Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

peranan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan dunia. Karena

dapat dikatakan bahwa tidak ada satu negara di dunia ini yang tidak melakukan

perdaganganInternasional. Oleh karena itu perekonomian menyebabkan setiap

negara berusaha untuk mencapai surplus dalam neraca perdagangan

Internasionalnya. Ini berarti makin besar surplus yang dicapai maka semakin besar

pula devisa yang masuk sehingga dapat menjadi sumber pemasukan kas negara

yang pada akhirnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan.

Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan Internasional telah

menaikkan peranan yang sangat penting dengan memberika manfaat secara

langsung pada sektor perdagangan untuk keseluruhan produksi nasional serta

memberikan sumbangan dalam penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Maka ekspor menjadi salah satu sumber penerimaan devisa yang penting dan

berfungsi sebagai alat pembiayaan untuk usaha pemeliharaan kestabilan ekonomi

maupun pelaksanaan pembangunan. Kebutuhan devisa aka krus bertambah seiring

dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus terus ditingkatkan bagi

pembangunan perekonomia Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di

dalam negeri.

1
Penerimaan ekspor Indonesia cukup meyakinkan. Misal sepanjang

dasawarsa 1970-an penerimaan ekspor meningkat 39,05% rata-rata pertahun

(Dumairy, 1992:178). Kurs valuta Asing menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi ekspor mebel. Dalam pembayaran transaksi kita dihadapkan pada

dua macam mata uang, yaitu uang domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan

mata uang yang dipergunakan di negara ekspor dengan negara pengimpor

mengakibatkan adanya masalah, antara lain kurs valuta Asing. Kurs valuta Asing

merupakan harga valuta Asing persatuan uang dasar yang dinyatakan dalam mata

uang negara bersangkutan (Soediyono, 1991:100). Kalau seorang ekportir

mengekspor sejumlah barang ke Amerika Serikat, maka ekspor itu dinyatakan

dengan mata uang dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayarannya, ekspor

di Indonesia harus menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang dollar (US$)

berdasarkan perbandingan nilai tukar yang sudah ditentukan. Perbandingan nilai

tukar tersebut merupakan harga satuan mata uang Asing (dollar) dalam nilai

rupiah domestik (rupiah).

Nilai valuta Asing adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam

negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang Asing. Sebagai

contoh, setiap satu kesatuan mata uang dollar ($1,00) sama dengan Rp 10.000,00.

Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mengakibatkan adanya

perbandingan nilai atau harga diantara kedua mata uang tersebut (Sukirno,

1981:297). Perbandingan nilai inilah yang seringkali disebut sebagai kurs

(Exchange Rate). Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka dalam penyusunan

skripsi ini peneliti mengambil judul: “Pengaruh Perdagangan Internasional

2
Terhadap Perekonomian Dalam Negeri”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan Ekspor di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan Impor di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis seberapa besar pengaruh Ekspor Impor di Indonesia:

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh Ekspor di Indonesia.

3. Menganalisis seberapa besar pengaruh harga di Dalam Negeri dan Luar Negeri

terhadap ekpor Impor di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan

khususnya pemerintah dalam menentukan langkah-langkah dan merumuskan

kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam

pengembangan ekspor Impor di Indonesia.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana yang baik untuk menambah

informasi dan wawasan bagi para pembaca mengenai permasalahan perdagangan

Internasional.

c. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan refernesi atau

bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdagangan Internasional

Menurut (Sobri, 2001), Perdagangan internasional dapat diartikan

sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan

subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa. adapun

subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara

biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan

negara ataupun pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan .

Menurut (Mankiw,2008), Perdagangan antar negara di dunia berdasarkan

keunggulan komparatif. Artinya adalah perdagangan tersebut menguntungkan

karena membuat setiap negara melakukan spekulasi. Perdagangan internasional

juga diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak

sukarela dari masing-masing pihak yang harus mempunyai kebebasan

menentukan apakah ia mau melakukan perdagangan atau tidak. Perdagangan

hanya akan terjadi jika tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan dan

tidak ada pihak lain yang dirugikan. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan

internasional tersebut.

Menurut (Budiono, 1999), Pada dasarnya perdagangan internasional

merupakan kegiatan yang menyangkut penawaran (ekspor) dan permintaan

4
(impor) antar negara. Pada saat melakukan ekspor, negara menerima devisa untuk

pembayaran.

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Menurut (Salvatore, 1997), Konsep-konsep mengenai perdagangan

internasional sudah muncul sejak abad ke tujuh belas dan delapan belas mengenai

perdagangan internasional yang memunculkan filosofi ekonomi yang disebut

merkantilisme. Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu- satunya

cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan

sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor

1. Teori keunggukan absolute.

Teori keunggulan absolut dicetuskan pertama kali oleh Adam Smith.

Menurut Adam Smith perdagangan dua negara didasarkan kepada keunggulan

absolut (Absolute advantage), yaitu jika sebuah negara lebih efisien daripada

negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua

negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing

melakukan spesialisasi dan memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan

absolut dan menukarkan dengan komoditi lain yang memiliki kerugian

absolut, Melalui proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan

dengan cara yang paling efisien. Output yang diproduksi pun akan menjadi

meningkat.

2. Teori Keunggulan Komparatif.

Menurut David Ricardo yang ditulis dalam bukunya Principle of

5
Political Economy and Taxation tahun 1817 (Salvatore, 1997), meskipun

suatu negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut)

dengan negara lain dalam memproduksi dua komoditi, namun masih tetap

terdapat dasar untuk dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan

kedua belah pihak. Negara tersebut harus melakukan spesialisasi dalam

memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih kecil, dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih

besar.

3. Teori Proporsi Faktor Produksi.

Teori Faktor Proporsi (factor proportion) dari Heckscher Ohlin

disebut juga teori modern. teori Heckscher-Ohlin (H-O) mempunyai dua

kondisi penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan internasional,

yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor

produksi atau proporsi faktor produksi. menurut Heckscher-Ohlin, suatu

negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara

tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi

dan keunggulan faktor produksi. basis dari keunggulan komparatif adalah:

1) faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu

negara.

2) faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses

produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

4. Teori keunggulan kompetitif

Menurut Michael E. Porter (1990) The Competitive Advantage of Nation

6
adalah tentang tidak adanya korelasi lansung antara dua factor produksi (sumber

daya alam yang tinggi dan sumber daya manusia yang murah) yang dimiliki suatu

negara untuk dimanfaatkan menjadi daya saing dalam perdagangan. Porter

mengungkapkan bahwa ada empat atribut utama yang menentukan mengapa industri

tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional, keempat atribut itu

meliputi:

a. Kondisi faktor produksi

b. Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri

c. Eksistensi industri pendukung

Kondisi persaingan strategi dan struktur perusahaan dalam negeri Negara

yang sukses dalam skala internasional pada umumnya didukung oleh kondisi

faktor produksi yang baik, permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri yang

tinggi, industri hulu atau hilir yang maju dan persaingan domestik yang ketat.

Keunggulan kompetitif yang hanya didukung oleh 1/2 atribut saja biasanya tidak

akan dapat bertahan, sebab keempat atribut saling berinteraksi positif dalam

negara yang sukses. Di samping keempat atribut di atas, peran pemerintah juga

merupakan variabel yang cukup signifikan.

5. Teori Perdagangan Permintaan dan Penawaran

Dasar pemikiran teori permintaan dan teori penawaran pada perdagangan

internasional adalah bahwa perdagangan antara dua negara terjadi karena adanya

perbedaan permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perdagangan internasional adalah karena adanya perbedaan permintaan

dan penawaran suatu negara. Perbedaan ini terjadi karena :

a. Tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang

7
diperdagangkan karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak

mendukung, seperti letak geografis dan kandungan buminya,

b. perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi

tertentu pada tingkat yang lebih efisien.

2.1.2 Manfaat Perdagangan Internasional

Menurut (Setiawan dan Lestari, 2011:13) Manfaat Perdagangan Internasional

Setiap negara yang melakukan perdaganan dengan negara lain tentu akan

memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain:

1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara Perdagangan antar negara

dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika hubungan ini terjalin dengan

baik, ia dapat meningkatkan hubungan persahabatan antar negara-negara tersebut.

Mereka dapat semakin akrab dan saling membantu bulamana mengalami kesulitan

dalam memenuhi kebutuhan.

2. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi Dengan perdagangan internasional, suatu

negara yang masuk kekurangan dalam memproduksi suatu barang dapat dipenuhi

dengan mengimpor barang dari negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi.

Sebaliknya negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi barang dapat

mengekspor barang tersebut ke negara yang kekurangan. Dengan demikain

kebutuhan setiap negara dapat tercukupi.

3. Mendororng kegiatan produksi barang secara meaksimal Salah satu tujuan suatu

negara perdaganan internasional adalah memprluas pasar di luar negeri. Jika pasar

luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara terdorong semakin

8
meningkat. Dengan demikian, para pengusaha terdorong semakin menghasilkan

barang produksi secara besar-besaran.

4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perdagangan antar negara

memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih

efisien. Perdaganan luar negeri memunkinkan negara terseut mengimpor mesin-

mesin atau alat-alat modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara

produksi yang lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang lebih modern dapat

meningkatkan produktivitas dan dapat mengadakan spesialisasi produksi.

5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi Perdagangan internasional

dapat mendorong setiap negara sumber daya alam, tenaga kerja modal dan

keahlian secara maksimal. Suatu negara yang memiliki produk unggulan, dapat

bersaing dengan produk dari luar negeri. 6. Memperluas lapangan kerja Jika pasar

luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan juga semakin

bertambah. Perningkatan hasil produksi meningkatkan kebutuhan tenaga kerja

bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi

pengangguran.

2.2 Kebijakan Perdagangan Internasional

Menurut Nopirin (1999), kebijakan perdagangan internasional adalah

tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan

internasional. Instrumen kebijakan perdagangan internasional adalah :

1. Kebijakan Perdagangan Internasional

9
Kebijakan perdagangan internasional Meliputi tindakan pemerintah terhadap

rekening yang sedang berjalan (current account) dari neraca pembayaran

internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang atau jasa. Misalnya

adalah tariff terhadap impor, bilateral trade agreement dan lainnya

2. Kebijakan Pembayaran Internasional.

Meliputi tindakan pemerintah terhadap rekening modal (capital account) dalam

neraca pembayaran internasional. Contohnya adalah pengawasan terhadap lalu

lintas devisa (exchange control) atau pengaturan lalu lintas jangka panjang.

3. Kebijakan bantuan luar negeri.

Tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants),

pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta

pembangunan dan bantuan militer terhadap negara lain

2.3 Impor

Menurut Andi Susilo (2013:135) Impor adalah kegiatan

memasukanbarang dari suatu Negara kedalam wilayah pabean.Hal ini berarti

melibatkan 2 negara dalam hal ini biasa diwakili oleh kepentingan 2 perusahaan

antar dua Negara tersebut yang berbeda dan pastinya juga peraturan serta

perundang_undangan yang berbeda pula.Negara yang satu bertindak sebagai

eksportir (supplier) dan yang lainnya bertindak sebagai Negara penerima atau

importir.

Menurut I Komang Oko Berata (2013:7) impor adalah kegiatan

memasukan barang dari luar daerah Indonesia atau dikenal juga dengan sebutan

10
daerah pabean kedalam daerah Indonesia atau daerah pabean. Menurut Ali

Purwitodan Indriani (2015:10) Impor merupakan kegiatan memasukan barang

kedalam daerah pabean baik yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan

hukum yang dibawa oleh sarana pengangkut telah melintasi batas Negara dan

kepadanya diwaijibkan memenuhi kewajiban pabean seperti,pembayaran bea

masuk dan pajak dalam rangka impor.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006

tentang kepabeanan, impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah

pabean. Berdasarkan laporan indikator indonesia komposisi impor menurut

golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1) Impor barang-barang konsumsi

terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau

untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi

dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan

bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang

setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.

2) Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman

untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku

cadang dan perlengkapan.

3) Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil

penumpang dan alat angkut untuk industri. Besarnya impor suatu negara

tergantung pada pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan maka semakin

11
tinggi impor baik berupa barang maupun jasa sebagai akibat dari perkembangan

aktivitas perekonomian. faktor lain yang mempengaruhi impor adalah adanya daya

saing produksi dalam negeri, selera masyarakat dan faktor lainnya. misalnya saja

inflasi dan perubahan nilai tukar rupiah yang secara langsung maupun tidak

langsung sangat berdampak pada jumlah impor.

2.3.1 Impor Minyak dan Gas (Migas)

Minyak Bumi dan Gas (Migas) atau dalam satu istilah ilmiah secara umum

disebut petroleum merupakan komplek hydrokarbon yang terjadi secara alamiah di

dalam bumi yang terperangkap dalam batuan kerak bumi. Bentuknya ada

bermacam-macam dalam wujud padat, cair, atau gas. Dalam bentu padat dikenal

sebagai aspal, bitumen, tar dan sebagainya. Bentuk cair dikenal sebagai minyak

mentah dan dalam bentuk gas adalah gas alam. Impor migas adalah hasil olahan

minyak bumi dan gas yang dikrim dari luar negeri ke dalam negeri dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan migas sebagai sumber energi primer.

2.3.2 Fator-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Migas Di Indonesia

1. Product domestic bruto (PDB).

Produk domestik bruto atau sering disebut Gross Domestic Product, sering

digunakan sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah

meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode

waktu tertentu. Menurut (Mankiw, 2007), PDB diartikan sebagai nilai

keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah dalam

12
jangka waktu tertentu (biasanya pertahun). PDB hanya menghitung total

pendapatan dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu

dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam atau luar negeri.

PDB merupakan output produksi dalam suatu perekonomian dengan tidak

memperhitungkan faktor produksi dan hanya menghitung total produksi dalam

perekonomian saja. PDB sendiri dapat dihitung dengan menggunakan tiga

pendekatan, yakni pendekatan hasil produksi (product approach), pendekatan

pendapatan (income approach), dan pendekatan pengeluaran

Ada dua macam perhitungan dalam menganalisa besaran PDB, yaitu :

a. PDB atas dasar harga berlaku (PDB nominal).

PDB atas dasar harga berlaku merujuk pada nilai PDB tanpa memperhitungkan

pengaruh harga. PDB ini menggambarkan nilai tambah barang atau jasa dengan

menggunakan harga pasar yang berlaku pada periode tersebut.

b. PDB atas dasar harga konstan

PDB ini mengoreksi PDB harga berlaku dengan memasukkan pengaruh harga.

PDB ini menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga berlaku pada tahun dasar. Tahun dasar pertama kali adalah

tahun 1960 kemudian diubah menjadi 1973, 1983, 1993, 2000 dan yang sekarang

digunakan adalah tahun dasar 2010

2.3.3 Kurs

Menurut (Sukirno 2004), Dalam pertukaran antara dua mata uang yang

berbeda terdapat perbandingan nilai atau harga yang sering disebut dengan kurs

(exchange rate) (Nopirin, 1999). Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan

13
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing .

Menurut Mankiw (2006) “Nilai tukar atau kurs antara dua negara adalah

tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan

perdagangan”. Jika kurs melemah disebut depresiasi atau penurunan nilai mata

uang dalam negeriterhadap mata uang asing. Jika kurs menguat disebut apresiasi,

atau kenaikan dalam nilai mata uang dalam negeri.Pada umumnya, kurs

ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari

mata uang asing tersebut.

Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga

dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang.

Nilai tukar yang lazim disebut nilai tukar, mempunyai peran penting dalam

rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar

yang stabildiperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi

peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral pada

waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya

pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Menurut (Mankiw, 2007) Kurs dapat

dibedakan menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal

exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil

(real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang

dari suatu negara untuk barang- barang dari negara lain. Nilai tukar atau kurs riil

biasa disebut dengan term of trade.

14
Menurut (Sukirno, 2004) Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu

valuta asing, yang selanjutnya menyebabkan perubahan kurs valuta, diebabkan

oleh banyak faktor, diantaranya:

1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

2. Perubahan harga barang ekspor dan impor

3. Kenaikan harga umum (inflasi)

4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

2.3.4 Cadangan Devisa

Menurut Hamdy Hady (2001) mengemukakan bahwa cadangan devisa

adalah total valuta asing yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu

negara. Cadangan devisa juga bisa diartikan sebagai sejumlah valuta asing yang

dicadangkan dan dikuasai oleh bank sentral yang di Indonesia dipegang oleh Bank

Indonesia sebagai otoritas moneter. Cadangan devisa dapat diketahui dari posisi

balance of payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional negara tersebut.

Makin banyak devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu

negara maka makin besar kemampuan negara tersebut dalam melakukan transaksi

ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang negara

tersebut.

2.4 Ekspor

Ekspor merupakan Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu

sumber devisa yang mampu memberikan dana besar. Sebelum melakuan kegiatan

ekspor maka perusahaan harus memerhatikan kualitas dan standar pergudangan

15
dan pengepakan barang, agar sesuai dengan standar mutu barang yang akan di

ekspor.

Menurut Amir, (2007:11) Ekspor merupakan pengiriman barang keluar

daerah pabean Indonesia. Kegiatan ekspor dimulai dari adanya pelaku- pelaku

yang terlibat yaitu ekportir dan importir atas barang atau jasa dimana keduanya

berbeda dinegara yang berbeda dan membuat kesepakatan tertulis dalam suatu

kontrak jual beli didalamnya ditetapkan secara jelas mengenai hak dan tanggung

jawab masing-masing sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya salah

penafsiaran.

Kegiatan ekspor merupakan perdagangan dengan cara mengeluarkan

barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean indonesia dengan memenuhi

ketentuan yang berlaku. Sedangkan kegiatan impor ialah perdagangan dengan

cara memasukkan barang ke dalam wilayah pabean indonesia dengan memenuhi

ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk orang yang melakukan

kegiatan ekspor disebut dengan eksportir dan orang yang melakukan kegiatan

impor disebut dengan importir. Kegiatan ekspor-impor ini pada umumnya dapat

terjadi apabila terjadi transaksi antara penjual dan pembeli atau ekportir dan

importir. Yang memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak.

Eksportir dapat menjual barang dengan harga yang lebih dari harga jual

sebenarnya. Sedangkan Importir dapata membeli barang sesuai dengan kebutuhan

dan keinginannya. Maksudnya kegiatan ekpor-impor ini dapat memberikan

keuntungan bagi negara-negara yang melakukan kegiatan ini baik yang

mengekspor maupun yang mengimpor.

16
2.4.1 Ketentuan Umum Ekspor

Persyaratan ekspor berdasarkan keputusan Menteri dan Perdagangan

Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang ketentuan umum

di bidang ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

peraturan-peraturan menteri perdagangan Nomor 01/M- DAG/PER/1/2007

tanggal 22 Januari 2007, ekspor dapat dilakukna oleh setiap perusahaan atau

perorangan yang telah memiliki hal-hal sebagai berikut:

1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)/ Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

2. Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lambang Pemerintah Nondepartemen terkait

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Adapun barang-barang yang bisa di ekspor atau

tidak adalah sebagai berikut:

a. Barang yang dilarang Adalah barang-barang yang tidak boleh diekspor, hal ini

bertujuan agar komoditas tersebut dapat diproses menjadi barang setengah jadi

atau barang jadi sehingga meningkatkan nilai tambah, menjaga pengadaan bahan

baku, melindungi kelestarian alam, jenis tanaman dan binatang langka. Contoh:

Rotan mentah, satwa langka, kayu gelondongan, nener (ikan kecil).

b. Barang yang diatur Adalah barang-barang yang dibatasi masuk ke negara

importir. Contoh: tekstil dan produk tekstil, kayu dan produk kayu, kopi, maniok,

dan lain lain.

c. Barang yang diawasi Adalah barang-barang yang dalam ekspornya dalam

pengawasan pemerintah atau ekspor produk tersebut hanya dapat dilakukan

dengan persetujuan Menperindag dan instansi teknis lainnya. Contoh: kacang

17
kedelai, padi dan beras, ternak hidup, tepung beras dan gandum.

d. Barang bebas Adalah barang-barang yang tidak tercakup dalam daftar barang-

barang diatas atau barang yang diperbolehkan diekspor oleh semua eksportir.

2.4.2 Para Pelaku Kegiatan Ekspor

Dalam kegiatan ekspor impor ada beberapa pelaku terjadinya kegiatan tersebut.

Adapun para pelaku kegiatan ekspor adalah:

1. Eksportir Eksportir adalah orang atau perusahaan yang berperan sebagai produsen

yang memproduksi barang untuk dijual ke luar negeri.

2. Importir Orang atau perusahaan yang berperan sebagai pembeli di luar negeri.

3. Bank Merupakan lembaga keuangan yang dapat memberikan jasa perkreditan atau

meminjamkan dana kepada eksportir maupun importir.

4. Depperindag Adalah lembaga pemerintahan yang mengatur dan menerbitkan

surat- surat yang merupakan syarat kegiatan ekspor, seperti PEB dan SKA (Surat

keterangan asal) atau certificate of origin (COO).

5. Freight Forwarder Adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa

pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi

terlaksananya pengiriman.

6. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) EMKL adalah usaha pengurusan dokumen

dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan

muatan yang berasal dari kapal.

7. Perusahaan asuransi Adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanggungan.

Dalam kegiatan ekspor ini, perusahaan ini menanggung resiko keselamatan

barang dari eksportir sampai dikirim kepada pihak importir.

18
8. Bea Cukai Adalah lembaga pemerintahan yang bertugas untuk memeriksa

barangbarang yang melewati daerah pabean dan memungut biaya atas

barangbarang yang akan diekspor.

2.5 Gross Domestic Bruto (GDP)

Menurut McEachern (2006 :146) GDP Gross Domestic product yaitu

mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang di produksi dalam sumber

daya yang berada alam suatu negara selama jangka waktu tertentu, umumnya satu

tahun GDP juga bisa digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke

waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian dalam suatu saat.

Gross Domestic Bruto hanya menangkup barang dan jasa akhir, yakni barang dan

jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Kepada barang dan asa yang

dibeli untuk diproes dan akan dijual lagi tidk dimasukan ke dalam hitungan GDP,

hal tersebut dilakukan guna menghindari masalah perhitungan ganda Perhitungan

ganda bisa mengakibatkan hasil dari perhitungan GDP tidak menunjukan hasil

yang asli, maka salam perhitungan tersebut hanya dihitung satu kali dalam setiap

produk.

Menurut Mankiw (2007:23) Gross Domestic Produk mempunyai dua tipe,

yakni sebagai berikut:

1. GDP harga berlaku atau GDP nominal, merupakan nilai barang dan jasa yang

diciptakan sustu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlku pada

tahun tersebut.

2. GDP harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang diciptakan uatu

negara suatu tahun yang setelahnya dipakai untuk menilai barang dan jasa yang

19
diproduksi pada tahun-tahun lain.

2.5.1 Perhitungan GDP

Menurut (Kunawangsih, 2006:35), Perhitungan GDP bisa dihitung dengan

menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan pengeluaran, pendekatan

pendapatan dan pendekatan produksi GDP dan pendekatan pengeluaran

mempunyai rumus umum yaitu sebagai berikut :

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor).

Yakni konsumsi merupakan pengeluaran yang diakukan oleh rumah

tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan

ekspor – impor melibatkan sektor luar negeri. Sedangkan pendekatan pendapatan

menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi: GDP = sewa + upah +

bunga + laba.

Yakni sewa mrupakan pendapaan pemilik faktor produksi tetap seperti

tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk

pengusaha. Dalam teori GDP terhadap pendekatan pengeluaran dan pendapatan

harus menciptakan angka yang sama,

Maka walau menggunakan dua tekhnik dan data yang berbeda tetapi hasil

akhirnya tetap menunjukan GDP dari negara itu. Hal ini yang kelak menjadi

alasan kenapa GDP umumnya digunakan untuk tolak ukur kesejahteraan dan

pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam suatu negara.

Pendekatan yang ketiga yaitu adalah pendekatan produksi, berdasarkan

metode ini, GDP merupakan total output yang disebabkan oleh suatu

perkonomian. Tekhnik perhitungan dalam praktik yaitu dngan membagi-bagi

20
perekonomian berupa beberapa sektor produksi (industri origin). Jumlah output

sektor-sektor tersebut adalah jumlah output seluruh perekonomian. Walaupun ada

kemungkinan kalau output yang disebabkan suatu sektor perekonomian berasal

dari output.

Jumlah sektor-sektor tersebut adalah jumlah ouput keseluruhan

perekonomian. Namun ada kemungkinan jika output yang disebabkan suatu sektor

perekonomian, berasal dari output sektor lain. Ataupun bisa juga menjadi inpu

bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Sama halnya jika tidak berhati-hati akan

terjadinya perhitungan ganda (double counting), atau multiple counting.

Dampaknya yaitu angka GDP bisa memuncak berlipat-lipat dari angka yang

sebenarnya. Upaya untuk mencegah hal tersebut maka dalam perhitungan GDP

dalam metode produksi, yang dijumlah adalah nilay tambah di masing-masing

sektor. GDP dan perhitungan produksi memiliki rumus sebagai berikut:

Y = (P×Q)1 + (P×Q)2 +.....(P×Q)n

Ket: Y= Pendapatan Nasional, P = Harga, Q = kuantitas

21
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil

pembangunan yang dilaksanakan, khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan

tersebut merupakan gambaran tingkat perkembangan ekonomi

terjadi.Pertumbuhan ekonomi secara rinci dari tahun ke tahun disajikan melalui

Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha

secara berkala. Perkembangan PDB indonesia secara triwulan sejak tahun 1993 –

2016. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berfluktuatif sejak tahun 1993-2016.

Pertumbuhan ekonomi menurun sangat tajam dan mengalami nilai paling rendah

saat kuartal 3 tahun 1998 yang disebabkan oleh krisis moneter yang dialami

22
Indonesia. Namun setelah tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi meningkat

kembali. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali mengalami

fluktuasi, namun Indonesia masih memiliki tren pertumbuhan ekonomi yang

meningkat.

Secara sektoral, seluruh sektor ekonomi akan mencatat pertumbuhan

ekonomi. Sektor industri pengolahan diperkirakan memberikan kontribusi

terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor lainnya yang memberikan

sumbanganterbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran dan sektor

pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan kegiatan di sektor industri

pengolahan ini mengikuti faktormusimannya yang meningkat pesat dalam rangka

meningkatnya permintaan dengan peningkatan disektor industri tersebut,

kegiatan di sektor perdagangan dan sektor pengangkutan yang merupakan mata

rantai dari proses produksi distribusi konsumen akhir diperkirakan juga

akanmencatat pertumbuhan yang tinggi (Bank Indonesia, 2003). Peningkatan

kontribusi industri pengolahanmenunjukkan bahwa industripengolahan

menunjukkan peningkatan, dimana dengan peningkatan aktivitas tersebut,

kebutuhan modal kerja akan semakin meningkat.

3.2 Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

Tingkat ekspor yang tinggi akan memberikan pendapatan yang tinggi bagi

suatu Negara, sehingga semakin tinggi ekspor akan membuat neraca pembayaran

Negara menjadi surplus dan berpengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi

Negara. (Putra, 2012) mengatakan ekspor berpengaruh positif terhadap

23
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan (Wulandari & Zuhri, 2019), Ekspor tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. (Rinaldi, Jamal, 2017) menyatakan

bahwa Ekspor yang diukur dengan current account berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor ditandai dengan laju pertumbuhan

PDB terdiri dari berbagai variable yaitu pengeluaran pemerintah, PMTB, Ekspor

dan Impor.

Tabel 1.

Output Hasil Analisis Deskripsi

GDP EXPOR IMPOR

Mean 5.210667 1.76E+08 1.71E+08

Median 5.150000 1.72E+08 1.65E+08

Maximum 6.490000 2.42E+08 2.69E+08

Minimum -2.910000 1.26E+08 1.04E+08

Std. Dev. 0.962939 26061516 31270710

Skewness -5.168061 0.405510 0.708437

Kurtosis 43.86710 2.429792 3.564841

Jarque-Bera 8884.775 4.914453 11.63288

Probability 0.000000 0.085672 0.002978

Sum 625.2800 2.11E+10 2.05E+10

Sum Sq. Dev. 110.342924 8.08E+16 1.16E+17


Observations 120 120 120

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa GDP tertinggi sebesar 6,49 sedangkan

terendah -2,91. Ekspor tertinggi 2.42e+08 sedangkan terendah 1,26e+08. Impor

tetinggi 2,69e+08 sedangkan terendah 1,05e+08.\

25
Series: Residuals
Sample 2011M01 2020M12
20 Observations 120

Mean9.94e-16
15 Median0.105070
Maximum1.134960
Minimum-6.964739
10 Std. Dev.0.855334
Skewness-4.789275
Kurtosis38.42227
5

Jarque-Bera6732.430
Probability0.000000
0
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1

Gambar 1. Output Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat dilihat nilai Jarque-Bera sebesar

6732,420 dengan nilai probability sebesar 0.0000 artinya residual terdistribusi

normal dan layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Uji Hipotesis

Tabel 2.

25
Output Hasil Uji F

F-statistic 15.64496

Prob(F-statistic) 0,000001

Berdasarkan output hasil Uji F diketahui bahwa F statistic sebesar 15,64496

lebih besar dari F table 3,07, nilai t tabel didapat dari tingkat α = 5%, df1 (k-1) =

2, df2 (n-k) = 117. Nilai probabilitas 0,000001 kurang dari nilai signifikansi

0,05, sehingga dapat disimpulan bahwa secara simultan variabel Ekspor dan

Impor berpengaruh terhadap GDP. Hasil penelitian, didukung penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh (Febriyanti, 2019) menyatakan secara simultan

variabel ekspor dan impor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 3.

Output Hasil Uji Determinasi

R-squared 0.211005

Adjusted R-squared 0.197518

Berdasarkan output hasil Uji Koefisien determinasi, diketahui bahwa adjusted

R-square sebesar 0,197518 atau 19,75% variabel bebas secara bersama-sama

mempengaruhi variabel terikat atau GDP. Sedangkan sisanya 80,25%

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

26
3.2.1 Pengaruh Ekspor Terhadap GDP

Tabel 4.

Output Hasil Uji T

Variable t-Statistic Prob.

C 15.03085 0

EXPOR -4.030253 0.0001

IMPOR 1.602771 0.1117

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa nilai dari t statistic sebesar -4.030253

lebih besar dari t hitung 1,98045, nilai t tabel di dapat dari tingkat α = 5%, df

(n-k) = 117. Nilai probabilitas 0.0001 kurang dari 0,05 , sehingga dapat

disimpulkan bahwa ekspor berpengaruh terhadap GDP.

Hasil penelitian inisesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

(Putra, 2012) bahwa ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan (Wulandari & Zuhri, 2019) mengatakan bahwa Ekspor

tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan (Rinaldi,

Jamal, 2017) mengatakan bahwa Ekspor yang diukur dengan current account

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3.3 Pengaruh Impor Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

Semakin tinggi impor, semakin tinggi konsumsi suatu Negara sehingga

27
menyebabkan neraca pembayaran Negara semakin defisit yang pada akhirnya

berpengaruh negatif terhadap perkembangan perekonomian Negara. Sejalan

dengan (Ismanto et al., 2019) bahwa impor memiliki pengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan hasil penelitian oleh (Putra,

2012), (Pridayanti, 2014) berpendapat bahwa impor berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Fitriani, 2019) yang berpendapat bahwa impor tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

3.3.1 Pengaruh Impor Terhadap GDP

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai dari t statistic sebesar

1.602771 lebih kecil dari t hitung 1,98045, nilai t tabel di dapat dari tingkat α

= 5%, df (n-k) = 117. Nilai probabilitasnya sebesar 0.1117 lebih dari 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa impor tidak mempunyai pengaruh

terhadap GDP. Tidak berpengaruhya impor terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia dikarenakan Indonesia adalah Negara yang lebih banyak

menggunakan produk dalam negeri dibandingkan dengan produk luar negeri,

banyak pengusaha kecil maupun menengah yang menghasikalkan produk

yang mampu bersaing dari segi harga dan kualitas serta mampu menyerap

banyak tenaga kerja. Terutama dimasa pandemi covid–19 saat ini dimana

pemerintah membatasi kegiatan perdagangan internasional, maka permintaan

akan produk domestik semakin meningkat dibandingkan produk asing,

sehingga naik turunnya nilai impor tidak akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

28
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh (Febriyanti, 2019) yang menyatakan bahwa impor tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Ismanto et al., 2019) menyatakan bahwa impor

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2012) dan (Pridayanti, 2014)

menyatakan bahwa impor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi.

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Beberapa kemungkinan peningkatan produktivitasmelaluihubungan

internasional ini. Diantara ketiga sumber peningkatan produktivitas yaitu

Economies of scale, teknologi baru dan rangsangan persaingan. Salah satu

mendapatkan penekanan dan perhatian khusus dari Negara sedang

berkembang yaitu teknologi baru. Masalah pemindahan teknologi atau

transfer of technologi dari Negara maju ke negara sedang berkembang

merupakan topik yang paling banyak diperbincangkan baik dikalangan

keilmuan maupun perundingan internasional antara kelompok Negara sedang

berkembang dengan kelompok Negara maju. Pemindahan teknologi dilihat

sebagai salah satu kunci dari keberhasilan pembangunan di negara yang

sedang berkembang. Sampai berapa jauhkan Negara sedang berkembang dapat

memperoleh manfaat teknologi baru melalui perdagangan internasional, modal

asing dan bantuan luar negeri. Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan regresi linier berganda dan analisis strategi dengan

menggunakan analisis SWOT maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekspor mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi

artinya semakin tinggi nilai ekspor maka pertumbuhan ekonomi akan

meningkat pula.

30
2. Impor mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

artinya semaki n tinggi nilai impor maka pertumbuhan ekonomi akan

menurun.

3. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil ekspor Indonesia adalah

melalui diversifikasi produk industri, peningkatan produksi pertanian,

perkebunan, eksplorasi sumber daya emas, teknologi tepat guna,

modernisasi manejemen, memberikan bantuan promosi dan keringanan

pajak bagi eksportir, serta meningkatkan daya saing produk.

4.2 Saran

1. Para pelaku usaha harus dapat mengembangkan produk yang lebih

mempunyai daya saing

2. Indonesia diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspornya tidak hanya

produksi barang pertanian dan perkebunan saja melainkan dapat

mengembangkan diversifikasi untuk komoditas industri.

31
DAFTAR PUSTAKA

A.McEachern, William. 2000, Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer.

Jakarta Salemba Empat

Ali Purwito dan Indriani, Ekspor Impor Sistem Harmonis dan Pajak dalam

Kepabean, Jakarta, 2015

Amir M.S, 2007. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. Jakarta: PPM

Andi Susilo, 2013, Panduan Pintar Ekspor Impor, TransMedia, Jakarta.

Berata, I Komang Oko. 2013. Panduan Praktis Ekspor Impor. Bekasi: Raih Asa

Sukses.

32
Boediono, 1999:81, Teori Pertumbuhan Ekonomi,seri Sinopsis, Edisi Pertama,

Cetakan Pertama BPFE, Yogyakarta.

Febriyanti, D. F. (2019). Effect Of Export And Import Of Gross Domestic Product

In Indonesia 2008-2017. Ecoplan : Journal of Economics and

Development Studies, 2(1), 10–20.

https://doi.org/10.20527/ecoplan.v2i1.13

Fitriani, E. (2019). Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. JURISMA : Jurnal Riset Bisnis &

Manajemen, 9(1), 17–26. https://doi.org/10.34010/jurisma.v9i1.1414

Hady, Dr. Hamdy. (2001).Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan

Perdagangan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ismanto, B., Rina, L., & Kristini, M. A. (2019). Pengaruh Kurs dan Impor

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2007-2017.

Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana, Februari, 1–6.

Kunawangsih, Tri dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro.

Jakarta: PT Grasindo.

Mankiw, N. Gregory. 2008. Makroekonomi. Edisi Keenam. (Terj.) Fitria Liza dan

Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangg

Nopirin, 1999, Ekonomi Internasional. Edisi Ke-3..FEB UGM. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

33
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The MacMillan

Press Ltd

Pridayanti, A. (2014). Pengaruh Ekspor, Impor, Dan Nilai Tukar Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia 2002-2012. Jurnal Pendidikan

Ekonomi (JUPE), 2(2). https://doi.org/doi.org/10.26740/jupe.v2n2

Putra, R. E. (2012). Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang. Economics Development Analysis Journal,

1(2).

Rinaldi, Jamal, S. (2017). Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional Dan

Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Indonesia, 4(1), 49–62.

Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga

Sedyaningrum, M., Suhadak, S., & Nuzula, N. (2016). Pengaruh Jumlah Nilai

Ekspor, Impor Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Dan

Daya Beli Masyarakat Di Indonesia Studi Pada Bank Indonesia Periode

Tahun 2006:IV-2015:III. Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas

Brawijaya, 34(1), 114–121.

Setiawan, Heri. Lestari, Sari. 2011. Perdagangan Internasional. Yogyakarta:

Pustaka Nusantara

Sobri. 2001. Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya.

34
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Yogyakarta : BPFE–UI.

Wulandari, L., & Zuhri, S. (2019). Pengaruh Perdagangan Internasional

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada Tahun 2007-2017.

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4(2), 119–127.

https://doi.org/10.31002/rep.v4i2

35

Anda mungkin juga menyukai