MAKALAH
Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap negara tidak dapat hidup sendiri. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
sumber daya yang dimilki. Oleh karena itu, suatu negara akan membutuhkan negara
lain. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, setiap negara melakukan kerja sama dalam
berbagai bidang, salah satunya dalam kegiatan ekonomi. Hubungan kerjasama ini
disebut perdagangan internasional.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacna yang menonjol
adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun juga ada yang wacana lain
mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang secara bersamaan,
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
menjadi peting karena dapat menjadi salah satu ukuran dari petumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Wijono (2005) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.
Salah satu hal yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi
adalah pedagangan internasional. Masing-masing negara membuat kebijakan
perdagangan internasionalnya masing-masing. Ada beberapa bentuk kebijakan
perdagangan internasional yaitu proteksionis dan pasar bebas. Kebijakan internasional
yang dianut oleh masing-masing negara berbeda-beda. Pada umumnya kebijakan
perdagangan internasional ini bertujuan untuk mengendalikan ekspor dan impor,
melindungi produksi dalam negeri dan meningktkan pendapatan negara.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan di rumuskan beberapa permasalahan yang
di tuangkan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Apakah perdagangan internasional itu?
2. Apa saja bentuk dari kebijakan-kebijakan dalam perdagangan internasional?
3. Bagaimana pengaruh perdagangan internasional terhadap harga dan alokasi
sumber serta output?
4. Bagaimana dampak perdagangan internasional terhadap ekonomi moneter
domestik?
5. Bagaimana argumen pro dan kontra perdagangan bebas?
TUJUAN PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis :
a) Memberikan wawasan dan pengalaman dalam menyusun makalah.
b) Mampu memahami perdagangan internasional serta dampaknya terhadap ekonomi
moneter, harga, alokasi sumber serta outputnya.
2. Bagi pembaca :
a) Memberi informasi mengenai perdagangan internasional serta dampaknya
terhadap ekonomi moneter, harga, alokasi sumber serta outputnya
b) Memberikan wawasan mengenai pedagangan internasional dan perdagangan
bebas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Memperoleh Devisa.
Jika suatu negara mengekspor komoditas, maka akan mendapatkan mata uang
asing seperti dollar Amerika, yen, atau jenis mata uang lainnya. Mata uang
asing ini, hal ini disebut dengan devisa. Dengan devisa ini yang digunakan
untuk, misalnya mengimpor barang modal dan konsumsi.
2. Memperluas Kesempatan Kerja.
Perdagangan internasional khususnya kegiatan ekspor, yang memberikan
kesempatan untuk memperluas kesempatan kerja yang berguna untuk
menghasilkan barang ekspor dibutuhkan tenaga kerja. Coba bayangkan, apakah
yang terjadi jika barang tambang, dan hasil pertanian, serta hasil kerajinan tidak
diekspor?. Tentu saja, orang yang bekerja di sektor itu akan menganggur.
3. Menstabilkan Harga-Harga
Jika harga suatu jenis barang dalam negeri mahal atau jumlahnya kurang dan
tidak memenuhi permintaan pasar, barang tersebut harus diimpor. Dengan
adanya impor, harga barang jenis tersebut akan stabil dan permintaan pun dapat
terpenuhi.
4. Meningkatkan Kualitas Konsumsi.
Melalui perdagangan internasional, penduduk dapat membeli barang-barang
yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau mutunya belum sebaik produk
luar negeri. Perdagangan internasional dapat memacu industri dalam negeri
untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat bersaing di
pasar internasional. Di indonesia, barang seperti itu beragam, antara lain televisi,
pakaian, sepatu, dan perabot.
5. Mempercepat Alih Teknologi.
Untuk menggunakan barang-barang yang diimpor dari luar negeri, dibutuhkan
pengetahuan atau keterampilan tertentu. Oleh sebab itu, pihak penjual perlu
mengadakan bimbingan atau pelatihan untuk menggunakannya yang akan
mempercepat alih teknologi. Alih teknologi yang dapat memungkinkan suatu
negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih modern.
3. Kuota
Kuota adalah pembatasan jumlah barang yang boleh masuk (kuota
impor) dan jumlah barang yang boleh keluar (kuota ekspor). Kuota yang
diterapkan oleh pemerintah biasanya dilakukan dengan cara
memperkenankan impor ataupun ekspor suatu barang dengan jumlah yang
dibatasi.
a. Kuota Impor
Beberapa jenis kuota impor, antara lain sebagai berikut :
Absolute atau unilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dan negara lain.
Negotiated atau bilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditenrnkan berdasarkan Perjanjian antara dua negara atau lebih yang
terlibat dalam perdagangan.
Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk barang-
barang tertentu jumlahnya dibedakan dan diizinkan masuk atau keluar
tetapi dikenakan tarif yang tinggi.
Mixing quota adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang
diimpor dengan proporsi tertentu dalam rangka melaksanakan
produksi barang akhir. Pembatasan mi bertujuan mendorong
perkembangan industri di dalam negeri.
b. Kuota Ekspor
Kuota ekspor yang diterapkan oleh setiap negara memiliki beberapa
tujuan , antara lain:
Mencegah barang-barang yang penting agar tidak jatuh ke negara
yang dianggap berbahaya;
Menjamin ketersediaan barang di dalam negeri dalam jumlah yang
cukup;
Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga dalam
menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
Kuota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah yang
merupakan komoditas perdagangan penting. Dampak dari pemberlakuan
kuota, antara lain adalah harga barang impor akan naik dan permintaan
konsumsi terhadap barang tersebut di pasar domestic akan turun sehingga
produksi barang yang sama di dalam negeri meningkat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari subsidi, antara lain subsidi tidak
merugikan konsumen karena jumlah konsumsi tidak berkurang dan harga di
pasar dalam negeri tetap bahkan dapat turun. Pemberian subsidi bersifat
lebih transparan sehingga konsumen atau masyarakat dapat menilai
besarnya manfaat dan kerugiannya secara langsung. Subsidi bersifat lebih
adil karena dapat dibiayai oeh pemerintah dengan penggunaan pajak
pendapatan yang progresif terhadap wajib pajak yang potensial.
5. Premi
Premi adalah bonus yang berbentuk sejumlah uang yang disediakan
pemerintah untuk para produsen yang berprestasi atau mencapai target
produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Premi akan mengurangi harga
jual produk karena oleh pengusaha biasanya digunakan untuk mengurangi
beban produksi dengan harapan bila harga jual produk murah maka
permintaan masyarakat akan meningkatkan sehingga produksi akan
meningkat dan pada akhirnya keuntungan perusahaan akan meningkat pula.
Premi dalam kebijakan perdagangan internasional berupa kemudahan-
kemudahan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan daiam
meningkatkan ekspornya. Misalnya, penghargaan untuk kualitas barang
yang memenuhi standar kualitas ekspor, penyederhanaan prosedur ekspor,
biaya ekspor yang murah, dan penyediaan fasilitas pelabuhan ekspor yang
memadai.
6. Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar
negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di
bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume
perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama
menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini
dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan
anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut
counterveiling duties.
Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang
diberikan oleh negara lain. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan
untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar
negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup
kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
o Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri,
sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding
kurva permintaan di luar negeri.
o Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri
tidak dapat membeli barang dari luar negeri.
Dengan adanya perdagangan antar dua atau lebih Negara, tentunya berpengaruh
terhadap perekonomian internasional dan Negara-negara yang terlibat secara langsung.
Hal ini terlihat dari keseimbangan ekonomi yang menjadi dinamis sebagai pengaruh
keluar masuknya jaringan internasional dalam domestik Negara. Beberapa keuntungan
melakukan perdagangan adalah sebagai berikut:
Selain yang telah disebutkan diatas, ada beberapa yang menjadi dampak
perdagangan internasional. Yaitu ekspor akan meningkatkan permintaan masyarakat,
yaitu jumlah barang dan jasa yang diinginkan masyarakat di dalam negeri. Sebaliknya,
impor akan menurunkan permintaan masyarakat di dalam negeri. Permintaan
masyarakat akan memengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan nasional, dan di antara
lain akan tergantung pada besarnya ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dan impor.
Bila ekspor neto positif, berarti ekspor lebih besar daripada impor, kesempatan kerja
dan pendapatan nasional cenderung akan naik.
Besarnya ekspor neto sangat ditentukan oleh nilai kurs mata uang negara yang
bersangkutan. Misalnya, nilai rupiah turun dibandingkan dengan dolar AS, harga barang
ekspor dari Indonesia relatif akan lebih murah di AS, sehingga ekspor akan cenderung
meningkat. Sebaliknya, harga barang-barang dari AS relatif menjadi mahal sehingga
impor akan akan cenderung menurun.
Dengan demikian, penurunan nilai kurs mata uang sendiri akan cenderung
meningkatkan ekspor neto, demikian pula sebaliknya. Jadi, kegiatan serta kejadian
internasional akan memengaruhi ekonomi dalam negeri, melalui pengaruh nilai kurs
mata uang pada impor, ekspor, dan akhirnya permintaan masyarakat.
Argumen Pro
Argumen Kontra
1. Tidak semua negara memiliki kompetensi serta kemampuan yang sama untuk
melakukan persaingan di pasar yang menganut perdagangan bebas. Jika salah
satu pihak tidak siap melakukan perdagangan bebas, maka efek yang
ditimbulkan justru negatif. Jika di dalam negeri, perusahaan perusahaan yang
ada belum bisa dibilang kokoh dalam efisiensi produksinya, dengan adanya
perdagangan bebas akan membuat perusahaan itu menjadi bangkrut.
2. Dengan adanya perdagangan bebas yang tidak terkendali bisa menjadi sarana
transformasi penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia di negeri tujuan
dimana barang itu diperdagangkan. Misalkan, ditemukannya kandungan bahan
berbahaya pada berbagai macam makanan yang diimpor dari China. Ketiadaan
proteksi menyebabkan screening terhadap kualitas produk menjadi semakin
rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa perdagangan bebas bisa jadi
menguntungkan, tapi hanya berlaku untuk satu sisi atau negara yang mengimpor,
sedangkan negara tujuan bisa jadi justru mengalami kerugian.
3. Lemahnya industri dalam negeri menghadapi persaingan dalam era perdagangan
bebas disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sarana infrastruktur yang kurang
baik, kurs mata uang yang tidak stabil hingga berpengaruh terhadap biaya
produksi, serta birokrasi yang berbelit belit dalam usaha untuk mewujudkan
produk yang berkualitas serta maraknya aksi KKN. Beberapa faktor ini tentu
saja membuat upaya mewujudkan produk dalam negeri yang berkualitas
semakin sulit.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS
Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Perkasa