Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN PERBANKAN

“MANAJEMEN JASA – JASA BANK”

Dosen Pengempu:

Dr. Dominicus Djoko Budi Susilo, SE.,MM

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Kelas: MSDM H Malam

Nama Anggota:

 I Komang Arya Gunawan (06)


 Ni Ketut Devi Antari Putri (13)
 Ni Putu Tia Nabela Pramudana (26)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASAWATI DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2023
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Jasa


Jasa bank adalah semua kegiatan bank, baik yang langsung maupun tidak langsung,
yang berkaitan dengan fungsi bank sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang
serta fungsi bank yang memberikan jaminan kepada nasabah-nasabahnya, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan keuntungan kepada bank, dalam
bentuk keuntungan financial maupun nonfinansial. Jasa bank dapat dikelompokkan
menjadi enam, yaitu:
 Jasa bank yang langsung berkaitan dengan fungsi bank, misalnya kliring, transfer,
inkaso, dan sebagainya.
 Jasa bank yang tidak langsung berkaitan dengan fungsi bank, misalnya
asistensi/pelatihan kepada nasabah.
 Jasa bank yang memberikan keuntungan langsung kepada bank, misalnya
pengenaan biaya transfer, biaya kliring/LLG, dan sebagainya.
 Jasa bank yang tidak memberikan keuntungan langsung kepada bank, misalnya
penerimaan setoran SPP, denda tilang, dan sebagainya.
 Jasa bank yang memberikan keuntungan finansial, misalnya provisi ekspor, bank
garansi, wali amanat dan sebagainya.
 Jasa bank yang memberikan keuntungan nonfinansial, misalnya transfer gratis
untuk nasabah-nasabah tertentu dan pada periode tertentu, antara lain pada saat
ulang tahun bank, dan sebagainya.

Fungsi bank dapat dikelompokan sebagai berikut:

 Jasa bank dalam rangka melancarkan pembayaran transaksi perdagangan.


 Jasa bank dalam rangka melancarkan peredaran uang.

1.2 Jasa Bank Dalam Pembayaran Transaksi Perdagangan


Perdagangan dibedakan menjadi dua, yaitu perdagangan dalam negeri dan
perdagangan luar negeri (perdagangan internasional).perbedaan yang mendasar antara
perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri antara lain letak geografis antara
penjual dan pembeli, hukum dan politik yang berlaku, bahasa yang di pergunakan, mata
uang, dan risiko perdagangan antarnegara. Keterlibatan bank dalam perdagangan
tersebuat adalah sebagai pihak yang melancarkan pembayaran transaksi perdagangan.
Perdagangan Dalam Negeri

Pada perdagangan dalam negeri setiap terjadi transaksi perdagangan selalu diikuti
dengan penyerahan barang oleh penjual dan pembayaran oleh pembeli. Permasalahan
yang dihadapi dalam perdagangan dalam negeri ini adalah bahwa pembayaran tersebut
tidak selalu dilakukan secara tunai. Hal ini disebabkan alasan-alasan sebagai berikut:
 Membawa uang tunai dalam jumlah besar adalah sangat tidak efisien, tidak aman,
dan kurang fleksibel.
 Transaksi perdagangan dapat dilakukan setiap saat, namun tidak setiap saat
membawa uang tunai dalam jumlah besar.
 Transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa kehadiran penjual dan pembeli
bertemu disuatu tempat, namun dapat dilakukan dengan sarana komunikasi. Dan
sebagainya.

Dengan adanya alasan-alasan tersebut maka diperlukan bank yang dapat


menjembatani penyelesaian pembayaran transksi perdagangan antara penjual dan
pembeli.

Pembayaran transaksi perdagangan dalam negeri oleh pihak pembeli yang melibatkan
bank dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

 Menerbitkan cek.
 Menerbitkan bilyet giro.
 Setor dana ke rekening penjual.
 Transfer dana ke rekening penjual.

Apabila pembeli dalam melakukan pembayaran transaksi dagang menerbitkan


cek/bilyet giro, maka penyelesaian transaksi pembayaran perdagangan dapat dijelaskan
dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Rekening penjual dan pembeli di bank yang sama dalam satu kota (misalnya rekening
penjual dan pembeli di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten).
b. Rekening penjual dan pembeli di bank yang berbeda dalam satu kota (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Beta Klaten dan rekening pembeli di Kantor
Cabang Bank Fiqka Klaten).
c. Rekening penjual dan pembeli di bank yang sama, akan tetapi berbeda kotanya
(misalnya rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten, rekening pembeli di
Kantor Cabang Bank Fiqka Semarang).
d. Rekening penjual dan pembeli di bank yang berbeda dan kota berbeda (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten dan rekening pembeli di
Kantor Cabang Bank Beta Jakarta).

Selanjutnya apabila pembelian dalam transaksi perdagangan tersebut melakukan


pembayaran dengan cara setor tunai ke bank, maka bank dapat melakukan penyelesaian
dengan cara sebagai berikut:

a. Setoran dilakukan di kantor cabang bank yang sama dengan kantor cabang bank
pihak penjual (misalnya setoran dilakuakn di Bank Fiqka Klaten dan rekening
penjual juga di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten).
b. Setoran dilakukan bank yang berbeda, namun masih dalam satu kota (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten dan setoran dilakukan
melalui Bank Beta Klaten).
c. Setoran dilakukan di bank yang sama, namun berbeda kotanya (misalnya setoran
dilakuakn di Bank Fiqka Semarang dan rekening penjual di Kantor Cabang Bank
Fiqka Klaten).
d. Setoran dilakukan di bank yang berbeda dan kota yang berbeda dengan bank
pihak penjual (misalnya rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten
dan setoran dilakukan melalui Bank Beta Semarang).

Perdagangan Luar Negeri (Internasional)

 Pengertian Perdagangan Luar Negeri


Dalam perdagangan internasional setiap terjadi transaksi dagang tidak selalu
diikuti dengan penyerahan barang dan pembayaran. Hal ini disebabkan
perdagangan internasional melibatkan negara yang berbeda, sehingga dalam
pelaksanaannya masing-masing pihak harus memenuhi segala persyaratan yang
berlaku di negaranya masing-masing.

Problematika yang dihadapi dalam perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

a) Geografis
Dalam perdagangan internasional letak kedudukan penjual (seller) dan pembeli
(buyer) berjauhan kadangkala dibatasi oleh lautan yang maha luas. Kondisi ini
menimbulkan kesulitan dalam melakukan transaksi dagang, yaitu:
 Buyer dan seller tidak dapat bertatap muka.
 Pengiriman barang memerlukan jasa pihak ketiga.
 Kemungkinan terjadi kelambatan dan kerusakan atas barang yang dikirim.
 Buyer tidak mengetahui kondisi barang.
 Seller tidak mendapatkan kepastian pembayaran.
b) Hukum dan Politik
Setiap negara mempunyai sistem hukum dan politik yang berbeda. Kondisi ini
tentunya akan menimbulkan perbedaan dalam peraturan perdagangan antara satu
negara dengan negara lainnya.
c) Bahasa
Setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional mempunyai bahasa
sendiri- sendiri. Penggunaan bahasa internasional, yaitu bahasa inggris tidak
semua pihak dapat menguasai dengan baik.
d) Mata uang (Currency)
Seller dan buyer dalam melaksanakan pembayaran dan penerimaan uang
menginginkan mata uang yang berlaku di negaranya. Hal ini dapat menimbulkan
permasalahan yang serius.
e) Risiko suatu negara (Country Risk)
Country Risk adalah risiko-risiko yang mungkin timbul karena adanya perbedaan
tingkat “Credit Worthiness”(tingkat kemakmuran sebuah negara untuk
menyelesikan kewajiban-kewajibannya). Semakin tinggi country risk suatu negara
akan semakin tinggi pula tingkat risiko tidak terbayarnya transaksi perdagangan
yang dilakukan dengan negara tersebut.

Sifat-sifat khusus perdagangan internasional antara lain:

1. Adanya ketidakpastian, baik mengenai pembayaran maupun barang yang


diperjualbelikan (kuantitas, kualitas, dan harga).
2. Perbedaan perlakuan antara transaksi satu dengan transaksi lainnya, disebabkan
adanya peraturan-peraturan yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lain, di mana peraturan-peraturan ini biasanya diekspresikan dari kondisi peraturan
dan sistem politik dan hukum dinegaranya.
3. Terjadi benturan kepentingan antara penjual dan pembeli, disebabkan adanya
pertimbangan keamanan bagi masing-masing pihak.

Benturan kepentingan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

 Kepentingan penjual:
a. Kepastian pembayaran
b. Pembayaran sesegera mungkin atau barang sebelum dikirim
c. Pembayaran dengan mata uang yang berlaku dinegaranya
d. Risiko barang yang dikirim ditanggung pembeli
 Kepentingan pembeli:
a. Kepastian diterimanya barang dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan
b. Pembayaran selambat mungkin atau sesudah barang dikirim dan terjual

Mempertimbangkan problematika dan sifat yang dimiliki perdagangan internasional,


maka penjual dan pembeli memerlukan pihak ketiga yang dapat menjembatani hubungan
dagang antarnegara. Pihak ketiga yang diinginkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

a. Bonafid dan dapat dipercaya.


b. Mempunyai jaringan koresponden yang luas di seluruh dunia.
c. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang perdagangan internasional.
d. Mampu memberikan informasi yang akurat yang dibutuhkan penjual dan pembeli.

Pihak ketiga yang memenuhi persyaratan tersebut adalah bank.

Beberapa pertimbangan penjual dan pembeli akan pentingnya bank sebagai mediator
adalah:

 Pertimbangan penjual:
a. Jaminan bahwa pembayaran akan diterima pada batas waktu yang telah
disetujui
b. Pembayaran dilakukan secepatnya
c. Memperoleh pengetahuan yang luas tentang pelaksanaan perdagangan
internasional
d. Jika kekurangn modal dapat dimintakan fasilitas pembayaran di muka
 Pertimbangan pembeli:
a. Kepastian bahwa pembayaran dilakukan setelah penjual mengirimkan
barangnya
b. Memperoleh pengetahuan yang luas tentang perdagangan internasional
c. Kepastian akan pengiriman barang jika pembeli minta pembayaran di muka

Dilihat dari sifatnya suatu hubungan koresponden antara bank-bank di Indonesia


dengan bank-bank di luar negeri dapat dilakukan dalam tiga macam cara:

1) Depository Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank luar negeri di mana
bank di dalam negeri memelihara rekening (account) pada bank luar negeri tersebut.
Transaksi-transaksi antara kedua negara (double traffic trade) di mana kedua bank
yang bersangkutan berada, diselenggarakan melalui bank-bank tersebut dan
pembayaran dari maupun ke luar negeri dilakukan dengan cara pembebanan langsung
pada rekening yang dipelihara tersebut.
2) Nondepository Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank di luar negeri akan
tetapi bank dalam negeri tidak membuka rekening pada bank di luar negeri. Transaksi
perdagangan antara kedua negara dapat diselenggarakan dengan membuka leter of
credit (L/C), sedang pembayaran dari dan kepada pihak di luar negeri dilakukan
dengan cara permintaan pembayaran (request for reimbursement) melalui bank yang
merupakan depository correspondent dari bank-bank yang bersngkutan.
3) One Side Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank di luar negeri tanpa
memelihara suatu rekening. Hubungan ini terbatas pada transaksi ekspor dari
Indonesia dalam arti bank di Indonesia bersedia menerima L/C yang dibuka oleh bank
koresponden di luar negeri dalam transaksi ekspor yang bersangkutan. Akan tetapi
bank di Indonesia tidak akan membuka L/C ke bank tersebut dalam hal impor dari
negara di mana bank koresponden itu beroperasi. Dalam transaksi ekspor tersebut,
dokumen-dokumen akan diserahkan oleh bank di Indonesia kepada bank di luar
negeri dan pembayaran dari luar negeri dilakukan dengan cara reimbursement melalui
bank-bank depository correspondent yang terdekat.

Agar supaya hubungan koresponden dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya


maka diperlukan beberapa macam sarana/alat-alat kontrol pengawasan yang disebut dokumen
pengawasan. Dokumen pengawasan ini dimaksudkan untuk mengawasi bahwa hubungan
kedua bank yang bersangkutan benar-benar sah atau auntentik terhadap dokumen-dokumen
yang dipergunakan dalam transaksi kedua bank yang bersangkutan .

Adapun macam-macam kontrol dokumen dimaksudterdiri dari:

a. List of Authorized Signatures


Buku yang memuat tanda-tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen-
dokumen luar negeri misalnya Leter of Credit, bankers drafts/cheques, mail transfer,
debit and credit advice, dan surat/dokumen lainnya.
b. List of Term and Conditions
Buku yang memuat di dalamnya tarif-tarif atau biaya-biaya mengenai biaya transaksi
debit dan kredit atas suatu rekening, biaya transfer dan reimbursement, biaya
documentary collection, biaya penerusan L/C, konfirmasi atas L/C, perubahan L/C,
dan lain-lain.
c. Test Key Arrangement
Hubungan komunikasi antarbank dalam pengiriman perintah atau pemberitahuan yang
bagi salah satu atau kedua belah pihak mengandung suatu risiko, yang pada umumnya
harus dijamin kepastian dan kebenarannya. Jaminan tersebut biasanya terdiri dari
kata-kata atau angka-angka dengan suatu arti yang sifatnya rahasia atau disebut test
words atau test cyhers.
d. Kode-kode (Codes)
Dalam rangka mengamankan berita-berita yang disampaikan dengan kawat/teleks dan
juga untuk menghemat biaya, terdapat beberapa bank yang mengirimkan kode yang
akan dipergunakan untuk transaksi-transaksi tertentu, misalnya pembukaan L/C,
telegraphic transfer, dan lain-lain.
e. Specimen Surat-surat Berharga
Sebagai tindakan pengamanan beberapa bank di luar negeri ada yang mengirimkan
contoh-contoh surat berharga, seperti Leter of Credit, banker’s drafts/banker’s
cheques, international money order, traveller’s cheques, dan lain-lain. Dengan contoh-
contoh tersebut diharapkan akan mempertinggi kewaspadaan bank yang bersangkutan
terhadap kemungkinan adanya dokumen-dokumen palsu yang banyak beredar.
 Mekanisme Perdagangan Luar Negeri

Penjelasan:
1. Penjual/Ekspotir dan Pembeli/Importir telah terjadi kontrak jual beli (sales contract))
untuk membeli suatu barang.
2. Untuk merealisir kontrak jual beli tersebut, importer menghubungi bank untuk
membuka Leter of Credit (L/C) dan perubahan-perubahannya (apabila ada perubahan
dalam syarat perdagangan).
3. Bank membuka L/C (Issuing Bank) di Indonesia menerbitkan Leter of Credit dan
mengirimkannya ke bank luar negeri yang menjadi korespondennya.
4. Bank penerima L/C (Advising Bank) kemudian melakukan penelitian atas aspek-
aspek kebenaran (security) atas L/C yang diterima tersebut.
5. Setelah menerima L/C tersebut, eksportir mengirimkan barang kepada importer,
sesuai dengan kontrak jual beli dan L/C tersebut. Selanjutnya eksportir melengkapi
dokumen-dokumen ekspornya, baik jumlah, isi, dan jenisnya, sesuai dengan
permintaan dalam L/C tersebut.
6. Apabila dokumen-dokumen telah lengkap, eksportir menyerahkan dokumen tersebut
kepada bank yang mau mengambil alih dokumen (Negotiating Bank).
7. Negotiating Bank kemudian membayar kepada eksportir yang disertai dengan catatan
bahwa apabila tagihan tersebut tidak terbayar, Bank dapat menagih kembali kepada
eksportir (hak regres).
8. Negotiating Bank melengkapi dokumen tersebut dengan warkat tagihan (banker’s
draft) dan kemudian mengirimkannya ke Issuing Bank, bila dokumen langsung
dikirimkan ke importer, maka kemungkinan besar importer akan langsung
mengambil barang tersebut dan tidak melakukan pembayaran.
9. Setelah dokumen tersebut diterima, Issuing Bank akan melakukan penelitian atas
dokumen, apakah dokumen telah lengkap seperti yang diminta dalam L/C. Bila masih
ada kekurangan akan diberitahukan kepada Negotiating Bank, sedangkan bila telah
lengkap Issung Bank akan membayar tagihan tersebut (reimburse). Pembayaran ini
dapat dilakukan secara langsung atau melalui bank lain.
10. Issuing Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importer/Applicant dan meminta
segera menyelesikan pembayarannya.
11. Importer setelah menerima dokumen dan ternyata telah lengkap, kemudian
membayar ke bank (Issuing Bank) sebesar jumlah nilai importer dan biaya-biaya
yang timbul dari proses impor tersebut. Pembayaran dapat dilakukan dengan
menyetorkan uang tunai atau membebani rekening importer. Dengan demikian proses
pembayaran transaksi perdagangan internasional telah selesai.

 Cara Pembayaran Perdagangan Luar Negeri

Cara-cara pembayaran perdagangan internasional yang lazim dasarnya dibagi menjadi


dua jenis, yaitu:
 Pembayaran tanpa Leter of Credit terdiri dari:
1. Advance Payment
Adalah cara pembayaran yang dilakukan oleh byer/pembeli/importir sebelum barang
dikirimkan atau dikapalkan, baik untuk seluruh nilai barang (all payment) maupun untuk
sebagian (partial payment), hal ini berarti pembeli memberikan kredit kepada penjual.
Kesepakatan tentang cara pembayaran ini dicantumkan dalam kontrak jual-beli (Sales
Contrac) antara kedua belah pihak, atau dalam surat pesanan (Order) yang diterima
penjual dari pembeli. Pembayaran di muka dapat dilakukan melalui bank devisa atau
langsung kepada penjual. Adapun caranya dapat dilakukan dengan transfer, payment
order, cheques, wesel, dan sebagainya. Sedangkan dokumen pengapalan dan dokumen
lainnya pada umumnya dikirim langsung oleh penjual kepada pembeli.
2. Open Account
Adalah suatu cara pembayaran yang dilakukan oleh buyer kepada seller suatu waktu
tertentu setelah barang dikapalkan/diterima, Hal ini berarti seller memberikan kredit
kepada buyer.
3. Collection (inkaso)
Adalah cara pembayaran yang dilakukan oleh buyer setelah buyer menerima dari seller.
Penagihan dilakukan dengan cara mengirimkan dokumen-dokumen pada buyer, Collection
ini dibagi menjadi 3 (tiga) jenis:
a. Documentary Collection, yaitu penagihan dilakukan dengan seluruh dokumen baik
commercial document maupun financial document.
b. Clean/Bill Collection, yaitu penagihan dilakukan hanya dengan financial document
(wesel).
c. Cash Against Document, yaitu penagihan dilakukan dengan hanya mengirimkan
commercial document.
4. Consigment (konsinyasi),
Adalah mengekspor barang yang belum terjual. Jadi hanya merupakan titipan barang oleh
eksportir kepada importir. Sampai saat barang-barang dijual oleh importir, hak atas
barang tersebut masih ada pada eksportir. Sedangkan pembayaran atas barang terscbut
baru dikirimkan kepada eksportir setelah barang tersebut dijual.
Pembayaran-pembayaran tanpa Leter of Credit tersebut diselesaikan oleh bank di dalam
negeri dengan cara mengirimkan instruksi pembayaran ke bank korespondennya di Iuar
negeri, selanjutnya bank koresponden tersebut yang akan meneruskan ke rekening
penjual/eksportir di luar negeri. Bank koresponden merupakan bank di luar negeri yang
mempunyai hubungan bisnis dengan bank di dalam negeri, sehingga untuk kepentingan
bisnisnya bank di dalam negeri memelihara/membuka rekening di bank luar negeri tersebut
(nostro). Tujuan pembukaan rekening ini adalah untuk menyelesaikan semua transaksi sesuai
dengan perintah dari bank di dalam negeri.
Pembayaran dengan Leter of Credi yang lazim berlaku dalam perbankan terdiri
dari:
1) Payment (pembayaran), yaitu pembayaran kepada penjual (eksportir) dilakukan oleh
bank pembayar (paying bank) di luar negeri yang ditunjuk oleh bank pembuka Leter
of Credit di dalam negeri (opening bank) pada saat eksportir menyerahkan dokumen-
dokumen yang diminta dalam Leter of Credit (kredit dokumenter) tersebut. Bank yang
ditunjuk sebagai bank pembayar adalah bank koresponden yang memelihara rekening
atas nama bank di dalam negeri. Selanjutnya setelah melakukan pembayaran kepada
eksportir, bank pembayar mendebit/membebankan sejumlah uang yang dibayarkan
atas beban rekening bank di dalam negeri (nostro). Pada saat melakukan pembukuan
tersebut bank koresponden menginformasikan kepada bank partner-nya di dalam
negeri bahwa dananya telah didebit sesuai dengan jumlah dalam Leter of Credit dan
kemudian mengiimkan dokumen-dokumen ekspor tersebut ke bank dalam negera.
Seterimanya dokumen tersebut, bank di dalam negeri meneruskan dokumen tersehut
kepada importir dan selanjutnya importir mengambil barangnya di pelabuhan dan
pada Saat penyerahan dokumen, bank mendebit sejumlah nilai impor beserta biaya-
biaya yang timbul dari transaksi tersebut atas beban rekening importir. Dengan
demikian transaksi pembayaran tersebut telah diseclesaikan oleh bank.
2) Negotiation (negosiasi), yaitu pembayaran kepada penjual (eksportir) dilakukan oleh
bank (negotiating bank) di luar negeri yang bersedia mengambil alih pembayaran
terlebih dahulu atas penyerahan dokumen-dokumen dari eksportir. Pengambil alihan
tersebut dimungkinkan bila dalam Leter of Credit tersebut tidak pembayar tertentu
(unrestricted). Pembayaran kepada eksportir dilakukan bersamaan dengan penyerahan
dokumen-dokumen yang diminta dalam Leter of Credit kepada negotiating bank
(bank yang melakukan negosiasi). Setelah melakukan pembayaran tersebut
negotiating bank mengirimkan dokumen–dokumen ekspor kepada opening bank yang
disertai dengan tagihan besarnya nilai pembayaran yang telah dilakukan dan
memberikan intruksi kepada bank di dalam negeri agar pembayaran tersebut alamat-
kan kepada rekening negotiating bank di luar negeri. Seterimanya dokumen
penagihan tersebut, bank di dalam negeri (opening bank) memerintahkan bank
korespondennya di luar negeri agar memindahkan sejumlah dananya sesuai Leter of
Credit atas beban rekeningnya kepada rekening negotiating bank. Saat yang
bersamaan opening bank memberitahukan ke importir (pembeli) bahwa dokumen
impormya telah sampai, dan bank kemudian mendebit rekening importir sejumlah
nilai impor beserta biaya-biaya yang timbul dari transaksi tersebut. Dengan demikian
pembayaran transaksi perdagangan luar negeri telah diselesaikan oleh bank.
3) Acceptance (akseptasi), yaitu pembayaran kepada penjual (eksportir) dilakukan
dengan mengkasep wesel berjangka oleh bank di luar negeri. Jangka waktu
pembayaran wesel tersebut misalnya 60 hari, 90 hari atau 360 hari. Dengan wesel
berjangka yang telah diakseptasi tersebut, eksportir (penjual) dapat menggunakannya
untuk mendapatkan refinancing dengan jalan mendiskontokan ke pasar uang atau ke
banknya. Pada saat jatuh tempo, wesel tersebut akan ditagihkan oleh pemegang wesel
ke bank yang melakukan akseptasi sejumlah nominal nilai wesel. Pada saat
melakukan pembayaran tersebut, bank yang mengakseptasi wesel melakukan
penagihan ke bank di dalam negeri. Seterimanya dokumen penagihan, bank dalam
negeri mnemerintahkan korespondennya di luar negeri agar memindahkan dananya
sejumlah beban rekeningnya (nostro) untuk kepentingan bank yang mengaksep wesel
atas. Dengan demikian pembayaran transaksi perdagangan luar negeri telah
diselesaikan oleh bank.
 Kredit Dokumenter (Leter of Credit)
Berdasarkan pasal 2 Uniform Custom and Practice For Documentary Credit
(UCPDC) dari Intenational Chamber of Commerce, Publikasi No 500, Pengertian L/C adalah
sbb:
“Ungkapan Documentary Credit (s) dan Stand by Letter of Credit yang selanjutnya disebut
sebagi kredit (s) diartikan sebagai suatu perjanjian, tanpa memandang apapun Namanya dan
urainnya, di mana suatu bank (the isuuing bank) bertindak atas permintaan dan intruksi
seorang nasabahnya (applicant) untuk:
a. berianji/menjamin akan melaksanakan pembayaran kepada pihak ketiga (beneficiary)
atau orang yang ditunjuk, atau akan membayar atau mengakseptasi wesel yang
ditarik oleh penerima (beneficiary) tersebut, atau
b. memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran yang dimaksud, atau
untuk membayar akseptasi atau mengambil alih (membeli) wesel dimaksud, berdasar-
kan penyerahan seperangkap dokumen yang ditentukan sepanjang semua persyaratan
kredit telah terpenuhi".
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa LLC merupakan jaminan
pembayaran bersyarat, dalam arti:
a. Surat jaminan yang diberikan oleh suatu bank (opening bank) untuk membayar
kepada penjual (beneficiary) atas permintaan pembeli (aplicant)
b. Bersyarat maksudnya si penjual akan mendapatkan pembayaran jika yang bersang-
kutan telah memenuhi peryaratan (term and conditions) dalam L/C. Term and con-
dition biasanya berupa dokumen-dokumen baik commercial documents, financial
đocuments, dan dokumen lainnya untuk memenuhi ketentuan lembaga-lembaga
pemerintah baik negara buyer maupun seller.
Di dalamn Leter of Credit terdapat dua hal pokok yang harus dipahami, yaitu:
a. Bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen dan bukan dengan barang. Hal ini
berarti bahwa bank hanya berkewajiban untuk membayar berdasarkan dokumen-
dokumen yang secara fisik sesuai dengan yang diminta di dalam Leter of Credit. Bank
tidak bertanggung jawab mengenai uraian, jumlah, kualitas, nilai, kondisi, dan
keberadaan barang secara fisik yang berhubungan dengan dokumen-dokumen
tersebut.
Sebagai contoh, di dalam Leter of Credit disebutkan barang harus dikirim
sebesar 100 ton kopi maka bank akan membayar kepada seller apabila dokumen-
dokumen yang diserahkan memenuhi persyaratan Leter of Credit yaitu
mencantumkan jumlah l00 ton kopi. Bank tidak akan bertanggung jawab untuk
memeriksa atau menentukan bahwa fisik barang yang dikirim adalah kopi atau bukan.
Tidak bertanggung jawab atas kebenaran kuantitas dan kualitas barang secara fisik.
Perlu diperhatikan bahwa Leter of Credit bukan merupakan instrument yang
dapat menggantikan kepercayaan pembeli terhadap kredibilitas penjual, pembeli dapat
menetapkan di dalam Leter of Credit suatu dokumen/sertifikat pemeriksaan fisik dan
kualitas barang dari suatu surveyor independent harus juga disertakan sebagai syarat
pembayaran kepada penjual.

b. Leter of Credit merupakan kontrak/perikatan terpisah dan independen dari sale


contract. Sales contract merupakan perikatan antara buyer dan seller, yang
menggambarkan kewajiban masing-masing pihak. Walaupun sales contract
merupakan bagi lahirmya Leter of Credit, namun persyaratan-persyaratan dalam Leter
of Credit sepenuhnya berdiri sendiri. Bank tidak perlu memperhatikan apakah kedua
belah pihak memenuhi persyaratan kontrak atau tidak. Bank akan membayar semata-
mata tergantung apakah persyaratan dalam L/C telah dipenuhi oleh seller
(beneficiary) atau belum.

Unsur-Unsur Pokok dalam Leter of Credit

Dalam L/C terdapat beberapa unsur pokok antara lain:

a. Credit Substitution (Substitusi Kredit). VC diterbitkan oleh opening bank atas permintaan
applicant dan L/C merupakan jaminan pembayaran dari opening bank kepada beneficiary.
Sehingga dengan L/C tersebut opening bank menggantikan atau mensubstitusikan
kredibilitas applicant dengan kredibilitas bank yang bersangkutan.

b. Jarninan bank untuk membayar (Promise to Pay)


c. Syarat-syarat tertentu (term and condition). L/C merupakan jaminan pembayaran bersyarat
(conditional guarantiee) dalam arti pembayaran akan dilakukan sepanjang beneficiary
telah memenuhi persyaratan dalam LC (term and condition).

d. Parties (pihak-pihak yang terlibat) dalam L/C, Dalam keadaan normal pihak-pihak yang
terkait dalam transaksi L/C adalah applicant/importir, opening bank/bank pembuka L/C,
dan beneficiary/eksportir.

e. Waktu (time). Dalam L/C pada umumnya terdapat 3 (tiga) faktor waktu, yaitu

e.1. Expiry Date (tanggal jatuh tempo)

Expiry date adalah tanggal berakhirnya jangka waktuberlakunya L/C.

e.2. Latest Shipment Date (tanggal pengapalan terakhir)

Latest shipment date adalah tanggal terakhir untuk melaksanakan


pengapalan/pengiriman barang sesuai yang ditentukan dalam LC

e.3. Latest Presentation Date (tanggal terakhir penyerahan dokumen)

Latest presentation date adalah tanggal terakhir bagi beneficiary untuk


menyerahkan dokumen ke bank, dihitung dari tanggal dokumen transpor.
Hal- hal yang perlu dperhatikan dalam membaca suatu L/C diringkas dalam gambar
berikut.

Jasa Bank dalam Mendukung Pembayaran Perdagangan

Jasa-jasa bank yang dipergunakan dalam rangka memperlancar pembayaran transaksi


perdagangan tersebut di atas terdiri dari: Kliring, Inkaso, dan Transfer.

Kliring

Kliring merupakan kegiatan penyelesaian warkat-warkat tagihan antar bank yang


dilakukan melalui lembaga kliring (clearing house). Kliring dibedakan menjadi dua, yaitu
kliring keluar dan kliring masuk. Kliring keluar merupakan kegiatan penerimaan warkat-
warkatdari nasabah untuk diserahkan ke bank lain melalui lembaga kliring untuk ditukarkan
dengan dana. Sedangkan kliring masuk merupakan kegiatan penerimaan warkat-warkat
kliring yang diterima dari bank lain atas beban rekening nasabah yang ditata usahakan di
bank yang bersangkutan. Jika dana tersedia di rekening nasabah, bank yang bersangkutan
berkewajiban membayar kepada bank lawan dengan cara mengkredit bank lawan melalui
pembukuan di Bank Indonesia.

Lembaga kliring adalah tempat di mana bank anggota kliring saling bertemu untuk
menukarkan warkat-warkat kliring. Sedangkan warkat-warkat yang dapat dikliringkan terdiri
dari semua surat berharga seperti: cek, bilyet giro, nota-nota transfer, wesel, dan surat-surat
berharga lainnya yang telah disetujui oleh Bank Indonesia untuk dapat dikliringkan di
lembaga kliring. Sedangkan, bank-bank peserta kliring umumnya adalah kantor cabang bank
dalam satu kota, ditambah dengan daerah sekitar kota tersebut. Misalnya, wilayah kliring
Bank Indonesia Semarang adalah kantor cabang bank yangberkedudukandi Kota Semarang,
Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal; atau wilayah kliring Bank
Indonesia Jakarta adalah wilayah DKI Jakarta ditambah Bogor, Tangerang dan Bekasi
(Jabotabek). Mekanisme kerja di lembaga kliring dibagi menjadi dua, yaitu kliring
penyerahan warkat-warkat kliring atau disebut juga diselesaikan dalam satu hari kerja,
sedangkan untuk wilayah Jabotabek kliring tersebut diselesaikan dalam dua hari kerja.

Lembaga kliring diperlukan pada dasarnya ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi


dalam pelaksanaan tukar-menukar warkat kliring serta mengontrol pelaksanaan kliring.
Karena tidak mungkin masing-masing kantor cabang bank melakukan penagihan kekantor
cabang bank lawan dengan jalan mendatangi kantor cabang tersebut, kemudian menyerahkan
tagihan-tagihan, selanjutnya membawa pulang hasil tagihan. Tindakan ini disamping tidak
efisien, juga kurang aman. Sebab di samping jumlah kantor cabang bankdi suatu wilayah
jumlahnya sangat besar (misalnya Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi), juga jumlah
tagihan tersebut mungkin bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Karena sangat tidak aman jika
hasil tagihan tersebut dibawa dengan uang tunai. Oleh karena itu diperlukan lembaga kliring,
di mana setiap bank peserta kliring dapat bertemudan menyerahkan warkat-warkat
kliringnya, sedangkan hasil kliring tersebutdibukukan ke rekening gironya masing-masing
yang ditatausahakan di Bank Indonesia.

Selanjutnya mekanisme kerja kliring dari penerimaan warkat-warkat di masing-


masing bank sampai dengan diperoleh hasil kliring dapat dijelaskan dengan pekerjaan
sebagai berikut:
 Kliring Keluar
a. Teller Kliring Bank: Teiler Kliring Bank setiap hari mernerima setoran dari nasabah.
Setoran tersebut antara lain dilakukan nasabah dengan warkat bank lain. Kemudian
dilakukan pemeriksaan kebenaran atas tanda setoran dan warkat kliring tersebut.
Apabila sudalh dibuku, selanjutnya diserahkan ke Petugas Kliring untuk dikliringkan.
Pembukuan yang dilakukan oleh Teller Kliring adalah:

Debit:Tagihan kliring bank lawan.

Kredit : Titipan setoran a.n. masing-masing nasabah.

b. Petugas Kliring Bank: Petugas Kliring Bank mencatat warkat-warkat kliring tersebut
pada daftar kliring menurut bank dan menjumlahkan angkanya. Masing-masing bank
peserta kliring dibuatkan satu daftar kliring, Daftar kliring terdiri dari tiga lembar:
lembar pertama disampaikan ke bank lawan, lembar kedua untuk Bank Indonesia, dan
lembar ketiga sebagai arsip bank yang bersangkutan. Apabila bank peserta kliring
jumlahnya lebih dari satu, maka petugas kliring harus membuat Rekapitulasi Daftar
Kliring untuk memudahkan Bank Indonesia dalam membuat perhitungan hasil kliring.
Rekapitulasi Daftar Kliring mencatat jumlah angka-angka pada daftar kliring sesuai
dengan kelompok masing-masing bank (menurut nomor kliring bank). Rekapitula
Daftar Kliing terdiri dari dua lembar, yaitu lembar pertama untuk Bank Indonesia dan
lembar kedua untuk bank yang bersangkutan.
c. Pejabat Bank: Sebelum Petugas kliring berangkat ke Lembaga Kliring, semua hasil
kerjanya diperiksa dahulu oleh Pejabat Bank. Hal ini merupakan sistem kontrol
melekat yang diterapkan oleh bank (built in control). Apabila sudah ada persetujuan
dari pejabat bank, maka daftar dan Rekapitulasi Daftar Kliringbeserta warkat-warkat
yang akan dikliringkan dibawa oleh petugaskliring ke Lembaga Kliring.
d. Lembaga Kliring: Petugas Kliring masing-masing bank membagikan daftar kliring
berserta warkat-warkat kliringnya ke masing-masing bank peserta kliring. Oleh Bank
Indonesia atau Bank Koordinator (Bank yang ditunjuk sebagai penyelenggara kliring),
atas daftar kliring dan rekapitulasi daftar kliring yang diterima dari masing-masing
bank peserta kliring, kemudian dilakukan perhitungan. Kegiatan di lembaga kliring ini
merupakan kegiatan kliring pertama atau kliring penyerahan warkat-warkat kliring.
Hasil perhitungan kliring yang dilakukaan oleh Bank Indonesia ini masih bersifat
sementara. Hasil kliring pastinya akan diketahui setelah dilakukan kliring kedua, yaitu
kliring penyerahan warkat-warkat kliring yang ditolak (jika ada) oleh masing-masing
bank, kemudian langsung dibuku ke rekening masing-masing bank peserta kliring
yang ditatausahakan di Bank Indonesia. Bukti pembukuannya diberikan ke masing-
masing bank peserta kliring.
 Kliring Masuk

Kliring masuk merupakan kelanjutan dari mekanisme kerja kliring keluar

tersebut di atas, yaitu sebagai berikut:

a. Petugas Kliring Bank: Petugas kliring bank membawa pulang daftar kliring yang
diterimanya dari bank-bank lawan beserta warkat-warkat yang akan ditagihkan ke
masing-masing rekening nasabahnya yang ditatausahakan di bank yang bersangkutan.
Kemudian petugas kliring menyerahkan daftar kliring dan warkat kliring tersebut
kepada pejabat bank untuk diperiksa kebenarannya. Selanjutnya pejabat bank me-
merintahkan teller kliring untuk mengecek kebenaran pengisian dan tanda tangan
masing-masing warkat serta melihat saldonya di rekeningnya masing-masing, apabila
Saldonya cukup langsung di buku dan bila kurang agar dibuatkan Surat Penolakan
(SP).
b. Teller Kliring Bank: Teller Kliring Bank memeriksa keaslian warkat dan kebenaran
penulisan dan tanda tangan, selanjutnya memeriksa saldo masing-masing rekening
nasabah yang menerbitkan warkat tersebut. Apabila saldonya cukup kemudian
dilakukan pembukuan dengan jurnal:

Debit : Rekening giro/pinjaman nasabah.

Kredit : Kliring dengan bank lain/saldo giro di Bank Indonesia.

Sedangkan bila saldonya kurang atau ada ketidak cocokan dalam dibuatkan Surat
Penolakan yang berisi alasan penolakan tersebut dapat diperhatikan pada penjelasan
mengenai giro.

Warkat-warkat yang ditolak diserahkan kepada petugas kliring untuk


dikembalikan kepada petugas kliring bank lawan di Lembaga Kliring.

c. Petugas Kliring Bank: menerima warkat-warkat yang ditolak serta membuat


rekapitulasi daftar kliring. Selanjutnya kerja tersebut diserahkan kepada pejabat bank
untuk diperiksa (sebagai checker sekaligus persetujuan/signer). Setelah mendapat
persetujuan pejabat bank, petugas kliring bank membawa ke lembaga kliring hal-hal
sebagai berikut: warkat kliring ditolak, daftar kliring, rekapitulasi daftar kliring dan
Surat Penolakan (SP) bagi warat kliring yang ditolak (jika ada).

d. Lembaga Kliring: Warkat dan surat-surat diserahkan ke bank lawan dan tindasannya
disampaikan ke Bank Indonesia atau bank koordinator kliring. Berdasarkan surat-
Surat tersebut Bank Indonesia atau bank koordinator melakukan perhitungan dan
menggabungkan dengan perhitungan kliring sebelumnya (kliring pertama). Hasil
gabungan perhitungan tersebut akan menghasilkan menang dan kalah kliring masing-
masing bank, selanjutnya Bank Indonesia membuku menang kredit dan kalah/debit
tersebut ke rekening masing-masing bank peserta kliring yang ditatausahakan di Bank
Indonesia setempat. Bukti pembukuan diberikan ke masing-masing bank peserta
klirng. Kegiatan kliring ini lazim disebut dengan kliring kedua, atau pengembalian
warkat-warkat yang ditolak Hasil perhitungan/pembukuan kliring tersebut di bawa
pulang oleh petugas kliring bank dan selanjutnya diberikan kepada pejabat bank untuk
dicocokan dengan daftar kliring dan warkat yang ditolak. Apabila semuanya telan
cocok pejabat bank memerintahkan kepada teller kliring untuk melakukan pembukuan
secara efektif setoran dari masing-masing nasabah tersebut di atas dengan jumal
pembukuan:

Debit : Titipan setoran a.n. masing-masing Nasabah.

Kredit: Rekening Giro a.n. masing-masing Nasabah.

Dengan selesainya pembukuan hasil kliring tersebut, maka seluruh kegiatan dalam
mekanisme pelaksanaan kliring telah selesai.

Inkaso

Inakiso merupakan kegiatan penyelesaian warkat-warkat (cek dan bilyet giro) tagihan
antar bank diluar wilayah kliring. Inakiso tersebut juga dibedakan menjadi dua, yaitu inakiso
keluar dan inakiso masuk. Inakiso keluar merupakan kegiatan penerimaan warkat-warkat dari
nasabah yang akan ditagihkan/diinkasokan kecabang lain atau bank lain diluar wilayah
kliring untuk ditukarkan dengan dana. Warkat yang diinkasokan tersebut dapat tertuju kepada
nasabah di bank yang sama atau bank lain, bila menjadi beban nasabah bank lain maka
seterimanya warkat inkaso tersebut akan dilakukkan kliring terlebih daluhu. Oleh karena itu
pengiriman warkat inkaso dilakukan ke kantor cabang bank yang sama. Sedangkan inkaso
masuk merupakan kegiatan penerimaan warkat-warkat inkaso dari kantor cabang bank yang
sama di luar wilayah kliring atas beban rekening nasabah yang ditatausahakan di bank yang
bersangkutan atau bank lain. Jika dana tersedia di rekening nasabah, bank yang bersangkutan
berkewajiban membayar kepada cabang lawan dengan cara mengirimkan uang hasil inkaso
melalui transfer dana ke cabang lawan. Jika tidak ada dana atau ditolak karena alasan lainnya,
bank yang bersangkutan wajib mengembalikan warkat tersebut disertai alasan penolakannya.
Sedangkan bila merupakan warkat bank lain, maka harus dilakukan proses kliring terlebih
dahulu.

Fasilitas Inkaso demikian diperlukan untuk mnemudahkan dalam penagihan ke bank


yang berlokasi di luar kota, sehingga akan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan tukar-
menukar warkat antar nasabah yang berlokasi saling berjauhan. Sedangkan hasil inkaso
tersebut dikirimkan ke bank lawan dengan sarana transfer (selanjutnya harap dilihat topic
mengenai transfer). Mekanisme kerja dari penerimaan warkat inkaso dari nasabah sampai
dengan diperoleh hasil inkaso dan pembukuan ke rekening nasabah dapat dijelaskan sebagai
berikut:

 Inkaso Keluar
a. Teller Bank: Teller Bank setiap hari menerima setoran dari nasabah. Setoran tersebut
dilakukan nasabah antara lain dengan warkat bank lain, baik yang sekota maupun di
luar kota, Warkat dari bank yang sekota diselesaikan dengan kliring, sedangkan
warkat dari bank di luar kota diselesaikan dengan cara Inkaso. Kemudian teller
melakukan pemeriksaan kebenaran pengisian tanda setoran dan warkat tersebut.
Apabila sudah benar terus dibuku, selanjutnyawarkat diserahkan ke petugas inkaso
untuk diinkasokan. Pembukuan yang dilakukan oleh teller Bank adalah:
Debit : Tagihan inkaso cabang lawan.

Kredit: Titipan setoran a.n. masing-masing Nasabah,

b. Petugas Inkaso Bank: Petugas Inkaso Bank mencatat warkat-warkat inkaso tersebut
pada daftar fomulir inkaso, menjumlahkan angkanya serta mengisikan kantor cabang
bank tujuan, tanggal pengiriman dan nomor surat. Untuk sertiap kantor cabang bank
yang akan ditagih dibuatkan satu dafar inkaso terdini dari dua lembar: lembar pertama
disampaikan ke cabang lembar kedua sebagai arsip bank yang bersangkutan. Sebelum
dikirim kekantor cabang bank tujuan, terlebih dahulu disampaikan ke Pejabat Bank
untuk kebenarannya dan apabila sudah benar langsung dimintakan persetujuannya.
c. Pejabat Bank: Pejabat bank melakukan pemeriksaan atas jumlah warkat dan nilai
uangnya serta kantor cabang bank yang dituju. Apabila telah cocok kemudian
menandatangani daftar inkaso tersebut sebagai tanda persetujuan. Selanjutnya
diserahkan kepada petugas ekspedisi untuk diagenda dan dikirim ke kantor cabang
bank tujuan.
 Inkaso Masuk

Inkaso masuk merupakan kelanjutan dari mekanisme kerja inkaso ke luar tersebut diatas.
Bila mana di kantor cabang bank tersebut sebagai inkaso keluar, maka bagi kantor cabang
bank tujuan adalah merupakan inkaso masuk. Mekanisme kerja inkaso masuk adalah sebagai
berikut:

a. Petugas Inkaso Bank: Petugas Inkaso Bank menerima amplop dari petugas ekspedisi
yang berisi daftar inkaso dan warkat-warkat yang diinkasokan, kemudian
diadministrasikan. Apabila telah cocok antara isi yang tertera dalam daftar inkaso
dengan warkat-warkat yang dilampirkan, kemudian meneruskan ke Teller Bank untuk
dibuku.
b. Teller Bank: Teller Bank akan memeriksa kebenaran pengisian warkat (cek atau
bilyet giro), tanda tangan dan saldo dari rekening nasabah yang menerbitkan warkat.
Apabila telah cocok dan saldonya cukup langsung dibuku, dengan jurnal:

Debit : Rekening Giro/Pinjaman Nasabah.

Kredit: Rekening Antarkantor.

Sedangkan bila tidak cocok tanda tangannya, atau saldo tidak cukup, warkat harus
dikembalikan ke kantor cabang pengiriman yang disertai dengan menielasan sebab-
sebab penolakan. Dalam setiap transaksi pembukuan di bank diterapkan beberapa
sistem kontrol, antara lain sistem dua control (vaitu pengawasan dari dua lini,
maksudnya pekerjaan dilakukan oleh dengan dua sistem dan hasil akhirnya dicocokan
kembali) dan built in control (yaitu pengawasan oleh atasan dengan sistem maker,
cheker, dan signer).

c. Petugas Inkaso: Petugas Inkaso menerima hasil pembukuan dan warkat yang ditolak
dari Teller Bank. Kemudian menyiapkan aplikasi transfer untuk mengirimkan hasil
Inkaso dan Daftar Inkaso warkat yang ditolak ke Kantor Cabang Bank pengirim.
Apabila semua telah selesai dilakukan kemudian diserahkan ke Pejabat Bank untuk
dilakukan pengecekan kembali dan sekaligus tanda tangan sebagai persetujuan.
Begitu persetujuan telah diberikan, pada saat yang sama Pejabat Bank juga
memberikan persetujuan pengiriman transfer ke Kantor Cabang Bank pengirim
Inkaso melalui sarana komputernya. Sedangkan apabila warkat tersebut harus
dikliringkan, maka warkat diserahkan ke Petugas Kliring dan tata cara
pelaksanaannya seperti mekanisme kliring di atas. Kemudian untuk warkat Inkaso
yang ditolak dikembalikan ke Kantor Cabang Bank pengirim, tata cara pengiriman
seperti halnya penginiman Inkaso keluar dan sekaligus membereskan administrasinya.
Pada saat Kantor Cabang Bank pengirim Inkaso menerima hasil Inkaso akan
melakukan pembukuan dengan jurnal:
Debit: Rekening Antarkantor
Kredit: Titipan Inkaso bank lawan.
Debit: Titipan setoran a.n. masing-masing Nasabah.
Kredit: Rekening giro/pinjaman nasabah.

Sedangkan untuk warkat yang ditolak dilakukan pembukuan sebagai berikut:

Debit: Titipan setoran a.n. Nasabah yang ditolak

Kredit: Tagian inkaso bank lawan

Kemudian warkat dikembalikan kepada Nasabah yang disertai dengan Surat


Penolakan (SP).

Transfer

Transfer atau pengiriman uang merupakan kegiatan penyelesaian permohonan


pemindahan uang/dana dari satu kantor cabang bank ke kantor cabang lainnya atau bank
korespondennya di luar negeri yang dilakukan melalui sarana komunikasi yang telah
dilengkapi dengan berbagai alat pengaman, diawali dengan permohonan dari transfer dari
nasabah, diteruskan bank dengan intruksi untuk membayar sejumlah tertentu kepada orang
yang disebutkan Namanya dalam transfer tersebut serta pembayaran kepada nasabah.

Transfer dibedakan menjadi dua, yaitu transfer keluar dan transfer masuk. Transfer
keluar merupakan kegiatan penerimaan permohonan transfer dari nasabah untuk dikirimkan
kepada orang lain (penerima) yang berada di luar kota (luar wilayah kliring) atau luar negeri.
Sedangkan transfer masuk merupakan kegiatan penerimaan pesan/instruksi transfer
(incoming message) dari kantor cabang lain atau bank koresponden di luar negeri untuk
diteruskan kepada penerima, baik secara pemindah bukuan (kredit ke rekening Nasabah),
maupun secara tunai. Untuk memberikan keamanan, baik kepada Nasabah maupun bank,
maka dalam transfer tersebut diterapkan sistem pengamanan berupa kode-kode yang hanya
diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat. Transfer yang berlaku di dalam negeri, mengunakan
sistem pengaman bank yang bersangkutan, sedangkan transfer dari/ke luar negeri
menggunakan sistem pengaman yang diberikan oleh bank koresponden.

Selanjutnya mekanisne kerja transfer dari penerimaan permohonan transfer sampai


dengan pembayaran transfer dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Transfer Keluar
a. Teller Bank: Teller Bank setiap hari menerima permohonan transfer dan nasabah.
Aplikasi transfer beserta dengan uang yang akan dikirim dan biaya transfer (bila
dikenakan) diserahkan kepada Teller Bank. Kemudian dilakukan pemeriksaan
kebenaran atas pengisian aplikasi dan jumlah uang. Apabila Sudah cocok kemudian
dilakukan pembukuan dan selanjutnya diserahkan ke Petugas Transfer untuk
diverifikasi/diperiksa. Pembukuan yang dilakukan oleh Teller Bank adalah:
Debit : Kas.
Kredit: Rekening Antarkantor.
b. Petugas Transfēr Bank: Petugas Transfer Bank menambahkan kode-kode dalam
transfer tersebut, kemudian menyerahkannya kepada Pejabat Bank untuk
mendapatkan persetujuan.
c. Pejabat Bank: Memeriksa aplikasi permohonan transfer dan apabila telah cocok tanda
tangan sebagai persetujuan dan pada saat yang sama memberikan persetujuan transfer
pada komputer. Derngan sistem komunikasi yang canggih yang dimiliki oleh setiap
barnk, maka pada saat yang bersamaan bank yang dituju telah menerima
pesan/instruksi transfer (incoming message). Isi dari pesan tersebut antara lain
memuat: Kode transfer, Cabang pengirim, tanggal pengiriman, besarnya uang yang
dikirim, nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima, pesan dari pengirim.
Apabila pengiiman uang tersebut ke luar negeri ditambahkan dalam pesan tersebut,
bahwa atas pembayaran tersebut agar membebankan ke rekening Bank Pengirim
(nostro) yang ditatausahakan di bank koresponden yang bersangkutan.
 Transfer Masuk
Transfer masuk merupakan kelanjutan dari mckanisme kerja transfer keluar di bank
lawan, yaitu sebagai berikut:

a. Petugas Transfer Bank: Petugas transfer menerima pesan/instruksi dari bank lain
kemudian melakukan pengkodean. Apabila kode cocok maka dilakukan administrasi.
Selanjutnya diserahkan kepada pejabat bank untuk mendapatkan persetujuan
pembayaran.
b. Pejabat Bank: Melakukan pemeriksaan atas instruksi dalam transfer masuk tersebut,
meliputi nama penerima, alamat penerima atau nomor rekening yang dituju, jumlah
uang, nama cabang pengirim, kode transfer, dan sebagainya. Apabila semua alat
kontrol yang ditetapkan telah cocok, maka pejabat bank memberikan persetujuan
untuk dibayarkan. Selanjutnya pejabat bank menandatangani surat pemberitahuan
pengiriman uang/transfer kepada penerima dan menyerahkan kembali ke petugas
transfer
c. Petugas transfer: Menyerahkan pemberitahuan tersebut kepada petugas ekspedisi
untuk disampaikan kepada penerima. Apabila dalam instruksi transfer tersebut tclah
ditctapkan rekening yang dituju, maka petugas melakukan pembukuan sebagai
berikut:
Debit : Rekening Antarkantor Kantor.
Kredit: Rekening Nasabah.
Sedang bila dalam instruksi transfer tersebut tidak mencantumkan nomer rekening
tujuan, maka petugas transfer akan melakukan pembuk sebagai berikut:
Debit : Rekening Antarkantor.
Kredit: Rekening Titipan Transfer.
Apabila transfer tersebut berasal dari luar negeri, maka pembukuannya menjadi:
Debit : Rekening Nostro/Rekening Bank Koresponden di luar negeri.
Kredit : Rekening Nasabah/Rekening Titipan Transfer.
Catatan: Pembukuan ke rekening titipan transfer tersebut dimaksudkan sebagai
kontrol/pengawasan bahwa semua transaksi transfer pada akhir hari harus
diselesaikan, sehingga tidak ada transaksi antarkantor yang menggantung/terbuka.
Oleh karena itu dibuku ke rekening titipan transfer.
d. Teller Bank: Penerima transfer yang mengambil tunai (tidak menyebutkan nomor
rekening pada instruksi transfer) harus menghubungi teller dengan membawa surat
pemberitahuan tentang pengiriman uang. Oleh teller surat pemberitahuan tersebut
dicocokan dengan arsip di bank, apabila telah cocok teller membayar kepada
penerima sejumlah uang seperti tercantum dalam Instruksi transfer tersebut, dan pada
saat yang sama teller membuka sebagai berikut:
Debit: Rekening Titipan Transfer.
Kredit: Kas.

1.3 Jasa Bank Dalam Memperlancar Peredaran Uang

Produk bank yang terkait dengan fungsi memperlancar peredaran uang adalah rekening
koran, baik simpanan (giro) maupun pinjaman. Mekanisme peredaran uang dari sisi simpanan
adalah sebagai berikut: Setiap nasabah giro (misalnya A) akan diberikan cek atau Bilyet Giro
(BG) oleh banknya masing-masing untuk memperlancar pembayaran transaksi
perdagangannya. Dengan memegang cek atau Bilyet Giro (BG) tersebut, Nasabah A dapat
menerbitkan cek dengan nilai berapapun jumlahnya untuk pembayaran transaksi dagangnya,
misalnya dengan nasabah B. Oleh B, cek/BG tersebut kemudian disetorkan ke rekeningnya di
Bank X, sehingga menambah saldo rekening gironya. Selanjutnya apabila B akan melakukan
pembayaran kepada pihak supplier (misalnya C), B dapat menerbitkan cek/BG. Selanjutnya
bila pihak C melakukan penyetoran dengan cek/ BG tersebut ke rekening gironya di Bank Z,
sehingga saldo gironya bertambah. Dengan penambahan saldo giro di bank yang begitu cepat,
serta pemanfaatan untuk menyelesaikan pembayaran transaksi perdagangan, maka peranan
bank sebagai lembaga yang mempercepat peredaran uang sudah terlaksana. Hal ini sebabkan
karena pada dasarnya cek/BG tersebut sama nilainya dengan uang tunai yang tercantum
dalam cek/BG, sehingga penerima/penjual tidak perlu menerima dalam bentuk uang tunai,
akan tetapi cukup dengan cek/BG.

Kemudian dari sisi pinjaman, mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nasabah-nasabah menyimpan uangnya di bank (baik dalam bentuk giro, deposito dan
tabungan), oleh bank dana simpanan tersebut sebagian akan dipergunakan untuk menambah
kewajiban likuiditasnya (misalnya dipergunakan untuk menambah giro wajib minimum/
GWM) dan sebagian besar dipinjamkan kepada masyarakat. Masyarakat yang menerima
kredit dari bank kemudian menggunakan dana tersebut untuk pembayaran kepada
rekanan/supplier-nya. Dana yang diterima oleh supplier tersebut kemudian disimpan lagi ke
bank. Dari simpanan yang terakhir ini bank mempunyai dana yang dapat dipinjamkan
kembali kepada nasabah. Nasabah yang memperoleh pinjaman akan membelanjakan uangnya
untuk kebutuhan kegiatan usahanya/konsumtifnya. Proses ini jelas menambah jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat. Mekanisme ini terus menerus berjalan, sehingga jumlah
uang yang beredar bertambah banyak. Dengan demikian fungsi bank sebagai lembaga yang
mempelancar peredaran uang telah berlangsung. Sedangkan jasa bank yang terkait dengan
fungsi ini antara lain:

a. Jasa penerima setoran


Penerimaan setoran dilakukan oleh bank setiap hari, baik untuk kepentingan rekening
dipelihara di kantor cabang bank yang bgersangkutan maupun yang dipelihara di
kantor cabang lain. Sistem yang ditawarkan bank dalam pelimpahan dan setoran
tersebut ke rekening di kantor cabang lain, dapat dilakukan antara lain dengan periode
setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan.
b. Jasa pencairan dana
Pencairan dana dapat dilakukan setiap saat, baik menggunakan cek maupun bilyet
giro, baik atas beban rekening giro maupun rekening pinjamannya. Setiap cek atau
bilyet giro yang beredar merupakan bagian dari jumlah uang beredar, sebab cek atau
bilyet giro didukung oleh dana yang cukup di rekeningnya masing-masing. Dengan
demikian setiap pembayaran transaksi perdagangan di dalam negeri dengan mudah
akan dilakukan pembayaran oleh pihak pembeli.

Demikianlah beberapa jasa bank yang dipergunakan dalam operasional bank sehari-
hari. Selain jasa-jasa diatas masih banyak jasa-jasa bank yang merupakan derivative (turunan)
dari jasa-jasa diatas, diantaranya adalah jasa penyimpanan surat berharga (custodian), jasa
penyimpanan barang-barang berharga (safe deposit box), jasa jual beli valuta asing, jasa
penjaminan, dan sebagainya.
PENUTUP

Kesimpulan:

Jasa bank adalah semua kegiatan bank, baik yang langsung maupun tidak langsung,
yang berkaitan dengan fungsi bank sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta
fungsi bank yang memberikan jaminan kepada nasabah-nasabahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan keuntungan kepada bank, dalam bentuk
keuntungan financial maupun nonfinansial. Perdagangan dibedakan menjadi dua, yaitu
perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri (perdagangan internasional).
perbedaan yang mendasar antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri
antara lain letak geografis antara penjual dan pembeli, hukum dan politik yang berlaku,
bahasa yang di pergunakan, mata uang, dan risiko perdagangan antarnegara. Jasa-jasa bank
yang dipergunakan dalam rangka memperlancar pembayaran transaksi perdagangan tersebut
di atas terdiri dari: Kliring, Inkaso, dan Transfer. Produk bank yang terkait dengan fungsi
memperlancar peredaran uang adalah rekening koran, baik simpanan (giro) maupun
pinjaman. Mekanisme peredaran uang dari sisi simpanan adalah sebagai berikut: Setiap
nasabah giro (misalnya A) akan diberikan cek atau Bilyet Giro (BG) oleh banknya masing-
masing untuk memperlancar pembayaran transaksi perdagangannya. Kemudian dari sisi
pinjaman, mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Nasabah-nasabah
menyimpan uangnya di bank (baik dalam bentuk giro, deposito dan tabungan), oleh bank
dana simpanan tersebut sebagian akan dipergunakan untuk menambah kewajiban
likuiditasnya (misalnya dipergunakan untuk menambah giro wajib minimum/ GWM) dan
sebagian besar dipinjamkan kepada masyarakat.

Saran:

Diharapkan makalah ini mampu memberikan informasi mengenai pengertian jasa


bank, jasa bank dalam pembayaran transaksi perdagangan, dan jasa bank dalam
memperlancar peredaran uang seta diharapkan nanti dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi pembaca maupun penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Mudrajad Kuncoro Suhardjono, (2019). Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.


Edisi Kedua. Penerbit BPFE UGM Yogyakarta.

Anom, (1994), Kredit Dokumenter, Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia, (bahan


pendidikan devisa).

Jung, Woo S. (1986) “Financial Development and Economic Growth: International


Evidence”, Economic Development and Cultural Change, 34(2), pp. 333-46.

Koch, Timothy W. and S. Scott MacDonald (2000). Bank Management, Forth Worth:
The Dryden Press.

Permono, Iswardono S and Mudrajad Kuncoro (1990), “ Kebijakan Moneter: Dari


‘Financial Repression’ Hingga Bahaya ‘Financial Crash’’’ Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, 2, hal. 25-36.

Anda mungkin juga menyukai