1.Current Account
2.Capital Account
Current Account
C. Jumlah A+B (neraca transaksi berjalan dan lalu lintas modal) Rp+ 90
D. Selisih Perhitungan + 2
Neraca Keseluruhan / Lalu Lintas Moneter (Surplus) Rp- 92
Perbedaan di antara nilai ekspor dan nilai impor barang-barang
dinamakan neraca perdagangan.
Apabila ekspor melebihi impor, negara itu dinamakan
mempunyai surplus dalam neraca perdagangan. Sebaliknya,
bila ekspor negara itu lebih kecil dari impornya dinamakan
mengalami defisit dalam neraca perdagangan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa neraca perdagangan mempunyai
surplus sebesar Rp50 trilyun yang diperoleh dari selisih ekspor
senilai Rp320 triliun dengan impor sebesar Rp270 triliun.
Perimbangan di antara seluruh transaksi yang tergolong dalam
transaksi berjalan dinamakan neraca transaksi berjalan.
Contoh dalam Tabel 1 menunjukkan menerimaan dalam
current account sebesar Rp350 trilyun sedangkan
pembayarannya sebesar Rp310 trilyun. Ini berarti neraca
transaksi berjalan memperoleh surplus sebanyak Rp40
trilyun.
Neraca lalu lintas modal menunjukkan jumlah pengaliran modal
keluar berjumlah Rp40 triliun, sedangkan aliran masuk modal
berjumlah Rp90 triliun. Dengan demikian neraca lalu lintas modal
mengalami surplus sebanyak Rp50 triliun.
Item C menerangkan gabungan neraca transaksi berjalan dan neraca
lalu lintas modal dan jumlahnya adalah Rp40 triliun + Rp50 Triliun
= Rp90 triliun.
Dalam setiap neraca pembayaran akan selalu terjadi perbedaan di
antara penerimaan atau pembayaran bersih yang sebenarnya
diterima (dan dinamakan neraca keseluruhan) dengan catatan yang
sebenarnya dalam pembukuan neraca pembayaran. Untuk
menyeimbangkan (membuatnya supaya nilainya sama) dalam setiap
neraca pembayaran akan terdapat item selisih perhitungan. Dalam
contoh nilainya adalah Rp2 triliun.
Contoh neraca pembayaran dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa
negara tersebut mengalami surplus dalam neraca pembayaran dan
nilai lalu lintas moneternya sebesar Rp92 triliun.
Dalam neraca pembayaran surplus dinyatakan dalam tanda
negatif (-) dan defisit diberi tanda positif (+).
Kebijakan Menyeimbangkan Neraca
Pembayaran
1. Kebijaksanaan Menekan Pengeluaran
Kebijaksanaan menekan pengeluaran adalah langkah-
langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran
yang sedang dalam keadaan defisit dengan melakukan
tindakan-tindakan yang akan mengurangi pengeluaran
agregat.
Kebijaksanaan menekan pengeluaran dapat dilaksanakan
dengan mengambil salah satu gabungan langkah-langkah
yang dinyatakan dibawah ini:
Menaikkan pajak pendapatan
Menaikkan tingkat bunga
Mengurangi pengeluaran pemerintah
Kebijakan Menyeimbangkan Neraca
Pembayaran
1. Kebijaksanaan Memindahkan Pengeluaran
Kebijaksanaan memindahkan pengeluaran adalah tindakan-
tindakan pemerintah untuk menstabilkan sector luar negeri
yang sifatnya mendorong masyarakat mengurangi impor,
melakukan konsumsi yang lebih banyak keatas barang-
barang buatan dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.
Kebijaksanaan pemerintah meliputi salah satu atau gabungan
dari langkah-langkah berikut:
1. Memperkenalkan atau mempertinggi pajak impor
2. Menentukan quota atas barang-barang tertentu
3. Mengawasi penggunaan valuta asing yang dimiliki
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan:
1. Menciptakan perangsang-perangsang mengekspor
2. Menciptakan kestabilan keatas upah dan harga
3. Melakukan devaluasi
/ Current Account
/ Capital Account
Ekspor dan impor mengalami perkembangan yang
pesat. Pada tahun 1980 nilai ekspor baru mencapai
17,49 miliar dolar, tetapi pada tahun 1990 nilai
ekspor sudah mencapai lebih dari 26 miliar dolar
dan sudah lebih dari dua kali lipat dalam tahun
2000 sebesar 65,4 milyar dolar. Impor juga naik
dengan pesat, tetapi masih lebih lambat dari
perkembangan ekspor. Nilai impor mencapai 40,4
milyar dolar pada tahun 2000. Maka dalam tahun
2000 neraca perdagangan mengalami surplus
sebanyak (65,407 – 40,366) milyar dolar = 25,042
milyar dolar.
Neraca jasa-jasa mengalami perkembangan yang pesat.
Akan tetapi berbeda dengan neraca perdagangan (impor-
ekspor barang), neraca jasa (impor-ekspor jasa) kurang
menguntungkan Indonesia. Nilainya tetap defisit dan makin
lama makin besar. Pada tahun 1990 jumlahnya defisitnya
baru mencapai 8,6 miliar dolar, tetapi pada tahun 2000
sudah mencapai dua kali lipatnya yaitu 17,1 milyar dolar.
Akibatnya defisit dalam taransaksi berjalan pada tahun 1990
sebesar 10,98 miliar dolar karena neraca perdagangannya
juga defisit mencapai 2,4 miliar dolar akibat kelebihan
impor.
Namun keadaan tahun 2000 lebih baik, karena surplus
neraca perdagangan lebih besar dari defisit neraca jasa,
sehingga transaksi berjalan mengalami surplus hampir 8
miliar dilar.
Lalu lintas modal menunjukkan gambaran yang kurang
menggembirakan ketika Indonesia memasuki krisis
ekonomi pada tahun 1998. Sampai tahun 2000 aliran
bersih modal swasta terus minus (defisit) menunjukkan
adanya aliran keluar sejak tahun 1997 dan terus
meningkat akibat krisis ekonomi. Aliran bersih modal
pemerintah kecenderungannya terus berfluktuasi pada
1980-1998, sesudah itu terus merosot tajam karena
krisis ekonomi hingga tahun 2000. Aliran modal
masuk terus meningkat sampai tahun 1997 mencapai
lebih dari 2,5 miliar dolar, kemudian terjadi arus keluar
yang makin besar hingga tahun 2000 mencapai 6,8
miliar dolar. Hal ini karena aliran kelaur untuk
membayar hutang pada masa lalu dan larinya investor
asing akibat tidak kondusifnya iklmim investasi di
Indonesia.
Sebagai akibat dari surplus yang besar pada
neraca perdagangan dan surplus pada aliran
modal pemerintah karena masih ada aliran
modal yang masuk, maka neraca pembayaran
Indonesia pada umumnya mengalami surplus.
Perlatihan
1. Jelaskan konsep berikut; (a) kurs tetap, (b) kurs
mengambang bebas, (c) under valued, (d) over
valued.
2. Carilah data kurs rupiah dengan beberapa mata uang
asing di Bank Indonesia. Hitunglah perubahan kurs
yang terjadi dalam tahun 1997-20 16 antara rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat dan faktor-faktor
apa yang menyebabkan perubahan tersebut.
3. Carilah data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
tahun 1997-2016. Analisislah masing-masing
komponen dan tarik simpulan apa yang dapat saudara
peroleh!