Dosen Pengempu:
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Nama Anggota:
Pada perdagangan dalam negeri setiap terjadi transaksi perdagangan selalu diikuti
dengan penyerahan barang oleh penjual dan pembayaran oleh pembeli. Permasalahan
yang dihadapi dalam perdagangan dalam negeri ini adalah bahwa pembayaran tersebut
tidak selalu dilakukan secara tunai. Hal ini disebabkan alasan-alasan sebagai berikut:
Membawa uang tunai dalam jumlah besar adalah sangat tidak efisien, tidak aman,
dan kurang fleksibel.
Transaksi perdagangan dapat dilakukan setiap saat, namun tidak setiap saat
membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa kehadiran penjual dan pembeli
bertemu disuatu tempat, namun dapat dilakukan dengan sarana komunikasi. Dan
sebagainya.
Pembayaran transaksi perdagangan dalam negeri oleh pihak pembeli yang melibatkan
bank dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
Menerbitkan cek.
Menerbitkan bilyet giro.
Setor dana ke rekening penjual.
Transfer dana ke rekening penjual.
a. Rekening penjual dan pembeli di bank yang sama dalam satu kota (misalnya rekening
penjual dan pembeli di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten).
b. Rekening penjual dan pembeli di bank yang berbeda dalam satu kota (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Beta Klaten dan rekening pembeli di Kantor
Cabang Bank Fiqka Klaten).
c. Rekening penjual dan pembeli di bank yang sama, akan tetapi berbeda kotanya
(misalnya rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten, rekening pembeli di
Kantor Cabang Bank Fiqka Semarang).
d. Rekening penjual dan pembeli di bank yang berbeda dan kota berbeda (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten dan rekening pembeli di
Kantor Cabang Bank Beta Jakarta).
a. Setoran dilakukan di kantor cabang bank yang sama dengan kantor cabang bank
pihak penjual (misalnya setoran dilakuakn di Bank Fiqka Klaten dan rekening
penjual juga di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten).
b. Setoran dilakukan bank yang berbeda, namun masih dalam satu kota (misalnya
rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten dan setoran dilakukan
melalui Bank Beta Klaten).
c. Setoran dilakukan di bank yang sama, namun berbeda kotanya (misalnya setoran
dilakuakn di Bank Fiqka Semarang dan rekening penjual di Kantor Cabang Bank
Fiqka Klaten).
d. Setoran dilakukan di bank yang berbeda dan kota yang berbeda dengan bank
pihak penjual (misalnya rekening penjual di Kantor Cabang Bank Fiqka Klaten
dan setoran dilakukan melalui Bank Beta Semarang).
a) Geografis
Dalam perdagangan internasional letak kedudukan penjual (seller) dan pembeli
(buyer) berjauhan kadangkala dibatasi oleh lautan yang maha luas. Kondisi ini
menimbulkan kesulitan dalam melakukan transaksi dagang, yaitu:
Buyer dan seller tidak dapat bertatap muka.
Pengiriman barang memerlukan jasa pihak ketiga.
Kemungkinan terjadi kelambatan dan kerusakan atas barang yang dikirim.
Buyer tidak mengetahui kondisi barang.
Seller tidak mendapatkan kepastian pembayaran.
b) Hukum dan Politik
Setiap negara mempunyai sistem hukum dan politik yang berbeda. Kondisi ini
tentunya akan menimbulkan perbedaan dalam peraturan perdagangan antara satu
negara dengan negara lainnya.
c) Bahasa
Setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional mempunyai bahasa
sendiri- sendiri. Penggunaan bahasa internasional, yaitu bahasa inggris tidak
semua pihak dapat menguasai dengan baik.
d) Mata uang (Currency)
Seller dan buyer dalam melaksanakan pembayaran dan penerimaan uang
menginginkan mata uang yang berlaku di negaranya. Hal ini dapat menimbulkan
permasalahan yang serius.
e) Risiko suatu negara (Country Risk)
Country Risk adalah risiko-risiko yang mungkin timbul karena adanya perbedaan
tingkat “Credit Worthiness”(tingkat kemakmuran sebuah negara untuk
menyelesikan kewajiban-kewajibannya). Semakin tinggi country risk suatu negara
akan semakin tinggi pula tingkat risiko tidak terbayarnya transaksi perdagangan
yang dilakukan dengan negara tersebut.
Kepentingan penjual:
a. Kepastian pembayaran
b. Pembayaran sesegera mungkin atau barang sebelum dikirim
c. Pembayaran dengan mata uang yang berlaku dinegaranya
d. Risiko barang yang dikirim ditanggung pembeli
Kepentingan pembeli:
a. Kepastian diterimanya barang dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan
b. Pembayaran selambat mungkin atau sesudah barang dikirim dan terjual
Beberapa pertimbangan penjual dan pembeli akan pentingnya bank sebagai mediator
adalah:
Pertimbangan penjual:
a. Jaminan bahwa pembayaran akan diterima pada batas waktu yang telah
disetujui
b. Pembayaran dilakukan secepatnya
c. Memperoleh pengetahuan yang luas tentang pelaksanaan perdagangan
internasional
d. Jika kekurangn modal dapat dimintakan fasilitas pembayaran di muka
Pertimbangan pembeli:
a. Kepastian bahwa pembayaran dilakukan setelah penjual mengirimkan
barangnya
b. Memperoleh pengetahuan yang luas tentang perdagangan internasional
c. Kepastian akan pengiriman barang jika pembeli minta pembayaran di muka
1) Depository Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank luar negeri di mana
bank di dalam negeri memelihara rekening (account) pada bank luar negeri tersebut.
Transaksi-transaksi antara kedua negara (double traffic trade) di mana kedua bank
yang bersangkutan berada, diselenggarakan melalui bank-bank tersebut dan
pembayaran dari maupun ke luar negeri dilakukan dengan cara pembebanan langsung
pada rekening yang dipelihara tersebut.
2) Nondepository Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank di luar negeri akan
tetapi bank dalam negeri tidak membuka rekening pada bank di luar negeri. Transaksi
perdagangan antara kedua negara dapat diselenggarakan dengan membuka leter of
credit (L/C), sedang pembayaran dari dan kepada pihak di luar negeri dilakukan
dengan cara permintaan pembayaran (request for reimbursement) melalui bank yang
merupakan depository correspondent dari bank-bank yang bersngkutan.
3) One Side Correspondent
Yaitu suatu hubungan antara bank di dalam negeri dengan bank di luar negeri tanpa
memelihara suatu rekening. Hubungan ini terbatas pada transaksi ekspor dari
Indonesia dalam arti bank di Indonesia bersedia menerima L/C yang dibuka oleh bank
koresponden di luar negeri dalam transaksi ekspor yang bersangkutan. Akan tetapi
bank di Indonesia tidak akan membuka L/C ke bank tersebut dalam hal impor dari
negara di mana bank koresponden itu beroperasi. Dalam transaksi ekspor tersebut,
dokumen-dokumen akan diserahkan oleh bank di Indonesia kepada bank di luar
negeri dan pembayaran dari luar negeri dilakukan dengan cara reimbursement melalui
bank-bank depository correspondent yang terdekat.
Penjelasan:
1. Penjual/Ekspotir dan Pembeli/Importir telah terjadi kontrak jual beli (sales contract))
untuk membeli suatu barang.
2. Untuk merealisir kontrak jual beli tersebut, importer menghubungi bank untuk
membuka Leter of Credit (L/C) dan perubahan-perubahannya (apabila ada perubahan
dalam syarat perdagangan).
3. Bank membuka L/C (Issuing Bank) di Indonesia menerbitkan Leter of Credit dan
mengirimkannya ke bank luar negeri yang menjadi korespondennya.
4. Bank penerima L/C (Advising Bank) kemudian melakukan penelitian atas aspek-
aspek kebenaran (security) atas L/C yang diterima tersebut.
5. Setelah menerima L/C tersebut, eksportir mengirimkan barang kepada importer,
sesuai dengan kontrak jual beli dan L/C tersebut. Selanjutnya eksportir melengkapi
dokumen-dokumen ekspornya, baik jumlah, isi, dan jenisnya, sesuai dengan
permintaan dalam L/C tersebut.
6. Apabila dokumen-dokumen telah lengkap, eksportir menyerahkan dokumen tersebut
kepada bank yang mau mengambil alih dokumen (Negotiating Bank).
7. Negotiating Bank kemudian membayar kepada eksportir yang disertai dengan catatan
bahwa apabila tagihan tersebut tidak terbayar, Bank dapat menagih kembali kepada
eksportir (hak regres).
8. Negotiating Bank melengkapi dokumen tersebut dengan warkat tagihan (banker’s
draft) dan kemudian mengirimkannya ke Issuing Bank, bila dokumen langsung
dikirimkan ke importer, maka kemungkinan besar importer akan langsung
mengambil barang tersebut dan tidak melakukan pembayaran.
9. Setelah dokumen tersebut diterima, Issuing Bank akan melakukan penelitian atas
dokumen, apakah dokumen telah lengkap seperti yang diminta dalam L/C. Bila masih
ada kekurangan akan diberitahukan kepada Negotiating Bank, sedangkan bila telah
lengkap Issung Bank akan membayar tagihan tersebut (reimburse). Pembayaran ini
dapat dilakukan secara langsung atau melalui bank lain.
10. Issuing Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importer/Applicant dan meminta
segera menyelesikan pembayarannya.
11. Importer setelah menerima dokumen dan ternyata telah lengkap, kemudian
membayar ke bank (Issuing Bank) sebesar jumlah nilai importer dan biaya-biaya
yang timbul dari proses impor tersebut. Pembayaran dapat dilakukan dengan
menyetorkan uang tunai atau membebani rekening importer. Dengan demikian proses
pembayaran transaksi perdagangan internasional telah selesai.
a. Credit Substitution (Substitusi Kredit). VC diterbitkan oleh opening bank atas permintaan
applicant dan L/C merupakan jaminan pembayaran dari opening bank kepada beneficiary.
Sehingga dengan L/C tersebut opening bank menggantikan atau mensubstitusikan
kredibilitas applicant dengan kredibilitas bank yang bersangkutan.
d. Parties (pihak-pihak yang terlibat) dalam L/C, Dalam keadaan normal pihak-pihak yang
terkait dalam transaksi L/C adalah applicant/importir, opening bank/bank pembuka L/C,
dan beneficiary/eksportir.
e. Waktu (time). Dalam L/C pada umumnya terdapat 3 (tiga) faktor waktu, yaitu
Kliring
Lembaga kliring adalah tempat di mana bank anggota kliring saling bertemu untuk
menukarkan warkat-warkat kliring. Sedangkan warkat-warkat yang dapat dikliringkan terdiri
dari semua surat berharga seperti: cek, bilyet giro, nota-nota transfer, wesel, dan surat-surat
berharga lainnya yang telah disetujui oleh Bank Indonesia untuk dapat dikliringkan di
lembaga kliring. Sedangkan, bank-bank peserta kliring umumnya adalah kantor cabang bank
dalam satu kota, ditambah dengan daerah sekitar kota tersebut. Misalnya, wilayah kliring
Bank Indonesia Semarang adalah kantor cabang bank yangberkedudukandi Kota Semarang,
Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal; atau wilayah kliring Bank
Indonesia Jakarta adalah wilayah DKI Jakarta ditambah Bogor, Tangerang dan Bekasi
(Jabotabek). Mekanisme kerja di lembaga kliring dibagi menjadi dua, yaitu kliring
penyerahan warkat-warkat kliring atau disebut juga diselesaikan dalam satu hari kerja,
sedangkan untuk wilayah Jabotabek kliring tersebut diselesaikan dalam dua hari kerja.
b. Petugas Kliring Bank: Petugas Kliring Bank mencatat warkat-warkat kliring tersebut
pada daftar kliring menurut bank dan menjumlahkan angkanya. Masing-masing bank
peserta kliring dibuatkan satu daftar kliring, Daftar kliring terdiri dari tiga lembar:
lembar pertama disampaikan ke bank lawan, lembar kedua untuk Bank Indonesia, dan
lembar ketiga sebagai arsip bank yang bersangkutan. Apabila bank peserta kliring
jumlahnya lebih dari satu, maka petugas kliring harus membuat Rekapitulasi Daftar
Kliring untuk memudahkan Bank Indonesia dalam membuat perhitungan hasil kliring.
Rekapitulasi Daftar Kliring mencatat jumlah angka-angka pada daftar kliring sesuai
dengan kelompok masing-masing bank (menurut nomor kliring bank). Rekapitula
Daftar Kliing terdiri dari dua lembar, yaitu lembar pertama untuk Bank Indonesia dan
lembar kedua untuk bank yang bersangkutan.
c. Pejabat Bank: Sebelum Petugas kliring berangkat ke Lembaga Kliring, semua hasil
kerjanya diperiksa dahulu oleh Pejabat Bank. Hal ini merupakan sistem kontrol
melekat yang diterapkan oleh bank (built in control). Apabila sudah ada persetujuan
dari pejabat bank, maka daftar dan Rekapitulasi Daftar Kliringbeserta warkat-warkat
yang akan dikliringkan dibawa oleh petugaskliring ke Lembaga Kliring.
d. Lembaga Kliring: Petugas Kliring masing-masing bank membagikan daftar kliring
berserta warkat-warkat kliringnya ke masing-masing bank peserta kliring. Oleh Bank
Indonesia atau Bank Koordinator (Bank yang ditunjuk sebagai penyelenggara kliring),
atas daftar kliring dan rekapitulasi daftar kliring yang diterima dari masing-masing
bank peserta kliring, kemudian dilakukan perhitungan. Kegiatan di lembaga kliring ini
merupakan kegiatan kliring pertama atau kliring penyerahan warkat-warkat kliring.
Hasil perhitungan kliring yang dilakukaan oleh Bank Indonesia ini masih bersifat
sementara. Hasil kliring pastinya akan diketahui setelah dilakukan kliring kedua, yaitu
kliring penyerahan warkat-warkat kliring yang ditolak (jika ada) oleh masing-masing
bank, kemudian langsung dibuku ke rekening masing-masing bank peserta kliring
yang ditatausahakan di Bank Indonesia. Bukti pembukuannya diberikan ke masing-
masing bank peserta kliring.
Kliring Masuk
a. Petugas Kliring Bank: Petugas kliring bank membawa pulang daftar kliring yang
diterimanya dari bank-bank lawan beserta warkat-warkat yang akan ditagihkan ke
masing-masing rekening nasabahnya yang ditatausahakan di bank yang bersangkutan.
Kemudian petugas kliring menyerahkan daftar kliring dan warkat kliring tersebut
kepada pejabat bank untuk diperiksa kebenarannya. Selanjutnya pejabat bank me-
merintahkan teller kliring untuk mengecek kebenaran pengisian dan tanda tangan
masing-masing warkat serta melihat saldonya di rekeningnya masing-masing, apabila
Saldonya cukup langsung di buku dan bila kurang agar dibuatkan Surat Penolakan
(SP).
b. Teller Kliring Bank: Teller Kliring Bank memeriksa keaslian warkat dan kebenaran
penulisan dan tanda tangan, selanjutnya memeriksa saldo masing-masing rekening
nasabah yang menerbitkan warkat tersebut. Apabila saldonya cukup kemudian
dilakukan pembukuan dengan jurnal:
Sedangkan bila saldonya kurang atau ada ketidak cocokan dalam dibuatkan Surat
Penolakan yang berisi alasan penolakan tersebut dapat diperhatikan pada penjelasan
mengenai giro.
d. Lembaga Kliring: Warkat dan surat-surat diserahkan ke bank lawan dan tindasannya
disampaikan ke Bank Indonesia atau bank koordinator kliring. Berdasarkan surat-
Surat tersebut Bank Indonesia atau bank koordinator melakukan perhitungan dan
menggabungkan dengan perhitungan kliring sebelumnya (kliring pertama). Hasil
gabungan perhitungan tersebut akan menghasilkan menang dan kalah kliring masing-
masing bank, selanjutnya Bank Indonesia membuku menang kredit dan kalah/debit
tersebut ke rekening masing-masing bank peserta kliring yang ditatausahakan di Bank
Indonesia setempat. Bukti pembukuan diberikan ke masing-masing bank peserta
klirng. Kegiatan kliring ini lazim disebut dengan kliring kedua, atau pengembalian
warkat-warkat yang ditolak Hasil perhitungan/pembukuan kliring tersebut di bawa
pulang oleh petugas kliring bank dan selanjutnya diberikan kepada pejabat bank untuk
dicocokan dengan daftar kliring dan warkat yang ditolak. Apabila semuanya telan
cocok pejabat bank memerintahkan kepada teller kliring untuk melakukan pembukuan
secara efektif setoran dari masing-masing nasabah tersebut di atas dengan jumal
pembukuan:
Dengan selesainya pembukuan hasil kliring tersebut, maka seluruh kegiatan dalam
mekanisme pelaksanaan kliring telah selesai.
Inkaso
Inakiso merupakan kegiatan penyelesaian warkat-warkat (cek dan bilyet giro) tagihan
antar bank diluar wilayah kliring. Inakiso tersebut juga dibedakan menjadi dua, yaitu inakiso
keluar dan inakiso masuk. Inakiso keluar merupakan kegiatan penerimaan warkat-warkat dari
nasabah yang akan ditagihkan/diinkasokan kecabang lain atau bank lain diluar wilayah
kliring untuk ditukarkan dengan dana. Warkat yang diinkasokan tersebut dapat tertuju kepada
nasabah di bank yang sama atau bank lain, bila menjadi beban nasabah bank lain maka
seterimanya warkat inkaso tersebut akan dilakukkan kliring terlebih daluhu. Oleh karena itu
pengiriman warkat inkaso dilakukan ke kantor cabang bank yang sama. Sedangkan inkaso
masuk merupakan kegiatan penerimaan warkat-warkat inkaso dari kantor cabang bank yang
sama di luar wilayah kliring atas beban rekening nasabah yang ditatausahakan di bank yang
bersangkutan atau bank lain. Jika dana tersedia di rekening nasabah, bank yang bersangkutan
berkewajiban membayar kepada cabang lawan dengan cara mengirimkan uang hasil inkaso
melalui transfer dana ke cabang lawan. Jika tidak ada dana atau ditolak karena alasan lainnya,
bank yang bersangkutan wajib mengembalikan warkat tersebut disertai alasan penolakannya.
Sedangkan bila merupakan warkat bank lain, maka harus dilakukan proses kliring terlebih
dahulu.
Inkaso Keluar
a. Teller Bank: Teller Bank setiap hari menerima setoran dari nasabah. Setoran tersebut
dilakukan nasabah antara lain dengan warkat bank lain, baik yang sekota maupun di
luar kota, Warkat dari bank yang sekota diselesaikan dengan kliring, sedangkan
warkat dari bank di luar kota diselesaikan dengan cara Inkaso. Kemudian teller
melakukan pemeriksaan kebenaran pengisian tanda setoran dan warkat tersebut.
Apabila sudah benar terus dibuku, selanjutnyawarkat diserahkan ke petugas inkaso
untuk diinkasokan. Pembukuan yang dilakukan oleh teller Bank adalah:
Debit : Tagihan inkaso cabang lawan.
b. Petugas Inkaso Bank: Petugas Inkaso Bank mencatat warkat-warkat inkaso tersebut
pada daftar fomulir inkaso, menjumlahkan angkanya serta mengisikan kantor cabang
bank tujuan, tanggal pengiriman dan nomor surat. Untuk sertiap kantor cabang bank
yang akan ditagih dibuatkan satu dafar inkaso terdini dari dua lembar: lembar pertama
disampaikan ke cabang lembar kedua sebagai arsip bank yang bersangkutan. Sebelum
dikirim kekantor cabang bank tujuan, terlebih dahulu disampaikan ke Pejabat Bank
untuk kebenarannya dan apabila sudah benar langsung dimintakan persetujuannya.
c. Pejabat Bank: Pejabat bank melakukan pemeriksaan atas jumlah warkat dan nilai
uangnya serta kantor cabang bank yang dituju. Apabila telah cocok kemudian
menandatangani daftar inkaso tersebut sebagai tanda persetujuan. Selanjutnya
diserahkan kepada petugas ekspedisi untuk diagenda dan dikirim ke kantor cabang
bank tujuan.
Inkaso Masuk
Inkaso masuk merupakan kelanjutan dari mekanisme kerja inkaso ke luar tersebut diatas.
Bila mana di kantor cabang bank tersebut sebagai inkaso keluar, maka bagi kantor cabang
bank tujuan adalah merupakan inkaso masuk. Mekanisme kerja inkaso masuk adalah sebagai
berikut:
a. Petugas Inkaso Bank: Petugas Inkaso Bank menerima amplop dari petugas ekspedisi
yang berisi daftar inkaso dan warkat-warkat yang diinkasokan, kemudian
diadministrasikan. Apabila telah cocok antara isi yang tertera dalam daftar inkaso
dengan warkat-warkat yang dilampirkan, kemudian meneruskan ke Teller Bank untuk
dibuku.
b. Teller Bank: Teller Bank akan memeriksa kebenaran pengisian warkat (cek atau
bilyet giro), tanda tangan dan saldo dari rekening nasabah yang menerbitkan warkat.
Apabila telah cocok dan saldonya cukup langsung dibuku, dengan jurnal:
Sedangkan bila tidak cocok tanda tangannya, atau saldo tidak cukup, warkat harus
dikembalikan ke kantor cabang pengiriman yang disertai dengan menielasan sebab-
sebab penolakan. Dalam setiap transaksi pembukuan di bank diterapkan beberapa
sistem kontrol, antara lain sistem dua control (vaitu pengawasan dari dua lini,
maksudnya pekerjaan dilakukan oleh dengan dua sistem dan hasil akhirnya dicocokan
kembali) dan built in control (yaitu pengawasan oleh atasan dengan sistem maker,
cheker, dan signer).
c. Petugas Inkaso: Petugas Inkaso menerima hasil pembukuan dan warkat yang ditolak
dari Teller Bank. Kemudian menyiapkan aplikasi transfer untuk mengirimkan hasil
Inkaso dan Daftar Inkaso warkat yang ditolak ke Kantor Cabang Bank pengirim.
Apabila semua telah selesai dilakukan kemudian diserahkan ke Pejabat Bank untuk
dilakukan pengecekan kembali dan sekaligus tanda tangan sebagai persetujuan.
Begitu persetujuan telah diberikan, pada saat yang sama Pejabat Bank juga
memberikan persetujuan pengiriman transfer ke Kantor Cabang Bank pengirim
Inkaso melalui sarana komputernya. Sedangkan apabila warkat tersebut harus
dikliringkan, maka warkat diserahkan ke Petugas Kliring dan tata cara
pelaksanaannya seperti mekanisme kliring di atas. Kemudian untuk warkat Inkaso
yang ditolak dikembalikan ke Kantor Cabang Bank pengirim, tata cara pengiriman
seperti halnya penginiman Inkaso keluar dan sekaligus membereskan administrasinya.
Pada saat Kantor Cabang Bank pengirim Inkaso menerima hasil Inkaso akan
melakukan pembukuan dengan jurnal:
Debit: Rekening Antarkantor
Kredit: Titipan Inkaso bank lawan.
Debit: Titipan setoran a.n. masing-masing Nasabah.
Kredit: Rekening giro/pinjaman nasabah.
Transfer
Transfer dibedakan menjadi dua, yaitu transfer keluar dan transfer masuk. Transfer
keluar merupakan kegiatan penerimaan permohonan transfer dari nasabah untuk dikirimkan
kepada orang lain (penerima) yang berada di luar kota (luar wilayah kliring) atau luar negeri.
Sedangkan transfer masuk merupakan kegiatan penerimaan pesan/instruksi transfer
(incoming message) dari kantor cabang lain atau bank koresponden di luar negeri untuk
diteruskan kepada penerima, baik secara pemindah bukuan (kredit ke rekening Nasabah),
maupun secara tunai. Untuk memberikan keamanan, baik kepada Nasabah maupun bank,
maka dalam transfer tersebut diterapkan sistem pengamanan berupa kode-kode yang hanya
diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat. Transfer yang berlaku di dalam negeri, mengunakan
sistem pengaman bank yang bersangkutan, sedangkan transfer dari/ke luar negeri
menggunakan sistem pengaman yang diberikan oleh bank koresponden.
Transfer Keluar
a. Teller Bank: Teller Bank setiap hari menerima permohonan transfer dan nasabah.
Aplikasi transfer beserta dengan uang yang akan dikirim dan biaya transfer (bila
dikenakan) diserahkan kepada Teller Bank. Kemudian dilakukan pemeriksaan
kebenaran atas pengisian aplikasi dan jumlah uang. Apabila Sudah cocok kemudian
dilakukan pembukuan dan selanjutnya diserahkan ke Petugas Transfer untuk
diverifikasi/diperiksa. Pembukuan yang dilakukan oleh Teller Bank adalah:
Debit : Kas.
Kredit: Rekening Antarkantor.
b. Petugas Transfēr Bank: Petugas Transfer Bank menambahkan kode-kode dalam
transfer tersebut, kemudian menyerahkannya kepada Pejabat Bank untuk
mendapatkan persetujuan.
c. Pejabat Bank: Memeriksa aplikasi permohonan transfer dan apabila telah cocok tanda
tangan sebagai persetujuan dan pada saat yang sama memberikan persetujuan transfer
pada komputer. Derngan sistem komunikasi yang canggih yang dimiliki oleh setiap
barnk, maka pada saat yang bersamaan bank yang dituju telah menerima
pesan/instruksi transfer (incoming message). Isi dari pesan tersebut antara lain
memuat: Kode transfer, Cabang pengirim, tanggal pengiriman, besarnya uang yang
dikirim, nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima, pesan dari pengirim.
Apabila pengiiman uang tersebut ke luar negeri ditambahkan dalam pesan tersebut,
bahwa atas pembayaran tersebut agar membebankan ke rekening Bank Pengirim
(nostro) yang ditatausahakan di bank koresponden yang bersangkutan.
Transfer Masuk
Transfer masuk merupakan kelanjutan dari mckanisme kerja transfer keluar di bank
lawan, yaitu sebagai berikut:
a. Petugas Transfer Bank: Petugas transfer menerima pesan/instruksi dari bank lain
kemudian melakukan pengkodean. Apabila kode cocok maka dilakukan administrasi.
Selanjutnya diserahkan kepada pejabat bank untuk mendapatkan persetujuan
pembayaran.
b. Pejabat Bank: Melakukan pemeriksaan atas instruksi dalam transfer masuk tersebut,
meliputi nama penerima, alamat penerima atau nomor rekening yang dituju, jumlah
uang, nama cabang pengirim, kode transfer, dan sebagainya. Apabila semua alat
kontrol yang ditetapkan telah cocok, maka pejabat bank memberikan persetujuan
untuk dibayarkan. Selanjutnya pejabat bank menandatangani surat pemberitahuan
pengiriman uang/transfer kepada penerima dan menyerahkan kembali ke petugas
transfer
c. Petugas transfer: Menyerahkan pemberitahuan tersebut kepada petugas ekspedisi
untuk disampaikan kepada penerima. Apabila dalam instruksi transfer tersebut tclah
ditctapkan rekening yang dituju, maka petugas melakukan pembukuan sebagai
berikut:
Debit : Rekening Antarkantor Kantor.
Kredit: Rekening Nasabah.
Sedang bila dalam instruksi transfer tersebut tidak mencantumkan nomer rekening
tujuan, maka petugas transfer akan melakukan pembuk sebagai berikut:
Debit : Rekening Antarkantor.
Kredit: Rekening Titipan Transfer.
Apabila transfer tersebut berasal dari luar negeri, maka pembukuannya menjadi:
Debit : Rekening Nostro/Rekening Bank Koresponden di luar negeri.
Kredit : Rekening Nasabah/Rekening Titipan Transfer.
Catatan: Pembukuan ke rekening titipan transfer tersebut dimaksudkan sebagai
kontrol/pengawasan bahwa semua transaksi transfer pada akhir hari harus
diselesaikan, sehingga tidak ada transaksi antarkantor yang menggantung/terbuka.
Oleh karena itu dibuku ke rekening titipan transfer.
d. Teller Bank: Penerima transfer yang mengambil tunai (tidak menyebutkan nomor
rekening pada instruksi transfer) harus menghubungi teller dengan membawa surat
pemberitahuan tentang pengiriman uang. Oleh teller surat pemberitahuan tersebut
dicocokan dengan arsip di bank, apabila telah cocok teller membayar kepada
penerima sejumlah uang seperti tercantum dalam Instruksi transfer tersebut, dan pada
saat yang sama teller membuka sebagai berikut:
Debit: Rekening Titipan Transfer.
Kredit: Kas.
Produk bank yang terkait dengan fungsi memperlancar peredaran uang adalah rekening
koran, baik simpanan (giro) maupun pinjaman. Mekanisme peredaran uang dari sisi simpanan
adalah sebagai berikut: Setiap nasabah giro (misalnya A) akan diberikan cek atau Bilyet Giro
(BG) oleh banknya masing-masing untuk memperlancar pembayaran transaksi
perdagangannya. Dengan memegang cek atau Bilyet Giro (BG) tersebut, Nasabah A dapat
menerbitkan cek dengan nilai berapapun jumlahnya untuk pembayaran transaksi dagangnya,
misalnya dengan nasabah B. Oleh B, cek/BG tersebut kemudian disetorkan ke rekeningnya di
Bank X, sehingga menambah saldo rekening gironya. Selanjutnya apabila B akan melakukan
pembayaran kepada pihak supplier (misalnya C), B dapat menerbitkan cek/BG. Selanjutnya
bila pihak C melakukan penyetoran dengan cek/ BG tersebut ke rekening gironya di Bank Z,
sehingga saldo gironya bertambah. Dengan penambahan saldo giro di bank yang begitu cepat,
serta pemanfaatan untuk menyelesaikan pembayaran transaksi perdagangan, maka peranan
bank sebagai lembaga yang mempercepat peredaran uang sudah terlaksana. Hal ini sebabkan
karena pada dasarnya cek/BG tersebut sama nilainya dengan uang tunai yang tercantum
dalam cek/BG, sehingga penerima/penjual tidak perlu menerima dalam bentuk uang tunai,
akan tetapi cukup dengan cek/BG.
Kemudian dari sisi pinjaman, mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nasabah-nasabah menyimpan uangnya di bank (baik dalam bentuk giro, deposito dan
tabungan), oleh bank dana simpanan tersebut sebagian akan dipergunakan untuk menambah
kewajiban likuiditasnya (misalnya dipergunakan untuk menambah giro wajib minimum/
GWM) dan sebagian besar dipinjamkan kepada masyarakat. Masyarakat yang menerima
kredit dari bank kemudian menggunakan dana tersebut untuk pembayaran kepada
rekanan/supplier-nya. Dana yang diterima oleh supplier tersebut kemudian disimpan lagi ke
bank. Dari simpanan yang terakhir ini bank mempunyai dana yang dapat dipinjamkan
kembali kepada nasabah. Nasabah yang memperoleh pinjaman akan membelanjakan uangnya
untuk kebutuhan kegiatan usahanya/konsumtifnya. Proses ini jelas menambah jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat. Mekanisme ini terus menerus berjalan, sehingga jumlah
uang yang beredar bertambah banyak. Dengan demikian fungsi bank sebagai lembaga yang
mempelancar peredaran uang telah berlangsung. Sedangkan jasa bank yang terkait dengan
fungsi ini antara lain:
Demikianlah beberapa jasa bank yang dipergunakan dalam operasional bank sehari-
hari. Selain jasa-jasa diatas masih banyak jasa-jasa bank yang merupakan derivative (turunan)
dari jasa-jasa diatas, diantaranya adalah jasa penyimpanan surat berharga (custodian), jasa
penyimpanan barang-barang berharga (safe deposit box), jasa jual beli valuta asing, jasa
penjaminan, dan sebagainya.
PENUTUP
Kesimpulan:
Jasa bank adalah semua kegiatan bank, baik yang langsung maupun tidak langsung,
yang berkaitan dengan fungsi bank sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta
fungsi bank yang memberikan jaminan kepada nasabah-nasabahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan keuntungan kepada bank, dalam bentuk
keuntungan financial maupun nonfinansial. Perdagangan dibedakan menjadi dua, yaitu
perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri (perdagangan internasional).
perbedaan yang mendasar antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri
antara lain letak geografis antara penjual dan pembeli, hukum dan politik yang berlaku,
bahasa yang di pergunakan, mata uang, dan risiko perdagangan antarnegara. Jasa-jasa bank
yang dipergunakan dalam rangka memperlancar pembayaran transaksi perdagangan tersebut
di atas terdiri dari: Kliring, Inkaso, dan Transfer. Produk bank yang terkait dengan fungsi
memperlancar peredaran uang adalah rekening koran, baik simpanan (giro) maupun
pinjaman. Mekanisme peredaran uang dari sisi simpanan adalah sebagai berikut: Setiap
nasabah giro (misalnya A) akan diberikan cek atau Bilyet Giro (BG) oleh banknya masing-
masing untuk memperlancar pembayaran transaksi perdagangannya. Kemudian dari sisi
pinjaman, mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Nasabah-nasabah
menyimpan uangnya di bank (baik dalam bentuk giro, deposito dan tabungan), oleh bank
dana simpanan tersebut sebagian akan dipergunakan untuk menambah kewajiban
likuiditasnya (misalnya dipergunakan untuk menambah giro wajib minimum/ GWM) dan
sebagian besar dipinjamkan kepada masyarakat.
Saran:
Koch, Timothy W. and S. Scott MacDonald (2000). Bank Management, Forth Worth:
The Dryden Press.