pembeli / Bank
pembuka L/C.
k) Premiliminary L/C
Merupakan berita pendahuluan suatu L/C, sehingga belum merupakan L/C yang definitif
atau surat berharga yang dapat dijadikan pegangan. L/C ini berbentuk teleks / kawat
yang belum merupakan “Operation Credit Instrument”
l) Merchat’s L/C
L/C yang dibuka oleh importir tanpa tanggung jawab bank atau lembaga keuangan
bukan bank, sedangkan Bank hanya sebagai pengirim L/C saja.
m) Stanby L/C
L/C dimana Issuing Bank berjanji akan melaksanakan pembayaran, jika Bank Accountee
tidak memenuhi janjinya
n) Straight L/C
L/C yang dapat mengilat opening bank, apabila dokumen-dokumen diajukan “secara
langsung (straight)” kepadanya. L/C ini biasanya jatuh tempo di negara bank pembuka.
Dari uraian tentang L/C diatas, maka dapat diketahui bahwa L/C ini memiliki kebaikan
juga kelemahan. Diantara kebaikan-kebaikan L/C yaitu :
a) Penjual/eksportir dapat menggantungkan kepercayaan pada L/C yang dikeluarkan
bank daripada L/C yang dikeluarkan oleh pedagang, karena ada jaminan pembayaran
bank setelah penyerahan dokumen yang sesuai dengan syarat L/C.
b) Penjual/eksportir menerima pembayaran secepatnya dari pihak pembayar, bila
semua dokumen sesuai dengan syarat L/C diserahkan kepada pihak Bank pembayar.
Walaupun pembeli/pengimpor belum menerima dokumen-dokumen tersebut.
c) Penjual/eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan selanjutnya, seperti
back to back L/C dan sebagainya.
d) Pembeli/pengimpor diharuskan menyediakan dana atau presentase tertentu,
sampai barang impor tersebut tiba untuk ditebus.
e) Pembeli/importir dapat menggunakan hak pemilikan atas dokumen-dokumen
berdasarkan L/C, untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya, yakni pinjaman
pembiayaan kembali dan sebagainya.
f) Pembeli/pengimpor merasa terjamin, bahwa bank akan menolak pembayaran
kepada penjual atau eksportir. Kecuali penjual/eksportir telah memenuhi persyaratan
L/C yang telah diminta pembeli atau pengimpor kepada banknya, seperti yang
tercantum dalam L/C.
Sedangkan sisi kelemahan L/C, antara lain :
a) Timbul biaya bank dalam penanganan L/C
b) Butuh waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui bank
c) Bank hanya berkepentingan terhadap dokumen saja dan tidak bertanggung jawab
pada barang
d) Pembeli/importir tidak mendapat jaminan, bahwa barang-barang yang dipesan
dengan harga tertentu adalah yang sebenarnya dikapalkan.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan transaksi perdagangan internasional atau lebih dikenal dengan
aktifitas ekspor - impor selalu ada metode pembayaran guna memperlancar proses
perdagangan tersebut. Beberapa metode pembayaran dalam perdagangan
internasional dan yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a. Advance Payment (pembayaran dilakukan sebelum barang diterima oleh Importir)
b. Open Account (pembayaran dilakukan setelah barang diterima oleh Importir)
c. Consigment (barang di jual oleh pihak ketiga dan pembayaran dilakukan setelah
barang laku terjual oleh pihak ketiga tersebut)
d. Collection Draft (pembayaran dilakukan setelah melihat perjanjian di dalam
dokumen pembayaran mencantumkan jatuh tempo pembayaran)
e. Letter Of Credit (importir memberikan jaminan pembayaran).
3.2 Saran
Dalam melakukan transaksi pembayaran dalam perdagangan internasional tedapat
beberapa resiko yang dapat merugikan eksportir maupun importir. Untuk itu baik
eksportir maupun importir harus pandai memilih cara pembayaran seperti apa yang
paling cocok dengan transaksi yang dilakukan. Resiko-resiko tersebut juga dapat di
antisipasi dengan cara ketelitian dan kecermatan dalam memilih rekan transaksi
maupun pihak ketiga yang menjembatani transaksi perdagangan tersebut.