Anda di halaman 1dari 16

FINAL PROJECT PAPER

Analisis Penerapan Lean Manufacturing Untuk Efisiensi dan


Menghilangkan Pemborosan
(Studi kasus : Line Produksi Susu Kental Manis PT Frisian Flag
Indonesia).

STRATEGIC OPERATION MANAGEMENT

Kelompok :

Avila Hillary S 2017070662


Edu Marupa S 2017070670
Khoirul Umam 2017070678
Mario Marpaung 2017070681
Niken Bustomi 2017070686
Sebastian Lewa 2017070690

Program Studi S2
Magister Manajemen Eksekutif Muda
Angkatan 17

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN PPM


JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Frisian Flag Indonesia (FFI) adalah produsen produk-produk nutrisi berbasis susu
untuk anak-anak di Indonesia dengan merek Frisian Flag, yang juga dikenal sebagai Susu
Bendera. Frisian Flag telah menjadi bagian dari pertumbuhan keluarga Indonesia selama
lebih dari 90 tahun. Selama itu pula, Frisian Flag selalu memberikan komitmennya untuk
terus berkontribusi membantu anak-anak Indonesia meraih potensinya yang tertinggi,
melalui produk-produk bernutrisi tepat.
FFI banyak memproduksi minuman berbasis susu dengan berbagai jenis varian. Salah
satu produk ternama milik PT FFI adalah susu kental manis. Sudah sejak lama susu kental
manis milik PT FFI ini banyak dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga hingga untuk
kepentingan bisnis, mulai dari pedagang kaki 5 hingga kafe-kafe ternama di Indonesia
banyak yang menggunakan susu kental manis milik FFI sebagai bahan pelengkap.
Ketatnya persaingan dalam dunia industry memacu perusahaan manufaktur untuk
memiliki keunggulan kompetitif yaitu kualitas (quality), harga (cost), ketepatan waktu
pengiriman (delivery time), dan fleksibilitas (flexibility). Permasalahan yang terjadi di
perusahaan adalah masih dijumpai banyaknya pemborosan (waste) dalam hal waktu
produksi akibat adanya aktivitas yang tidak efisien atau tidak mempunyai nilai tambah (non
value added). Aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah antara lain terdapat pada proses
penyediaan bahan baku dari supplier, aliran bahan dari proses awal sampai proses akhir,
pergerakan alat dan mesin yang tidak sesuai kapasitas, proses menunggu, dan proses
pengerjaan ulang (rework). Metode yang terbukti sangat bagus dalam mengurangi waste
adalah lean manufacturing. Lean manufacturing merupakan suatu pendekatan sistematis
untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan (waste) melalui serangkaian
aktivitas penyempurnaan (improvement) (Gaspersz, 2007).
Banyaknya demand akan susu kental manis milik FFI ini, membuat FFI harus memiliki
banyak persediaan pada produk tersebut untuk didistribusikan tiap harinya. FFI dituntut
untuk membuat produk secara tepat waktu, tiap harinya dikarenakan jika terjadi

1
keterlambatan produksi sedangkan stock di market sudah habis, konsumen bisa saja pindah
ke produk lain karena banyaknya barang pengganti dan juga kompetitor. Karena itulah
sistem produksi yang digunakan oleh PT FFI adalah make to stock berdasarkan sales
forecast. Selain memproduksi produk secara on time, FFI juga dituntut untuk memproduksi
susu kental manis dengan jumlah yang tepat atau tidak terlalu berlebihan karena kapasitas
gudang yang dimiliki FFI terbatas dan cost inventory tinggi.
Dari penjelasan yang telah di, kelompok kami tertarik untuk mengambil studi kasus
tentang analisis penerapan lean manufacturing untuk efisiensi dan menghilangkan
pemborosan (Studi kasus : Produksi susu kental manis PT Frisian Flag Indonesia).

1.2. Perumusan Masalah


1. Apakah penerapan lean manufacturing pada proses produksi susu kental manis sudah
sesuai dengan prinsip lean layouts?
2. Apa saja yang menjadi pemborosan (waste) dalam proses produksi susu kental manis
dengan menggunakan prinsip lean layouts?
3. Bagaimana key performance indicator yang dihasilkan pada proses produksi susu kental
manis dengan penerapan lean manufacturing (KPI khusus untuk efisiensi produksi dan
mengurangi pemborosan)?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan dalam
lean manufacturing yang telah diterapkan FFI sehingga pemborosan (waste) dan key
performance indicator yang dihasilkan sudah sesuai dengan prinsip lean layout.

1.4. Ruang Lingkup Penulisan


Sistem produksi pada FFI menggunakan Pull System dimana FFI melayani
permintaan. Pull System sebagai suatu proses produksi yang mengalir dengan ekspektasi
inventori sekecil mungkin. Sistem produksi Frisian Flag dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

2
Gambar 1. The Toyota Production System

Packing Pasteurizing Mixing

manufacture

Gambar 2. Sistem Produksi Frisian Flag Indonesia

Ada beberapa tahapan pada proses produksi di FFI yaitu packing, pasteurizing dan
mixing. Setiap hubungan antar proses menggunakan pull system. Sehingga tidak adanya idle
time disetiap tahapan proses. Pada makalah ini, ruang lingkup penulisan yaitu membahas
lean manufacturing pada proses produksi susu kental FFI, yaitu pada bagian proses mixing,
pasteurizing, dan packing.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lean Supply Chains


Pada lean supply chains terdapat value stream yang aktivitasnya terdiri dari
penambahan nilai maupun aktivitas non nilai yang dibutuhkan untuk merancang, memesan
dan menyiapkan produk / layanan dimulai dari konsep hingga launching, pesanan untuk
dikirim, dan bahan baku ke customers. Selain value stream terdapat pula aktivitas waste
reduction yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan pemborosan dari aktivitas-
aktivitas yang terdapat pada bagian value stream.
Lean supply chains ini terdiri dari beberapa komponen yang berbeda dan ada beberapa
fokus lean, seperti lean suppliers, lean procurement, lean manufacturing, lean warehousing,
lean logistics, dan lean customers. Pada paper ini, kelompok kami fokus pada lean
manufacturing yang terdapat pada PT. Frisian Flag Indonesia

2.2. Lean Manufacturing


Pemborosan atau waste, dalam bahasa Jepang disebut muda, merupakan segala sesuatu
tindakan yang dilakukan tanpa menghasilkan nilai. Taiichi Ohno, seorang eksekutif Toyota,
merupakan orang pertama yang mencetuskan tujuh macam pemborosan. Kemudian Linker
menambahkan satu jenis pemborosan pada tujuh macam pemborosan tersebut (Daonil,
2012). Lean manufacturing adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi pemborosan berupa aktivitas yang tidak memberi nilai lebih (non-value
added activities) melalui perbaikan secara terus menerus dengan mengizinkan aliran produk
dengan sistem tarik (pull system) dari sudut pelanggan dengan tujuan kesempurnaan
kepuasaan pelanggan (Fontana, 2011).
Sistem lean manufacturing memproduksi apa yang pelanggan inginkan, dengan
jumlah sesuai dengan keinginan pelanggan, kapan pelanggan membutuhkan produk tersebut
dengan meminimalkan sumber daya yang ada. Menggunakan sistem lean manufacturing
memberikan kesempatan pada perusahaan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
kualitas.

4
2.3. Lean Supply Chain Design Principles
Terdapat tiga prinsip mengenai lean supply chain design principles yaitu lean layouts,
lean production schedule dan lean supply chain. Salah satu pembahasan penulisan ini adalah
lean layout, yang terdiri dari :
1. Group Technology
Group Technology adalah sebuah filosofi manufaktur yang mengidentifikasi
komponen-komponen yang mirip dan mengelompokannya secara bersama agar
mendapatkan keuntungan dari kemiripan dalam desain dan produksi. Group
technology diyakini dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan cara
mengelompokkan bermacam-macam komponen dan produk berdasarkan kemiripan
desain atau proses. Pada tipe produksi batch dengan multi product serta ukuran lot
produksi yang kecil, secara konvensional setiap komponen dikerjakan tersendiri atau
unik mulai desain hingga manufaktur. Oleh karena itu, pengelompokkan komponen-
komponen yang mirip menjadi part families, baik berdasarkan desain, proses, maupun
terhadap keduanya, memungkinkan peningkatan efisiensi.
Group Technology pun dipandang sebagai sebuah strategi manajemen untuk
membantu mengeliminasi pemborosan yang disebabkan oleh duplikasi kerja. Group
technology mempengaruhi semua bidang di perusahaan, termasuk teknik
(engineering), perencanaan proses, pengendalian produksi, pengendalian kualitas,
desain tool, pembelian, dan jasa

2. Quality at the source


Maksud proses pada bagian ini adalah para pekerja bertanggung jawab atas kualitas
dari hasil produksi. Pekerja dituntut untuk memastikan bahwa mereka sudah
melakukan hal yang benar pada step pertama dan memberhentikan proses sesegera
mungkin apabila terjadi masalah.

3. JIT Production
JIT (Just in Time) maksudnya adalah memproduksi apa yang dibutuhkan saat sedang
dibutuhkan, dan hanya sekedar itu. Segala hal yang melebihi dari jumlah kebutuhan

5
minimum dilihat sebagai keborosan karena usaha dan material yang telah dikerahkan
tidak dibutuhkan dan tidak bisa dimanfaatkan untuk saat ini. JIT ini sesuai untuk
diaplikasikan untuk repetitive manufacturing.

6
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

Metodologi dalam penulisan ini yaitu dengan tahapan mengeksplorasi langkah-langkah


dalam masalah produksi di FFI. Langkah selanjutnya yaitu dengan menguraikan tujuan dari
penulisan lalu tahapan pengumpulan data. Tahapan pada pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Datanya dikumpulkan dari hasil KPI (Key
Performance Indicators) seperti rincian mesin produksi, data parameter mesin, dokumen catatan
operasional, cek operator lembar, dan keluhan konsumen. Tahap selanjutnya adalah
mengumpulkan data hasil rekaman Sistem Pelaporan Online di FFI. Tahap berikutnya adalah
pengolahan dan analisis data, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan kualitas alat bantu
(Rao, 1996) seperti diagram pie dan bar. Analisis data difokuskan pada keboroson yang terjadi.
Pada tahap terakhir yaitu dengan pengambilan kesimpulan dan pemberian saran atas analisa data
yang telah dilakukan pada penulisan ini. Adapun penjelasan dari tahap-tahap penulisan ini sesuai
dengan flowchart metodologi penelitian pada Diagram 1 dibawah ini;

Perumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Studi Literatur

Pengumpulan data
Pengolahan data Analisa
Observasi lapangan, KPI

Kesimpulan dan Saran

Diagram 1. Metodologi Penulisan

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemborosan (waste) adalah segala sesuatu yang mutlak tidak penting untuk produksi. Ada
tujuh tipe pemborosan pada proses produksi, yaitu pemborosan dari overproduksi, pemborosan
waktu tunggu, pemborosan trasnportasi, pemborosan persediaan, pemborosan pemrosesan,
pemborosan terkait pemindahan, dan pemborosan akibat produk cacat. Implementasi lean
production di dalam produksi susu kental manis ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi
waste tersebut. Sesuai dengan ruang lingkup penulisan paper ini akan dibahas mengenai lean
layout yang mencakup penerapan group technology, quality at the source, dan JIT production.

4.1. Group Technology


Hasil observasi menunjukkan bahwa PT FFI menggunakan kombinasi antara group
technology manufacturing cell mixing & processing dan packing Instead of specialized
workcenter.

Group Technology Instead of Specialized Workcenter

Gambar 3. Layout pabrik susu kental manis

Raw material input masuk ke area mixing dan pasteurizing, layout mesin di area ini
dikelompokkan berdasarkan urutan proses, yaitu mulai dari mixer kemudian produk dialirkan ke
dalam pasteurizer, selanjutnya masuk se standarisasi. Penempatan mesin dengan prinsip group
8
technology manufacturing cell ini lebih efisien karena proses produksi di area ini sedikit
melibatkan tenaga kerja. Proses produksi menggunakan automation system programmable logic
controller, yaitu mesin di control dari control room dengan menggunakan computer. Dari sisi
standar quality, area mixing dan pasteurizing ini termasuk ke dalam zona yang sama, yaitu area
medium care sehingga mesin-mesin tidak perlu dikelompokkan secara terpisah.

Sedangkan untuk area packing terdapat 3 proses utama yaitu filling, packing, dan palletizing.
Filling adalah proses pengisian produk pada kemasan primer, packing adalah proses packing pada
kemasan sekunder, sedangkan palletizing adalah proses penumpukkan produk pada palet. Di area
packing ini menggunakan prinsip instead of specialized work center. Workcenter pertama adalah
workcenter filling yang berisi mesin-mesin filling yang ditempatkan di ruangan khusus dengan
standar hygiene yang tinggi, karena ada kemungkinan kontak dengan produk. Workcenter kedua
adalah workcenter case packer, dimana mesin-mesin packing ditempatkan di satu tempat.
Workcenter ketiga adalah workcenter palletizing dimana mesin-mesin palletizing ditempatkan
dalam satu area.

Penerapan group technology ini memudahkan flow proses produksi, mengurangi movement,
dan mengurangi inventori. Selain itu juga dapat mengurangi jumlah pekerja karena menggunakan
mesi-mesin yang sudah automation. Transfer produk dari satu workcenter ke workcenter lain juga
sudah menggunakan konveyor sehingga lebih efisien.

4.2. Quality at the Source


Prinsipnya adalah melakukan dengan benar pada kali pertama dan jika ada yang tidak beres,
hentikan prosesnya dengan segera. Pekerja secara pribadi bertanggung jawab atas kualitas
produksinya. Karyawan mengetahui standar kualitas produk yang dihasilkan, jika ada anomali
maka dilakukan pemecahan masalah. Pekerja menjadi inspektur mereka sendiri. Laporan tertulis
di sistem pelaporan online, dapat dimonitoring secara langsung setiap jam-nya. Selain itu,

9
karyawan mendapatkan pelatihan secara berkala, baik mengenai standar mesin maupun standar
kualitas produk.

Gambar 4. Online reporting system yang diisi oleh karyawan

Monitoring kualitas produk diukur dengan first time right, yaitu produk yang langsung bisa
release pada proses pertama, artinya tidak ada upaya untuk melakukan proses ulang.
Performance first time right pada semester 1 tahun 2017 menunjukkan pencapaian 98.08% di
atas target sebesar 98%.

10
Grafik 1. First Time Right

4.3. JIT Production


Produk susu kental manis diproduksi sesuai dengan permintaan konsumen berdasarkan sales
forecasting. Raw material dan packaging material juga didatangkan perdasarkan MRP sehingga
tidak ada stock inventori berlebih di dalam pabrik. Produk dibuat dengan memperhitungkan safety
stock dan production cycle. Untuk mengukur JIT ini diantaranya adalah dengan Production Plant
Conformance, yaitu persentase aktual output produksi terhadap production planning. Data
semester pertama tahun 2017 menunjukkan rata-rata production plant conformance sebesar 98%.
Hasil ini sesuai dengan yang sudah ditargetkan.

Grafik 2. Production plant conformance

11
Untuk dapat memproduksi sesuai dengan target, performa mesin juga menjadi bagian yang
sangat penting. Performa mesin dapat dilihat dari OEE (overall equipment effectiveness) dan
technical stopages. Data OEE dan technical stopages menunjukkan masih membutuhkan
peningkatan pada mesin-mesin karena nilai OEE belum mencapai target dan technical stopages.

Grafik 3. Overall Equipment Effectiveness

Jika dilihat dari technical stopages hasilnya cukup tinggi dan selalu di atas target. Hal ini
yang berkontribusi besar terhadap nilai OEE. Target technical stopages sebesar 3.8% tidak
tercapai karena pencapaian hanya 4.73%.

Grafik 4. Technical Stopages

12
Jika melihat pencapaian production plant conformance yang sesuai dengan target
meskipun terjadi technical stopages yang cukup tinggi dan nilai OEE yang tidak mencapai target,
maka hal ini mengindikasikan adanya kelebihan kapasitas produksi. Kelebihan kapasitas
produksi ini dapat digolongkan sebagai waste, karena meskipun mesin tidak running namun
masih ada biaya maintenance yang harus dikeluarkan. Untuk mengetahuinya bisa menggunakan
indicator line utilization. Dari line utilization terlihat performance pada semester 1 tahun 2017
hanya mencapai 65%, kemungkinan ada mesin-mesin yang masih idle dan tidak digunakan
dalam proses produksi. Hal ini harus dikaji lebih mendalam, tentunya dengan memperhitungkan
sales forecast di masa yang akan datang.

Grafik 5. Line Utilization

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Lean production sudah dijalankan pada proses produksi susu kental manis di PT
Frisian Flag Indonesia
2. Lean layout yang diterapkan merupakan kombinasi dari group technology
manufacturing cell di area mixing/pasteurization dan instead of specialized work
center di area packing
3. Lean layout memudahkan flow produk dan mengurangi movement.
4. Karyawan sudah mengetahui way of working terkait dengan kualitas produk yang
dihasilkan.
5. Masih ada point to improve terkait dengan performance mesin, yaitu untuk OEE yang
rendah karena technical stoppages tinggi

5.2 SARAN

1. Perkuat preventive maintenance dan ketersediaan spare part untuk mengurangi


technical breakdown.
2. Study apakah perlu untuk menurunkan kapasitas dengan menjual mesin, karena
production plant conformance 98% tercapai dengan OEE 76% dan line utilization
65%.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Jakfar1, Wahyu Eko Setiawan2 dan Ilyas Masudin3. (2014). Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
Vol. 13, No. 1, Juni 2014 ISSN: 1412-6869: Pengurangan Waste Menggunakan Pendekatan
Lean Manufacturing, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Chase, Richard B., F. Robert Jacobs. : Operations and Supply Chain Management, 15th edition,
MCGraw-Hill International edition, 2017

Farah Widyan Hazmi, Putu Dana Karningsih dan Hari Supriyanto. (2012). Jurnal Teknik ITS Vol.
1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271: Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi
waste di PT ARISU, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Gasperz, V., & Fontana, A. (2011): Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries.
Bogor: Vinchristo Publication,

Liker, J.K., 2004. The Toyota Way : 14 Management Principles from the Worlds Greatest
Manufacturer, McGraw-Hill.

Muhammad Shodiq Abdul Khannan, Haryono. (2015). Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 4,
No. 1, 2015: Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Menghilangkan Pemborosan di
Lini Produksi PT Adi Satria Abadi, Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri, Program Studi
Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Palito Tasuka, Yuniar, Arie Desrianty. (2014). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni
2014 ISSN: 1412-6869: Pengurangan Waste Menggunakan Pendekatan Lean
Manufacturing, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS)

15

Anda mungkin juga menyukai