0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan4 halaman
Bank for International Development (BID) adalah lembaga keuangan supranasional yang meminjamkan dana untuk proyek-proyek infrastruktur guna mendukung pembangunan ekonomi. Pada Oktober 1985, BID mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi senilai USD500 juta dalam mata uang dolar atau yen. Asisten Treasurer BID melakukan analisis biaya modal yang lebih rendah jika menggunakan yen dibandingkan dolar sehingga menyarankan B
Bank for International Development (BID) adalah lembaga keuangan supranasional yang meminjamkan dana untuk proyek-proyek infrastruktur guna mendukung pembangunan ekonomi. Pada Oktober 1985, BID mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi senilai USD500 juta dalam mata uang dolar atau yen. Asisten Treasurer BID melakukan analisis biaya modal yang lebih rendah jika menggunakan yen dibandingkan dolar sehingga menyarankan B
Bank for International Development (BID) adalah lembaga keuangan supranasional yang meminjamkan dana untuk proyek-proyek infrastruktur guna mendukung pembangunan ekonomi. Pada Oktober 1985, BID mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi senilai USD500 juta dalam mata uang dolar atau yen. Asisten Treasurer BID melakukan analisis biaya modal yang lebih rendah jika menggunakan yen dibandingkan dolar sehingga menyarankan B
MULTINATIONAL FINANCE Case : BANK FOR INTERNATIONAL
DEVELOPMENT (BID) Dosen pengampu : Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A.
Disusun oleh : Andre Fajar A. (15/387114/PEK/20664) Cantya A. (15/387128/PEK/20851) Endrico Yogaswara (15/387139/PEK/20689) Pingkan Mayosi F. (15/387178/PEK/20728) MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2016 Case : BANK FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT (BID) Bank for Intern Development atau BID merupakan sebuah intitusi keuangan supranasional yang memiliki misi promosi pembangunan ekonomi dunia, terorganisasi dan dimiliki oleh banyak pemerintah di seluruh dunia melalui mendaftar menjadi anggota dan membayar modal dasarnya. BID tidak memiliki mata uang sendiri (home currency), semua laporan kondisi operasional dan keuangan dilaporkan dalam beberapa mata uang. BID membuat pinjaman untuk berbagai macam proyek khususnya proyek infrastuktur yang di desain untuk pembangunan ekonomi. BID melakukan penolakan pinjaman yang digunakan untuk kepentingan politik dan pertimbangan terhadap penjadwalan ulang pembayaran utang. Hingga pada tanggal case ini dibuat, belum ada peminjam yang gagal bayar terhadap utangnya. BID mengawasi status high-quality credit melalui rating AAA yang didapat. BID melakukan hedging untuk semua posisi terhadap mata uangnya. Semua pinjaman dalam mata uang yang diberikan di cocokkan dengan kondisi pinjaman dan investasi beresiko rendah. BID mampu meminjam pada pasar modal di seluruh dunia dengan rates sedikit diatas yang dimiliki pemerintah Amerika Serikat KONTROVERSI MENGENAI MATA UANG DAN BIAYA PEMINJAMAN BID memiliki tujuan utama yaitu meminimumkan biaya peminjaman bank secara efektif, yang resiko nilai tukarnya dibebankan ke peminjam. Pada awalnya dana pinjaman yang tersedia dalam jumlah banyak dengan biaya rendah adalah US Dolar. Namun seiring berkembanganya Jepang, Jerman dan Negara negara OPEC secara surplus, pinjaman dalam bentuk Non Dollar mulai berkembang. Kebijakan on-again dan off-again dengan lebih condong ke dollar US menimbulkan dua macam kritikan, yaitu : a. Pihak pertama mengkritik kebijakan yang keliru untuk meminjam dalam US dollar ketika suku bunga dalam mata uang lain secara signifikan lebih rendah seperti Yen Jepang, Mark Jerman dan Frank Swiss, mereka berargumentasi bahwa BID seharusnya dapat mengambil keuntungan dari kemampuannya untuk mengakses pasar modal diseluruh dunia untuk mengambil penawaran dengan suku bunga paling rendah pada waktu yang diberikan. b. Pihak kedua beranggapan jika suku bunga di pasar merefleksikan perubahan dari nilai mata uang, maka tidak ada waktunya untuk melihat pasar secara tepat. Pihak treasury yang melakukan pertukaran antara mata uang satu ke mata uang lainnya hanya melakukan tindakan spekulasi saja dan tidak dapat diekpektasikan untuk melakukan pelunasan jangka panjang, grup ini mengkritisi bahwa pemilihan mata uang harus di dasari pada target internal untuk setiap mata uang tersebut bukan berdasarkan pertimbangan waktu pasar yang tepat. SITUASI PADA OKTOBER, 1985 Pada Oktober 1985, treasury BID mempertimbangkan untuk mengeluarkan obligasi (notes) EUR-USD $500 juta dengan catatan bahwa tingkat suku bunga mengambang (floating-rate). Selama 3 bulan US$ LIBOR (London Interbank Offered Rate) telah jatuh lebih dari 100 basis poin sejak awal tahun 1985. Pada akhir Oktober, BID dapat mengekpektasikan untuk membayar dengan rate 7,95% pada dollar. Sedangkan tingkat rate yang dikeluarkan Euroyen tercatat masih rendah, yaitu sebesar 7,75%. Untuk perbandingannya, BID telah sukses mengeluarkan obligasi (notes) EUR-JPY sejak 1983 dan beberapa pekerja bank berargumentasi tentang masalah yang mirip meskipun faktanya rate yen telah naik lebih dari 100 basis poin sejak awal tahun. Inflasi untuk kedua negara tersebut termasuk rendah. Japan mengalami inflasi harga konsumen 1,9% selama 1984, sedangkan di US meningkat sebesar 3% pada tahun tersebut. Pada tiga kuartal pertama di tahun 1985, inflasi Japan bergerak sedikit lebih rendah, yaitu dengan tingkat tahunan 2,8%. Nilai tukar spot 211,5/$ dan forward 3 bulan 211,6/$. MEMBANDINGKAN CAPITAL COST Pada keadaan ini Maria Mendez (Asisten Treasury BID) mulai bertanya-tanya tentang jikalau biaya modal nyata (Real Capital Cost) yang lebih rendah pada beberapa mata uang selama beberapa dekade sebelumnya. Sebelum menguji semua mata uang utama dalam hal transaksi di bank. Maria Mendez kemudian melakukan pilot-study terhadap yen dan dolar (Data ditabel) untuk dianalisis. Sebelum di uji, Maria Mendez berfikir kira-kira pada saat keadaan apa dia seharusnya berekspektasi terhadap BID untuk lebih memilih meminjam dalam satu mata uang tertentu dibandingkan mata uang lainnya. ANALISIS Penghimpunan dana (penerbitan obligasi atau notes) akan lebih optimal dengan menggunakan biaya yang lebih rendah. Dalam penerbitan dan proses pelunasan utang yang menggunakan cross currencies, berarti ada dua biaya yang minimal harus dikeluarkan. Pertama, biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh peminjam sebagai kompensasi atas pinjaman pendanaan. Kedua, biaya risiko nilai tukar mata uang, yaitu apabila penerbitan utang dilakukan dalam mata uang tertentu kemudian mata uang tersebut mengalami depresiasi atau apresiasi, maka secara langsung akan mempengaruhi tingkat biaya riil yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga Asisten Treasurer BID, Mendez ingin mengetahui besar biaya modal yang harus ditanggung BID apabila rencana penerbitan utang terealisasi pada masing- masing mata uang. Penerbitan utang yang dipilih adalah dengan menggunakan mata uang dengan biaya modal terendah. Komponen biaya modal dipengaruhi oleh besarnya biaya bunga yang harus dikeluarkan. Pada saat akan menerbitkan surat utang dipilihlah biaya modal/bunga yang paling kecil. Selain itu, dilakukan analisis terhadap kemungkinan perubahan kurs mata uang antara Yen dan Dollar. Mata uang yang diprediksi akan terdepresiasi lebih baik dipilih sebagai denominasi penerbitan utang. Hal tersebut dikarenakan : 1. Uang yang akan didapatkan dari penerbitan utang sesuai dengan denominasi utang. 2. Apabila mata uang tersebut terdepresiasi di masa depan, maka nilai riil uang yang digunakan untuk membayar bunga akan lebih rendah dari tingkat ketika penerbitan utang dilakukan. Dollar- U.S. 7.95% Yen - Jepang 1 Notes rate (expect to pay) 7.75% 2 Spot exchange (/$) 211.5 3 90 days forward rate (/$) 211.61 Pada baris 1, rate pada Yen lebih rendah maka sebaiknya penerbitan utang dengan mata uang Yen. Namun menurut Puchasing Power Parity, negara dengan inflasi tinggi, maka mata uang akan terdepresiasi. Sedangkan pada baris 2 dan 3 menunjukan bahwa spot rate saat ini adalah 211,5/$ sedangkan 90 hari forward rate berada pada 211.61/$. Hal ini berarti bahwa pada 90 hari ke depan Dollar diprediksi akan menguat dan Yen terdepresiasi. Oleh karena itu, sebaiknya Yen yang dijadikan sebagai mata uang denominasi dalam penerbitan utang. 1 2 3 4 5 6 Notes rate (expect to pay) CPI 1984 Inflasi 1st Quarter 1985 riil interest rate Spot exchange (/$) 90 days forward rate (/$) $ - U.S. -$ 7.95% 7.75% 3.00% 1.90% 2.80% 1.50% 5.15% 6.25% 211.5 211.61 $ - U.S. / 3bln 1.99% 1.00% 0.93% 1.05% Spot exchange ($/) Forward exchange ($/) - Jepang 3bln 1.94% 0.63% 0.50% 1.44% 0.004728132 0.004725675 Dibawah ini akan di jelaskan kondisi yaitu pada jangka waktu 3 bulan dengan tingkat bunga yang telah di tentukan sebagai berikut. Kondisi 1 pinjaman bayar bunga kurs dollar pinjaman investasi bayar bunga tukarke keyen yen tukar keuntungan arbitrase investasi tuker dollar Keuntungan arbitrase 1,000,000.00 1,019,375.00 $4,728.13 $10,000.00 $4,822.10 $10,198.75 1,020,405.43 2,115,000.00 1,030.43 2,155,978.13 $10,188.45 yen 3 bulan yen 3 bulan dollar 33bulan bulan dollar dollar Sudah dollar 3 bulan3 bulan yen yen 3 bulan yen sudah 3 bulan dollar -$ 10.30 Pada kondisi 1, memperlihatkan adanya kesempatan arbitrase yang dapat dilakukan oleh BID dengan menerbitkan utang dalam mata uang yen. Dimisalkan, penerbitan utang dalam yen, yaitu senilai 1.000.000, lalu ditukar dalam dollar dengan kurs spot 211,5/$, sehingga menjadi $4.728,13 untuk kemudian diinvestasikan di bank Amerika dalam bentuk dollar untuk jangka waktu 3 bulan dengan dengan tingkat bunga sebesar 1,99% sehingga menjadi $4,822.10. Setelah 3 bulan, ditukar kembali dalam yen dengan kurs forward 90 hari 211.61/$ menjadi 1,020,405.43 Namun, apabila BID menerbitkan utang dalam bentuk dollar, maka BID tidak dapat memikiki kesempatan untuk melakukan arbitrasi karena hasilnya negative dan tidak dapat memberikan keuntungan. Sehingga akan lebih baik jika Mendez dapat menyarankan agar BID sebaiknya menerbitkan utang dalam mata uang yen daripada dollar. ...