PEMBAHASAN
2.
Open Account
3.
Consignment
4.
Collection Basis
5.
Letter of Credit
Selain dari jenis-jenis pembayaran tersebut masih banyak cara-cara pembayaran yang
masih dipergunakan seperti barter, barter konsinyasi dan sebagainya sesuai dengan
kesepakatan antara penjual dan pembeli. Cara pembayaran mana yang dipilih
tergantung dari kepercayaan masing-masing pihak terhadap mitra dagangnya,
hubungan serta iklim ekonomi dinegara masing-masing.
Mendapatkan kredit;
Menerima pembayaran atas barang yang dijual;
Tidak ada resiko;
Open Account (sistem rekening terbuka) biasanya terjadi pada pemasaran ekspor
dengan kantor cabang atau perwakilan di luar negeri atau dengan mitra dagang yang
sudah dipercaya. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang akan mengirimkan
invoice kepada importir. Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal
dan waktu tertentu kapan importir harus melakukan pembayaran. Sistem Pembayaran
ini dapat terjadi apabila :
Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang transfer
pembayaran.
Namun diluar itu Open Account memiliki resiko resiko yang dapat terjadi dalam
sistem pembayaran ini antara lain :
3. Consignment (Konsinyasi)
Cara pembayaran ini, pembeli menerima barang yang secara hukum masih milik
penjual. Barang tersebut dititipkan ke pembeli untuk dijual. Bila barang tersebut tidak
laku, akan dikembalikan kepada penjual. Dalam hal ini pembeli hanya perlu membayar
jumlah barang yang telah terjual saja. Risiko ada pada penjual karena barang tersebut
baru akan dibayar setelah barang terjual. Bisa juga barang sudah dijual tapi pembeli
tetap tidak membayar uangnya, dengan alasan barang belum terjual.
Untung - rugi pembayaran dengan konsinyasi biasanya Cara ini paling menguntungkan
bagi importir karena tidak perlu modal yang besar untuk menjual barang modal yang
dikeluarkan paling hanya space untuk gudang atau tempat menjualnya, sedangkan bagi
eksportir timbul resiko, antara lain kemungkinan lamanya modal tertahan karena
menunggu sampai terjualnya barang, atau adanya keterlambatan pembayaran walau
barang sudah terjual. Untuk mengurangi resiko, eksportir dapat menggunakan
jasa "bonded warehouse" (entreport) sebagai pihak yang menyimpan barang untuk
dititipkan sampai barang terjual.
4. Collection
oleh bank yang mengakibatkan dari segi cost cara ini akan lebih mahal bagi buyer
ataupun eksportir.
Namun, secara umum akan lebih aman dan lebih terjamin khususnya bagi eksportir
dengan pengecualian cara advance payment secara 100 % yang tentunya paling aman
bagi eksportir (relatif jarang). Yang harus dicermati bila memilih advance payment
adalah berapa jumlah persentase uang muka yang akan dibayar karena sisanya yang
biasanya akan dibayar setelah delivery barang merupakan potensi risiko bagi eksportir.
Cara collection draft kondisi D/P) adalah salah satu pilihan yang relatif aman bagi
eksportir selain dari cara ke-1 atau ke-5 dengan biaya yang relatif murah pula. Akhirakhir ini cara open account juga sudah divariasi dengan menggunakan jaminan bank
dalam bentuk standby letter of credit dengan catatan transaksi dilaksanakan secara
rutin dalam jangka panjang. Cara ini juga patut dipertimbangkan.
mengangkut barang dari suatu tempat di negara eksportir hingga sampai di suatu
tempat di negara importir. Sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan dan sekaligus
adanya bukti penyerahan barang darishipper kepada carrier maka akan dibuatkan
dokumen bill of lading. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dan disebutkan secara
tegas dalam kontrak pengangkutan adalah sebagai berikut:
Carrier.
Yaitu pihak yang memberikan jasa pengangkutan barang atau dengan pengertian lain
adalah pihak yang mengendalikan/mengoperasikan sarana pengangkut untuk tujuan
pengangkutan barang. Jasa pengangkutan barang tersebut dapat berupa jasa publik
(common carrier) dengan pengertian bahwa carrier dapat menerima muatan darisiapa
saja atau jasa pengangkutan yang bersifat khusus (private carrier)artinya bahwa sarana
pengangkut secara penuh telah disewa olehshipper, khusus untuk mengangkut barangbarang milik shipper saja.
Shipper.
Consignee.
Adalah pihak yang ditunjuk oleh shipper untuk menerima barang yang diangkut di
pelabuhan tujuan. Mekanisme penunjukan consignee dalam kontrak pengangkutan
dapat berupa penunjukan langsung, artinya bahwa nama dan alamat perusahaan yang
berhak menerima barang telah dicantumkan di dalam B/L. Kemudian cara kedua adalah
dengan menyebutkan consignee dengan klausul to order artinya bahwashipper akan
memberikan instruksi pengapalan (shipping instruction) yang akan di-endorse kepada
pihak mana barang tersebut nantinya harus diserahkan oleh carrier.
Notify Party
Adalah pihak yang ditunjuk shippers dalam B/L sebagai pihak yang harus diberitahukan
oleh carrier setelah barang tiba di pelabuhan tujuan, lazimnya atas permintaan
importir. Notify party bukan bertindak sebagai penerima barang namun memiliki
keterkaitan dengan pihak importir. Kondisi ini biasanya diberlakukan terhadap B/L yang
bersifatnegotiable, artinya bahwa importir mengalihkan kepemilikan barang kepada
pihak lain, dan untuk hal tersebut importir hanya
akan bertindak
sebagai notify party dalam kontrak pengangkutan.
Shipping Instruction
Setelah shipper mendapat kepastian mengenai terms of payment yang telah disepakati
dalam sales contract maka shipper berkewajiban untuk melakukan pengiriman barang.
Untuk itu shipper akan menghubungi perusahaan jasa angkutan (carrier) untuk
dibukakan kontrak pengangkutan barang. Pihak carrier hanya berkepentingan dalam
hal pengaturan jadwal keberangkatan sarana pengangkut dan besarnya ongkos angkut
yang akan dikenakan. Oleh karenanya agar kontrak pengangkutan dapat segera
disusun maka shipper akan mengeluarkan instruksi dan sekaligus informasi mengenai
pengiriman barang. Dokumen inilah yang disebut sebagaishipping instruction (SI).
Bill of Lading
Bill of lading (B/L) adalah dokumen pengangkutan barang yang dikirim melalui sarana
pengangkutan laut. Istilah lengkap untuk B/L adalah MarineBill of Lading atau Ocean
Bill of Lading, yang diterbitkan oleh maskapai pelayaran (carrier) atau agen kapal
sebagai bukti telah diterimanya barang untuk dikirimkan kepada penerima di luar
negeri. Dalam bahasa Indonesia istilah B/L dikenal dengan nama konosemen.
Fungsi Bill of Lading :
Sebagai bukti kepemilikan barang (document of title); pemegang dokumen asli B/L
atau pihak yang ditunjuk sebagai consignee merupakan pihak yang secara sah
memiliki hak untuk penguasaan barang.
muatan, jenis muatan, yang berada pada masing-masing pelabuhan muat dan
pelabuhan tujuan.
2.
Jasa angkutan udara walaupun porsinya tidak sebesar jasa angkutan laut, namun
kehadirannya sangat dibutuhkan para pelaku perdagangan. Kelebihan utama jasa
angkutan udara dibanding jasa angkutan lainnya adalah dalam hal efisiensi waktu.
Sebagian besar pengguna jasa angkutan cargo udara adalah user yang berkepentingan
terhadap kecepatan waktu sampainya barang ke tangan pembeli. Meskipun untuk
pencapaian tersebut dibutuhkan biaya yang jauh lebih besar dibanding jasa angkutan
lainnya. Jenis barang yang dikirim pada umumnya adalah barang-barang yang bersifat
perishable (tidak tahan lama), bernilai tinggi (expensive goods), atau barang-barang
yang peka waktu (koran, majalah, dan sebagainya). Dalam kontrak pengangkutan
udara, pola transportasi yang digunakan dapat bersifat reguler maupun charter. Pola
reguler digunakan terhadap maskapai penerbangan yang telah memiliki rute tertentu
dan jadwal penerbangan yang reguler. Pola charter digunakan apabila sifat kontrak
adalah secara menyeluruh (borongan).
Secara umum angkutan udara dapat dikategorikan seabagai berikut :
1.
2.
3.
Mixed / Combined Airfreight, kapal terbang yang dapat membawa cargo/
passenger pada main deck.
Konvensi Internasional mengenai angkutan udara, yaitu :
Shipping Instruction
Commercial Invoice
Special Cargo
Live animal
Dangerous cargo
Valuable cargo
4. air mail
5. barang cepat rusak
6. barang mudah rusak
7. mayat
Uang tambang untuk angkutan udara (air freight) didasarkan pada perhitungan berat
dalam kilogram atau berat volume (voleme weight) tergantung mana yang lebih besar.
Contoh : - Berat ditimbang
- Volumetric weight
- Dikalkulasikan : P x L x T cm
6000
0,6 cm atau lebih dibulatkan jadi 1 cm, kurang dari 0,6 cm dihapus
3.
Jasa angkutan perdagangan lintas negara yang melalui jalur darat hanya dimiliki oleh
negara negara yang berbatasan darat dengan negara-negara lainnya. Contoh wilayah
yang memiliki batas darat dan sering melakukan pertukaran perdagangan lewat jalur
darat adalah negara-negara di wilayah Asia Tengah dan Eropa. Sarana transportasi
yang tersedia dan umum dipakai dalam angkutan darat adalah jasa kereta api (railway
company) dan jasa perusahaan truk (trucking company). Atas penyerahan muatan
cargo kepada perusahaan angkutan kereta api, maka dokumen yang diterbitkan
adalah consignment note (surat angkutan kereta api).
Railway Consignment Note
Pengangkutan barang melaui sarana kereta api lazim dilakukan di negara-negara yang
telah memiliki akses langsung railway (contoh : di Eropa). Atas penyerahan barang
untuk diangkut melalui kereta api, eksportir akan menerima surat angkutan kereta api
yang lazim disebut sebagai consignment note. Struktur dokumen ini minimal harus
menyebutkan nama stasiun pemberangkatan, tujuan, nama pengirim barang, nama
penerima barang dan deskripsi singkat barang yang diangkut serta harus dicap oleh
perusahaan pengangkutan kereta api yang bersangkutan.
4.
pengangkutan barang ekspor atau impor dari suatu tempat ke tempat lain di dalam
negeri, kemudian akan dilanjutkan dengan pemindahan (transhipment) dengan sarana
pengangkut laut ke luar negeri.
Penerapan Sistem Transportasi Intermoda (STI) di negara-negara maju tumbuh
dengan pesat sejalan dengan peningkatan penggunaan peti kemas, dengan standar
ISO (International Standard Organisation) yang dirasakan dapat memberikan berbagai
keuntungan antara lain mengurangi waktu pada titik transhipment, pelaksanaan
pengangkutan relatif cepat, mengurangi keruwetan formalitas dan dokumentasi,
memerlukan hanya satu agen/ operator, penghematan biaya, sehingga dapat menekan
harga barang serta meningkatkan daya saing.
Meskipun transportasi intermoda telah berkembang dengan pesat di negara maju,
namun dari aspek pengaturan legalitas sesungguhnya negara-negara tersebut belum
memberlakukan The International Multimodal Transport Convention of Goods dari PBB,
melainkan masih menggunakan peraturan-peraturan yang ditetapkan asosiasi atau
lembaga swasta, antara lain International Chamber of Commerce (ICC) dan Federation
International des Associations de Transitaires et Assimiks (FIATA).
Pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia pertumbuhan angkutan
intermoda masih relatif lamban. Hal ini disebabkan antara lain oleh keadaan/ tingkat
kemajuan ekonomi negara, pembatasan operator asing dan keperluan investor besar
dengan standar internasional. Khusus di Indonesia, dalam 10 tahun terakhir telah mulai
tampak berkembang pengangkutan untuk ekspor dan impor dengan menggunakan peti
kemas, yang merupakan bentuk penerapan awal STI.
Perkembangan lanjut penerapan sistem ini di Indonesia masih relatif lamban antara lain
karena belum adanya dukungan legalitas yang memadai , dimana sampai saat ini
belum ada peraturan perundang-undangan nasional yang mengatur pengangkutan
intermoda.
Di samping itu dewasa ini masih ada berbagai pembatasan terhadapfreight
forwarder atau multimodal transpor operator (MTO) asing, sehingga perusahaan
Indonesia dalam bidang ini juga masih relatif sulit untuk bekerja sama dengan pihak
asing
tersebut.
Transportasi
intermoda
yang
dilakukan
oleh
Freight
Forwarder/perusahaan jasa pengurusan transportasi nasional selama ini hanya
berdasarkan pada ketentuan KUHD, KEPMENHUB No. KM 10/1988 dan ketentuan
internasional yang belum diratifikasi.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam intermodal transport :
1. Multimodal Transport Opertaion
2. Thorugh Transport
3. Combined Transport
4. Integrated Transport
DAFTAR PUSTAKA
Burton Simatupang Richard, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta 1996
Depdikas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Balan Pustaka, Jakarta, 1994.
Friedman, Jack. P, Dictionary of Business Term. New York, USA, Barons Educational
Services, Inc, 1987:66
Fuadi Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Global, Citra
Adytya Bakti, Bandung 2002.
Nurani.nina, Hukum Bisnis Suatu Pengantar, Insan Mandiri, Bandung 2009