Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : Bernard Sipahutar,S.H,M.H

Nama Kelompok :

B10020358 ANDREAS JULIANTO SIREGAR

B10020359 MUHAMMAD NAUFAL ADIANTO

B10020363 DAVID JOGI SIMARSOIT

B10020377 ZULTRIANSYAH

B10020412 ANDRE YOHANES EDWALDO

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2022
BAB I PENDAHULUAN

Dalam perdagangan sekarang ini banyak pelaku usaha menjalankan kegiatan


perdagangan barang yang melewati batas-batas negaranya. Berdagang barang dengan
pedagang asing merupakan kebutuhan dasar kaum pedagang untuk memperluas kesempatan
memperoleh untung,disamping juga untuk mengalihkan produk dagang mereka yang dak
terserap di dalam pasar negara mereka sendiri.Dilihat dalam perspektif hubungan
antarnegara,per-dagangan internasional menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk
kelangsungan dalam inter-dependensi ekonomi dunia. Pesatnya perkembangan perdagangan
inter-nasional ditandai oleh berlakunya berbagai kese-pakatanperdaganganantaranegara-
negaradi dunia seper World Trade Organizaon (WTO), The North American Free Trade
Agreement(NAFTA), ASEAN Free Trade Area(AFTA), Asia-Pacific Eco-nomic
Cooperaon(APEC), dan European Union(EU), termasuk perkembangan penng yang terjadi di
ASEAN yaitu terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community).
Perdagangan internasional merupakan tran-saksi jual beli lintas negara, yang melibatkan dua
pihak yang berasal dari negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda, yang
masing masing pihak tunduk pada sistem hukum yang berbeda. Adanya perbedaan sistem
hukum tersebut dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan transaksi atau
dalam penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari transaksi atau perdagangan
internasional tersebut.

Isi undang-undang nasional yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara
lainnya telah mengakibatkan kedakpasan hukum dan kesulitan diantara kaum pedagang salah
satunya dalam pembuatan kontrak dagang internasional.Sebagai contoh,perbedaan
pengaturan hukum kontrak (nasional) dalam suatu transaksi jual beli internasional yang
melibatkan pelaku usaha dari dua atau lebih negara yang berbeda tentu akan menimbulkan
kedakpassan hukum. Misalnya, transaksi jual beli internasional yang dilakukan oleh
pengusaha Singapura dengan pengusaha Indonesia akan melibatkan dua sistem hukum yang
berbeda. Hukum kontrak Singapura yang berasal dari sistem hukum anglo saxonmempunyai
pengaturan yang berbeda dengan hukum kontrak Indonesia yang bersumber dari tradisi
hukum Eropa Kontinental. Ketidakpasan hukum timbul keka terjadi sengketa dimana pelaku
bisnis ini kemungkinan akan dihadapkan pada suatu sistem hukum kontrak yang benar-benar
asing bagi dirinya dan yang tidak pernah diharapkan sejak awal.Adanya perbedaan aturan
hukum nasional sebagaimana digambarkan di atas, mempengaruhi kelancaran transaksi
perdagangan internasional. Oleh karena itu, kebutuhan akan adanya peraturan yang bersifat
universal dan seragam yang mengatur hak dan kewajiban kaum pedagang dalam me-lakukan
transaksi dagang internasional. Terdapat berbagai upaya oleh masyarakat internasional
untuk mewujudkan unifikasi dan harmonisasi hukum perdagangan internasional. Makalah ini
mencoba menguraikan berbagai upaya yang dilakukan masyarakat internasional untuk
mewujudkan harmonisasi di bidang hukum perdagangan internasional dan secara khusus
mengidenfikasi model pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan harmonisasi
tersebut.Mengingat bahwa upaya harmonisasi hukum perdagangan internasional adalah
merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dari masa ke masa seiring dengan
perkembangan hukum perdagagangan itu sendiri.Salah satu cara untuk mewujudkan
harmonisasi tersebut ialah penyeragaman metode pembayararan dalam perdagangan
internasional.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimanakah sistem pembayaran yang dilakukan oleh negara negara dalam konteks
perdagangan internasional?

2. Metode pembayaran yang bagaimanakah yang paling terjamin dalam perdagangan


internasional?
BAB II PEMBAHASAN

Cara Pelaksanaan Pembayaran dalam Hukum Perdagangan Internasional :

a. Advance Payment (Pembayaran dimuka)

Pembayaran dimuka, atau Advance Payment adalah metode pembayaran dimana importir
membayar eksportir sebelum barang yang dipesan dikirimkan. Dengan kata lain jika kita beli,
maka kita harus bayar dimuka. Dengan metode ini eksportir berada dalam posisi sangat aman
tetapi importir menanggung resiko apabila barang tidak dikirimkan, atau barang diterima
dalam keadaan rusak/kurang. Pembayaran dimuka dapat dilakukan dengan bank draft, cek
atau transfer. Bila dengan cek, sebelum barang dikirimkan eksportir harus meneliti apakah
cek tersebut telah disahkan oleh bank penerima. Metode ini umumnya tidak disukai oleh
importir shingga jarang dipakai dalam transaksi internasional.

b. Documentary Collection (inkaso menggunakan dokumen)/Wesel Inkaso/Collection

Draft/ Bill of Collection

Documentary Collection atau inkaso dokumen adalah sebuah perintah oleh eksportir kepada
banknya untuk menagih pembayaran kepada importir sebagai imbalan dari penyerahan
dokumen kepemilikan barang yang telah dikirim. Dengan metode documentary collection
credit, eksportir mengirim barang kepada importir tetapi menyerahkan dokumen (termasuk
dokumen kepemilikan) ke bank yang disebut sebagai forwarding bank yang akan
mengirimkan ke bank importir. Dalam hal ini bank importir diberi instruksi untuk tidak
menyerahkan dokumen tersebut kepada pembeli sebelum melunasi kewajibannya (document
against payment atau D/P). atau bank importir diminta menyerahkan dokumen kepemilikan
setelah menerima jaminan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam periode waktu tertentu
dimasa yang akan datang (document against acceptence atau D/A). Setelah memegang
dokumen kepemilikan tersebut, importir bisa mengambil alih kepemilikan barang. Seperti
halnya L/C, documentary credit memfokuskan kepada pengalihan dokumen kepemilikan
daripada pengalihan segera kepemilikan barang itu sendiri. Namun berbeda dengan L/C, bank
yang terlibat dalam transaksi tersebut tidak menjamin pembayaran, mereka hanya bertindak
sebagai penagih pembayaran. Documentary Collection sangat menguntungkan bagi improtir
yang ingin membeli barang tanpa resiko membayar dimuka dan tanpa harus melewati
ruwetnya prosedur L/C dan biaya yang dikenakan oleh bank biasanya lebih murah. Meskipun
demikian, prosedur documentary collection juga mengandung resiko baik buat eksportir
maupun importir. Bagi eksportir, resiko muncul bila pembayaran belum dilakukan oleh
importir atau barang belum diterima oleh pembeli. Bagi importir, resiko muncul apabila
barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan, baik kualitas maupun kuantitas. Dilihat
dari aspek keamanan, Documentary collection berada diantara L/C dan Open Account.
Persyaratan pembayaran ini hanya bisa dilakukan bila eksportir dan importir telah saling
mengenal dan mempunyai hubungan baik.

c. Tunai

Pembayaran ini dilakukan secara langsung menggunakan uang tunai.

d. Open Account (Perhitungan Kemudian)

Membeli secara Open Account berarti importir sepakat untuk membayar barang yang dipesan
dalam periode waktu tertentu setelah barang dikirim. Jangka waktu yang umum dipakai
adalah 30, 50 atau 90 hari. Persyaratan Open Account memberi keamanan dan fleksibilitas
tertinggi bagi importir, namun memberi resiko terbesar bagi eksportir jika importir tidak
mematuhi persyaratan kontrak dan membayar sesuai janji. Jika importir tidak mau
membayar, tindakan akhir yang diambil oleh eksportir adalah melakukan tindakan hukum
berdasarkan kontrak jual beli. Persyaratan Open Account sudah bisa digunakan dalam
perdagangan domestik, dimana sistem hukum bisa memberi pinalti bagi pembeli yang
melanggar. Namun dalam perdagangan internasional, persyaratan ini jarang digunakan
karena sistem hukum yang berbeda-beda antar negara. Biasanya, persyaratan Open Account
hanya digunakan oleh perusahaan multinasional yang mengirimkan barang untuk cabang atau
anak perusahaannya. di luar negeri. Oleh sebab itu bila eksportir belum mengenal importir
sebaiknya tidak menggunakan Open Account.

e. Letter of Credit (L/C)

Letter of Credit (L/C) adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan importir
yang menjadi nasabah bank tersebut, yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang
menjadi relasi importir tersebut, dan memberi hak kepada eksportir untuk menarik wesel atas
importir tersebut untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat tersebut. Selanjutnya
bank tersebut menjamin untuk mengakseptir wesel yang ditarik itu asalkan sesuai dengan
syarat-syarat yang dimuat dalam surat tersebut. L/C adalah janji bank untuk membayar
eksportir sepanjang eksportir mematuhi persyaratan dan kondisi yang ditetapkan dalam L/C.
Letter of Credit memberi kedudukan keamanan dan resiko yang hampir sama kepada penjual
maupun pembeli. L/C adalah bentuk pembayaran internasional yang paling umum digunakan
karena memberi perlindungan yang tinggi bagi eksportir maupun importir. Importir
menetapkan dokumen yang harus diserahkan oleh eksportir sebelum bank melakukan
pembayaran, dan eksportir diberi kepastian akan mendapat pembayaran setelah barang dan
dokumen yang dikirimkan sesuai dengan pesanan pembeli. Konsistensi dan akurasi
merupakan hal yang sangat penting dalam mempersiapkan dan mengajukan dokumen dalam
pembayaran menggunakan L/C. Dokumen yang disampaikan oleh eksportir harus persis sama
dengan katakata yang tertera dalam L/C. dan apabila terdapat ketidak sesuaian dalam
dokumen maka bank tidak akan melakukan pembayaran. L/C dianggap pembayaran yang
paling aman dibandingkan dengan cara pembayaran yang lain, dimana exportir tidak bisa
mengambil uangnya sebelum syarat-syaratnya dipenuhi. Pembukaan suatu L/C adalah atas
permintaan dan untuk kepentingan importir yang dalam hal ini disebut opener L/C. Atas
permintaan dari importir tersebut bank akan membuka L/C melalui kantor cabangnya di luar
negeri atau melalui salah satu koresponden bank di kota dimana eksportir berada. Bank yang
melakukan pembukaan L/C tersebut disebut Advising bank, sedangkan eksportir yang
menerima pembukaan L/C tersebut disebut Beneficiary. Dalam L/C perlu ditentukan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh ekportir untuk dapat menarik wesel dan menerima
pembayaran atas L/C bersangkutan.

Syarat-syarat tersebut antara lain:

a. L/C yang akan dibuka harus merupakan Commercial Documentary Letter of

Credit (L/C berdokumen niaga), yaitu LC yang mewajibkan eksportir penerima LC untuk
menyerahkan dokumen pengapalan yang membuktikan pemilikan barang serta dokumen
penunjang lainnya sehingga syarat untuk memperoleh pembayaran dari dana yang tersedia
pada LC tersebut.

b. Dokumen yang dimaksud sekurang-kurangnya harus terdiri dari dokumen dokumen


berikut:

1. Full set Bill of Lading (B/L)

2. Commercial Invoice

3. Packing List

4. Weight Note
5. Measurement List

6. Insurance Certificate

7. Consular Invoice

8. Brochure/Leaflet, dll.

B. Penelitian Dokumen

1. Faktur Dagang. Barang yang di ekspor dirinci sesuai dengan permintaan importir yang
tertulis pada L/C. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh eksportir harus dimuat pada
faktur adalah:

a. Apakah faktur dagang dibuat oleh beneficiary

b. Apakah biaya pengapalan ditagih kepada pihak yang tertera dalam L/C.

c. Uraian barang dalam faktur harus sama dengan uraian barang dalam L/C.

d. Nilai barang atau harga pada faktur harus sama dengan L/C.

e. Persyaratan pengapalan dalam faktur (CF, CIF, FOB, dll) harus sama dengan L/C.

f. Semua perhitungan, pelunasan dan tambahan harus benar.

g. Nilai faktur tidak melebihi jumlah yang dibenarkan (diizinkan) dalam L/C.

h. Dalam faktur tidak boleh dimuat barang dagangan yang telah terpakai.

i. Faktur ditandatangani oleh beneficiary apabila dikehendaki dalam L/C.

j. Faktur harus disahkan didepan notaris atau konsul ybt.

2. Surat Keterangan Negara Asal (Certificate of Origin/COO), yang perlu diperhatikan dan
diperiksa adalah:

a. Ditandatangani secara tertulis

b. Ada hubungan dengan dokumen pengapalan dan tidak bertentangan dengan dokumen lain.

c. Menyatakan negara asal (Misalnya Indonesia)

3. Bill of Lading (B/L)/Konosemen. Yang perlu diperhatikan dalam B/L adalah:


a. B/L yang diajukan harus merupakan seperangkat dokumen asli yang lengkap.

b. Jumlah B/L asli yang ditandatangani dan dikeluarkan perusahaan pelayaran merupakan
seperangkat dokumen yang lengkap.

c. Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar harus sesuai dengan L/C.

d. Bukti pengapalan harus sesuai dengan dokumen lainnya.

e. Konosemen yang asli dikeluarkan sebagai konosemen pemuatan kapal.

f. Jumlah karton, peti, karung, dsb atau berat yang disebutkan dalam

konosemen harus sesuai dengan jumlah yang tertera dalam faktur dagang.

g. Seluruh perjalanan laut harus dilaksanakan dengan konosemen yang sama.

h. Konosemen yang diterbitkan pada angkutan borongan tidak dapat diterima kecuali
dibenarkan oleh L/C.

i. Konsumen bukan merupakan dokumen ekspedisi

j. Tanggal konosemen selambat-lambatnya tanggal pengapalan terakhir yang disebutkan


dalam L/C.

4. Wesel.

Adalah surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari penerbit wesel tersebut (penerik)
kepada pihak lainnya (tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu.
Hal-hal yang harus diperhatikan:

1. Apakah telah dibuat dengan nomor dan tanggal yang tepat.

2. Dibuat dan dibubuhi tanda tangan asli (bukan cap)

5. Polis Asuransi (Insurance Certificate). Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Dokumen asuransi yang dikehendaki telah diserahkan

b. Dokumen asuransi harus ditandatangani oleh perusahaan asuransi atau agennya.

c. Tanggal asuransi tidak boleh melewati tanggal pengapalan


d. Asuransi dapat dipindah tangankan

e. Asuransi diberikan dengan mata uang yang sama dengan keredit

f. Jumlah tanggungan asuransi meliputi paling sedikit sama dengan nilai CIF dari barang
yang dikapalkan.

g. Asuransi ditutup dalam jumlah yang ditentukan dalam L/C

h. Nama kapal yang mengangkut dari pelabuhan adalah seperti yang tertera dalam
konosemen

i. Asuransi meliputi alih kapal atau transhipment

j. Resiko-resiko yang disebutkan dalam L/C ditutup dengan dokumentasi asuransi

6. Faktur Konsuler (Consular Invoice). Yang perlu diperiksa dan diperhatikan adalah:

1. Formulir faktur konsuler ditandatangani dan disahkan oleh konsul dari negara importir.

2. Bila L/C menghendaki faktur konsuler dalam bentuk rangkap, maka kedua faktur
merupakan formulir resmi.

3. Semua halaman formulir harus dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan.

4. Tanda-tanda pengapalan, nomor-nomor, jumlah, timbangan, no. ijin impor, dll, harus
sesuai dengan faktur dagang dan konosemen.

5. Tidak boleh ada perubahan dalam dokumen konsuler.

6. Nilai CIF atau C&F atau FOB yang disahkan harus sesuai dengan yang terdapat dalam
faktur dagang.

7. Nama kapal pengangkut pada faktur konsuler harus sama dengan nama kapal pengangkut
yang terdapat dalam konosemen.

7. Daftar Timbangan (Weight Note). Yang perlu diperhatikan adalah:

a. Disebutkan berat dari masing-masing bal, kotak, karton atau kemasan yang dikapalkan.

b. Tidak bertentangan dengan dokumen-dokumen lainnya.

8. Daftar Pengepakan (Packing List). Yang perlu diperhatikan adalah:


1. Menyebutkan isi setiap bungkus, bal, karton atau kemasan lainnya.

2. Tidak bertentangan dengan dokumen lain

3. Meliputi barang dagangan yang dibuat fakturnya.

9. Sertifikat Pemeriksaan (Inspection Certificate)

a. Ditandatangani secara tertulis

b. Meliputi barang-barang yang dikapalkan

c. Menyatakan bahwa segala sesuatu sudah sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang
telah ditetapkan

d. Dikeluarkan oleh pihak atau perusahaan yang ditunjuk untuk melakukan jasa-jasa
pemeriksaan.

e. Tidak saling bertentangan dengan dokumen lainnya.

Tips bertransaksi di perdagangan internasional:

Sebelum melakukan atau memilih metode pembayaran mana yang digunakan biasanya
negara melakukan perhatian terhadap

1. Perhatikan biaya transaksi serta bunga dari masing-masing metode pembayaran

2. Posisi win-win adalah importir membayar DP dengan Telegraphic Transfer (T/T) dan
sisanya Letter of Credit (L/C) at sight.

Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran adalah catatan sistematis mengenai semua transaksiekonomi antar


penduduk suatu negara dengan negara-negara lain selama periode tertentu. Pengertian
penduduk dalam hal ini meliputi perorangan (individu), perusahaan, badan hukum, badan
pemerintah, atau siapa saja yang tempat tinggal utamanya di negara tersebut. Transaksi
ekonomi berarti pertukaran nilai barang atau jasa ekonomi atau pengalihan kekayaan
penduduk suatu negara ke negara lain.Neraca pembayaran memiliki dua sisi, yaitu kredit dan
debet. Kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak menerima pembayaran dari penduduk
negara lain. Sementara sisi debet adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar
kepada penduduk negara lain. Semua transaksi kredit masuk dalam neraca pembayaran
dengan tanda positif (+).Sedangkan transaksi debet masuk dengan tanda negatif (-). Neraca
pembayaran merupakan ringkasan transaksi pada suatu negara tertentu antarwarga negara
domestik dan asing pada suatu periode tertentu. Neraca ini mencerminkan akuntansi dari
transaksi internasional suatu negara pada suatu periode. Neraca ini mencatat transaksi usaha,
individu maupun negara. Isi laporan neraca pembayaran yang paling penting adalah neraca
berjalan dan neraca modal. Membandingkan investasi ke luar negeri (negatif/debit) dan
investasi asing ke dalam negeri (positif/ kredit) dalam periode tertentu. Neraca pembayaran
internasional suatu negara yang biasanya juga disebut neraca pembayaran, neraca
pembayaran luar negeri, balance of payments , balance of international payments, atau
international balance of payments, biasa didefinisikan sebagai suatu ikhtisar yang tersusun
secara sistematika yang memuat semua transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang
diadakan oleh penduduk negara bersangkutan, untuk jangka waktu tertentu. Menurut
Pippenger (1973), Neraca Pembayaran Internasional (NPI) memiliki sebutan-sebutan lain
seperti Neraca Pembayaran (NP) atau Neraca Pembayaran Luar Negeri (NPLN). Soediyono
(1987) menyatakan bahwa dalam bahasa Inggris NPI disebut Balance of Payments (BOP)
atau Balance of International Payments (BIP) atau International Balance of Payments (IBP).
Untuk konsistensi dalam disertasi ini istilah yang dipakai adalah Neraca Pembayaran
Internasional (NPI). Walaupun NPI memiliki banyak sebutan, namun menurut Duasa (2000)
kesemuanya mempunyai pengertian yang sama. Pengertian tersebut dapat dilihat dari definisi
berikut. NPI didefinisikan sebagai suatu catatan atau ikhtisar yang tersusun secara sistematis
tentang semua transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang diadakan oleh penduduk suatu
negara dalam kurun waktu satu (1) tahun. Transaksi ekonomi tersebut meliputi kegiatan
ekspor dan impor barang dan jasa, arus masuk, dan keluarnya modal, hibah dan pembayaran
transfer lain.

Macam macam neraca perdagangan Internasional :

1. Neraca Barang (Neraca Perdagangan)

Neraca barang dan neraca jasa disebut juga neraca transaksi berjalan (current account).
Rekening transaksi berjalan (current account) merupakan sub NPI yang mencatat seluruh
transaksi barang dan jasa. Pos ini merupakan golongan terbesar dalam neraca pembayaran,
yang meliputi transaksi barang.Transaksi barang ini meliputi ekspor barang, termasuk
barang-barang yang bisa dilihat secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet,
dan sebagainya. Ekspor barang merupakan transaksi kredit karena transaksi itu menimbulkan
hak untuk menerima pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran uang atau dana masuk ke
dalam negeri). Impor barang meliputi barangbarang konsumsi, barang modal, dan bahan
mentah untuk industri. Impor barang-barang merupakan transaksi debet karena menimbulkan
kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada negara lain (menyebabkan aliran dana atau
uang ke luar negeri).Rekening ini terdiri atas tiga bagian yaitu : (a) neraca perdagangan
(balance of trade), yang mencatat selisih antara ekspor dan impor barang yang
diperdagangkan dalam perdagangan internasional; (b) neraca jasa (services balance), yang
mencatat transaksi ekspor dan impor jasa, termasuknpembayaran bunga dan dividen,
pengeluaran militer dan turis; (c) neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance), yang
mencatat hibah baik dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri dan
bantuan militer). Sumber-sumber dana ditunjukkan oleh tanda positif (kredit), sedang
penggunaan dana ditunjukkan oleh tanda negatif (debit).

2. Neraca Modal (capital account)

Rekening/neraca modal (capital account) merupakan sub NPI yang menunjukkan aliran
modal finansial, baik yang langsung diperdagangkan (perubahan portofolio dalam bentuk
saham, obligasi dan surat berharga internasional yang lain) maupun untuk membayar barang
dan jasa. Dengan kata lain, rekening ini mencerminkan perubahan kepemilikan jangka
panjang dari suatu negara (baik berupa investasi asing langsung maupun pembelian surat-
surat berharga dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun), dan kekayaan finansial jangka
pendek (surat-surat berharga dengan jatuh tempo kurang dari. satu tahun). Dengan demikian,
transaksi dalam rekening modal diklasifikasikan sebagai:

a. Investasi asing langsung (direct foreign investment): investasi pada aktiva tetap pada
negara asing yang dapati digunakan untuk melakukan operasi usaha. Contoh: pembangunan
pabrik baru

b. Investasi portofolio: transaksi terkait aset keuangan jangka panjang (seperti saham dan
obligasi) antarnegara yang tidak memengaruhi adanya transfer pengendalian. Contoh:
pembelian saham perusahaan negara lain.

c. Investasi modal lain: transaksi yang melibatkan asset keuangan jangka pendek.

Neraca Jasa. Sesuai dengan namanya, neraca jasa hanya mencatat transaksi-transaksi jasa
saja. Neraca jasa meliputi transaksi ekspor dan impor jasa. Ekspor jasa meliputi penjualan
jasa angkutan, turisme/pariwisata, asuransi, pendapatan investasi dan modal di luar negeri.
Ekspor jasa termasuk transaksi kredit. Impor jasa meliputi pembelian jasa dari penduduk
negara lain, termasuk pembayaran bunga, dividen atau keuntungan modal yang ditanam di
dalam negeri oleh penduduk negara lain.

3. Reserve Account

Reserve Account merupakan sub NPI yang mencatat hasil bersih dari cadangan devisa yang
dimiliki oleh suatu negara dalam bentuk valuta-valuta asing.

4. Lalu Lintas Moneter (Accomodating Transaction)

Transaksi lalu lintas moneter adalah semua transaksi jual beli yang terjadi dari suatu negara
ke luar negeri. Transaksi ini sering disebut accomodating transaction sebab merupakan
transaksi yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi lain. Transaksi lain itu sering
disebut dengan autonomous, karena timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi transaksi
lain. Termasuk dalam transaksi autonomous adalah transaksi-transaksi yang sedang berjalan
dan transaksi kapital serta transaksi satu arah.

5. Surplus dan Defisit Neraca Pembayaran

Neraca perdagangan dikatakan surplus bila nilai ekspor barang lebih besar dari pada
impornya. Kebijakan neraca pembayaran ditujukan untuk lebih meningkatkan penerimaan
devisa dari ekspor guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Kebijakan tersebut
ditujukan pula untuk menghemat devisa melalui substitusi impor dan memanfaatkan
sumbersumber dana dari luar negeri, baik berupa pinjaman maupun penanaman modal asing,
serta menunjang perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan.
BAB III KESIMPULAN

Perdagangan internasional adalah pertukaran barang atau jasa yang dilakukan oleh
dua negara atau lebih dan yang hal yang perlu digarisbawahi dalam perdagangan
internasional adalah semua transaksi harus saling menguntungkan dan bisa memberikan
manfaat antar negara.Dalam perdagangan internasional ada sembilan alat pembayaran yang
bisa digunakan, yaitu pembayaran tunai, pembayaran kemudian, kompensasi pribadi, Letter
of Credit (L/C), konsinyasi, wesel, emas, cek, dan paypal.Perdagangan internasional memiliki
dua sisi mata uang. Maksudnya adalah perdagangan internasional bisa memberikan manfaat
pada industri dalam negeri, tetapi di sisi lain bisa memberikan kerugian pada industri dalam
negeri. Neraca pembayaran suatu negara merupakan catatan sistematis mengenai semua
transaksi ekonomi antara penduduk dari negara yang melaporkan dan penduduk dari semua
negara asing. Masalah-masalah tertentu harus diselesaikan untuk menentukan siapa
penduduk, dan apa yang disebut sebagai transaksi. Akan tetapi, setiap cara pelaporan.
konsisten sesuai dengan tujuannya, selama hal ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan sebagai-mana dimaksudkan. Penggunaan neraca pembayaran yang paling penting
pada kebanyakan negara adalah untuk menggambarkan secara ringkas keadaan hubungan
ekonomi internasional dari suatu negara sebagai suatu panduan bagi kebijakan moneter,
fiskal, nilai tukar, dan kebijakan lainnya. Meskipun secara keseluruhan kredit harus sama
dengan debet dalam neraca pembayaran, namun seringkali berguna untuk menarik garis
melalui rekening-rekening yang memisahkan beberapa mutasi di atas garis dari yang lainnya
yang berada di bawah garis. Dengan melakukan hal ini akan tampak surplus atau defisit dari
sisi kredit secara netto di atas garis pemisah. Salah satu prosedurnya adalah pengukuran
neraca barang atau, neraca perdagangan yang seringkali dikutip oleh pers, yang merupakan
surplus ekspor barang-barang netto saja. Neraca kedua dan terpenting di dalam neraca
pembayaran itu adalah transaksi berjalan, yang memisahkan semua arus barang dan jasa serta
hadiah yang berada di atas garis, dari semua arus modal dan cadangan yang berada di bawah
garis. Surplus transaksi berjalan sama dengan investasi luar negeri netto suatu negara
(termasuk akumulasi cadangan), yang dapat juga menunjukkan kesenjangan antara produk
nasional dan pengeluaran nasional. Saldo keseluruhan (atau saldo penyelesaian resmi)
memusatkan pada persoalan mempertahankan mata uang suatu negara dan kemampuannya
untuk membayar berbagai kewajiban. Saldo ini membandingkan akumulasi cadangan dengan
pertumbuhan kewajiban lancar kepada pihak luar negeri. Pusat-pusat keuangan memiliki
kecenderungan untuk mengalami hal-hal yang nampak sebagai defisit keseluruhan sambil
memberikan pinjaman dengan jangka waktu yang cukup lama, untuk menaikkan aktiva luar
negeri netto mereka. Investasi luar negeri netto ini mengakibatkan posisi investasi
internasional yang lebih positif, yaitu suatu persediaan aktiva luar negeri yang semakin
meningkat. Instrumen Pembayaran meliputi, Tunai/Cash, Non-Tunai/Cashless,Cek,Bilyet
Giro,Kartu Debit,Electronic Money.
DAFTAR PUSTAKA:

1. Amir, MS. 2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. PPM. Jakarta.

2. Amir, MS. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. PT. Pustaka Binaman
Pressindo. Jakarta.

3. Amir, MS. 1999. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. PT. Pustaka Binaman
Pressindo. Jakarta

4. Huala,Adolf. 2016. Hukum Perdagangan Internasional .PT. Rajagrafindo Persada.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai