Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

Cari 10 perusahaan terbesar di dunia yang menimbun dana kasnya, serta motifnya!

1. Apple Punya Simpanan Uang Tunai Rp. 3000 Triliun


KOMPAS.com - Pekan ini, Apple akan merilis laporan keuangan terbarunya. Perusahaan terkaya di
dunia itu diperkirakan bakal memiliki simpanan kas sebesar 250 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 3.331
triliun. Jumlah ribuan triliun tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan perusahaan lain manapun,
serta lebih banyak dari gabungan cadangan devisa Amerika Serikat dan Kanada. Kekayaan Apple berlipat
dua dalam waktu kurang dari lima tahun. Di tiga bulan terakhir 2016 saja, Apple mendapat pemasukan
3,6 juta dollar AS atau Rp 48 miliar setiap jamnya. Simpanan uang Apple yang luar biasa banyak ini
menarik perhatian, menyusul rencana Presiden Donald Trump untuk merombak sistem perpajakan AS.
Seperti banyak perusahaan lainnya di Negeri Paman Sam, Apple menyimpan sebagian besar asetnya
di luar negeri untuk menghindari pajak perusahaan yang dipungut pemerintah AS. Per Desember 2016,
sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Fox Business, Selasa (2/5/2017), Apple diketahui memarkir
sebanyak 93 persen dari total aset cairnya berupa kas, setara kas, dan sekuritas di luar Amerika Serikat.
Presiden Trump berupaya membuat perusahaan-perusahaan besar mau memulangkan dana
simpanannya ke dalam negeri dengan memotong pajak pemasukan perusahaan dari 35 persen menjadi
35 persen.
CEO Apple Tim Cook pada awal tahun ini menyatakan pihaknya siap memindahkan kas ke AS apabila
kondisi perpajakan sudah dibuat lebih bersahabat. Spekulasi pun mulai bermunculan soal apa yang bakal
dilakukan Apple dengan uangnya. Apple, misalnya, bisa mengakuisisi perusahan mobil listrik Tesla atau
online video streaming Netflix yang masing-masing memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar 51 miliar
dollar AS dan 65 miliar dollar AS.
Apple sebenarnya masih memiliki utang 88 miliar dollar AS berupa pembayaran ke para pemegang
saham. Namun, meski dikurangi jumlah itu pun, Apple masih menjadi perusahan terkaya di dunia.
Perusaan teknologi terkaya setelah Apple adalah Microsoft yang memiliki kas sebesar 126 miliar dollar
AS, belum dikurangi hutang.

2. Warren Buffett Timbun Kas Rp 1.732 T, Sinyal Pasar Mau Jatuh?


Berkshire Hathaway Inc., perusahaan induk milik investor ternama di pasar saham dunia, Warren
Buffett, membukukan total kas hingga US$ 122 miliar atau setara dengan Rp 1.732,4 triliun (asumsi kurs
Rp 14.200/US$) hingga akhir Juni 2019.Tingginya likuiditas perusahaan berkode saham BRK di New York
Stock Exchange (NYSE) ini patut menjadi 'peringatan' bagi pelaku pasar karena secara tidak langsung
investasi di pasar saham dinilai terlalu mahal dan bisa juga menjadi indikasi kesulitan keuangan dalam
waktu dekat.
Pasalnya jumlah kas yang luar biasa besar tersebut sejatinya dapat digunakan untuk meningkatkan
porsi kepemilikan atas saham Apple, Amazon, Bank of America atau bisa juga dimanfaatkan
mengakuisisi perusahaan sebagaimana yang dilakukan Buffet sebelumnya.

Dlansir dari CNBC Indonesia berikut ini 10 Perusahaan AS dengan Timbunan Kas yang mencapai Ribuan
Triliun Jumlahnya Microsoft memiliki kas terbesar yang mencapai US$ 136,6 miliar atau Rp 1.912 triliun
(asumsi kurs Rp 14.000/US$) pada kuartal terakhir. Adapun Berkshire Hathaway, Alphabet dan Apple
menempati posisi terbesar lainnya setelah Microsoft. Berkshire Hathaway milik investor pasar modal
kenamaan dunia, Warren Buffett, memiliki cash sebesar US$ 128,2 miliar (Rp 1.795 triliun), Alphabet
US$ 121,2 miliar (Rp 1.697 triliun), dan Apple US$ 100,6 miliar (Rp 1.408 triliun).Berikutnya, Facebook,
Amazon, Ford, Oracle, Cisco dan Bristol-Myers melengkapi daftar 10 besar perusahaan dengan nilai kas
tertinggi, termasuk saldo kas perusahaan dan pos investasi jangka pendek, seperti pembelian obligasi.
TUGAS 2
Cari 5 prusahaan di Indonesia yang melakukan Merger dan Akuisisi, serta tujuannya !

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MARGER


1. Merger Bank CIMB
Merupakan kasus merger yang terjadi pada Bank Niaga dan Bank Lippo. Bank Niaga didirikan pada
26 September 1955, dan saat ini lnerupakan bank ke-7 terbesar di Indonesia berdasarkan aset serta ke-2
terbesar di segmen Kredit Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-
Commerce Holdings Rerhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November2002,
kemudian dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh RCHB, pada 16
Agustus 2007. Bank Lippo didirikan pada bulan Maret 1948. Menyusul merger dengan PT Bank Unium
Asia. Bank Lippo mencatatkan sahamnva di Bursa Efek pada November 1989. Pemerintah RI menjadi
pemegang sahaln mayoritas di Bank Lippo melalui program rekapitalisasi yang dilaksanakan pada 28 Mei
1999. Pada tanggal 30 September 2005, setelah memperoleh persetu-iuan Bank Indonesia, Khazanah
IVasional Berhad mengakuisisi kepemilikan mayoritas di Bank Lippo.
PT. Bank CTMB Niaga-Tbk berdiri pada tanggal 1 November 2008. PT. Bank CIMB Niaga merupakan
hasil merger antara PT. Bank Niaga (Persero) Tbk dengan PT. Bank Lippo (Persero) Tbk. Proses merger
dilakukan dengan cara Commerce International Merchant Bankers (CIMB) Group membeli 51 persen
saham Bank Lippo yang dimiliki oleh Santubong Ventures. anak usaha dari Khazanah. Khazanah sendiri
adalah perusahaan besar dibidang keuangan asal Malaysia. Total pembelian saham Bank Lippo oleh
CIMB Group Rp 5,9 triliun atau setara 2.1 miliar ringgit Malaysia. Sebagai gantinya Khzanah akan
memperoleh 207,l Juta lembar saham baru di Bank Bumlputera - Commerce Holding Berhard (BCHB)
yakni perusahan pemilik CIMB Group.
Seluruh saham Bank Lippo akan ditukar menjadi sahani Rank Niaga dengan rasio 2,822 saham Bank
Niaga per I lembar saham Bank Lippo. Seluruh asset dan kewajiban Bank Lippo akan dialihkan ke Bank
Niaga. Dalam proses merger tersebut CIMB menawarkan fasilitas voluntary dan standby facility yang
memungkinkan pemegang saham minoritas dikedua bank untuk melepas saham mereka dan tidak
berpartisipasi dalam proses merger.

2. Merger Bank Lippo dan Bank Niaga


Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga pada tahun 2008.
Ingat sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana yang satu mempunyai
ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya. Antara Bank Lippo dan Bank Niaga. Keduanya
bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan global.
Mereka menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger kali ini
Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo sehingga bank Lippo merelakan untuk
diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga. Dengan demikian dengan harga tertentu yang
telah disepakati mereka berdua tiap saham Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga
mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama
dengan Saham Bank Niaga.
Setelah kesepakatan keduanya, kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after
merger menjadi Bank CIMB Niaga.
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan kedua
Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB Niaga. Kalau
kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger, maka kita dapat menggunakan
beberapa metode yang sudah umum dikalangan manajer perusahaan.
 Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
 Dihitung Market Share nya ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran untuk
menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
 Menghitung Kapitalisasi Pasarnya atau Economic Gain nya.

3. Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank
Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim
Internasional.
Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger
Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian
berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun 1988,
Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di Bursafek Jakarta.
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di bawah
pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank Take Over (BTO).
Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi Danamon dengan Rp 32,2 triliun
obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan
Danamon sebagai bagian dari program restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah melalui
injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon muncul dari merger sebagai
salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
MetodeEPS EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000. Dengan
melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66
per lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan nilai perusahaan.
Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.

4. Saingi Gopay, Grab Dikabarkan Menggabungkan Ovo dan DANA


Aplikator ojek online, Grab, dikabarkan tengah bersiap-siap menggabungkan perusahaan
pembayaran digital OVO dengan DANA. Jika merger dua aplikasi pembayaran digital ini terlaksana,
maka dominasi Gopay yang dimiliki Gojek diduga akan tergeser.
Grab yang berbasis di Singapura ini dikabarkan akan membeli saham mayoritas DANA yang selama
ini dipayungi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (Emtek). Setelah itu, Grab akan menggabungkannya
dengan OVO yang sahamnya telah dimiliki Grab.“Ini bagian dari pertempuran Grab-Gojek,” ujar salah
satu sumber seperti dikutip Reuters, Rabu lalu. Rencana merger tersebut sekaligus
membuat persaingan di industri pembayaran digital Indonesia memanas. Seperti diketahui, berbagai
layanan pembayaran digital berupaya membonceng pasar e-commerce yang juga sedang berkembang
pesat.
Menurut Reuters yang dikutip Bisnis, Sabtu 13 September 2019, hingga kini nilai kesepakatan
tersebut belum jelas. Namun, Finance Asia menuliskan, valuasi terbaru Ovo berkisar US$2,9 miliar.
Sementara itu, valuasi DANA belum disebutkan.
Sumber tersebut mengatakan, proses ini masih dalam tahap awal. Proses kesepakatan masih perlu
melalui tahap negosiasi dengan Bank Indonesia karena adanya batasan kepemilikan asing. Rencana
penggabungan ini melanjutkan pengumuman SoftBank Group Corp pada Juli lalu yang mengatakan
akan menginvestasikan US$2 miliar di Indonesia melalui Grab.Menurut sumber Reuters, SoftBank
sebagai pemegang saham terbesar Grab mendukung rencana ini. Rencana penggabungan ini juga
telah dibahas dengan para pejabat tinggi Indonesia ketika CEO perusahaan investasi Jepang
Masayoshi Son mengunjungi Jakarta Juli lalu.
Mengenai hal ini, Juru Bicara Grab mengatakan pihaknya tidak dapat berkomentar mengenai
spekulasi. Senada, baik manajemen DANA maupun OVO juga menolak untuk berkomentar. Namun
apabila merger ini terjadi, ekosistem Grab diyakini akan semakin besar dan lengkap. Saat ini, baik OVO
dan DANA memiliki mitra pedagang yang serupa, umumnya pedagang makanan/minuman.
Pembayaran dengan OVO telah menjangkau ribuan mitra pedagang makanan minuman, hingga
tempat parkir, sedangkan daya tarik DANA adalah pembayaran hiburan seperti bioskop.

5. Yahoo Jepang dan Line Marger, Fokus Kembangkan AI


Liputan6.com, Jakarta - Yahoo Jepang dan Line baru saja mengumumkan telah bersepakat untuk
melakukan merger. Pengumuman ini dilakukan oleh Softbank Corp lewat Z Holdings sebagai pemilik
Yahoo Jepang bersama Line Corp. Menurut laporan Nikkei Asian Review, kesepakatan ini akan
diselesaikan pada Desember 2019. Nantinya, Softbank dan Naver sebagai pemilik Line sama-sama akan
berinvestasi 50 persen pada perusahaan gabungan baru ini.
Dikutip dari Tech Crunch, Selasa (19/11/2019), bergabungnya Yahoo Jepang dan Line ini tidak lepas
dari upaya dua perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitor, terutama dari Amerika Serikat dan
Tiongkok. Hal itu diungkapkan oleh Softbank dalam pernyatannya. Menurut Softbank, di pasar internet
saat ini, perusahaan global terutama yang berbasis di Amerika Serikat dan Tiongkok sangat dominan,
sehingga ketimpangan dengan perusahaan lain sangat terlihat.
Setelah merger ini, Softbank dan Naver mengatakan akan melakukan kolaborasi antaranak
perusahaan dan portofolio yang dimiliki. Dengan cara ini, mereka mampu mengembangkan layanan
lebih baik, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) hingga area lain. Bahkan, khusus untuk
kecerdasan buatan ini, dua perusahaan asal Jepang itu berencana menjadi perusahaan teknologi
kecerdasan buatan yang memimpin dunia dari Asia, terutama Jepang.
Perlu diketahui, kedua perusahaan sebenarnya sudah cukup populer dan dikenal banyak pengguna.
Line merupakan aplikasi yang banyak digunakan di beberapa negara di Asia, sementara Yahoo Jepang
merupakan salah satu mesin pencari terbesar di Jepang. Namun, keduanya berada dalam kompetisi
bisnis yang tidak kalah sengit. Line diketahui sulit menjangkau pasar di luar Asia, sedangkan Yahoo
Jepang berkompetisi dengan Google dan dari lini ecommerce, ada Rakuten dan Alibaba.

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN AKUISISI


1. Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham Semen
Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen perusahaan Semen Padang.
Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri.

2. Akuisisi Saham PT Freeport Indonesia oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).


Perusahaan plat merah tersebut sah mengantongi 51,23% saham Freeport dimana sebelumnya
hanya punya porsi 9,36% saja. Proses akuisisi ini mendapat banyak sorotan dan menemui jalan yang
cukup panjang. Alhasil BUMN Inalum rampung juga menyelesaikan pembayaran divestasi saham
freeport senilai US$ 3,85 miliar.
Masih dari perusahaan plat merah, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) resmi mengumumkan
mengakuisisi 80,6% saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) senilai US$ 917 juta atau sekitar Rp 13,47
triliun dari LafargeHolcim. Untuk membiayai akuisisi tersebut, SMGR menandatangani perjanjian fasilitas
pinjaman dengan sejumlah bank asing senilai US$ 1,28 miliar.
Transaksi akuisisi tersebut ditarget selesai di Januari 2019 nanti. Sementara itu dari PT Perusahaan
Gas Negara Tbk (PGAS) baru saja memperoleh persetujuan pemegang saham untuk melakukan akuisisi
empat anak usaha Pertagas sekaligus.
Adapun dana yang awalnya disiapkan untuk akuisisi 51% saham Pertagas sebesar US$ 1,2 miliar
akan bertambah terhitung adanya penambahan jumlah akuisisi anak usaha Pertagas.
Sebelumnya PGAS menargetkan penuntasan akuisisi akan diselesaikan sebelum tutup tahun 2018.
Seperti diketahui sebelumnya pada 27 September 2018, baik PGAS maupun Pertamina telah meneken
berita acara pemenuhan persyaratan pendahuluan dan penyelesaian akuisisi Pertagas ditargetkan
rampung pada akhir September 2018.
Lukas Setia Atmaja, Pengamat Korporasi menilai trend akuisisi ini memang tengah marak tidak
hanya di Indonesia, namun juga dunia. "Pada umumnya, perseroan mengincar pertumbuhan ekonomi
inorganik dengan cara menguasai bisnis yang telah jadi sebelumnya," ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Selain itu perusahaan juga ingin mendapatkan sinergi dengan aksi tersebut, baik dari segi
operasional maupun keuangan. Dari segi operasional, berpedoman pada efisiensi tentu lebih gampang
jika produksi semakin besar dan banyak karena akan mempengaruhi biaya.
Sementara dari segi keuangan, sinergi yang diperoleh perusahaan tentu kemungkinan pendapatan
bertambah dan peluang untuk mendapatkan pinjaman jadi lebih mudah. Selain itu, kata Lukas, akuisisi
juga mengincar pasar kompetitor bisnis sebelumnya sehingga dipandang mampu mempercepat
pertumbuhan perusahaan.
Adapun fenomena akuisisi dapat menjadi parameter bahwa ekonomi suatu negara tengah membaik.
"Kalau ekonomi makro baik, biasanya m&a (merger dan akuisisi) juga akan marak terjadi," sebut Lukas.
Sebab untuk melakukan aksi korporasi tersebut dibutuhkan investasi yang tidak sedikit, serta terukur.
Menurut Lukas, motivasi akuisisi didasari prospek ekonomi yang kian membawa dampak positif bagi unit
usaha.

3. Perluasan Unilever Indonesia


Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad,
untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor
dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7
November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia
Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual
sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima
persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI)
dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal
penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited
pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI.
Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda
pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima
penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah.
Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam
suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

4. PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris


Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di Surabaya dan
PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh PM sebagai
konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu
harga dan menggantinya dengan saham PM.
Sampoerna Strategic Group melalui PT Sampoerna Investama resmi memiliki 85 persen saham PT
Bank Dipo Internasional (Bank Dipo) yang ditandai dengan penandatanganan Akta Akuisisi pada 9 Mei
2011.Sementara PT Pahalamas Sejahtera memiliki 15 persen saham Bank Dipo. Proses akuisisi ini telah
mendapatkan persetujuan resmi dari Bank Indonesia pada 13 April 2011.
Akuisisi Bank Dipo menjadi bagian dari upaya Sampoerna Strategic Group untuk berkontribusi dalam
program penyehatan bank di Indonesia, khususnya memperkuat struktur permodalan bank. "Kami
berharap dengan akuisisi ini, Bank Dipo dapat terus dikembangkan menjadi bank yang sehat, dengan
struktur permodalan yang kuat sehingga dapat menjadi salah satu pemain terdepan di segmen mikro
dan kecil," ujar CEO Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna, dalam keterangan tertulisnya
kepada okezone, Selasa (10/5/2011).
Menurutnya, akuisisi ini meningkatkan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), mendukung
pengelolaan Bank Dipo secara profesional dan independen dengan memperhatikan prinsip kehati-
hatian.
Selain itu, penerapan manajemen risiko dan kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku akan menjadi acuan pengembangan Bank Dipo, di samping memperkaya portofolio bisnis Bank
Dipo melalui segmen mikro dan kecil. Pihaknya pun berharap bisa menjangkau masyarakat kecil di
Indonesia lebih luas lagi dengan layanan-layanan perbankan dan pengelolaan sistem perbankan yang
sehat.
Adapun rencana pengembangan Bank Dipo akan diperkaya dengan layanan syariah yang saat ini
sedang dikaji dan dipelajari secara seksama, mengingat adanya kesamaan filosofi antara bisnis mikro
dan UKM dengan bisnis syariah yang mengedepankan prinsip kemitraan dan pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat kecil sendiri selalu menjadi fokus Sampoerna Strategic Group, di mana
dukungan dari para pemangku kepentingan menjadi hal utama guna merealisasikan komitmen
Sampoerna Strategic Group untuk berkontribusi dalam memajukan perbankan nasional serta
pengembangan sektor mikro dan UKM di Indonesia.
Dengan diakuisisinya Bank Dipo yang fokus bisnisnya di segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), diharapkan aspirasi tersebut dapat terus ditingkatkan dengan menyediakan akses finansial
kepada masyarakat yang unbanked dan sekaligus memberdayakan mereka untuk menjadi pengusaha
yang lebih sukses.

5. PT Multistratda Arah Sarana Tbk (MASA) dan Michelin


Pada 22 Januari 2019, produsen ban asal Perancis, Michelin, mengakuisisi 80% saham MASA senilai
US$439 juta (Rp 6,2 triliun). Selain itu, melalui akuisisi tersebut, Michelin akan memperoleh 20% saham
PT Penta Artha Impressi untuk meningkatkan penjualan Michelin Group di Indonesia dan memungkinkan
Michelin mempunyai akses ke pasar utama.

6. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Royal Indonesia


Pada 16 April 2019, BBCA resmi mengumumkan telah mengakuisisi Bank Royal melalui anak
usahanya BCA Finance dengan membeli 2,87 juta saham. Manajemen perusahaan mengatakan transaksi
akuisisi Bank Royal mencapai Rp 1,007 triliun dan transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi material.

7. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Permodalan Nasional Madani Investment
Management (PNM IM)
BBTN telah menandatangani perjanjian penjualan 30% atau 33.000 lembar saham PNM IM pada 22
April 2019, dengan nilai akuisisi mencapai Rp 114,3 miliar. Akuisisi tersebut dilakukan untuk ekspansi
bisnis agar dapat mendukung core business BBTN.

Anda mungkin juga menyukai