Anggota Kelompok:
MEI 2018
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan.Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Manajemen Keuangan
yang berjudul Manajemen Merger & Akuisisi yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
sebuah sumber.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Sujono, M.Si., Ak. selaku
dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Kami akui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya karena pengetahuan
dan pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karna itu kami harapkan kepada pembaca
agar terus memberikan saran yang bersifat membangun.
Penyusun
1. Inke Ayu Ratnasari (C1C017073)
Akuisisi berasal dari kata kerja”acquire” yang berarti memperoleh, mengambil alih.
Ketika suatu perusahaan (acquiror) mengakuisisi perusahaan lain (acquiree), perusahaan tersebut
membuat suatu investasi modal.
Merger adalah suatu kombinasi antara dua perusahaan, acquiror dan acquiree. Acquiror
akan menyerap seluruh aktiva dan passive acquiree serta mengambil alih bisnis acquiree.
Acquiree menjadi kehilangan kebebasannya dan biasanya menjadi cabang dari acquiror.
Merger berbeda dengan konsolidasi, pada konsolidasi dua atau lebih perusahaan
bergabung untuk membentuk suatu perusahaan yang baru. Perbedaan antara acquiree dan
acquiror menjadi kabur karena saham dari masing masing pihak akan ditukar dengan saham
perusahaan baru tersebut.
1. Sinergi
Sinergi terjadi bilamana 2 ditambah 2 tidak sama dengan 4 tetapi lebih besar dari 4.
Mengapa 2+2>4? Karena adanya “synergistic effect” dari (1) Operating economies, (2)
Finacial economies, (3) Differential efficiency dan (4) Increased Market Power.
- Operating economies terjadi dari “economies of scale” pada manajemen pemasaran,
produksi atau distribusi. Economies of scale menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung
per unit produk dapat diturunkan.
- Financial economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih rendah, posisi
keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari para analisis sekuritas.
- Differential efficiency adalah kondisi dimana manajemen di suatu perusahaan tidak
efisien, bila manajemen diganti setelah merger, perusahaan ini akan memiliki kinerja
yang lebih baik.
- Increased market power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu perusahaan setelah
merger karena berkurangnya persaingan (jumlah perusahaan sejenis). Pada kasus industri
tertentu yang terdiri atas sedikit perusahaan, merger dapat menimbulkan isu monopoli.
2. Pertimbangan Pajak
Perusahaan yang memiliki laba besar (sehingga harus membayar pajak yang besar pula)
dapat melakukan merger atau mengambil alih perusahaan lain yang memiliki penghasilan
sebelum pajak yang negative (rugi). Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan
kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki
EBT (earnings before tax) Rp 1 milyar. Perusahaan B memiliki EBT negative Rp 1 milyar
(rugi). Menurut peraturan, perusahaan B dapat membawa kerugian tersebut untuk
mengurangi pajak penghasilan (bila EBT positif) di tahun-tahun mendatang (hingga lima
tahun ke depan). Bila perusahaan A mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati
efek pengurangan pajak (tax saving) ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau
akuisisi akan menjadi 0 (dari RP 1 milyar – Rp 1 milyar)
JENIS MERGER
1. Horizontal Merger
Horizontal merger adalah merger antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki bisnis yang
sama. Contoh : bank merger dengan bank, perusahaan telekomunikasi dengan perusahaan
telekomunikasi dsb.
5. Setyo Adi Purnomo (C1C017089)
2. Vertical Merger
Vertical merger adalah kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun supliernya.
Tujuan perusahaan untuk memiliki sebagian atau seluruh saham perusahaan retailer
(forward) dan suplier (backward) adalah untuk mengamankan posisi perusahaan. Bayangkan
jika suatu waktu sebagian besar suplier sepakat tidak mau menjual bahan baku dan bahan
penolong kepaad perusahaan.
3. Congeneric Merger
Congenerik Merger adalah merger yang melibatkan dua atau lebih perusahaan yang
bisnisnya masih berhubungan, tetapi tidak termasuk dalam kategori Horizontal dan Vertical
Merger. Misalnya perusahaan kartu kredit mengakuisisi perusahaan sekuritas. Atau contoh
lainnya perusahaan sepatu mengakuisisi perusahaan kaus kaki.
4. Conglomerate Merger
Conglomerate Merger adalah merger antara perusahaan-perusahaan yang bisnisnya tidak
berhubungan. Misalnya, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan susu, peru sahaan semen
mengakuisisi perusahaan mie instan. Dari segi diversivikasi, Conglomerate Merger ini yang
paling memberikan keuntungan pengurangan risiko bisnis.
Dilihat dari proses melakukan merger, merger dapat dikategorikan menjadi dua: (1) friendly
merger, dan (2) hostile merger.
Contoh friendly merger adalah merger antara perusahaan RCA dengan General Electric
(GE). Dewan komisaris dari kedua perusahaan mengumumkan kesepakatan bahwa RCA akan
diakuisisi oleh GE pada harga $66,5/saham. Rencana merger kemudian dapat disetujui oleh para
pemegang saham, Federal Communication Commision dan Departemen Kehakiman.
Hostile Take Over atau Pengambil Alihan Secara Paksa adalah suatu tindakan akuisisi
yang dilakukan secara paksa, biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham
perusahaan yang ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar. Dengan cara
ini, manajemen perusahaan yang diakuisisi tidak diajak berunding, tetapi perusahaan yang akan
mengakuisisi langsung menawarkan ke pemegang saham perusahaan yang diakuisisi
persyaratan-persyaratan yang dinilai cukup menarik. Sebagai contoh, jika harga saham
perusahaan yang diakuisisi saat ini sebesar 80 $, maka para pemegang saham akan ditawari
dengan harga yang lebih tinggi apabila mereka bersedia menjualnya ke perusahaan yang akan
mengakuisisi. Pengambil alihan secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan karyawan dan
manajer untuk diganti orang baru untuk melakukan efisiensi pada operasional perusahaan.
A. Pra-Eksekusi
1. Corporate Strategy
Manajemen menetapkan tujuan strategis perusahaan dan menjelaskan bagaimana merger
dan akuisisi dalam membantu mencapai tujuan tersebut.
2. Mencari dan menyeleksi target
Pada proses ini,perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
perusahaan-perusahaan mana saja yang potensial untuk diajak bergabung.Berbagai
informasi dikumpulkan untuk melihat karakteristik perusahaan target.Hal ini tidak lepas
dari motif perusahaan dalam melakukan kegiatan M&A sehingga perusahaan yang akan
dipilih menyesuaikan dengan yang akan dicapainya.Selanjutnya,perusahaan melakukan
proses screening atau penyeleksian yang bertujuan untuk memilih diantara berbagai calon
perusahaan target yang telah terkumpul informasinya.
B. Eksekusi
3. Due Diligence
Mempelajari perusahaan target secara menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek
perusahaan target,seperti aspek hukum, keuangan, organisasi, sumber daya
manusia,pemasaran,serta teknologi dan produksi.Tujuannya untuk meminimalisasi hal-hal
tidak terduga setelah penandatanganan perjanjian.
Tahapan Due Diligence :
Mengumpulkan informasi
Melakukan penilaian
Memberikan kesimpulan temuan
4. Valuasi
Menetapkan nilai bisnis atau asset perusahaan target,tujuannya sebagai bahan negosiasi
harga dan persyaratan.
9. Melisa Dian Novita (C1C017099)
5. Negosiasi
Pembeli dan penjual berupaya mendapatkan kesepakatan dari sisi harga dan persyaratan
transaksi.
6. Deal structuring & Accounting
Memilih struktur kesepakatan transaksi untuk akomodir kepentingan semua pihak.
Accounting :
Purchase price allocation (PPA), nilai transaksi dicatat ke dalam neraca perusahaan
pembeli.
Metode pencatatan transaksi keuangan, bergantung porsi kepemilikan dan adanya kontrol
terhadap perusahaan yang dibeli.
C. Pasca-Eksekusi
7. Integrasi Pasca-Merger
Menyatukan perusahaan yang dibeli, baik secara organisasi, operasional bisnis, dll.
8. Exit Strategy
Pemilik ingin keluar dari bisnis dengan berbagai alasan , seperti masa pensiun atau butuh
dana, dll.
1. Divestasi, menjual sebagian atau seluruh aset atau bisnis kepada pihak lain.
2. Intial Public Offering, dimana kepemilikan dijual kepada publik dan mencatat di
bursa saham.
3. Restrukturisasi, dengan pemindahan aset, perampingan atau fokus ke bisnis utama
dengan spin-off, carve, atau split-off.
4. Likuidasi, yaitu menghentikan kegiatan bisnis dengan menjual aset untuk membayar
kewajiban perusahaan.
1. Block Value
Block value atau nilai buku adalah nilai yang muncul di laporan keuangan (neraca) suatu
perusahaan. Nilai buku dari harga bersih (net worth) suatu perusahaan adalah nilai aktiva
perusahaan pada neraca dikurangi nilai hutang pada neraca. Pendekatan book value adalah
yang paling mudah karena data laporan keuangan suatu perusahaan selalu tersedia. Namun
nilai ini tidak mengukur nilai sesungguhnya dari suatu perusahaan karena nilai yang
ditampilkan pada neraca adalah nilai historis.
2. Appraisal value
Appraisal value adalah nilai yang diberikan oleh suatu perusahaan penilai (appraisal firm)
yang independen. Perusahaan penilai ini memberikan sebuah penilaian berupa estimasi stau
perkiraan (asumsi) atas nilai sebuah objek. Metode yang digunakan oleh peru sahaan-
perusahaan penilai sangat bervariasi akan tetapi pada umumnya metode-metode itu mirip
dengan penentuan nlai dengan cara “replacement cost”.
Pendekatan cash flow memiliki kelebihan dalam hal menunjukkan kemampuan targer firm
dalam menghasilkan earnings atau arus kas serta mengasumsikan bahwa perusahaan
berjalan terus. Kelemahannya adalah kesulitan untuk dapat memprediksi arus kas secara
tepat. Pendekatan ini dapat digabung dengan pendekatan market value untuk memperoleh
gambaran yang lebih baik.
12. Niken Shafa Swastika (C1C017102)
Analisis dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien. Dengan
demikian, maka harga saham yang tercantum di bursa merupakan harga yang wajar.
Misalkan jumlah lembar saham PT. S sebesar 10.000.000 lembar dengan harga saat ini sebesar
Rp 8.000,00 per lembar. Dengan demikian nilai equity PT.S adalah Rp80 miliar. Dituliskan
menjadi PVs= Rp80 miliar.
Apabila PT.S akan dibeli oleh PT.A (PT.A disebut sebagai acquiring company da n PT.S disebut
acquired company), maka kemungkinan sekali para pemegang saham PT.S akan meminta harga
yang lebih tinggi dari Rp8.000,00 per lembar. Misalkan PT.A menawarkan harga Rp9.000,00 per
lembar, maka biaya akuisisi tersebut adalah:
Karena itu, PT.A hanya bersedia membayar PT.S dengan harga Rp10 miliar lebih mahal kalau
dengan pembelian tersebut, diharapkan PT.A akan dapat memperoleh manfaat lebih besar dari
Rp10 miliar. Manfaat ini hanya akan terjadi kalau diharapkan akan timbul synergy. Misalkan
PT.A adalah perusahaan industri makanan, sedangkan PT.S adalah perusahaan distribusi.
Misalkan diharapkan dari akuisisi tersebut PT.A akan dapat menghemat biaya distribusi sebesar
Rp1.000 juta pada tahun depan, dan penghematan tersebut diharapkan akan meningkat sebesar
10% per tahun selamanya (sesuai dengan tingkat inflasi). Apabila tingkat keuntungan yang
dipandang layak adalah 17%, maka manfaat akuisisi tersebut adalah:
Manfaat positif menunjukkan adanya manfaat ekonomi bagi peristiwa akuisisi tersebut.
Misalkan jumlah lembar saham PT.A adalah 50 juta lembar @ Rp12.000,00. Dengan demikian
maka PVa = Rp600 miliar. Sedangkan gabungan PT.A dan PT.S adalah (Rp600M + 80M) = Rp
680M. Jadi, total manfaat setelah memperoleh synergy (PV synergy) adalah :
= Rp 14,30 miliar
Contoh synergy yang diharapkan terjadi dari contoh diatas disebut sebagai operating synergy.
Synergy sendiri ada 2 jenis, yaitu Operating Synergy dan Financial Synergy. Operating Synergy
adalah synergy yang dinikmati oleh perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi sehingga
dapat menekan biaya dan/atau menaikkan penghasilan.
Financial Synergy berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari
sumber pendanaan (financing). Jenis synergi ini mungkin diperoleh dari conglomerate merger.
Conglomerate merger merupakan penggabungan perusahaan (bisa berasal dari akuisisi) dari
berbagai jenis kegiatan yang secara operasional tidak berkaitan satu sama lain.
Pengendalian merupakan hal yang vital dalam analisis merger. Pengendalian pasca merger
dilakukan dengan cara :
Pertama, pertimbangkanlah situasi dimana sebuah perusahaan kecil yang dikelola oleh
pemiliknya dijual kepada sesuatu kepentingan yang lebih besar.
Yang kedua yaitu jika para manajer dari perusahaan sasaran adalah manajer yang sangat
kompeten namun tidak ingin bergabung setelah merger terjadi, perusahaan pengakuisisi mungkin
akan membuat perjanjian non kompetisi dengan manajemen lama di dalam kontrak merger.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori Dan Praktik MANAJEMEN KEUANGAN. Yogyakarta: ANDI.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 4.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
https://www.slideshare.net/mandaplaybook/3-tahap-8-langkah-merger-dan-akuisisi-ma-
playbook