Anda di halaman 1dari 4

MULTINATIONAL FINANCE Case : BANK FOR INTERNATIONAL

DEVELOPMENT (BID) Dosen pengampu : Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A.


Disusun oleh : Andre Fajar A. (15/387114/PEK/20664) Cantya A.
(15/387128/PEK/20851) Endrico Yogaswara (15/387139/PEK/20689) Pingkan
Mayosi F. (15/387178/PEK/20728) MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2016 Case : BANK
FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT (BID) Bank for Intern Development atau
BID merupakan sebuah intitusi keuangan supranasional yang memiliki misi
promosi pembangunan ekonomi dunia, terorganisasi dan dimiliki oleh banyak
pemerintah di seluruh dunia melalui mendaftar menjadi anggota dan membayar
modal dasarnya. BID tidak memiliki mata uang sendiri (home currency), semua
laporan kondisi operasional dan keuangan dilaporkan dalam beberapa mata
uang. BID membuat pinjaman untuk berbagai macam proyek khususnya proyek
infrastuktur yang di desain untuk pembangunan ekonomi. BID melakukan
penolakan pinjaman yang digunakan untuk kepentingan politik dan pertimbangan
terhadap penjadwalan ulang pembayaran utang. Hingga pada tanggal case ini
dibuat, belum ada peminjam yang gagal bayar terhadap utangnya. BID
mengawasi status high-quality credit melalui rating AAA yang didapat. BID
melakukan hedging untuk semua posisi terhadap mata uangnya. Semua
pinjaman dalam mata uang yang diberikan di cocokkan dengan kondisi pinjaman
dan investasi beresiko rendah. BID mampu meminjam pada pasar modal di
seluruh dunia dengan rates sedikit diatas yang dimiliki pemerintah Amerika
Serikat KONTROVERSI MENGENAI MATA UANG DAN BIAYA PEMINJAMAN
BID memiliki tujuan utama yaitu meminimumkan biaya peminjaman bank secara
efektif, yang resiko nilai tukarnya dibebankan ke peminjam. Pada awalnya dana
pinjaman yang tersedia dalam jumlah banyak dengan biaya rendah adalah US
Dolar. Namun seiring berkembanganya Jepang, Jerman dan Negara negara
OPEC secara surplus, pinjaman dalam bentuk Non Dollar mulai berkembang.
Kebijakan on-again dan off-again dengan lebih condong ke dollar US
menimbulkan dua macam kritikan, yaitu : a. Pihak pertama mengkritik kebijakan
yang keliru untuk meminjam dalam US dollar ketika suku bunga dalam mata
uang lain secara signifikan lebih rendah seperti Yen Jepang, Mark Jerman dan
Frank Swiss, mereka berargumentasi bahwa BID seharusnya dapat mengambil
keuntungan dari kemampuannya untuk mengakses pasar modal diseluruh dunia
untuk mengambil penawaran dengan suku bunga paling rendah pada waktu yang
diberikan. b. Pihak kedua beranggapan jika suku bunga di pasar merefleksikan
perubahan dari nilai mata uang, maka tidak ada waktunya untuk melihat pasar
secara tepat. Pihak treasury yang melakukan pertukaran antara mata uang satu
ke mata uang lainnya hanya melakukan tindakan spekulasi saja dan tidak dapat
diekpektasikan untuk melakukan pelunasan jangka panjang, grup ini mengkritisi
bahwa pemilihan mata uang harus di dasari pada target internal untuk setiap
mata uang tersebut bukan berdasarkan pertimbangan waktu pasar yang tepat.
SITUASI PADA OKTOBER, 1985 Pada Oktober 1985, treasury BID
mempertimbangkan untuk mengeluarkan obligasi (notes) EUR-USD $500 juta
dengan catatan bahwa tingkat suku bunga mengambang (floating-rate). Selama
3 bulan US$ LIBOR (London Interbank Offered Rate) telah jatuh lebih dari 100
basis poin sejak awal tahun 1985. Pada akhir Oktober, BID dapat
mengekpektasikan untuk membayar dengan rate 7,95% pada dollar. Sedangkan
tingkat rate yang dikeluarkan Euroyen tercatat masih rendah, yaitu sebesar
7,75%. Untuk perbandingannya, BID telah sukses mengeluarkan obligasi (notes)
EUR-JPY sejak 1983 dan beberapa pekerja bank berargumentasi tentang
masalah yang mirip meskipun faktanya rate yen telah naik lebih dari 100 basis
poin sejak awal tahun. Inflasi untuk kedua negara tersebut termasuk rendah.
Japan mengalami inflasi harga konsumen 1,9% selama 1984, sedangkan di US
meningkat sebesar 3% pada tahun tersebut. Pada tiga kuartal pertama di tahun
1985, inflasi Japan bergerak sedikit lebih rendah, yaitu dengan tingkat tahunan
2,8%. Nilai tukar spot 211,5/$ dan forward 3 bulan 211,6/$.
MEMBANDINGKAN CAPITAL COST Pada keadaan ini Maria Mendez (Asisten
Treasury BID) mulai bertanya-tanya tentang jikalau biaya modal nyata (Real
Capital Cost) yang lebih rendah pada beberapa mata uang selama beberapa
dekade sebelumnya. Sebelum menguji semua mata uang utama dalam hal
transaksi di bank. Maria Mendez kemudian melakukan pilot-study terhadap yen
dan dolar (Data ditabel) untuk dianalisis. Sebelum di uji, Maria Mendez berfikir
kira-kira pada saat keadaan apa dia seharusnya berekspektasi terhadap BID
untuk lebih memilih meminjam dalam satu mata uang tertentu dibandingkan
mata uang lainnya. ANALISIS Penghimpunan dana (penerbitan obligasi atau
notes) akan lebih optimal dengan menggunakan biaya yang lebih rendah. Dalam
penerbitan dan proses pelunasan utang yang menggunakan cross currencies,
berarti ada dua biaya yang minimal harus dikeluarkan. Pertama, biaya bunga
yang harus dikeluarkan oleh peminjam sebagai kompensasi atas pinjaman
pendanaan. Kedua, biaya risiko nilai tukar mata uang, yaitu apabila penerbitan
utang dilakukan dalam mata uang tertentu kemudian mata uang tersebut
mengalami depresiasi atau apresiasi, maka secara langsung akan
mempengaruhi tingkat biaya riil yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga
Asisten Treasurer BID, Mendez ingin mengetahui besar biaya modal yang harus
ditanggung BID apabila rencana penerbitan utang terealisasi pada masing-
masing mata uang. Penerbitan utang yang dipilih adalah dengan menggunakan
mata uang dengan biaya modal terendah. Komponen biaya modal dipengaruhi
oleh besarnya biaya bunga yang harus dikeluarkan. Pada saat akan menerbitkan
surat utang dipilihlah biaya modal/bunga yang paling kecil. Selain itu, dilakukan
analisis terhadap kemungkinan perubahan kurs mata uang antara Yen dan
Dollar. Mata uang yang diprediksi akan terdepresiasi lebih baik dipilih sebagai
denominasi penerbitan utang. Hal tersebut dikarenakan : 1. Uang yang akan
didapatkan dari penerbitan utang sesuai dengan denominasi utang. 2. Apabila
mata uang tersebut terdepresiasi di masa depan, maka nilai riil uang yang
digunakan untuk membayar bunga akan lebih rendah dari tingkat ketika
penerbitan utang dilakukan. Dollar- U.S. 7.95% Yen - Jepang 1 Notes rate
(expect to pay) 7.75% 2 Spot exchange (/$) 211.5 3 90 days forward rate (/$)
211.61 Pada baris 1, rate pada Yen lebih rendah maka sebaiknya penerbitan
utang dengan mata uang Yen. Namun menurut Puchasing Power Parity, negara
dengan inflasi tinggi, maka mata uang akan terdepresiasi. Sedangkan pada baris
2 dan 3 menunjukan bahwa spot rate saat ini adalah 211,5/$ sedangkan 90 hari
forward rate berada pada 211.61/$. Hal ini berarti bahwa pada 90 hari ke depan
Dollar diprediksi akan menguat dan Yen terdepresiasi. Oleh karena itu, sebaiknya
Yen yang dijadikan sebagai mata uang denominasi dalam penerbitan utang. 1 2
3 4 5 6 Notes rate (expect to pay) CPI 1984 Inflasi 1st Quarter 1985 riil interest
rate Spot exchange (/$) 90 days forward rate (/$) $ - U.S. -$ 7.95% 7.75%
3.00% 1.90% 2.80% 1.50% 5.15% 6.25% 211.5 211.61 $ - U.S. / 3bln 1.99%
1.00% 0.93% 1.05% Spot exchange ($/) Forward exchange ($/) - Jepang
3bln 1.94% 0.63% 0.50% 1.44% 0.004728132 0.004725675 Dibawah ini akan di
jelaskan kondisi yaitu pada jangka waktu 3 bulan dengan tingkat bunga yang
telah di tentukan sebagai berikut. Kondisi 1 pinjaman bayar bunga kurs dollar
pinjaman investasi bayar bunga tukarke keyen yen tukar keuntungan arbitrase
investasi tuker dollar Keuntungan arbitrase 1,000,000.00 1,019,375.00
$4,728.13 $10,000.00 $4,822.10 $10,198.75 1,020,405.43 2,115,000.00
1,030.43 2,155,978.13 $10,188.45 yen 3 bulan yen 3 bulan dollar 33bulan bulan
dollar dollar Sudah dollar 3 bulan3 bulan yen yen 3 bulan yen sudah 3 bulan
dollar -$ 10.30 Pada kondisi 1, memperlihatkan adanya kesempatan arbitrase
yang dapat dilakukan oleh BID dengan menerbitkan utang dalam mata uang yen.
Dimisalkan, penerbitan utang dalam yen, yaitu senilai 1.000.000, lalu ditukar
dalam dollar dengan kurs spot 211,5/$, sehingga menjadi $4.728,13 untuk
kemudian diinvestasikan di bank Amerika dalam bentuk dollar untuk jangka
waktu 3 bulan dengan dengan tingkat bunga sebesar 1,99% sehingga menjadi
$4,822.10. Setelah 3 bulan, ditukar kembali dalam yen dengan kurs forward 90
hari 211.61/$ menjadi 1,020,405.43 Namun, apabila BID menerbitkan utang
dalam bentuk dollar, maka BID tidak dapat memikiki kesempatan untuk
melakukan arbitrasi karena hasilnya negative dan tidak dapat memberikan
keuntungan. Sehingga akan lebih baik jika Mendez dapat menyarankan agar BID
sebaiknya menerbitkan utang dalam mata uang yen daripada dollar. ...

Anda mungkin juga menyukai