Anda di halaman 1dari 18

COMPANY ANALYSIS 2020

PERFORMA SAHAM BBRI DI TENGAH PANDEMI

Nama Ketua : Fradila Ayu Nabila

Anggota Tim:

Virnanda Nazilatus Soliha

Anastasya Lavia Aprilianti

Muhammad Nur Furqon

Nurul Binti Aisah


A. Abstrak

Dalam beberapa bulan ini perkembangan ekonomi Indonesia mengalami tekanan


berat dikarenakan pandemi COVID-19 sehingga mengakibatkan indeks saham
mengalami fluktuasi yang tercatat di BEI terutama saham PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk (BBRI) yang tidak stabil. Salah satu hal yang dilakukan untuk membantu
para investor melihat performa agar mereka tidak salah dalam melakukan transaksi
saham di tengah pandemi saat ini, sehingga dalam pembahasan kali ini dilakukan
peramalan pergerakan harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
dikarenakan saham ini dianggap sebagai saham yang paling dicari dan paling aktif
diperdagangan Bursa Efek Indonesia. Pada pembahasan ini peramalan saham
menggunakan analisis fundamental untuk melihat performa harga saham BBRI.
Liabititas yang cukup tinggi di angka 1199.92 T sampai Debt Equity Rationya mencapai
1002.40% pada tahun 2020. Diimbangi dengan Assets dan Equity yang terus
bertumbuh. Hal tersebut menjukkan bahwa Bank BRI memiliki fundamental yang
sangat baik.

Keyword : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Analisis


Fundamental, Performa

B. Profil Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (“BRI”, “Bank”, atau“Perseroan”)
sebagai bank tertua, BRI tetap konsisten dalam memberikan pelayanan kepada segmen
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan komitmen ini terus berlanjut pada
saat BRI menjadi perusahaan publik pada tahun 2003 hingga sekarang. Pemerintah
Republik Indonesia merupakan pemilik mayoritas saham BRI, yaitu sebesar 56,75%
dan sisanya sebesar 43,25% dimiliki oleh pemegang saham publik. Dengan dukungan
pengalaman dan kemampuan yang matang di dalam memberikan layanan perbankan,
terutama pada segmen UMKM, BRI selama 7 tahun berturut-turut mampu
mempertahankan prestasinya sebagai bank dengan laba terbesar dan berhasil
menduduki peringkat kedua dalam hal aset di antara industry perbankan Indonesia.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya dan kerja keras segenap insan BRI, yang
secara terus menerus berinovasi dan mengembangkan produk dan jasa perbankan yang
diberikan bagi semua segmen bisnis. Dengan reputasinya sebagai microbanking yang
telah mengakar ditengah masyarakat Indonesia, Bank BRI senantiasa mengembangkan
layanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari upaya
BRI dalam menyelaraskan bisnisnya dengan perkembangan demografi
masyarakat yang merambah ke wilayah perkotaan, yangditandai dengan munculnya
kota-kota sentra ekonomi baru diseluruh wilayah Indonesia. Selain tetap fokus pada
segmen UMKM, Bank BRI terus mengembangkan berbagai ragam produk
consumer banking dan layanan institusional yang diperuntukkan bagi masyarakat
perkotaan. Untuk mendukung upayanya tersebut, BRI terus mengembangkan
jaringan kerjanya dan tercatat sebagai bank terbesar dalam hal jumlah unit kerja di
Indonesia, yaitu berjumlah lebih dari 7.900 unit kerja, yang seluruhnya terhubung
secara real time online. Sebagai bank yang beroperasi ditengah populasi masyarakat
terbesar keempat di dunia, BRI berupaya tetap menjadi partner utama bagi masyarakat
Indonesia di dalam mengembangkan perekonomiannya. Kekuatan yang dimiliki BRI
ini diharapkan mampu memberikan pertumbuhan berkesinambungan di masa
mendatang sejalan dengan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.

C. Market Outlook
a. Tinjauan Makro Ekonomi

Komisi XI DPR RI bersama dengan pemerintah akhirnya menyepakati Asumsi


Makro Ekonomi 2020. Asumsi ekonomi yang dipekati adalah pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,1-5,35%, sedangkan inflasi terkendali dengan baik yaitu sebesar 3,1% dengan
nilai tukar rupiah di angka Rp. 14.400, suku bunga acuan BI rate berkisar 4,5-
4,75%.Sebelum mengambil keputusan soal makro ekonomi 2020, fraksi-fraksi dalam
Komisi XI DPR RI diberi kesempatan untuk mengutarakan pandangan mereka terkait
asumsi yang ditawarkan pemerintah.

Hanya saja, fraksi hanura tidak terlihat dalam pengambilan keputusan tersebut,
sehingga hanya ada 9 dari 10 fraksi yang mengutarakan pandangannya proyeksi
pertumbuhan di tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saata ini diketahui
bahwa pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi gagal melebihi atau bahkan menyamai
pertumbuhan ekonomi di 2018. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 menurun di
angka 5,02% lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018
yang mencapai angka 5,17%. Namun dari sisi nilai tukar rupiahnya, tahun 2019
posisinya menunjukkan penguatan disbanding 2018 karena adanya dukungan dari
kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang membaik. Selain itu juga didukung
oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap
berlanjut sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, serta daya tarik
pasar keuangan domestic yang tetap besar. Sementara perkembangan pasar modal
selama tahun 2019 masih dipengaruhi oleh sentiment global dan domestic. Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2019 berada pada posisi 6.299,53 atau
mengalami kenaikan sebesar 2,18% jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2018.
Pertumbuhan ekonomi global memang telah melambat pada 2019, tetapi pada 2020
doproyeksikan akan tetap tumbuh terbatas. IMF memperkirakan ekonomi dunia 2020
tumbuh 3,4% atau lebih baik dibandingkan 2019 yang diproyeksikan 3.0%. Otoritas
fiskal dan moneter memperkirakan perekonomian Indonesia juga akan meningkat dalam
rentang 5,1-5,3% pada tahun 2020, atau lebih baik dibanding tahun 2019 yang
diperkirakan tumbuh sekitar 5,1%. Beberapa sentimen positif yang menopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 antara lain kurs Rupiah diperkirakan stabil
sesuai dengan fundamentalnya, inflasi terkendali di kisaran sasaran 3,10%-3,60%,
kondisi NPI tetap baik seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing, pelonggaran
kebijakan moneter negara maju berdampak positif, serta likuiditas di pasar uang dan
perbankan Indonesia tetap memadai.

b. Tinjauan Industri

Di tengah melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit bank umum selama tahun


2019, BRI tetap mampu menumbuhkan kreditnya di atas rata-rata industri. Pertumbuhan
kredit BRI dan industri perbankan masing-masing tumbuh 7,7% dan 6,08% di tahun
2019, atau meningkat menjadi Rp877,4 triliun dan Rp5.616,8 triliun. Seiring dengan
peningkatan kredit, pangsa kredit BRI juga menguat menjadi 16,2% sampai dengan
Desember 2019. Rata-rata rasio NPL bank umum menunjukkan peningkatan menjadi
2,5% pada tahun 2019 dari sebelumnya 2,37% pada tahun 2018. Kondisi yang serupa
juga dialami oleh BRI yang kualitas kreditnya tercatat menjadi 2,8% per Desember
2019 dibanding posisinya pada 2018 yang masih sebesar 2,27%. Meski demikian, NPL
BRI masih terjaga di bawah batas maksimal ketentuan NPL yang sebesar 5% dan rata-
rata NPL indusri.

Pada tahun 2020, dengan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, kinerja perbankan
nasional diyakini masih dapat tumbuh positif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI, dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan pertumbuhan kredit dan DPK
tumbuh moderat. Hal ini sejalan dengan penurunan suku bunga, cukupnya likuiditas,
dan pelonggaran kebijakan makroprudensial. BRI mendukung sepenuhnya arah dan
bauran kebijakan Pemerintah bersama otoritas moneter dan jasa keuangan pada tahun
2020. Seperti kebijakan transformasi sektor ekonomi yang difokuskan pada sejumlah
industri manufaktur, pariwisata, maupun UMKM. Pesatnya arus digitalisasi juga
memberikan peluang bagi industri perbankan Indonesia. Inovasi digital mampu
memperkuat hubungan antar agen ekonomi dari yang terkecil hingga terbesar, dari
konsumen individual, UMKM, hingga korporasi besar. Digitalisasi ekonomi dan
keuangan membuka potensi inklusi ekonomi dan keuangan. Perbankan sebagai poros
sistem keuangan juga terus bertransformasi digital secara end-to-end. Sehingga dapat
memperluas penggunaan aplikasi digital dalam penyediaan berbagai jasa keuangan
kepada masyarakat, termasuk dalam hal sistem pembayaran ritel serta membuka
peluang pembiayaan UMKM dalam skala yang lebih luas.

c. Keunggulan Kompetitif Perusahaan

Terpuruknya perekonomian Indonesia karena Covid-19 membawa dampak


tingginya Non Performing Loan (NPL) industri perbankan, sehingga memperburuk
fungsi intermediari perbankan. Saat ini, industri perbankan nasional dapat bernafas
kembali, hal ini ditandai dengan semakin membaiknya rasio-rasio kepatuhan mereka,
dan terjadinya peningkatan intensitas persaingan yang tampak dari adanya peningkatan
pertumbuhan kredit dan semakin maraknya inovasi-inovasi produk perbankan. PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah salah satu bank umum nasional yang selamat
dari krisis 1997, yang saat ini sukses dengan pertumbuhan yang berkesinambungan pada
portofolio produk dan jasa keuangannya. Bank BRI memiliki tiga bisnis, yaitu bisnis
mikro, ritel, dan menengah. Bank BRI semakin mendapat ancaman dari ketatnya
persaingan dalam ketiga bisnisnya tersebut. Dalam bisnis mikro, Bank BRI menghadapi
para pesaing terdekat (Bank BNI dan Bank Danamon) yang mulai menggarap bisnis
mikro. Persaingan dalam bisnis ritel sangat ketat, mengingat semua bank umum
nasional menggarap segmen ini. Bisnis menengah kembali digarap oleh sebagian bank
umum besar, setelah banyak dilanda keterpurukan akibat tunggakan portofolio kredit
korporasi di masa krisis. Dengan demikian Bank BRI harus memperkuat kembali posisi
persaingan di industri perbankan nasional. Penelitian ini mencoba menganalisis strategi
Bank BRI menggunakan pendekatan value chimera. Pendekatan ini menjembatani
perdebatan antara strategi konvensional dan new imperatives, juga memungkinkan
terjadinya strategi cost leadership dan diferensiasi dapat dilaksanakan secara bersamaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan strategi Bank BRI dengan ketiga bisnisnya telah
membentuk value chimera. Dengan demikian Bank BRI dapat menciptakan keunggulan
bersaing melalui adanya interkoneksi, interaksi, interstice, dan sharing pada aktivitas di
sepanjang value chimera.

Selain itu Strategi Keunggulan Bersaing Bank BRI yaitu dapat memberikan
kepuasan kepada nasabah agar selalu menggunakan produk – produk yang di jual di
Bank BRI tersebut. tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
Strategi Keunggulan Bersaing dalam meliputi kualitas layanan jasa, analisis SWOT, dan
pelayanan yang dilakukan petugas untuk memberi kepuasan maksimal kepada nasabah.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bahwa Strategi Keunggulan
Bersaing yang meliputi kualitas layanan jasa, analisis SWOT berpengaruh terhadap
peningkatan kepuasan nasabah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
48 orang dengan taraf kesalahan 5% dari total populasi karyawan. Yang diambil dengan
cara sampling. Obsrevasi di gunakan untuk mengamati gejala-gejala atau fakta-fakta
secara langsung atau tidak langsung. Kuesioner adalah teknik pengambilan data melalui
pemberian angket kepada responden. Dan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari literatur-literatur buku bacaan. Hasil penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan berdasarkan penghitungan
internal-eksternal matrik didapatkan bahwa IFAS Bank BRI = 3.17 dan EFAS Bank
BRI = 2.89 dengan demikian bahwa Bank BRI berada pada posisi stabilitas. Penelitian
ini memperkuat penelitian sebelumnya bahwa Penerapan Strategi Keunggulan Bersaing
berpengaruh terhadap kepuasan nasabah di Bank BRI.
d. Porter’s Forces Analysis

Portes’s Forces Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna
untuk memahami dimana letak kekuatan perusahaan dalam menghadapi situasi
persaingan di dunia bisnis. Dengan mengunakan Analisis Lima Kekuatan ini,
perusahaan dapat memahami kekuatan posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi
persaingan pada bisnis yang sedang direncanakan.

Konsep Five Forces ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Porter dari
Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak
Strategi Bisnis Modern. Analisis Lima Kekuatan Porter atau Porter’s Five Forces
Analysis ini merupakan salah satu Analisis yang sering digunakan dalam Manajemen
Strategi sebuah perusahaan. Porter’s Forces Analysis ini mengunakan 5 Kekuatan
Industri untuk menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri. Berikut ini adalah
kelima Kekuatan menurut Michael Porter.

1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)

Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri
tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan. Semakin banyak perusahaan saingan
(kompetitor) yang bersaing pada market yang sama maka profit atau laba akan semakin
menurun. Sebaliknya, semakin tinggi hambatan masuk bagi pendatang baru maka posisi
perusahaan kita yang bergerak di industri tersebut akan semakin diuntungkan.

Beberapa hambatan bagi para pendatang baru diantaranya adalah seperti :

– Memerlukan dana atau modal yang tinggi

– Teknologi yang tinggi

– Hak Paten, Merek dagang

– Skala Ekonomi

– Loyalitas Pelanggan
– Peraturan Pemerintah

2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)

Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku
pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada
pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena
memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan
perusahaan. Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang
menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin
membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok
memonopoli bahan baku yang ada.

3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)

Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen,
semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun
kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan didapatkan
oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti pendapatan bagi
perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, Perusahaan memerlukan biaya yang
tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah
daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi perusahaan kita. Daya tawar
pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang banyak, banyak stok yang tersedia
namun hanya sedikit pembelinya.

4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)

Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk


pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik
dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang tersedia
di pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan kita.

5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)


Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan
apabila posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang
sama tersebut yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak
pesaing yang merebut pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah, produk
dapat dengan cepat digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki kemampuan yang
sama dalam menghadapi persaingan.

D. Risiko Bisnis dan Investasi


o Resiko Bisnis
1. Risiko Strategi
Jenis risiko ini adalah risiko yang tidak pasti yang diakibatkan dari kurang
matangnya strategi pemilik usaha dalam menjalankan bisnisnya. Risiko strategi
umumnya dihadapi oleh hampir semua pemilik perusahann besar saat ini. Risiko
bisnis jenis ini mereka hadapi saat sedang dalam masa mengembangkan produk dan
bisnis mereka.
2. Risiko Operasional
Jenis risiko operasional ini umumnya biasanya terjadi dalam kegiatan sehari-hari
dalam perusahaan. Risiko ini memang mengarah kepada kegagalan yang tidak
diharapkan, namun bersifat teknis. Penyebab munculnya risiko cukup banyak,
mulai dari peralatan, kondisi alam, hingga karyawan perusahaan. Meski bersifat
teknis dan dapat ditangani, namun risiko ini juga bisa merusak reputasi perusahaan.
3. Risiko Kepatuhan
Sesuai dengan namanya, risiko ini muncul karena adanya ketidakpatuhan kita
terhadap regulasi atau hukum yang diterapkan pemerintah, baik yang tertulis
maupun yang tidak. Risiko kepatuhan ini mungkin tidak berdampak terlalu besar
seperti risiko lainya. Namun, setiap ada ketidakpatuhan yang menjadi pelanggaran,
bisa membuat pemilik bisnis harus membayar denda atas ketidakpatuhan terhadap
aturan tertentu.
4. Risiko Financial
Jenis risiko berikutnya adalah risiko financial. Dimana, berkaitan dengan biaya
ekstra yang menyebabkan kerugian pada pemasukan perusahaan. Risiko ini khusus
terjadi pada arus masuk dan keluar dari perputaran bisnis yang kita jalankan dan
menyebabkan kerugian financial. Umumnya, masalah kredit dan hutang menjadi
pemicu munculnya risiko ini. Untuk mengurangi risiko ini Anda bisa menggunakan
software akuntansi untuk memudahkan usaha Anda. Contohnya adalah seperti
Accurate Online, Anda bisa menggunakan Accurate Online gratis selama 30 hari.
5. Risiko Reputasional
Jenis risiko terakhir adalah risiko reputasional, dimana risiko ini berkaitan
dengan nama baik perusahaan dan bisnis kita. Saat nama baik perusahaan mejadi
hancur, maka otomatis bisa menyebabkan kerugian besar dan membuat para
pelanggan bisnisnya  menjadi tidak percaya. Dampaknya bisa menjadi besar dalam
jangka waktu singkat, seperti klien yang akan menolak berbisnis dengan Anda, atau
pemasok yang tidak ingin menawarkan produk dan jasanya pada perusahaan Anda.

o Risiko Investasi

1. Risiko suku bunga


Perubahan suku bunga dapat kemungkinan mempengaruhi harga saham dan
obligasi secara terbalik, ini berarti jika suku bunga naik, maka harga saham dan
obligasi akan turun dan sebaliknya pun apabila suku bunga turun, maka harga
saham dan obligasi akan naik.
2. Risiko pasar
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami
capital loss. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti
munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi maupun perubahan politik.
3. Risiko inflasi
Keadaan inflasi meningkat akan mengurangi adanya kekuatan daya beli mata
uang rupiah sehingga risiko ini juga bisa dikatakan sebagai risiko daya beli.
4. Risiko bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang menjalankan bisnis untuk suatu jenis industri.
Seperti pada perusahaan pakaian jadi di bidang industri tekstil, hal ini akan
sangat dipengaruhi karakteristik industri tekstil itu sendiri juga.
5. Risiko financial
Risiko yang berkaitan langsung dengan keputusan perusahaan dalam
menggunakan hutang untuk pembiayaan modalnya. Maka dari itu semakin besar
hutang digunakan, semakin besar pula risiko yang akan dibebani.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berhubungan dengan kecepatan pada surat berharga atau sekuritas
yang diterbitkan oleh perusahaan yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Sehingga dengan semakin cepat sekuritas akan diperdagangkan, semakin likuid
atau cair pula sekuritas tersebut. Dan juga sebaliknya.
7. Risiko nilai tukar mata uang (valas)
Risiko yang berkaitan pada fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri (mata
uang domestik) dengan nilai mata uang untuk negara lain. Risiko ini pun dikenal
sebagai currency risk atau exchange rate risk.
8. Resiko reinvestasi
Resiko reinvestasi yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset
keuangan yang harus di investasikan kambali pada aset yang berpendapatan
lebih rendah (resiko yang memaksa investor menempatkan pendapatan yang
diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang
berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga).

E. Analisis Keuangan & Valuasi Perusahaan


1. Analisis Keuangan
Dari data tersebut bisa kita perhatikan bahwa pertumbuhan Net Income dan revenue
yang terus bertumbuh dari tahun 2010 sampai 2020. Diikuti Net Profit margin yang
cenderung stabil meskipun sempat mengalami beberapa kali penurunan.

Liabititas yang cukup tinggi di angka 1199.92 T sampai Debt Equity Rationya
mencapai 1002.40% pada tahun 2020. Diimbangi dengan Assets dan Equity yang terus
bertumbuh. Hal tersebut menjukkan bahwa Bank BRI memiliki fundamental yang
sangat baik.

a. Liquidity Ratio

 Debt Equity Ratio (DER) adalah ratio hutang terdahap ekuitas.


Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukkan dengan rasio DER
dibawah angka 1 atau dibawah 100%, semakin rendah rasio DER maka
semakin bagus. Dapat diperhatikan pada grafik bahwasannya sembilan
tahun terakhir ratio DER nya masih pada kategori yang cukup stabil.
Namun pada tahun 2020 mengalami kenaikan sampai pada 647.14%.
 Cash Ratio (CR) digunakan untuk mengukur besarnya uang kas yang
tersedia untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau setara kas. Semakin besar angkanya maka
semakin bagus. Batasnya adalah 1, jika lebih dari 1 artinya bagus. Cash
Ratio pada grafik tersebut berada di angka 6.36% pada tahun 2020 yang
artinya cukup bagus.
 Quick Ratio (QR) akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar
atau tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan akan
membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan dibanding dengan asset
lainnya. Hasil perhitungan Quick Ratio pada tahun 2020 yaitu 109.34%
yang menunjukkan lebih dari1,0 yang artinya BRI masih mampu dalam
memenuhi kewajibannya.
 Current Ratio (CRR) merupakan cara penghitungan untuk mengetahui
tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini. Pada
grafik tersebut di tahun 2020 Current Ratio nya di 109.34% yang artinya
bagus.

b. Profitability Ratio
 Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah rasio
profitabilitas yang mengukur persentase laba bersih dari suatu
perusahaan terkait dengan penjualan bersihnya. Sebuah perusahaan akan
dianggap memiliki kulitas yang sangat baik apabila Net Profit Marginnya
tinggi atau mendekati nilai penjualan yang mereka targetkan. Pada grafik
diatas, NPM masih cenderung stabil, dimana tidak mangalami kenaikan
ataupun penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 2020 NPM berada di
14.75%.
 Operating Profit Margin (OPM) adalah ukuran kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan yang dicapai perusahaan. Pada grafik diatas NPM tahun 2020
berada di 19.76% yang artinya sempat mengalami penurunan dari tahun
2019.

 Return on Assets (ROA) rasio profitabilitas yang menunjukan persentase


keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan
keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Pada grafik diatas
menunjukkan ROA pada tahun 2020 berada di 1.46%.
 Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
bagi para investor atau pemilik dari investasi pemegang saham
perusahaan dengan menggunakan modal sendiri. Pada grafik diatas ROE
pada tahun 2020 berada di 10.98%.
Selain dari beberapa grafik tersebut, dapat pula dilihat dari tabel berikut ini

Data tersebut diambil dari ringkasan performa perusahaan BRI yang tercatat di BEI
sampai pada tahun 2018. Diantaranya terdapat :

 Dividen merupakan laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham


untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan tersebut. Dividen terakhir
berada di Rp 16.820.219.
 Earning per share (EPS) atau yang disebut juga sebagai laba per saham
merupakan rasio keuangan yang mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh
per lembar saham yang beredar. EPS terakhir berada di Rp 165.000
 BV (Book Value) adalah perhitungan mengenai nilai sebuah aset, yang bila
dalam konteks perusahaan, adalah nilai aset bersih dari perusahaan
tersebut. Book Value pun juga seringkali digunakan oleh para investor untuk
membandingkan harga sahamnya sehingga mempengaruhi penilaian investor
atau analis atas harga sebuah saham. BV terakhir berada di Rp 1.503
 DAR adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut.
 Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen adalah rasio dari jumlah total
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham relatif terhadap laba bersih
perusahaan. Ini adalah persentase dari pendapatan yang dibayarkan kepada
pemegang saham dalam dividen .

2. Valuasi Perusahaan
Kami menentukan harga layak atau patokan harga saham dengan Price to Book
Value (PBV) yaitu ratio harga saham terhadap nilai ekuitas per saham. Kami amati
sebelum krisis PBV BBRI bermain di angka 2.5x. Jarang sekali PBV BBRI turun dan
cukup stabil pada angka tersebut, refleksi kinerja yang solid. Namun, seiring anjloknya
harga saham BBRI di bursa sejak Maret 2020, angka PBV mulai turun sampai ke 2x
dan bahkan pernah sampai 1.6x – ini tingkat terendah dalam 10 tahun terakhir. Kami
berpatokan bahwa PBV <= 2x untuk saham BBRI adalah layak beli berdasarkan
valuasi selama ini dan prospek kemampuan BRI untuk recovery dari krisis yang sedang
berlangsung. Seandainya Anda masuk di PBV dibawah 2x tetap harus berpatokan
bahwa saham ini untuk investasi jangka panjang. Di 2020 kemungkinan kecil untuk
harga saham balik ke level sebelum krisis, kecuali para ahli bisa menemukan vaksin
Corona.

F. Hasil Valuasi

Kami percaya BRI merupakan perusahaan dalam bidang perbankan paling kuat di
Indonesia dengan berbagai keahlian dan pengalaman yang tidak mudah untuk
ditandingi oleh bank lain terutama di sektor kredit UMKM lain.

Dengan terjadinya krisis ekonomi yang timbul dikarenakan Covid-19 sudah pasti
akan membuat perubahan di kinerja BRI di tahun 2020, dampaknya akan terlihat di
laporan kuartal I dan III. Namun BRI akan tetap bisa bertahan kerana beberapa alasan,
diantaranya BRI memiliki modal yang sangat kuat, manajemen cepat dalam melakukan
antisipasi krisis disertai posisi BRI di UMKM sangat vital, sehingga jika kita ingin
berinvestasi dalam jangka panjang, dalam jangka diatas 1 tahun , saham BBRI masih
sangat layak untuk dikoleksi. Akan tetapi anda juga harus diap menghadapi fluktuasi
yang terus bergejolak selama 2020 yang dikarenakan berita negative soal pandemi yang
akan terus berganti.
Saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia) –merupakan saham blue-chip yang
mencetak kenaikkan harga saham secara konsisten dari tahun ke tahun. Meskipun harga
BBRI sempat meluncur turun ke titik terendah dalam 10 tahun terakhir karena imbas
Corona, tetapi menurut kami Bank BRI akan bertahan menghadapi krisis ini, sehingga
penurunan harga saham BRI adalah kesempatan untuk bisa membeli saham dengan
kinerja bagus di harga yang relatif murah.

G. Kesimpulan

Sebagai seorang investor saham jangka panjang maka yang paling dicari adalah
apakah performa saham yang perusahaan anda beli layak untuk dikoleksi jangka
panjang di tengah pandemic saat ini. Ada banyak hal yang bisa terjadi di masa depan,
paling tidak dengan melihat kinerja suatu perusahaan tersebut dapat dilihat tingkat
ketahanan perusahaan tersebut sejauh mana.

Analisa Saham BBRI merupakan salah satu bank BUMN milik Negara Republik
Indonesia sehingga hal ini paling tidak menjamin keberlangsungan perusahaan ini. Jika
dilihat dari Analisa fundamental, liabititas yang cukup tinggi di angka 1199.92 T
sampai Debt Equity Rationya mencapai 1002.40% pada tahun 2020. Diimbangi dengan
Assets dan Equity yang terus bertumbuh. Dengan melihat Analisa keuangan saham
BBRI, menjukkan bahwa Bank BRI memiliki fundamental yang sangat baik. Hal ini
menandakan bahwa performa saham dari BBRI ini sangat cocok atau tepat jika dipilih
untuk investasi jangka panjang di tengah pandemi.
Daftar Pustaka

o https://www.sahamok.net/profil-perusahaan/bank-bri/
o www.rti.co.id
o https://www.idx.co.id/
o https://duwitmu.com/saham/saham-bbri-bank-rakyat-indonesia/
o https://cpssoft.com/blog/bisnis/5-jenis-risiko-bisnis-yang-wajib-diketahui-para-
pebisnis-pemula/
o https://www.infovesta.com/index/article/articleread;jsessionid=22C122F7F159
0A493EECAD97E901A0B9.NGXB/7bb33911-6cf3-43d7-9829-93c1e74e372d
o https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTS
TOCK/From_EREP/202002/37c7dc94c4_01c440c712.pdf
o http://digilib.umg.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jipptumg--
syaifuddin-1097
o https://ilmumanajemenindustri.com/analisis-lima-kekuatan-porter-porters-five-
forces-analysis/

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai