Anda di halaman 1dari 11

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu


negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain.

Faktor-faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internaisonal


diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Faktor alam / potensi alam
b.    Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri
c.    Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
d.    Adaya perbedaan kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
e.    Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut
f.    Adanya perbedaan keadan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya,
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi
g.    Adanya kesamaan selera terhadap barang
h.    Kenginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain
i.    Terjadinya era glabalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri
Adapun manfaat dari transaksi perdagangan internasional diantaraya adalah sebagai
berikut :
a.    Menjalin persahaabatan antar negara
b.    Efisiensi
c.    Perluasan pasar dan menambah keuntungan
d.    Memperoleh barang yang tidak diproduksi di negeri sendiri
e.    Memperoleh keuntungan dari spesialisaasi
f.    Peningkatan produktifitas
g.    Transfer teknologi modern
h.    Sumber penerimaan negara
i.    Sumber pemasukan negara dari pajak ekspor dan impor

Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja, tapi di


bidang politik, sosial dan pertahanan keamanan pun membawa manfaat. Di bidang
ekonomi, perdagangan internasional dilakukan oleh semua negara untuk memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan seperti manusia, tidak ada manusia
yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak ada
negara yang bisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang dahulu
menutup diri dari perdagangan internasional, sekarang sudah membuka pasarnya.
Misalnya, Rusia, China, dan Vietnam.

Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan
pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat
mengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi
secara sosial. Mengapa demikian? Karena jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa
berakibat pada krisis ekonomi dan akibat berantainya akan melanda ke semua negara.

Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar negara


bisa mempererat hubungan politik antar negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisa
mempererat hubungan dagang. Perdagangan internasional juga berfungsi untuk
pertahanan keamanan karena setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk
mempertahankan wilayahnya. Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi
senjata, maka dari itu diperlukan impor senjata.

Mengenai regulasi perdagangan internasional, umumnya perdagangan dilakukan


melalui perjanjian bilateral antara dua negara atau melalui perjanjian multilateral seperti
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) dan WTO (World Trade Organization).

2.2    Metode Pembayaran dalam Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional selalu menimbulkan 2 aktifitas utama yaitu ekspor dan
impor. Dari aktifitas ekspor impor ini kemudian timbullah pertanyaan bagaimana cara
melakukan pembayaran dalam transaksi perdagangan tersebut?

Sebelum membahas cara-cara pembayaran dalam perdagangan internasional, baik kita


tahu terlebih dahulu faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional ini. Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya pembayaran internasional diantaranya sebagai
berikut :

a.    Pembeli (importir) dan penjual (eksportir) terpisah oleh batas negara


b.    Adanya perbedaan mata uang pada masing-masing negara
c.    Komunikasi antar negara dengan teknologi mutakhir begitu cepat, namun
pengangkutan barang terutama yang berbobot berat, tinggi dan berukuran besar masih
menyita waktu
Pembayaran internasional adalah pembayaran atas transaksi yang dilakukan oleh
negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional berdasarkan kesepakatan
yang telah dirundingkan sebelumnya.

Pembayaran internasional pada umumnya dilaksanakan melalui Bank. Hal ini karena
cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk lalu lintas
perdagangan internasional. Oleh karena itu muncullah cara-cara pembayaran yang lain.

Di Indonesia, berdasarkan ketentuan pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982


tentang Tata Cara Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, cara pembayaran dalam
transaksi ekspor impor dapat dilakukan dengan :

a.    Pembayaran di muka (Advance Payment)


b.    Perhitungan kemudian (Open Account)
c.    Wesel Inkaso (Collection Draft)
d.    Konsinyasi (Consigment)
e.    Letter of Credit (L/C)
f.    Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan
kesepakatan antara penjual dan pembeli

Pada dasarnya pemerintah tidak membatasi penggunaan cara pembayaran yang lain
berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggarang-kelonggaran
agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional semakin meningkat untuk
menambah devisa negara dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Dengan
demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi perdagangan dapa
memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan
banyak keuntungan.

2.2.1.    Pembayaran di muka (Advance Payment)

Pembayaran di muka (Advance Payment) ini dilakukan dengan cara pembeli membayar
harga barang sebelum barang tersebut diterimanya atau dikirimkan kepadanya. Ini
berarti bahwa pembeli telah memberika kredit kepada penjual (buyer’s credit), sehingga
penjual dengan kredit tersebut dapat menyiapkan barang yang akan dikirimkannya
kepada pembeli.

Setelah barang dikirimkan, si penjual mengirim dokumen pengangkutan disertai invoice


yang mencantumkan pembayaran telah dilakukan di muka. Cara ini tentunya sangat
menguntungkan penjual karena selain penjual mendapatkan kredit, ia juga menerima
pembayaran atas barang yang dijual tanpa adanya resiko.

Namun cara pembayaran seperti ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain
sebagai berikut :
a)    Untuk pembelian barang tersebut, importir harus menyediakan dana walaupun
barang yang dibelinya belum diterimanya.

b)    Dengan cara ini, importir menanggung beberapa macam resiko. Yaitu resiko
mengenai sesuai tidaknya barang yang akan datang dengan barang yang dipesan,
resiko keterlambatan datangnya barang dan resiko yang timbul dari jujur tidaknya pihak
eksportir

c)    Pembeli juga menanggung resiko yaitu kemungkinan penjual tidak mengirimkan


barang yang telah dibayarnya. Jika hal tersebut terjadi pembeli tidak mempunyai bukti
otentik untuk dapat menuntut penjual melalui pengadilan.

Dengan demikian, cara semacam ini tidak banyak dipakai dalam perdagangan
internasional. Cara pembayaran semacam ini biasanya disyaratkan oleh eksportir
dimana importir belum dikenal oleh eksportir atau dimana eksportir kurang percaya akan
kredibilitas importir.

Ada beberapa metode pembayaran transaksi advance payment ini, yaitu dengan
menggunakan :

a)    Surat wesel bank atas tunjuk


Biasa disebut bankers sight draft, dapat didefinisikan sebagai surat perintah yang dibuat
oleh bank domestik yang ditujukan kepada bank korespondennya di negara lain untuk
membayar sejumlah uang tertentu yang disebutkan dalam surat wesel, kepada si
pembawa surat wesel atau kepada pihak tertentu seperti yang disebutkan di dalamnya.

b)    Telegraphic transfer
Biasa disingkat dengan menggunakan singkatan T/T, prinsipnya tidak berbeda dengan
wesel bank atas tunjuk seperti yang diuraikan diatas. Perbedaan antara kedua cara
pembayaran tersebut hanya terletak pada cara yang dipergunakan untuk mengirimkan
berita kepada pihak payee. Kalau surat wesel bank, pemberitahuan kepada payee
biasanya dilakukan dengan menggunakan pengiriman lewat pos, sedangkan transaksi
telegraphic transfer berita pembayaran dikirimkan lewat telex. Dengan sendirinya
pengiriman berita perintah pembayaran teresebut oleh pihak bank domestik sebagai
drawer dilakukan dengan menggunakan kata-kata sandi.

c)    L/C tunai
Merupakan suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank dimana bank
memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut
dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah uang
tertentu yang harus dibayar bilamana diminta. Pembayaran dengan menggunakan L/C
tunai ini biasanya dilakukan dalam keadaan dimana importir tidak mau membayar harga
barang yang diimpornya sebelum barang yang dipesannya meninggalkan negara
pengekspor dan dimana eksportir menolak mengirimkan barang ke negara pengimpor
sebelum ia memperoleh kepastian atas terselenggaranya pembayaran dengan segera.

d)    Traveler’s L/C
Merupakan surat dagang dimana bank memberikan otoritas kepada seseorang seperti
yang ditunjuk dalam L/C tersebut untuk menarik surat wesel atas tunjuk terhadap bank
yang mengeluarkan L/C dengan cara menunjukan L/C tersebut kepada pihak bank
korespondensinya di negara lain. L/C semacam ini banyak dipergunakan oleh
pedagang-pedagang yang keluar negeri dengan maksud berbelanja barang-barang
dagangan berupa barang-barang kelontong.

e)    Traveler’s check
Banyak digunakan oleh wisatawan. Travelers Check tersebut oleh para wisatawan dapat
ditukarkan dengan mata uang negara dimana travelers check tersebut diuangkan atau
ditukarkan dengan mata uang lainnya tergantung kepada aturan yang berlaku di negara
bersangkutan, pada bank-bank atau bahkan mungkin juga dapat langsung dibelanjakan
di toko-toko besar di negara tertentu yang lembaga-lembaga finansialnya sudah cukup
maju.

Pada azasnya, travelers check  merupakan surat wesel yang ditarik oleh sebuah bank
yang memerintahkan dirinya sendiri untuk memberikan sejumlah uang atas tunjuk
kepada orang yang namanya dicantumkan dalam travelers check tersebut.

Agar travelers check diterima oleh kebanyakan bank di negara lain, perlu dipenuhi
syarat : (1) adanya kepercayaan yang cukup besar dari bank-bank di berbagai negara
terhadap bank atau lembaga keuangan yang menerbitkan travelers check tersebut, (2)
nilai yang tercantum dalam travelers check dinyatakan dalam mata uang kuat dan (3)
travelers check tersebut tidak mudah dipalsu
f)    International money order
Mirip dengan banker’s sight draft , perbedaanya yang pokok ialah kalau dalam banker’s
sight draft bank yang menarik surat wesel harus memiliki saldo pada bank yang
bertindak sebagai drawee, dalam money order hal itu tidak diperlukan. Untuk transaksi
money order biasanya transfer yang harus dibayar oleh pihak pengirim uang relatif
sangat rendah.
g)    Cek perorangan (personal check)

Dalam artian yang luas, yang dimaksdu dengan cek perorangan meliputi disamping cek
yang dikeluarkan oleh orang perorangan juga cek yang dikeluarkan lembaga-lembaga
non-bank. Bagi pengirim, pembayaran dengan cara ini sangat menguntungkan.
Disamping mudah, penerbitan rekeningnya di bank tendensinya memakan waktu cukup
lama. Dari penerima di lain pihak, transaksi seperti ini kurang menguntungkan, sebab
untuk menguangkannya memakan waktu.
h)    Uang kertas dan uang logam
Seperti halnya pembayaran dengan menggunakan cek perorangan, transaksi dengan
menggunakan mata uang asing yang dapat berupa uang kertas atau uang logam relatif
sangat kecil. Pada umumnya yang melakukan pembayaran dengan menggunakan mata
uang asing ialah wisatawan.

2.2.2.    Perhitungan kemudian (Open Account)

Metode open account ini merupakan salah satu cara membiayai transaksi perdagangan
internasional dan bukan merupakan cara melaksanakan pembayaran. Dari segi
pembiayaan transaksi perdagangan, metode open account dapat dipandang sebagai
lawan dari pada metode pembayaran di muka.

Dalam sistem pembayaran ini, pihak eksportir mengirimkan barang kepada importir
tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Commercial invoice atau
faktur dipakai sebagai tanda hutang. Pembayaran dilakukan setelah barang tersebut
laku atau setelah satu/tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai perjanjian yang
disepakati.

Sistem pembayaran ini dapat terjadi apabila :


a)    Ada kepercayaan penuh antara eksportir dan importir
b)    Barang-barang dan dokumen akan langsung dikirim kepada pembeli
c)    Eksportir kelebihan dana
d)    Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang transfer
pembayaran impor tersebut ke dalam rekening eksportir
Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain :
a)    Resiko bagi eksportir sangat besar disebabkan tidak dipergunakannya dokumen-
dokumen yang menjamin pembayaran tersebut.
b)    Eksprtir harus membiayai seluruh transaksi tersebut
c)    Resiko yang timbul akibat adanya perubahan kurs devisa dalam cara ini juga sangat
besar
d)    Kelemahan lain sistem pembayaran ini yaitu, bahwa pihak eksportir tidak mendapat
perlindungan karena tidak adanya kepastian dari pihak importir untuk membayar barang
dagangan yang telah dikirimkannya. Sehingga memicu perselisihan.
e)    Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir.
Disamping kelemahan-kelemahan tersebut, cara pembayaran open account ini
mempunyai segi-segi yang menguntungkan yaitu :
a)    Prosedurnya sangat sederhana.
b)    Karena prosedur yang sederhana tesebut, maka biaya pelaksanaannya akan
rendah.
c)    Bagi importir cara semacam ini sangat menguntungkan sebab untuk transaksi ini
importir tidak perlu menyediakan modal.

2.2.3.    Wesel Inkaso (Collection Draft)


Yang dimaksud dengan cara pembayaran collection draft adalah penagihan
pembayaran dari pembeli dilakukan melalui Bank, yaitu pengiriman dokumen ekspor
kepada importir (tertarik/tertagih/drawee) dengan menggunakan jasa Bank untuk
menagih pembayarannya. Jadi eksportir baru memperoleh pembayaran setelah
dananya tertagih atau dibayar oleh importir.

Penyerahan dokumen kepada importir didasarkan pada :


a)    D/P (Document against Payment): penyerahan     dokumen kepada importir
dilakukan apabila importir telah membayar
b)    D/A (Document against Acceptance): penyerahan dokumen kepada importir
dilakukan apabila importir telah menerima weselnya.
Untung-rugi cara pembayaran collection draft yaitu cara pembayaran ini lebih
menguntungkan pembeli (importir), karena pemesanan barang tidak diikuti dengan
kewajiban menyetor dana. Bagi eksportir, cara pembayaran ini tidak menguntungkan
karena tidak adanya kepastian pembayaran oleh importir. Walaupun kepemilikan barang
masih tetap ditangan eksportir, resiko yang dihadapi adalah jika importir menolak
melakukan pembayaran / akseptasi meskipun barang dan dokumen sudah dikirim.

Eksportir akan mengalami kesulitan untuk mengurus barang-barang yang sudah berada
di luar negeri. Demikian pula walaupun akseptasi telah dilakukan oleh importir, masih
ada resiko yaitu tidak adanya pembayaran pada saat jatuh tempo jadi Importir bisa saja
membayar dalam waktu yang sangat lama bahkan tidak melakukan pembayaran apa-
apa (fraud) dan tidak mengambil document ekspor pada tempat Importir melakukan
Banking.

Cara pembayaran ini biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang telah saling percaya dan
telah menjalin kerjasama dalam jangka waktu yang relatif lama. Cara pembayaran
collection draft ini diatur dalam URC (Uniform Rules for Collection) edisi terakhir.

2.2.4.    Konsinyasi (Consigment)


Konsinyasi merupakan sistem pengiriman barang-barang ekspor pada importir di luar
negeri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh ekspotir sebagai titipan untuk
dijualkan oleh importir dengan harga yang telah ditetapkan oleh eksportir, barang-
barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir.

Dalam sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan importir hanya
merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Hal ini terjadi karena pengiriman
barang belum menemukan pembeli. Penjualan barang di luar negri dapat dilaksanakan
melalui Pasar Bebas (Free Market) atau Bursa Dagang (Commodites Exchange)
dengan cara lelang.

Untung - rugi pembayaran dengan konsinyasi biasanya cara ini paling menguntungkan
bagi importir karena tidak perlu modal yang besar untuk menjual barang, modal yang
dikeluarkan paling hanya space untuk gudang atau tempat menjualnya. Sedangkan bagi
eksportir timbul resiko, antara lain kemungkinan lamanya modal tertahan karena
menunggu sampai terjualnya barang, atau adanya keterlambatan pembayaran walau
barang sudah terjual. Untuk mengurangi resiko, eksportir dapat menggunakan jasa
"bonded warehouse" (entreport) sebagai pihak yang menyimpan barang untuk dititipkan
sampai barang terjual.

2.2.5.    Letter of Credit (L/C)


'Letter of Credit'  yang biasa disingkat L/C, yang dimaksud di sini adalah commercial
letter of credit' yang dapat didefinisikan sebagai surat yang dikeluarkan oleh bank atas
permintaan pembeli sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengakseptir dan
membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir. Dengan demikian surat wesel yang
dibuat oleh eksportir tidak ditarik atas importir, melainkan atas bank. Jadi surat weselnya
bukan lagi merupakan 'trade bill'  melainkan 'bank bi!l', yang oleh karenanya biasa
disebut juga 'bank draft'. Dari sini dapat kita lihat lebih tingginya jaminan atas
terbayarnya surat wesel dalam hal menggunakan 'letter of credit' daripada
menggunakan  'commercial bill of exchange'.

Berdasarkan L/C, maka bank yang terlibat setuju mengadakan pembayaran atas
dokumen-dokumen yang diserahkan, bila menurut pengamatannya telah memenuhi
persyaratan L/C. Bank sama sekali tidak terikat dan tidak punya kepentingan atas
kontrak-kontrak barang yang dikapalkan. Bila barang yang dikapalkan tersebut ternyata
salah atau rendah mutunya, tetapi dokumen yang bersangkutan memenuhi syarat, maka
importir lah yang bertanggung jawab atas pembayarannya, kendatipun dokumen-
dokumen tersebut telah dipalsukan.

Tujuan penggunaan L/C adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kepada


eksportir atas barang yang dijualnya, sedangkan bagi importir memberikan jaminan
bahwa banknya (Issuing Bank) tidak akan melakukan pembayaran, sebelum
persyaratan yang ditentukan dalam L/C telah dipenuhi.
Pada pokoknya ada tiga pihak dalam transaksi 'letter of credit',  yaitu:

a)    'opener'  yang sering disebut juga 'account',  yaitu pihak yang mengajukan
perrnintaan pembukaan letter of credit kepada bank. Sebagai 'opener' dalam pemiagaan
intemasional adalah importir,
b)    'issuer'  atau 'issuing bank', yaitu bank di negara importir yang mengeluarkan letter
of credit atas permintaan importir,
c)    'beneficiary' yang disebut juga accredite, yaitu pihak untuk siapa letter of credit
dibuka. Dalam perdagangan intemasional, pihak beneficiary adalah eksportir.
Di samping ketiga pihak tersebut di atas dalam transaksi 'letter of credit' sering ada tiga
pihak lagi yang sifatnya membantu memperlancar pelaksanaan transaksi 'letter of credit'
tersebut. Mereka adalah :
a)    'the confirming bank',  yang bertindak menjamin kredit tersebut.
b)    'the notifying bank', yang atas permintaan 'issuing bank' akan memberitahukan
kepada 'beneficiary'  bahwa telah dibuka L/C untuknya,
c)    'the negotiating bank',  yaitu bank di negara eksportir yang membayar atau
mengakseptir surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Mengenai prosedur penggunaan 'letter of credit',  pada garis besarnya dapat dituturkan
sebagai berikut:
a)    Eksportir dan importir saling bersepakat untuk mengadakan  transaksi  jual beli atas
sejumlah  barang,  dengan  syarat-syarat  pembayaran  misalnya:  pembayaran
dilakukan  dengan 'irrevocable  letter of credit'  ( =· letter of credit yang tidak dapat
dibatalkan) dan eksportir akan menarik surat wesel yang harus dibayar dalam waktu 90
hari.
b)    Sesudah ada persetujuan tersebut importir mengajukan permohonan pembukaan
L/C dengan cara mengisi formulir yang disajikan oleh bank di tempatnya dan kemudian
diserahkan kepada bank tersebut.
c)    Kalau bank memandang bahwa kredit kepada importir cukup terjamin, maka bank
menerbitkan 'letter of credit'. 'Letter of credit' ini kemudian dikirimkan kepada bank
cabangnya atau bank korespondennya di negara eksportir.

d)    Kalau bank yang menerima  "letter  of credit'  tersebut  menyetujui  kredit  tersebut
maka olehnya  eksportir   diberitahu   bahwa  atas  permintaan   importir  telah  dibuka
'letter  of credit'  untuknya.

e)    Setelah  eksportir  menyerahkan   semua  dokumen-dokumen    eksportir  dapat


menerima pembayaran   atas surat  wesel  yang  ditariknya  atas   'issuing bank'. Yang
mengadakan pembayaran atau akseptasi ini adalah bank yang menerima dokumen-
dokumen tersebut.

f)    Surat wesel beserta dengan semua dokumen yang diperlukan oleh  'conforming
bank' dikirimkan kepada 'issuing bank', Oleh karena dalam contoh surat wesel
pembayarannya baru dilaksanakan sesudah sembilan puluh hari, maka bank hanya
memberi akseptasi saja atas surat wesel tersebut. Dengan diakseptinya surat wesel
tersebut pada umumnya surat wesel dapat diperjualbelikan.

g)    Kalau barang sudah sampai di ternpat importir, bank dapat memberi izin kepada
importir untuk menerima barang tersebut. Bank dapat juga meminta kepada importir
untuk menandatangani 'trust receipt', yang merupakan perjanjian bahwa sebelum
pembayaran seluruhnya dilaksanakan oleh importir hak milik atas barang ada di tangan
bank. Dengan cara ini biasanya barang tersebut disimpan dalam gudang dan surat
untuk mengeluarkan barang dari gudang diurus sendiri oleh bank. Kalau importir ingin
mengambil barang tersebut dari gudang, misalnya dengan maksud untuk menjual atau
untuk memakainya, terlebih dahulu ia harus mendapatkan izin dari bank.

h)    Sesudah tiga bulan lewat, tiba saatnya bagi importir untuk membayar seluruh
hutangnya kepada bank. Apabila importir telah membayar surat wesel tersebut dan
'issuing bank' telah menyelesaikan pembayarannya kepada 'confirming bank',  maka
berarti bahwa transaksi 'letter of credit'  telah berakhir. Andaikan terjadi importir tidak
melunasi seluruh kewajibannya, maka kerugian yang timbul akan dipikul bersama oleh
'issuing bank' dan 'confirming bank'.

Perlu kiranya diketengahkan di sini, bahwa menurut kenyataan dalam praktek banyak
sekali variasinya. Jadi apa yang diuraikan di atas hanyalah merupakan gambaran umum
mengenai mekanisme pembayaran dengan menggunakan 'letter of credit'. Sedangkan
jenis-jenis L/C antara lain sebagai berikut :
a)    Irrevocable L/C
L/C yang tidak dapat dibatalkan dan dirubah secara sepihak, sehingga semua
persyaratan tetap mengikat dan berlaku. Kecuali ada persetujuan perubahan dari
ekportir yang disahkan oleh Bank masing masing. Dibagi menjadi :
1)    Irrevocable Sight L/C
Suatu Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan, bahwa pembayaran dapat
dilaksanakan secepatnya, setelah wesel ekspor diajukan/diserahkan.
2)    Irrevocable Usance L/C
Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan “pembayaran berjangka”.

b)    Irrevocable Confirmed L/C


L/C selain diadviskan/ diteruskan kepada ekportir juga “dikonfirmasi” dan advising bank
dapat bertindak sebagai confirming Bank. Bila tidak, bank lain bisa dilibatkan confirming
Bank, yakni Bank yang mengikatkan diri untuk menjamin dibayarnya L/C tersebut sesuai
syarat-syarat L/C.

c)    Irrevocable Unconfirmed L/C


L/C yang diadviskan melalui Bank lain yang tidak menyatakan tambahan penggunaan
kewajiban apapun atas L/C tersebut. Kebanyakan L/C yang dibuka oleh Bank-Bank
asing tanpa dikonfirmasi, karena Bank yang menerbitkan L/C tersebut telah cukup
dikenal baik kreadibilitasnya.

d)    Red Clause L/C


L/C yang memberkan fasilitas kepada eksportir untuk menarik sejumlah uang lebih dulu
sebelum ekspor dilaksanakan, tanpa penyerahan jaminan dan hanya dilakukan dengan
menandatangani kwitansi serta letter of undertaking. Hasil negosiasi dokumen
diutamakan untuk melunasi pinjaman (uang muka) red calused, bila ada sisanya dapat
dibayarkan kepada yang berkepentingan.

e)    Restricted L/C
L/C yang membatasi pengambilalihan (negosiasi) wesel dan dokumen hanya pada Bank
yang tercantum dalam L/C tersebut.
f)    Unrestricted L/C
L/C yang dapat diambil alih oleh Bank lain dan tidak terbatas pada Bank yang tercantum
dalam L/C tersebut.
g)    Transferable L/C
L/C yang memberi hak kepada beneficiary untuk memindahkan dana yang tercantum
dalam L/C tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian kepada Beneficiary lain, dengan
cara memerintahkan kepada Bank untuk melakukan pemindahan dana tersebut.
h)    Untransferable L/C
L/C dimana beneficiary tidak dapat memindahkan/mengalihkan hak kepada pihak ketiga,
sehingga penggunaanya terbatas pada Beneficiary yang tercantum dalam L/C tersebut.
i)    Revolving L/C
L/C yang dipakai untuk mengekspor berulang-ulang selama waktu yang ditentukan.
j)    Back to Back L/C
L/C yang dapat dijadikan jaminan oleh ekportir untuk membuka seperangkat L/C kepada
supplier untuk menggantikan barang yang dipesan atau diminta oleh pembeli / Bank
pembuka L/C.
k)    Premiliminary L/C
Merupakan berita pendahuluan suatu L/C, sehingga belum merupakan L/C yang definitif
atau surat berharga yang dapat dijadikan pegangan. L/C ini berbentuk teleks / kawat
yang belum merupakan “Operation Credit Instrument”
l)    Merchat’s L/C
L/C yang dibuka oleh importir tanpa tanggung jawab bank atau lembaga keuangan
bukan bank, sedangkan Bank hanya sebagai pengirim L/C saja.
m)    Stanby L/C
L/C dimana Issuing Bank berjanji akan melaksanakan pembayaran, jika Bank Accountee
tidak memenuhi janjinya
n)    Straight L/C
L/C yang dapat mengilat opening bank, apabila dokumen-dokumen diajukan “secara
langsung (straight)” kepadanya. L/C ini biasanya jatuh tempo di negara bank pembuka.
Dari uraian tentang L/C diatas, maka dapat diketahui bahwa L/C ini memiliki kebaikan
juga kelemahan. Diantara kebaikan-kebaikan L/C yaitu :
a)    Penjual/eksportir dapat menggantungkan kepercayaan pada L/C yang dikeluarkan
bank daripada L/C yang dikeluarkan oleh pedagang, karena ada jaminan pembayaran
bank setelah penyerahan dokumen yang sesuai dengan syarat L/C.
b)    Penjual/eksportir menerima pembayaran secepatnya dari pihak pembayar, bila
semua dokumen sesuai dengan syarat L/C diserahkan kepada pihak Bank pembayar.
Walaupun pembeli/pengimpor belum menerima dokumen-dokumen tersebut.
c)    Penjual/eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan selanjutnya, seperti
back to back L/C dan sebagainya.
d)    Pembeli/pengimpor diharuskan menyediakan dana atau presentase tertentu,
sampai barang impor tersebut tiba untuk ditebus.
e)    Pembeli/importir dapat menggunakan hak pemilikan atas dokumen-dokumen
berdasarkan L/C, untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya, yakni pinjaman
pembiayaan kembali dan sebagainya.
f)    Pembeli/pengimpor merasa terjamin, bahwa bank akan menolak pembayaran
kepada penjual atau eksportir. Kecuali penjual/eksportir telah memenuhi persyaratan
L/C yang telah diminta pembeli atau pengimpor kepada banknya, seperti yang
tercantum dalam L/C.
Sedangkan sisi kelemahan L/C, antara lain :
a)    Timbul biaya bank dalam penanganan L/C
b)    Butuh waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui bank
c)    Bank hanya berkepentingan terhadap dokumen saja dan tidak bertanggung jawab
pada barang
d)    Pembeli/importir tidak mendapat jaminan, bahwa barang-barang yang dipesan
dengan harga tertentu adalah yang sebenarnya dikapalkan.

III.    PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dalam pelaksanaan transaksi perdagangan internasional atau lebih dikenal dengan
aktifitas ekspor - impor selalu ada metode pembayaran guna memperlancar proses
perdagangan tersebut.  Beberapa metode pembayaran dalam perdagangan
internasional dan yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a.    Advance Payment (pembayaran dilakukan sebelum barang diterima oleh Importir)
b.    Open Account (pembayaran dilakukan setelah barang diterima oleh Importir)
c.    Consigment (barang di jual oleh pihak ketiga dan pembayaran dilakukan setelah
barang laku terjual oleh pihak ketiga tersebut)
d.    Collection Draft (pembayaran dilakukan setelah melihat perjanjian di dalam
dokumen pembayaran mencantumkan jatuh tempo pembayaran)
e.    Letter Of Credit  (importir  memberikan jaminan pembayaran).

3.2    Saran
Dalam melakukan transaksi pembayaran dalam perdagangan internasional tedapat
beberapa resiko yang dapat merugikan eksportir maupun  importir. Untuk itu baik
eksportir maupun importir harus pandai memilih cara pembayaran seperti apa yang
paling cocok dengan transaksi yang dilakukan. Resiko-resiko tersebut juga dapat di
antisipasi dengan cara ketelitian dan kecermatan dalam memilih rekan transaksi
maupun pihak ketiga yang menjembatani transaksi perdagangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai